Anda di halaman 1dari 7

Contoh Pembelajaran Abad 21

Moch. Lutfianto; Shohibul Ahyan; Novita Sari

Pembelajaran di Abad ke-21 sekarang ini


hendaknya disesuaikan dengan kemajuan dan
tuntutan zaman. Salah satu pembelajaran yang
mungkin dapat dilakukan adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat
pada siswa berbeda dengan cara tradisional yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru. Berikut
karakter belajar abad ke-21 yang sering disebut
sebagai 4C, yaitu:
1. Communication
Pada karakter ini, siswa dituntut untuk memahami,
mengelola, dan menciptakan komunikasi yang
efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan,
tulisan, dan multimedia. Siswa diberikan
kesempatan menggunakan kemampuannya untuk
mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat
berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika
menyelesaikan masalah dari gurunya.
2. Collaboration
Pada karakter ini, siswa menunjukkan
kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran
dan tanggungjawab; bekerja secara produktif
dengan yang lain; menempatkan empati pada
tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Siswa
juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan
fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan
hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai
standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri
dan orang lain; memaklumi kerancuan.
3. Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, siswa berusaha untuk
memberikan penalaran yang masuk akal dalam
memahami dan membuat pilihan yang rumit;
memahami interkoneksi antara sistem. Siswa juga
menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk
berusaha menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya dengan mandiri, siswa juga memiliki
kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
4. Creativity and Innovation
Pada karakter ini, siswa memiliki kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang
lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.
Dari keempat karakter belajar abad ke-21 di atas
jika dibandingkan dengan karakter pembelajaran
Pendidikan Matematika Realistik (Realistic
Mathematics Education), maka terdapat kesamaan
dari keduanya, dimana karakteristik pembelajaran
RME menurut Koeno Gravemeijer (1994) yaitu :
1. Using of Context (Problem)
Pada karakter ini, siswa diberikan kesempatan
untuk menyelesaikan permasalahannya
menggunakan apa yang ada di sekitarnya atau
konteks yang dikenali dan sudah dialami oleh siswa.
Hal ini berkaitan dengan karakter belajar abad ke-
21 yaitu critical thinking and problem solving.
2. Using of Model
Pada karakter ini, siswa menggunakan model-model
untuk menjembatani pemikiran mereka dari yang
abstrak ke yang lebih konkrit. Hal ini sejalan
dengan karakter creativity and innovation pada
karakter belajar abad 21.
3. Using of Student’s Contribution
Pada karakter ini, pembelajaran berlangsung lebih
mengutamakan kontribusi siswa agar siswa lebih
aktif dan mampu menggunakan kemampuannya
dengan optimal. Hal ini sejalan dengan karakter
critical thinking and problem solving, and creativity
and innovation.
4. Interactivity
Pada karakter ini, siswa diberikan kesempatan
untuk berinteraksi dengan optimal baik itu dengan
teman-temannya maupun dengan gurunya. Hal ini
sejalan dengan karakter communication and
collaboration.
5. Intertwining
Pada karakter ini, siswa diberikan kesempatan
untuk menghubungkan pemikirannya antara materi
yang satu dengan materi yang lainnya baik itu
termasuk dalam satu pelajaran maupun pada
pelajaran yang lain. Hal ini sejalan dengan karakter
collaboration.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan RME
merupakan pendekatan pembelajaran yang sangat
cocok digunakan di abad ke-21 ini. Oleh karena itu,
diharapkan kepada para pendidik khususnya
pendidik yang mengajarkan matematika hendaknya
menggunakan pembelajaran RME dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Berikut ini adalah salah satu contoh pembelajaran
yang mengacu pada karakter belajar abad 21.

HATCHING THE EGG


Kurikulum SD terdiri dari 3 pokok kajian utama
yakni bilangan, geometri dan pengukuran, dan
pengolahan data. Pengolahan data diajarkan
pertama kali pada kelas V, sedangkan bilangan,
geometri dan pengukuran telah dikenalkan secara
bertahap dari kelas I. Hal ini menandakan bahwa
pengetahuan mengenai geometri sangat penting.
Selain itu, geometri merupakan materi yang bisa
dengan mudah ditemui siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Meja yang berbentuk persegi, bentuk
ubin, bentuk telur, dll.
Pada kelas 1 SD, materi geometri yang harus
dipahami siswa adalah pengenalan bangun datar
sederhana. Guru dapat menyajikan berbagai cara
untuk mengenalkan siswa tentang bangun datar.
Dikarenakan tuntutan pembelajaran abad 21 yang
menginginkan siswa dapat berkomunikasi,
berkolaborasi, berpikir kritis dan memecahkan
masalah, kreatif dan berinovasi, guru harus dapat
menemukan strategi pembelajaran yang tepat agar
aspek-aspek pembelajaran abad 21 dapat dipenuhi.
Salah satu cara untuk mengenalkan siswa SD kelas
1 tentang bangun datar yang mengacu pada
pembelajaran abad 21 adalah “Hatching the Egg”.
Pembelajaran “Hatching the Egg” dimulai dengan
diberikan cerita kepada siswa untuk membantu
menetaskan telur menjadi seekor burung.

Gambar 1. Model telur


Dari gambar telur, terdapat beberapa bidang yang
akan dipotong untuk membuat burung dengan
bermacam-macam bentuk, misalnya burung
berenang, burung makan, dan lain sebagainya.
Setidaknya ada 10 (sepuluh) bidang yang akan
terbentuk setelah dipotong atau digunting. Dari
kesepuluh bidang yang terbentuk, siswa diajak
untuk membentuk burung yang telah ditentukan
oleh guru terlebih dahulu misalnya seperti gambar
di bawah ini.

Gambar 2 contoh bentuk burung

Setelah siswa bisa membentuk burung-burung


tersebut, siswa diminta untuk mebuat bentuk
burung lain sebanyak-banyaknya. Untuk menunjang
kolaborasi dan komunikasi lebih baik siswa dibentuk
dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa dapat
berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman
sekelompoknya untuk menemukan bentuk burung
tersebut. Permainan ini merupakan kegiatan
pemecahan masalah yaitu bagaimana “menetaskan
sebuah telur” menjadi burung-burung dengan
berbagai bentuk. Pada saat membentuk burung-
burung, siswa akan menggunakan strategi. Salah
satu strategi yang digunakan adalah dengan
membuat sketsa bangun datar pada gambar burung
yang diberikan. Karakter kreativitas dan inovasi
pada siswa bisa terlatih pada saat membentuk
burung selain yang telah ditentukan.
Berikut adalah contoh-contoh bentuk burung yang
terbentuk dari kesepuluh bangun tersebut, yaitu :

Anda mungkin juga menyukai