Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PENDAHULUAN

2.1 PENGERTIAN BATUBARA

Batubara  adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah


batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris
seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Pembentukan batubara dimulai sejak jaman cartoniferous period yang


dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 290 juta sampai
360 juta tahun lalu. Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organic.
Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite ( batubara muda ) atau brown coal
( batubara coklat ) yang disebut dengan jenis maturitas organic rendah. Dibanding
dengan batubara jenis lainnya, baubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi
hitam pekat sampai kecoklat – coklatan.

Batubara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Didalamnya terikat sulfur


dan nitrogen, bila batubara terbakar pengotor ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air ( kabut ) dan
tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfuric dan nitrit yang disebut
sebagai hujan asam.

2.1.1 MATERI PEMBENTUK BATUBARA

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis


tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut :

a) Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
b) Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
c) Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
d) Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian
seperti di Australia, India, dan Afrika.
e) Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

2.1.2 KOMPOSISI BATUBARA

Komposisi batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan


tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N,
S, P. Hal ini dapat dipahami, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan
yang telah mengalami coalification. Pada dasarnya pembentukkan batubara sama
dengan cara manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya, arang kayu dapat
dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang
pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam, selama jangka waktu ratusan
hingga ribuan tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak
parameter yang berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas
parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.

Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan


pengotor ( impurities ). Hal ini bisa terjadi ketika proses coalification ataupun pada
proses penambangan yang dalam hal ini menggunakan alat-alat berat yang selalu
bergelimang dengan tanah. Ada dua jenis pengotor yaitu:

a) Inherent impurities

Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang


sudah dibakar memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-
sama pada proses pembentukan batubara. Pengotor tersebut dapat berupa
gypsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), pirit (FeS2), silica (SiO2). Pengotor
ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi dengan
melakukan pembersihan.

b) Eksternal impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari luar, timbul pada saat proses
penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu
batubara mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang
akan dipergunakan dan pemeliharaan alat.

2.1.3 JENIS-JENIS BATUBARA

Jenis-jenis batubara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya


dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya misalnya, batubara jenis
bituminous banyak digunakan untuk bahan bakar tenaga pembangkit listrik, pada
industry baja atau genteng serta industry semen menggunakan ( batubara fermal
atau batubara steam coal ). Adapun antrasit digunakan untuk proses sintering bijih
mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping dan
digunakan untuk pembuatan briket tanpa asap.

Berdasarkan tingkat proses pembentukanya yang dikontrol oleh tekanan,


panas dan waktu. Batubara umumnya dibagi kedalam 5 kelas yaitu :

a) Antrasit

Adalah kelas batubara tinggi, dengan warna hitam berkilauan ( luster ) metallic,
mengandung 86% - 98% unsure karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.

b) Bituminous

Adalah batubara yang mengandung 68% - 86% unsur karbon (C) dan berkadar
air 8% - 10% dari beratnya.

c) Sub – Bituminous

Adalah batubara yang mengandung sedikit karbon (C) dan banyak air, dan oleh
karenanyamenjadai sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminous.

d) Lignite / brown coal

Adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung 35% - 75% dari
beratnya

e) Gambut
Adalah tahap awal dari pembentukan batubara yang berpori dan memiliki kadar
air di atas 75% serta memiliki nilai kalori yang paling rendah.

2.1.4 PEMBENTUKAN BATUBARA

proses perubahan sisa – sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara


biasanya disebut dengan istilah pembatubaraan ( coalification ). Secara singkat ada
2 tahap proses yang terjadi dalam pembatubaraan yakni :

a) Tahap Diagenetik / Biokimia

Dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen
utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
( dekomposisi ) dan kompaksi material organic serta membentuk gambut.

b) Tahap Malihan / Geokimia

Meliputi proses perubahan dari lignit menjadi batubara kelas bituminous dan
akhirnya akan menjadi batubara kelas antrasit.

2.1.5 Teori Berdasarkan Tempat Terbentuknya

Teori Insitu ;

Bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuh-tumbuhan


asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan mati, belum mengalami proses
transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification.
Ciri :

- Penyebaran luas dan merata

- Kualitas lebih baik

- Contoh : Muara Enim

Teori Drift :

Bahan-bahan pembentuk batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat


tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah
mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat,
tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami coalification.

Ciri :

- Penyebaran tidak luas tetapi banyak

- Kualitas kurang baik ( mengandung pasir pengotor)

- Contoh : pengendapan delta di aliran sungai Mahakam.

2.2 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM


Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang
akhirnya dikenal dengan Klasifikasi menurut ASTM (America Society for Testing
and Material). Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara itu atau berdasarkan
derajat metamorphism nya atau perubahan selama proses coalifikasi (mulai dari
lignite hingga antrasit). Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed
carbon (dmmf), volatile matter (dmmf) dan nilai kalor dalam Btu/lb dengan basis
mmmf (moist, mmf). Cara pengklasifikasian :
 Untuk batubara dengan kandungan VM lebih kecil dari 31% maka
klasifikasi didasarkan atas FC nya, untuk ini dibagi menjadi 5 group, yaitu:
1. FC lebih besar dari 98% disebut meta antrasit
2. FC antara 92-98% disebut antrasit
3. FC antara 86-92% disebut semiantrasit
4. FC antara 78-86% disebut low volatile
5. FC antara 69-78% disebut medium volatile
 Untuk batubara dengan kandungan VM lebih besar dari 31%, maka
klasifikasi didasarkan atas nilai kalornya dengan basis mmmf
1. 3 group bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara
14.000
- 13.000 Btu/lb yaitu :
1. High Volatile A Bituminuos coal (>14.000)
2. High Volatile B Bituminuos coal (13.000-14.000)
3. High Volatile C Bituminuos coal (<13.000)
2. group Sub-Bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara
13.1 – 8.300 Btu/lb yaitu :
1. Sub-Bituminuos A coal (11.000-13.000)
2. Sub-Bituminuos B coal (9.000-11.000)
3. Sub-Bituminuos C coal (8.300-9.500)
 Untuk batubara jenis lignit
1. 2 group Lignite coal dengan moist nilai kalor di bawah 8.300
Btu/lb yaitu: Lignit (8.300-6300)

Tabel.1 Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya  (ASTM, 1981, op


cit Wood et al., 1983)

Volatile
Fixed
Matter Calorific Value Limits BTU per
Carbon ,% ,
Limits, % , pound (mmmf)
dmmf
dmmf
Class Group
Equal Les Equa Equal
Greate
or s l or or Less Agglomerating
r
Greate Tha Less Greate Than Character
Than
r Than n Than r Than
nonagglomeratin
1.Meta-anthracite 98 2
g
I Anthracite* 2.Anthracite
92 98 2 8
3.SemianthraciteC
86 92 8 14
1.Low volatile
78 86 14 22
bituminous coal
2.Medium
volatilebituminous 69 78 22 31
coal
3.High
14000
volatile A bituminous 69 31 D commonly
coal
II Bituminous
4.High
13000 1400
volatile Bbituminous D agglomerating**E
0
coal
5.High
1300
volatile Cbituminous 11500
0
coal
1150
10500 agglomerating
0
III 1.Subbituminous  Aco 10500 1150
Subbituminou al 0
2.Subbituminous  Bco 1050
9500
al 0
s
3.Subbituminous  Cco nonagglomeratin
8300 9500
al g
1.Lignite A 6300 8300
IV. Lignite
1.Lignite B 6300
8

Anda mungkin juga menyukai