Anda di halaman 1dari 18

Nama : Nadia Azzah Aulia Salsabila

NIM : 1811010061

TINDAKAN BEDAH PADA PASIEN dg KASUS BATU SALURAN KEMIH

1. ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy)

ESWL merupakan terapi non-invasif yang menggunakan gelombang kejut yang efektif
untuk memecahkan batu ginjal yang berukuran kurang dari 20 mm. ESWL pada batu ginjal yang
besar memberikan angka bebas batu yang rendah dan tidak efektif karena harus dilakukan
beberapa kali pengulangan ESWL. ESWL bekerja melalui tekanantekanan mekanik dan dinamik
pada batu seperti cavitation, shear, dan spalling.

Kontraindikasi absolut pada ESWL meliputi urosepsis yang tidak terkontrol, hipertensi
yang tidak terkontrol, obstruksi distal pada jalur keluar batu dan kehamilan, ukuran batu lebih
dari 20 mm, dan jenis batu sistin.9,10 Beberapa keadaan pasien yang mejadi faktor kurang
diminatinya pemilihan tatalaksana ESWL adalah obesitas dan anatomi ginjal yang abnormal.

Penatalaksanaan :

a. Sebelum ESWL
- pasien untuk menghentikan konsumsi obat-obatan pengencer darah satu minggu sebelum
ESWL.
- Pada ESWL yang menggunakan anestesi umum atau bius total,
- pasien dianjurkan untuk berpuasa selama 6 jam sebelum prosedur dilakukan Pasien
sebaiknya didampingi oleh keluarga atau kerabat terdekat saat melakukan ESWL, hingga
kondisinya benar-benar pulih setelah bius total.
b. Prosedur ESWL
- ESWL dilakukan tanpa sayatan atau bedah, sehingga sering diterapkan sebagai prosedur
rawat jalan atau one day care (ODC
- pasien akan diminta berbaring saja dengan nyaman di ruang tindakan.
- Bantal empuk akan diletakkan di sekitar perut atau bagian belakang ginjal
- Posisi tubuh pasien disesuaikan dengan jangkauan alat ESWL agar gelombang kejut bisa
ditargetkan dengan mudah ke daerah sekitar ginjal.
- Dokter akan memberikan obat bius (anestesi) yang disesuaikan dengan kondisi pasien,
biasanya lokal atau setengah badan
- Dokter akan menggunakan sinar Rontgen untuk menentukan lokasi batu ginjal secara
tepat.
- Dokter urologi akan memberikan 1000-2000 gelombang kejut yang difokuskan pada batu
ginjal.
c. Setelah ESWL
- Pasien akan diminta untuk beristirahat selama 1-2 jam di rumah sakit
- Dokter dapat memberikan antibiotik dan obat pereda sakit setelah ESWL.
- Pasien mengonsumsi air putih lebih banyak dapat memicu buang air kecil lebih sering,
sehingga membantu pembuangan pecahan batu ginjal melalui urine
2. Ureteroscopic Lithotripsy (URS)
merupakan prosedur tindakan pemeriksaan saluran kandung kemih yang
menggunakan suatu alat yang dimasukkan melalui saluran kemih kedalam ureter
kemudian batu dipecahkan dengan gelombang pneumatik. Pecahan batu akan keluar
bersama air seni.

Penatalaksanaan :

- pasien diposisikan lateral ekstensi atau tengkurap. Pada kedua prosedur ini diperlukan
insisi berupa luka tusuk.
- Lama prosedur URS dikerjakan sekitar 2-3 jam dengan perdarahan minimal dan skor
nyeri 3.
- Operasi pielolitotomi dan ureterolitotomi digunakan untuk mengambil batu ginjal dan
ureter. Pasien dengan teknik ini biasanya diposisikan lateral fleksi atau tengkurap.Dengan
posisi lateral fleksi maka ureter atas dan pelvis ginjal terlihat.
- Batunya akan teraba dan kemudian insisi dapat dilakukan di ureter tepat di posisi batu
berada.
- Durasi operasinya sekitar 1-2 jam dengan perdarahan yang terjadi ringan sampai sedang
dan skor nyeri 10.

3. Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)


adalah tindakan bedah yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di
punggung dan menggunakan skop berongga untuk mengambil batu ginjal berukuran
sedang hingga besar.

Penatalaksanaan :

- pasien diposisikan lateral ekstensi atau tengkurap. Pada kedua prosedur ini diperlukan
insisi berupa luka tusuk.
- Lama prosedur PCNL dikerjakan sekitar 2-3 jam dengan perdarahan minimal dan skor
nyeri 3.
- Operasi pielolitotomi dan ureterolitotomi digunakan untuk mengambil batu ginjal dan
ureter. Pasien dengan teknik ini biasanya diposisikan lateral fleksi atau tengkurap.Dengan
posisi lateral fleksi maka ureter atas dan pelvis ginjal terlihat.
- Batunya akan teraba dan kemudian insisi dapat dilakukan di ureter tepat di posisi batu
berada.
- Durasi operasinya sekitar 1-2 jam dengan perdarahan yang terjadi ringan sampai sedang
dan skor nyeri 10.
4. Open Stone Surgery (OSS)
OSS merupakan suatu tindakan pembedahan terbuka berupa pielolitotomi atau
nefrolitotomi. Tindakan ini dilakukan dengan melakukan insisi pada kulit lalu
mengekspos ginjal sehingga memudahkan untuk proses pengangkatan batu ginjal
terutama staghorn stone.

Penatalaksanaan :

Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi


terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung pada
anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal
atau anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen
saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu ureter
yang besar.

TUGAS KMB II CKD (Chronic Kidney Disease)


1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut
Pengkajian yang khas pada kasus CKD adalah bisa berupa :
Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju
filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT
(Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
2. Kemungkinan diagnosa keperawatan pada kasus CKD tersebut
Kemungkinan diagnose yang muncul pada kasus adalah :
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih dari kebutuhan tubuh
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh kurang dari yang dibutuhkan
d. Gangguan pola eliminasi
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia sekunder, uremia, ditandai
dengan kelelahan, nafas pendek
f. Perubahan konsep diri / pola pikir berkaitan dengan akumulasi toksin, hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit, perubahan pola hidup, ketergantungan dialisis,
kelelahan kronis, perubahan gambaran diri, masalah pekerjaan dan perubahan
peran ditandai dengan ekspresi wajah murung, sering bertanya mengenai
penyakitnya, emosi labil
g. Resiko tinggi injury fraktur berhubungan dengan gangguan absorbsi kalsium dan
pengeluaran fosfat, perubahan metabolisme vitamin D.
3. Diagnose prioritasnya adalah Kelebihan volume cairan Definisi : Retensi cairan
isotomik meningkat
4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya
-Prosedur tindakan yang khas pada kasus tersebut :
Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan
derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut
(Sudoyo, 2015), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam
tabel berikut :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
c. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
- Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP
Gagal ginjal bisa terjadi secara akut maupun kronik, yang membedakannya adalah
onset, jika akut < 3 bulan dan jika kronik > 3 bulan. Untuk menilai penurunan fungsi
ginjal, kita dapat memeriksakan ureum dan kreatinin. Normalnya nilai ureum < 30
mg/dl dan kreatinin <1,5 mg/dl. Standar nilai normal ureum kreatinin berbeda-beda
antar laboratorium. Jika pasien datang dengan hasil laboratorium ureum dan kreatini
meningkat, kita sudah dapat memikirkan adanya gagal ginjal, namun belum bisa
dipastikan apakah ini CKD atau AKI (Acute Kidney Injury). Umumnya penyebab
gagal ginjal akut, faktor yang mendasari jugalah penyakit akut seperti diare, sementara
pada gagal ginjal kronik penyebab nya juga lah penyakit yang sudah berlangsung lama.
Adanya komplikasi yang terjadi pada pasien gagal ginjal juga mendukung ke arah
CKD.
- Tindakan kolaborasi
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan
edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi
ginjal dengan mengikat fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan
edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi
sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan
efek hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan
uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat
digunakan untuk mengobati klien dengan edema yang tidak
meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia,
- Pendidikan kesehatan
Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme
protein yang tidak dapat diekresikan ginjal

