Test
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunohematologi dan Bank Darah
Disusun oleh:
Alyda Ziva Arien
NIM: P1337434118087
Kelas: DIII TLM Reguler B Tk. 3
G. Dasar Teori =
Crossmatch merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan sebelum transfusi, yaitu
memeriksa kecocokan antara darah pasien dan donor sehingga darah yang diberikan benar-
benar cocok (Setyati, 2010). Selain itu, hal ini bertujuan supaya darah yang ditransfusikan
benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien. Uji crossmatch penting bukan hanya
pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir (Yuan, 2011).
Percobaan Coombs mencari adanya antiglobulin. Jika semacam antibodi melekat pada
eritrosit yang mengandung antigen, maka antibodi yang spesifik terhadap antigen itu
mungkin menyebabkan eritrosit-eritrosit bergumpal (aglutinasi). Globulin merupakan
antibodi penghalang (blocking antibodies) atau antibodi tak lengkap (incomplete
antibodies). Pada konsentrasi tinggi antibodi ini melapisi eritrosit tetapi tidak dapat
mengaglutinasikannya dalam larutan salin.
Anti human globulin akan bereaksi dengan setiap globulin manusia. Karena itu penting
bahwa semua globulin bebas harus dibuang dari sel darah merah dengan pencucian yang
bersih sebelum penambahan anti human globulin. Sisa globulin serum dalam larutan akan
bergabung dengan anti human globulin mengakibatkan anti human globulin tidak mampu
lagi mengaglutinasi sel yang telah disensitisasi, dan menyebabkan suatu tes Coombs
negatif yang salah (false negative).
H. Alat dan Bahan =
Alat:
1) Tabung Serologi
2) Pipet Tetes
3) Sentrifuge
4) Kaca Objek
5) Mikroskop
Bahan:
1) Medium Salin (NaCl 0,9 %)
2) Serum Coombs (Anti Human Globulin)
3) Contoh Darah Pasien
4) Larutan Salin (NaCl 0,85 % - 0,9 %)
I. Cara Kerja =
A. Pra Analitik
1. Memakai APD sesuai SOP
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Melakukan pegambilan sampel darah vena
4. Ketika plasma sudah terbentuk, pisahkan plasma dari sel darah ke tabung reaksi
bersih dan kering
5. Melakukan pemisahan serum dari sel darah dengan centrifuge
6. Memisahkan serum dari sel darah ke tabung reaksi bersih dan kering
7. Melakukan pencucian sel darah dan pembuatan suspensi sel 5%
B. Analitik
2. Sediakan 2 buah tabung, isi masing-masing tabung dengan 1 tetes suspensi eritrosit 5
% (pasien).
3. Lakukan pencucian dengan salin sebanyak 3 kali.
4. Pada tabung I (tes) tambahkan 2 tetes Serum Coombs, pada tabung II (kontrol)
tambahkan 2 tetes salin. Kemudian sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
detik.
2. Siapkan pula suspensi eritrosit 5 % dalam salin dari contoh darah dan suspensi sel
darah O.
11. Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi secara makroskpis dan mikroskopis.
3. Melepas APD
J. Hasil =
Metode Direct
Test Coomb’s Direct = negatif (-)
Validasi = terbentuk aglutinasi (+)
Metode Indirect
Test Coomb’s Indirect = negatif (-)
Validasi = terbentuk aglutinasi (+)
K. Pembahasan =
Crossmatch merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan sebelum transfusi, yaitu
memeriksa kecocokan antara darah pasien dan donor sehingga darah yang diberikan benar-
benar cocok (Setyati, 2010). Terdapat dua reaksi silang, yaitu mayor dan minor. Pada
reaksi silang mayor (Mayor Cross Match) adalah memeriksa ketidakcocokan oleh karena
adanya antibody dalam serum pasien terhadap antigen sel darah merah donor. Pada uji
silang serasi minor (Minor Cross Match) adalah untuk memastikan ketidakcocokan oleh
karena adanya antibody dalam serum donor terhadap antigen sel darah merah pasien.
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan coomb’s test yang dilakukan sebelum
melakukan transfuse darah (pra transfusi). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
adanya IgG dan mendeteksi adanya antibody yang dapat mengikat komplemen tetapi
kemampuan untuk bereaksi dengan antigen pada permukaan eritrosit tidak adekuat.
Pada pemeriksaan Direct Coomb Test (DCT) didapatkan hasil negative atau tidak
terbentuk aglutinasi pada control dan pada tes didapatkan hasil negative dengan tidak
terbentuknya aglutinasi yang artinya tidak terdapat sel coated secara invivo. Bila hasil ini
negative maka perlu di uji validitas dengan menambahkan Control Coomb Cell (CCC) jika
hasil positif pada tabung tes maka hasil tersebut valid. Bila hasil positif artinya terdapat sel
coated secara invivo pada eritrosit pasien. Biasanya terjadi pada penderita AIHA (Auto-
Immune Haemolytic Anemia), HDN (Haemolytic Disease of Newborn), dan orang yang
mendapat transfusi darah dengan Rhesus yang berbeda. Bila Direct Coombs Test (DCT)
pasien positif, maka darah boleh diberikan tetapi dalam bentuk Packed Red Cell (PRC)
atau Washed Red Cell (WRC).
Pada pemeriksaan Indirect Coomb Test (ICT) pada pemeriksaan didapatkan hasil
negative kemudian di uji validitas dengan menambahkan Control Coomb Cell (CCC), jika
hasil positif maka hasil tersebut valid. Apabila hasil ICT positif artinya adanya antibody
yang coated pada sel darah merah secara invitro dan bila hasil ICT negative artinya tidak
adanya antibody yang coated pada sel darah merah secara invitro.
L. Simpulan =
Praktikum Crossmatch dan Coomb’s Test ini dapat disimpulkan bahwa hasil Test
Coomb’s Direct dan Indirect negatif, hal ini berarti darah donor bisa ditransfusikan ke
pasien dalam bentuk Whole Blood.
M. Daftar Pustaka
Maharani, Eva Ayu dan Ganjar Noviar. 2018. Bahan Ajar TLM Imunohematologi dan
Bank Darah.
Video Direct Coombs Test = https://youtu.be/W5mkAbpFDYM
Video Indirect Coombs Test = https://youtu.be/tHgLFbV6H8U
N. Lampiran
Direct Coombs Test
Indirect Coombs Test
Mengetahui Semarang, 27 September 2020
Dosen Pembimbing Praktikan