Anda di halaman 1dari 5

TUGAS STABILITAS OBAT

Resume Jurnal

“UJI STABILITAS ASETOSAL BENTUK SEDIAAN TABLET DAN


TABLET SALUT ENTERIK”

Disusun oleh:

Marwah Najwa A
2016210147
C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
I. Pendahuluan
Tes stabilitas suatu zat aktif atau obat jadi memberikan informasi tentang variasi
substansi zat aktif atau produk jadi dengan pengaruh variasi lingkungan seperti
temperatur, kelembapan, dan paparan cahaya [1]. Dalam bidang farmasi, pemeriksaan
mutu obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan
kadar yang tepat, sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki.
Penyimpanan obat pada kondisi suhu udara yang sangat panas, kelembaban ruangan
yang tinggi dan terpapar cahaya dapat merusak mutu obat. Perubahan suhu
merupakan salah satu faktor luar yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan farmasi.
Asetosal merupakan senyawa ester dari turunan asam salisilat yang merupakan
salah satu obat analgetika non narkotik dari kelompok Obat Anti Inflamasi Non
Steroid (OAINS) yang sering digunakan oleh masyarakat luas sebagai analgetik
(penahan rasa sakit), antiPiterik (penurun demam) dan antiinflamasi (peradangan).
Penggunaan asetosal dalam dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan beberapa
indikasi dan dampak negatif seperti iritasi lambung, perdarahan, perforasi atau
kebocoran lambung serta menghambat aktivitas trombosit. Penentuan kadar asetosal
dalam sediaan obat menjadi sangat penting untuk uji kualitas produk sebelum dan
selama proses produksi maupun setelah menjadi produk akhir.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mujahid dkk (2013) terhadap asetosal
bentuk sediaan tablet dan tablet salut enterik menunjukan bahwa temperatur
memberikan persentase penurunan maksimum sebesar 8% untuk asetosal bentuk
sediaan tablet dan 3% untuk asetosal bentuk sediaan tablet salut enterik pada suhu
60oC dalam bentuk yang tidak dibungkus. Dengan persentase penurunan ini belum
diketahui apakah kadar asetosal pada kedua sediaan tersebut masih memenuhi atau
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, karena pada penelitian Mujahid dkk
(2013) hanya melihat persentase penurunan dari nilai serapan sampel yang diukur dan
tidak sampai menghitung kadar sampel.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti apakah
dengan adanya perlakuan penyimpanan pada suhu 60oC selama 24 jam asetosal
bentuk sediaan tablet dan tablet salut enterik terjadi penurunan yang signifikan dan
mempengaruhi dari masing-masing persyaratan yang telah ditetapkan untuk kadar
tablet asetosal dan tablet salut enterik. Sesuai persyaratan Farmakope Indonesia Edisi
IV, sediaan asetosal tablet mengandung asetosal, C9H6O4, tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket, dan sediaan asetosal
tablet lepas tunda mengandung asetosal, C9H6O4, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

II. Metodologi Penelitian


Populasi dalam penelitian ini diambil dari asetosal bentuk sediaan tablet dan tablet
salut enterik yang dijual di Apotek Enggal Bandar Lampung, karena apotek tersebut
merupakan apotek terbesar di kota Bandar Lampung.
Pada penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel purposive
sampling, yaitu dengan kriteria sebagai berikut : obat asetosal bentuk sediaan tablet
dan tablet salut enterik dengan nama dagang dan nama generik yang paling banyak
dibeli oleh masyarakat dan paling mudah didapat pada apotek “Enggal”, didapat 2
sampel yaitu sampel A (Asetosal tablet) dan sampel B (Asetosal tablet salut enterik)
yang telah dibuka dan diberi perlakuan dengan adanya pengaruh temperatur pada
suhu 60oC selama 24 jam.
 Pembuatan Larutan Baku Asetosal
Sebanyak 10 mg standar asetosal ditimbang dengan teliti. Tambahkan larutan
HCl 0,1 N : metanol (1:1) sebanyak 50 mL dalam gelas beker. Asetosal dan
pelarut kemudian diaduk dengan pengadukhingga larut sempurna. Larutan
yangdihasilkan setelah itu dimasukkan dalam labu ukur 100 mL danditambah
HCl 0,1 N : metanol (1:1) sampai tanda batas. Larutan digojog hingga
homogen, sehingga diperoleh larutan induk asetosal dengan konsentrasi 100
ppm.

 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum


Sebanyak 0,6 mL larutan baku asetosal 100 ppm dimasukkan ke dalam labu
takar 10 mL. Ditambah pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1) hingga tanda batas.
Dilakukan penggojogan sampai larutan menjadi homogen. Larutan yang telah
homogen di-scanning pada panjang gelombang 200-400 nm. Panjang
gelombang maksimum yang terpilih adalah panjang gelombang yang
memberikan serapan asetosal yang paling tinggi di daerah visibel.

 Pembuatan Kurva Baku


Sejumlah 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mL larutan baku asetosal 100 ppm masing-
masing dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan
pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1) hingga tanda batas, sehingga didapat
konsentrasi larutan baku berturut-turut sebesar 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,
dan 10 ppm. Dilakukan penggojogan sampai larutan menjadi homogen.
Larutan yang telah homogen kemudian disaring dan diukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum (λmaks).

 Pengaruh Temperatur pada Suhu 60o C Selama 24 Jam


Sampel tablet dan tablet salut enterik dipanaskan pada suhu 60 o C. Sampel
dibiarkan selama 24 jam pada suhu 60o C dengan menggunakan oven. Sampel
diambil setelah 24 jam.

 Penetapan Kadar Sampel


Ditimbang dengan seksama setaradengan 50 mg sampel yang telah memenuhi
keseragaman bobot dan telah diberi perlakuan, dimasukkan ke dalam gelas
beker ukuran 100 mL. Tambah pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1) sebanyak 50
mL dan diaduk menggunakan pengaduk hingga larut sempurna. Larutan
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan dengan pelarut HCl 0,1
N : metanol (1:1) sampai batas. Dilakukan penggojokan sampai larutan
menjadi homogen Larutan yang telah homogen selanjutnya disaringan dengan
kertas saring whatman No.42. Filtrat yang diperoleh diambil sebanyak 1 mL
dan dimasukkan dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan ke dalam labu ukur
tersebut pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1) sampai tanda batas. Dilakukan
penggojokan sampai larutan menjadi homogen. Larutan yang telah homogen
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum (λmaks). Kadar
asetosal dihitung dengan memasukkan nilai serapan yang diperoleh ke dalam
persamaan regresi linear kurva baku asetosal.

 Perhitungan Kadar
Kadar sampel yang diperoleh dalam ppm (mg/L), dikonversikan dalam satuan
persen (%), dengan rumus :
X x V x Fp
Kadar asetosal(%)= x 100%
W
Keterangan
X: Konsentrasi sampel (ppm=mg/L)
W: Bobot kesetaraan (mg)
Fp: Faktor pengenceran
V: Volume larutan sampel (L)
III. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian tentang pengaruh suhu dan waktu penyimpanan terhadap
penurunan kadar asetosal bentuk sediaan tablet dan tablet salut enterik diperoleh hasil
sebagai berikut:
 Pemeriksaan penandaan sampel

Anda mungkin juga menyukai