5. Apa evaluasi keperawatannya

- Kriteria keberhasilan tindakan


Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
Asupan berlebihan disbanding output
Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
Distensi vena jugularis
Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal

Kriteria Hasil:
Nursing outcomes classification
(NOC) : Fluid Balance
Terbebas dari edema, efusi, anasarka
Bunyi nafas bersih,tidak adanya dipsnea
Memilihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign
normal.
- Komplikasi
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan
kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia
- Fokus Perhatian

6. Kemungkinan etika yang muncul

TUGAS KMB II BATU SALURAN KEMIH


1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut

Pengkajian yang khas pada kasus Batu Saluran Kemih adalah bisa berupa :

Aktivitas/Istirahat, Sirkulasi, Eliminasi, Makanan/ cairan Nyeri / Kenyamanan

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan pada kasus tersebut

Kemungkinan diagnose yang muncul pada kasus Batu Saluran Kemih adalah :

Diagnosa Pra Operasi

1. Nyeri

berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi

ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia selular.

2. Gangguan eliminasi urine

berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal

atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi.

3. Resti kekurangan volume cairan

berhubungan dengan mual / muntah (iritasi sarah abdominal dan

pelvic umum dari ginjal atau kolik uretral), diuresis pasca obstruksi.

4. Defisiensi pengetahuan

kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat; salah

interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Diagnosa Post Operasai

1. Nyeri

berhubungan dengan adanya insisi bedah

2. Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan,

kateter, irigasi kandung kemih sering. Trauma jaringan, insisi


bedah.

3. Diagnose prioritasnya adalah Nyeri

4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya

- Prosedur tindakan yang khas pada kasus tersebut

Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah
terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi terbuka.

URS Litotripsi

- Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP

- pasien diposisikan lateral ekstensi atau tengkurap. Pada kedua prosedur ini
diperlukan insisi berupa luka tusuk.

- Lama prosedur URS dikerjakan sekitar 2-3 jam dengan perdarahan minimal dan
skor nyeri 3.

- Operasi pielolitotomi dan ureterolitotomi digunakan untuk mengambil batu


ginjal dan ureter. Pasien dengan teknik ini biasanya diposisikan lateral fleksi atau
tengkurap.Dengan posisi lateral fleksi maka ureter atas dan pelvis ginjal terlihat.

- Batunya akan teraba dan kemudian insisi dapat dilakukan di ureter tepat di
posisi batu berada.

- Durasi operasinya sekitar 1-2 jam dengan perdarahan yang terjadi ringan sampai
sedang dan skor nyeri 10.

- Tindakan kolaborasi

Kolaborasi pemberian profenid sup 3x 1

Tim gizi dengan dilakukan diet, Diet yang baik dan sesuai dengan penderita
saluran kemih adalah diet yang terdiri atas buah segar, sayuran dan selada, lemak
nabati, dan susu rendah lemak. Diet yang dibatasi adalah daging, ikan, sosis
sebesar 150 gr/hari, sedangkan yang dihindari adalah lemak dan gula serta garam
yang terlalu banyak

- Pendidikan kesehatan

Edukasi keperawatan termasuk didalamnya discharge planning.

