Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI

“Model-Model Modifikasi Iklim Cuaca dalam Bidang Pertanian”

NAMA : RICCO SATRIAWAN


STAMBUK : E 281 19 378
KELAS : AGT-5/A05
DOSEN : Dr. Ir. Iskandar M. Lapanjang. M.P

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
MODIFIKASI IKLIM CUACA DI BIDANG PERTANIAN

- TERMONOLOGI HUJAN BUATAN


Pernah mendengar istilah hujan buatan? Kebanyakan orang
mengartikan istilah hujan buatan adalah hujan yang sengaja dibuat
oleh manusia. Sebenarnya istilah hujan buatan tidak dapat diartikan
secara harfiah sebagai pekerjaan membuat atau menciptakan hujan,
karena teknologi ini hanya berupaya untuk meningkatkan dan
mempercepat jatuhnya hujan, yakni dengan cara melakukan
penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang
bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan
butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan
mempercepat terjadinya hujan.
- Istilah yang lebih tepat untuk  mendefinisikan aktivitas hujan buatan
adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), karena pada dasarnya
hujan buatan merupakan aplikasi dari suatu teknologi. TMC
merupakan usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun
secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam
awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan
dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and
coalescense) atau proses pembentukan es (ice nucleation). Saat ini
TMC menjadi salah satu solusi teknis yang dapat dimanfaatkan untuk
menanggulangi bencana yang ditimbulkan oleh karena adanya
penyimpangan iklim/cuaca. TMC bukanlah hal baru di dunia, karena
teknologi ini sudah dipakai oleh lebih dari 60 negara untuk berbagai
- Proses Pembentukan Awan
Udara di sekeliling kita banyak mengandung uap air.  Tidak terhitung
banyaknya gelembung udara yang terbentuk oleh busa laut secara
terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air terangkat ke
langit. Partikel-partikel yang disebut dengan aerosol inilah yang
berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan membentuk titik-
titik air. Selanjutnya aerosol ini naik ke atmosfer, dan bila sejumlah
besar udara terangkat ke lapisan yang lebih tinggi, maka ia akan
mengalami pendinginan dan selanjutnya mengembun. Kumpulan titik-
titik air hasil dari uap air dalam udara yang mengembun inilah yang
terlihat sebagai awan. Makin banyak udara yang mengembun, makin
besar awan yang terbentuk.
Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Dingin

Pada awan dingin hujan dimulai dari adanya kristal-kristal es. yang berkembang
membesar melalui dua cara yaitu deposit uap air atau air super dingin
(supercooled water) langsung pada kristal es atau melalui penggabungan menjadi
butiran es. Keberadaan kristal es sangat penting dalam pembentukan hujan pada
awan dingin, sehingga pembentukan hujan dari awan dingin sering juga disebut
proses kristal es.

Hujan, salju dan hujan batu es terutama disebabkan oleh air yang menjadi dingin.
Salju terbentuk dalam atmosfer atas yang suhunya dibawah titik beku. Waktu
jatuh lewat atmosfer salju mencair dan menjadi hujan. Pada musim dingin, salju
jatuh tanpa menjadi cair dan masih berbentuk salju. Butiran salju terdiri dari
kristal es kecil-kecil.

Sewaktu udara naik lebih tinggi ke atmosfer, terbentuklah titik-titik air, dan
terbentuklah awan. Ketika sampai pada ketinggian tertentu yang sumbunya berada
di bawah titik beku, awan itu membeku menjadi kristal es kecil-kecil. Udara
sekelilingnya yang tidak begitu dingin membeku pada kristal tadi. Dengan
demikian kristal bertambah besar dan menjadi butir-butir salju. Bila menjadi
terlalu berat, salju itu turun. Bila melalui udara lebih hangat, salju itu mencair
menjadi hujan. Pada musim dingin salju jatuh tanpa mencair.

Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Hangat

Ketika uap air terangkat naik ke atmosfer, baik oleh aktivitas konveksi ataupun
oleh proses orografis (karena adanya halangan gunung atau bukit), maka pada
level tertentu partikel aerosol (berukuran 0,01 – 0,1 mikron) yang banyak
beterbangan di udara akan berfungsi sebagai inti kondensasi (condensation
nucleus) yang menyebabkan uap air tersebut mengalami pengembunan.Sumber
utama inti kondensasi adalah garam yang berasal dari golakan air laut. Karena
bersifat higroskofik maka sejak berlangsungnya kondensasi, partikel berubah
menjadi tetes cair (droplets) dan kumpulan dari banyak droplets membentuk
awan. Partikel air yang mengelilingi kristal garam dan partikel debu menebal,
sehingga titik-titik tersebut menjadi lebih berat dari udara, mulai jatuh dari awan
sebagai hujan.

Jika diantara partikel terdapat partikel besar (Giant Nuclei : GN : 0,1 – 5 mikron)
maka ketika kebanyakan partikel dalam awan baru mencapai sekitar 30 mikron, ia
sudah mencapai ukuran sekitar 40 – 50 mikron. Dalam gerak turun ia akan lebih
cepat dari yang lainnya sehingga bertindak sebagai kolektor karena sepanjang
lintasannya ke bawah ia menumbuk tetes lain yang lebih kecil, bergabung dan
jauh menjadi lebih besar lagi (proses tumbukan dan penggabungan). Proses ini
berlangsung berulang-ulang dan merambat keseluruh bagian awan. Bila dalam
awan terdapat cukup banyak GN maka proses berlangsung secara autokonversi
atau reaksi berangkai (Langmuir Chain Reaction) di seluruh awan, dan dimulailah
proses hujan dalam awan tersebut, secara fisik terlihat dasar awan menjadi lebih
gelap. Hujan turun dari awan bila melalui proses tumbukan dan penggabungan,
droplets dapat berkembang menjadi tetes hujan berukuran 1.000 mikron atau lebih
besar. Pada keadaan tertentu partikel-partikel dengan spektrum GN tidak tersedia,
sehingga proses hujan tidak dapat berlangsung atau dimulai, karena proses
tumbukan dan penggabungan tidak terjadi.

Bagaimana TMC Dapat Menambah Curah Hujan ?

Prinsip dasar penerapan TMC untuk menambah curah hujan adalah


mengupayakan agar proses terjadinya hujan menjadi lebih efektif. Upaya
dilakukan dengan cara mempengaruhi proses fisika yang terjadi di dalam awan,
yang dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung dimana lingkungan awan
tersebut berada. Untuk bagian awan dingin, curah hujan akan bertambah jika
proses pembentukan es di dalam awan juga semakin efektif. Proses pembentukan
es dalam awan akan semakin efektif jika awan disemai dengan menggunakan
bahan semai berupa perak iodida (Agl).

Untuk bagian awan hangat, upaya dilakukan dengan menambahkan partikel


higroskopik dalam spektrum Ultra Giant Nuclei (UGN : berukuran lebih dari 5
mikron ) ke dalam awan yang sedang dalam masa berkembang atau matang
sehingga proses hujan dapat segera dimulai serta berkembang ke seluruh awan.
Penambahan partikel dengan spektrum CCN (Cloud Condencation Nucleus: Inti
Kondensasi Awan) tidak perlu dilakukan, karena partikel dengan spektrum ini
sudah disediakan sendiri oleh alam. Dengan demikian awan tidak perlu dibuat,
karena dengan tersedianya CCN awan dapat terbentuk dengan sendirinya bila
kelembaban udara cukup. Pada kondisi tertentu, dengan masuknya partikel
higroskopik berukuran UGN kedalam awan, maka proses hujan (tumbukan dan
penggabungan) dapat dimulai lebih awal, durasi hujan lebih lama, dan daerah
hujan pada awan semakin luas, serta frekuensi hujan di tanah semakin tinggi. Dari
sinilah didapatkan tambahan curah hujan. Injeksi partikel berukuran UGN ke
dalam awan memberikan dua manfaat sekaligus, yang pertama adalah
mengefektifkan proses tumbukan dan penggabungan sehingga menginisiasi
(mempercepat) terjadinya proses hujan, dan yang kedua adalah mengembangkan
proses hujan ke seluruh daerah di dalam awan. Bahan semai yang digunakan
adalah bahan yang memiliki sifat higroskopik dalam bentuk super fine powder
(berbentuk serbuk yang berukuran sangat halus), paling sering digunakan adalah
NaCl, atau bisa juga berupa CaCl2 atau Urea.

Anda mungkin juga menyukai