Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RUTIN

Cooperativ learning dan discovery learning

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : FERNANDO BREGIN TARIGAN


NIM : 5193331005
MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU : ULI BASA SIDABUTAR S,kom.,M.pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segenap puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir batin kepada kami, sehingga kami
dapat menulis makalah sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan olehNya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw., dan semua
pengikutnya yang setia di sepanjang zaman. Amin!
Dengan membaca makalah ini sejak awal sampai akhir, tidak harus diartikan
keseluruhan. harus senantiasa diingat di sini bahwa apa yang dipaparkan makalah ini
merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan pembahasan yang demikian luas.
Karenanya, untuk pendalaman lebih lanjut serta untuk memperluas cakrawala
pengetahuan tentang cooperative learning tidak ada alternatif lain kecuali agar para
mahasiswa tekun dan rajin mempelajari literatur yang telah ditunjuk, baik yang bersifat
wajib maupun anjuran.
Demikianlah, kami telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk
menyajikan makalah yang sebaik-baiknya, namun masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca makalah ini. Kami
sebagai penulis menantikan kritik dan saran untuk penyempurnaan selanjutnya.

Medan,13 oktober 2020

Fernando Bregin Tarigan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan
pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide. Juga
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran cooperative telah memiliki sejarah yang
panjang sejak zaman dahulukala, para guru telah mendorong siswa-siswa mereka untuk
bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu dalam diskusi, debat, atau pelajaaran
tambahan. Menurut beberapa ahli bahwa cooperative learning tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk
menumbuhkan berfikir kritis.
Jadi, cooperative learning adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai
dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung
pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa,
diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari model pembelajaran cooperative learning ?
2. Apa saja unsur-unsur model pembelajaran cooperative learning?
3. Apa karakteristik dari model pembelajaran cooperative lerning ?
4. Apa tujuan dari model pembelajaran cooperative lerning ?
5. Apa saja model-model dari model pembelajaran cooperative lerning ?
6. Apa peran guru dalam model pembelajaran cooperative lerning ?
C. Tujuan

1. Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran cooperative.


2. Mengerti apa saja unsur-unsur model pembelajaran cooperative.
3. Mengerti tentang karakteristik pembelajaran cooperatif learning.
4. Mengerti tujuan model pembelajaran cooperatif learning.
5. Mengetahui model-model cooperatif learning.
6. Mengetahui peran guru dalam pembelajaran cooperatif learning.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran cooperative learning bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan,
tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru
untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan tertentu.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan cooperative learning, sebagai berikut :
a. Menurut Salvin (1995) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang mana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siwa lebih
semangat dalam belajar.
b. Menurut Anite lie (2000) cooperative learning adalah pembelajaran gotong-royong yang
mana system pembelajarannyamemberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama
denagn peserta lain dalam tugas-tugas yang terstruktur (tugas yang telah ditentukan)
c. Menurut Azizah (1998) cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-
kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam
proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah
satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan
pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.

B. Unsur-unsur Pembelajaran Cooperative


1. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan
sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap
siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda
atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan
karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas
kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya
disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa
anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis
siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut
karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai
dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
3. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka
sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan
sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi
sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih
memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki
kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu
dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap
sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam
pembelajaran kooperatif ini.
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan berbagai keterampilan
berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan
cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas
mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan
orang lain.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja
kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar
terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