Edukasi yang tepat adalah mengenai perubahan gaya hidup yang mampu
mengurangi faktor resiko batu saluran kemih di kemudian hari
5. Apa evaluasi keperawatannya

- Kriteria keberhasilan tindakan

Nyeri berkurang, Skala nyeri menurun, klien dapat beristirahat dan tampak
rileks

- Komplikasi

Disfungsi kandung kemih kronis. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya


frekuensi buang air kecil yang disertai dengan rasa nyeri saat buang air kecil.
Terkadang, batu kandung kemih benar-benar bisa memblokir urin keluar dari
tubuh.

Infeksi saluran kemih. Infeksi ini bisa terjadi berulang.

- Fokus Perhatian

Penananganan pembedahan selama di rumah sakit, Fillingham dan Douglass


(2000) menyebutkan bahwa resiko perdarahan (hematuria), resiko infeksi, nyeri,
perubahan jumlah urin, dan perforasi ureter adalah hal yang muncul dan
memerlukan perhatian khusus. Selama perawatan, pasien dengan batu saluran
kemih terutama pasca pembedahan memiliki banyak resiko sehingga perawat
perlu melakukan pemantauan khusus terutama hidrasi dan perdarahan sampai
kondisi pasien stabil.

6. Kemungkinan etika yang muncul

TUGAS KMB II THYROID DISORDER

1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut


Pengkajian yang khas pada kasus Thyroid Disorder adalah bisa berupa :

TSH dan FT4 adalah pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar hormon
tiroid dalam darah dan fungsi dari kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan laboratorium,
TSH memiliki nilai rujukan normal: 0,27-4,7mlU/L, sedangkan FT4 memiliki nilai
normal: 0,7-1,55 ng/dL. Jika TSH Anda rendah dan FT4 naik maka kondisi ini
dinamakan hipertiroid.

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan pada kasus tersebut


Hipotiroid :
a. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses
kognitif
b. Perubahan suhu tubuh
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
d. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi
penggantian tiroid seumur hidup
e. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
f. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan
g. Miksedema dan koma miksedema
Hipertiroid :
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja
jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan).
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan
kelopak mata/eksoftalmus.
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
g. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan
pola tidur.
3. Diagnose prioritasnya adalah
- Hipotiroid : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
- Hipertiroid : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.

4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya

- Prosedur tindakan yang khas pada kasus tersebut

1. Hipotiroid : Pembedahan. Dilakukan tindakan Trakeostom

2. Hipertiroid : Tes darah hormon tiroid Pembedahan dan Pemeriksaan radiologi


hormon tiroid

- Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP

Untuk Hipotiroid :

Saat dilakukan trakeostomi, pasien berada dalam keadaan terbius total. Namun,
pada kondisi gawat darurat, sering kali hanya dilakukan pembiusan lokal di daerah leher
yang akan dibedah. Selama operasi berlangsung, kadar oksigen di darah dan denyut
jantung pasien akan diawasi melalui oksimeter dan EKG.

Setelah obat bius bekerja, dokter akan membuat sayatan di area bawah jakun.
Sayatan akan diteruskan sampai ke dalam, hingga bagian tulang rawan trakea terbuka dan
membentuk lubang. Setelah itu, lubang akan dipasangi tabung trakeostomi yang
terhubung langsung dengan udara luar.

Pasien kemudian akan bernapas melalui pipa ini, bukan melalui hidung atau
mulut. Jika diperlukan, pipa dapat disambungkan ke tabung oksigen atau mesin
ventilator. Lubang trakeostomi bisa bersifat sementara maupun permanen.

Untuk Hipertiroid :

Tes darah dilakukan untuk mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid melalui jumlah
hormon tiroid di tubuh Anda. Dokter akan mengukur beberapa hormon terkait fungsi
kelenjar tiroid seperti Free T4 (FT4), T3 dan TSH (Tiroid Stimulating Hormon). Sampel
darah Anda akan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut. Melalui
pemeriksaan ini, dokter bisa mendiagnosis hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid) atau
hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid). Nantinya, dokter pun akan menelusuri lebih
lanjut penyebab kelainan ini, misalnya berasal dari kelenjar tiroid atau ada organ lain
yang terlibat.

- Tindakan kolaborasi
Hipotiroid :

a. Farmakologi 1 Pemberian vit D2


b. Pemberian preparat hormone parenteral dapatdilakukan untuk mengatasi
hipoparatiroidisme disertai tetanus

Hipertiroid :

1. Terapi Umum

a. Obat antitiroid

Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio


urasil(PTU), karbimazol.- Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien
berumur 35 tahun/lebih atau pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa
disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan,

2. Farmakoterapi

Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:

a. Carbimazole (karbimasol), Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon


tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil
bisa cukup 1-3 tablet saja sehari.

b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason). Merupakan obat hormon


kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti peradangan. Obat ini
dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid (thyroiditis).

c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil), obat ini dipakai untuk mengobati
tangan gemetar dan denyut jantung yang meningkat.

3. Terapi Lain, Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi


bekatul..

- Pendidikan kesehatan

Hipotiroid :

Menganjurkan untuk menerapkan pola makan sehat dan seimbang.

Menganjurkan untuk Mengonsumsi makanan beryodium, termasuk garam beryodium,

rumput laut, telur, udang, dan produk susu.

Menganjurkan untuk menjalani pengobatan dan pemeriksaan secara berkala bila


menderita penyakit autoimun atau pernah menjalani pengobatan penyakit tiroid.

Hipertiroid :

a. Mengurangi makanan beryodium


b. Menjaga kesehatan
c. Memberikan penyuluhan terhadap keluarga sehingga paham tentang hipertiroid

5. Apa evaluasi keperawatannya

- Kriteria keberhasilan tindakan

Hipotiroid :

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak terasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal(tekanan darah, nadi, pernafasan)

Hipertiroid :

a.Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
b. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi.
c.Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
d. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas
dari ulkus.
e.Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
f. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
g. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam
berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.

- Komplikasi

Hipotiroid :

a. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma
b. Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala

Hipertiroid :
a. Eksoftalmus. Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar.
b. Penyakit jantung. Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada
jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal
(aritmia) dan syok.
c. Stroma tiroid (tirotoksitosis). Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga
penanganan harus lebih khusus.
d. Krisis tiroid (thyroid storm). Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila
tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

- Fokus Perhatian

Terjadi jika tiroid menjadi atrofi atau mengalami kerusakan sel-sel yang mensekresi
hormon atau mengalami tidak adekuatnya stimulus oleh hormon yang dilepaskan kelenjar
hipofise anterior atau hipofise

5. Kemungkinan etika yang muncul

TUGAS KMB II DIABETES MELITUS


1. Apa pengkajian yang khas dari kasus tersebut
Pengkajian yang khas pada kasus bisa berupa pengkajian gula darah
Pemeriksaan Glukosa
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula darah
setelah puasa selama 8-10 jam
Nilai normal:
Dewasa: 70-110 md/d1 Bayi: 50-80 mg/d
Anak-anak: 60-100 mg/dl
2. Kemungkinan diagnosa keperawatan pada kasus tersebut
Kemungkinan diagnose yang muncul pada kasus DM adalah :
- Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Kekurangan volume cairan.
- Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
- Kerusakan integritas kulit.
- Resiko cedera
- Resiko ketidakstabilan kadar gula darah
3. Diagnose prioritasnya adalah
- Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Apa intervensi dan tindakan keperawatannya
- Prosedur tindakan yang khas pada kasus tersebut
Pemberian Insulin
- Langkah – langkah tindakan yang benar sesuai SOP
ALAT DAN BAHAN PEMBELAJARAN :
a. Spoit insulin 40U/ 100U
b. Insulin pena + jarum
c. Alkohol 70 %
d. Kapas

Prosedur :

1. Perkenalkan diri kepada pasien


2. Tanyakan identitas pasien
3. Berikan penjelasan kepada pasien tentang tidakan yang
4. akan dilakukan, lokasi penyuntikan, tujuan tindakan, serta
5. risiko yang mungkin terjadi dan manfaat tindakan tersebut
Instruksikan posisi duduk
6. Persiapkan insulin (spoit insulin atau insulin cartridge) Biarkan
7. suhu insulin sama dengan suhu ruangan.
8. Tentukan lokasi tempat penyuntikan

INSULIN VIAL
9. Menggunakan spoit : Usap tutup vial insulin kapas alkohol, lalu ambillah udara
sejumlah insulin yang akan diberikan, lalu suntikkanlah ke dalam vial untuk
mencegah terjadi ruang vakum dalam vial.
10. Setelah insulin masuk ke dalam spuit, periksa apakah mengandung gelembung
atau tidak, kemudian periksalah dosis insulin yang ingin diinjeksikan.
11. Usap tempat penyuntikan dengan kapas alkohol.
12. Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit (subkutan), kulit dijepit dan
jarum disuntikkan dengan bagian miring menghadap keatas membentuk sudut 45
derajat agar tidak terjadi penyuntikkan intra muskular.
13. Usap tempat penyuntikan dengan kapas alcohol
INSULIN PENA
14. buka penutup insulin pena, pasang jarum ke pena, lalu buka penutup luar dan
penutup dalam jarum.
15. Bila insulin baru pertama kali digunakan, putar ujungnya sebesar 2 unit,
kemudian ketuk dan tekan tombol dosis untuk membuang gelembung udara.
16. Putar tombol dosis sesuai yang diinginkan, pegang pena insulin dengan cara
digenggam dengan 4 jari dengan ibu jari pada tombol dosis.
17. Cubit kulit lokasi penyuntikan kemudian injeksikan ke lokasi secara tegak lurus.
18. Tekan tombol dosis dengan ibu jari hingga menunjukkan angka 0 dan tahan
selama minimal 6 detik untuk mencegah insulin keluar dari tempat penyuntikan
19. Tarik perlahan-lahan dengan posisi tetap tegak lurus.
20. Pasang penutup dalam jarum, kemudian pasang penutup insulin pena.
- Tindakan kolaborasi
a. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamindan mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
b. Latihan. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.
c. Terapi Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia
oral tidak berhasil mengontrolnya.

- Pendidikan Kesehatan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan
mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya belajar keterampilan untuk
merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah
yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menghindari komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes
mellitus.

5. Apa evaluasi keperawatannya


- Kriteria keberhasilan tindakan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam pada semua masalah
keperawatan yang muncul, dilakukan evaluasi yang mengacu pada kriteria tujuan yang
dibuat. Evaluasi yang dibuat dari diagnose keperawatan yang muncul adalah:
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan gangguan aliran darah serebral
Pada diagnosa keperawatan ini tujuan tercapai sebagai karena
pada kriteria hasil fungsi otot dan motorik (nilai normal 5)
55
45
sedangkan pada pasien fungsi otot dan motorik kaki kanan nilai 4. Ini merupakan hasil
yang cukup baik mengingat pasien dirawat 5 hari dan pasien kooperatif terhadap tindakan
keperawatan.
- Komplikasi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes mellitus terdapat tiga macam yang
berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek,
diantaranya:
1) Hipoglikemia. Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer &
Bare, 2008).
2) Ketoasidosis diabetic. Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan
kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun
sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis (Soewondo, 2012).
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik) adalah komplikasi
diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2012).

b. Komplikasi metabolik kronik


1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler), yaitu :
a) Kerusakan retina mata (Retinopati)
b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)

2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

a) Penyakit jantung coroner

b) Penyakit serebrovaskuler

c) Penyakit Ateroskerosis

- Fokus Perhatian
Dukungan dari keluarga atau family center yang dapat memberikan semangat kepada
penderita Diabetes Melitus
6. Kemungkinan etika yang muncul

Anda mungkin juga menyukai