C. Karakteristik Cooperative Learning


Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, akan tetapi tidak.
Setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning, Bennet (1995) menyatakan ada
lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok,
antara lain:
1.Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal balik
yang didasari danya kepentingan yang sama.
2.Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)yaitu mengenal materi
pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga siswa termotivasi untuk membantu
temannya membutuhkan keluwesan.
3.Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif) yaitu interaksi yang langsung
terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
4.Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota) yaitu menciptakan hubungan antar
pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang
efektif.
5.Group Processing (pemrosesan kelompok) yaitu meningkatkan ketrampilan bekerja
sama dalam memecahkan masalah
D. Tujuan Cooperative Learning
Cooperative learning mempunyai tujuan pembelajaran yang penting yang mana dapat
di resume oleh ibrahim (2000) yaitu:
1. Mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik yakni meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan hasil belajar
2. Dapat menerima secara luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras budaya, kelas
sosial, kemampuan dan ketidak mampuannya.
3. Mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.
E. Model-model Cooperative learning
Dalam cooperative learning terdapat beberapa model yang di terapkan di antar lain :
1) jigsaw
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-
komponen lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif, yang terdiri atas empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung
jawab terhadap penguasaan setiap komponen atau subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab terhadap
subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam :
a. Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.
b. Merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya
semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing
sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik
tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtipok lainnya juaga bertindak serupa. Dengan
demikian, seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya
terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam
kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. model ini mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal dan penyelenggarannya di bentuk secara bertahap.
2) Group Invesgation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelen.
Berbeda dengan STAD dan Jigsau, para model ini siswa terlibat dalam perencanaan,
baik yang dipelajari maupun hasil penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan
norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih terpusat dari
guru.
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa
yang heterogen. Dam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan
mendalam atas topik tang dipilih. Selanjutnya, mereka menpertimbangkan dan
mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
3) Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru, kemudian
guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan kelompokmempunyai peran
masing-masing.
4) TGT (Team Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa hiterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan
menyenangkan seperti dalam kondisi permainan yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT
bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu
sesudah UAS menjelang pembagian rapor.
5) Role Playing
Metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada apa
yang diperankan. Kelebihan metode ini adalah seluruh siswa dapat berpartisipasi dan
mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuannya dalam bekerja sama. Dalam
metode ini ada beberapa keuntungan, yaitu:
a. Siswa bebas mengambil keputusan dan dan berekspresi secara utuh.
b. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi
dan waktu yang berbeda.
c. Guru dapat mengevaluasi pemahaman setiap siswa mengalami pengamatan pada
saat melakukan permainan.
d. Permaian merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

6) Student Teams Achievement Division (STAD)


Dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan
persentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan
jumlah anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen, terdiri atas perempuan dan
laki-laki, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis dengan cara berdiskusi. Secara
individual, setiap minggu atau setiap dua minggu,siswa diberi kuis. Kuis tersebut diberi
skor dan setiap siswa diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak
berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui
rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu, pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan
cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor
perkembangan tertinggi, atau siswa mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-
kadang, seluruh tim mencapai kriteria tertentu yang dicantumkan dalam lembar itu.

F. Peran Guru dalam Cooperative Learning


Guru dalam cooperative learning mempunyai beberapa peran untuk melakukannya
antara lain:
1. Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai berikut:
a) Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b) Membantu dan mendorong iswa untuk mengingkapkan dan menjelaskan keinginan dan
pembicaraannya.
c) Mmembatu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d) Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang bermanfaat bagi
yang lainnya
e) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya dalam bertukar
pendapat.
2. Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran yang sedang di
bahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata di temukan di
lapangan.
3. Sebagai Director-Motivator
Guru beperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu
kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.
4. Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Cooperative learning adalah suatu metode pengajaran yang mana pra siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran.
2. Tujuan cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik, menerima
terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan ketrampilan social.
3. Karakteristik cooperative learning antara lain: Positive Independence, Personal
Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal Skill, Group
Processing.
4. Model- model cooperative lerning antar lain : jigsaw, group invesgation dan listening team.
5. Peran guru dalam cooperative lerning adalah sebagai fasilitator, mediator, director
motivator dan evaluator.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wena, Made. 2010, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Bumi Aksara. Jakarta.
2. Uno B, Hamzah. 2007, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efetif. PT Bumi Aksara. Jakarta.
3. Hamdani, dkk. 2011, Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.
4. Mulyono. 2011, Strategi Pembelajaran: Menuju Efektifitas Pembelajaran di Abad
Global. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI). Malang.
5. Pribadi A, Benny. 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran. PT Dian Rakyat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai