Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

K3- LINGKUNGAN

KEPMEN NO.555 TAHUN 1995

Disusun Oleh :

RONI YUDHA WICAKSONO

3022018462

POLITEKNIK NEGERI KETAPANG

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya,sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah K3-Lingkungan dengan judul “K3
Pertambangan Kepmen No.555 Tahun 1995)” tepat pada waktunya.

Pembuatan makalah ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus
ditempuh untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 dalam program studi Teknik
Pertambangan. Selain itu juga bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

Besar harapan saya agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya bagi saya pribadi. Terlepas dari semua itu saya menyadari masih
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun segi bahasanya. Oleh
karena itu saya menerima saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini semakin
baik untuk selanjutnya

Ketapang, 5 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keputusan Menteri Pertambangan No.555 Tahun 1995....................................2
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN................................................................................................18
3.2 SARAN............................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah
dan bisnis sejak lama.Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena
sangat terkait dengan kinerja karyawandan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin
sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Pelaksanaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehinggadapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh,merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas. Maka dari itu Keputusan menteri pertambangan
No.55 tahun 1995 mengatur segala upaya untuk berlangsungnya K3 yang
baik.

1.2. Tujuan
Mengetahui keputusan menteri pertambangan No.555 tahun 1995

1
BAB II
RESUME KEPUTUSAN MENTERI NO 555 TAHUN 1995

2.1 Kepmen No.555 Tahun 1996


Menimbang :
a. bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973
pengaturan keselamatan kerja di bidang pertambangan menjadi
kewenangan Menteri Pertambangan dan Energi;
b. bahwa sesuai dengan kemajuan teknologi pertambangan semua
ketentuan keselamatan kerja dibidang pertambangan yang termuat dalam
Mijin Politie Reglement (MPR) 1930Nomor 341, sudah tidak dapat
dipertahankan lagi, oleh karena itu perlu ditinjau kembali;
c. bahwa peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sifatnya sangat
teknis dan memuat aturan rinci yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan teknologi, maka pengaturannya cukup diatur dengan suatu
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 (LN Tahun 1967 Nomor 22,
TLN Nomor 2831);
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 (LN Tahun 1970 Nomor 1,
TLN Nomor 2981);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 (LN Tahun 1969 Nomor
60, TLN Nomor 2916) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 1992(LN Tahun 1992 Nomor 130, TLN
Nomor 3510);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 (LN Tahun 1973 Nomor
25, TLN Nomor3003);
5.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 (LN Tahun 1980 Nomor
47, TLN Nomor3174) dan
6. Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 tanggal 17 Maret 1993.

2
No Pasal Tentang Bunyi
dan Ayat
1 Pasal 1 Pengertian Tempat adalah setiap tempat pekerjaan yang
(1) Usaha pertambangan bertujuan atauberhubungan
langsung dengan penyelidikan
umum, eksplorasi, study
kelayakan,konstruksi, operasi
produksi atau eksploitasi,
pengolahan atau
pemurnian,pengangkutan,penjualan,
bahan galian golongan a, b dan c
termasuk sarana dan prasarana
penunjang
yang ada di atas atau di bawah
tanah, baik yang berada dalam satu
wilayah atau pada tempat yang
terpisah.
2 Pasal 1 Pengertian Perusahaan adalah orang atau badan usaha yang
(2) Pertambangan diberi wewenang
untukmelaksanakan usaha
pertambangan berdasarkan Kuasa
Pertambangan atau PerjanjianKarya
3 Pasal 1 Pengertian adalah suatu tempat
(3) Tambangan kegiatanpenambangan yang
dilakukan untukmendapatkan bahan
galian.
4 Pasal 1 Pengertian adalah suatu sistem penambangan
(4) Tambangan untuk mendapatkan bahangalian
Perumukaan yang kegiatannya dilakukan di atas
permukaan tanah atau dari atau
permukaan air
5 Pasal 1 Pengertian Tambang adalah suatu sistem penambangan
(5) Bawah Tanah untuk mendapatkan bahangalian

3
yang kegiatannya dilakukan di
bawah tanah
6 Pasal 1 Pengertian Pekerja adalah setiap orang yang langsung
(7) Tambang bekerja pada kegiatan usaha
pertambangan
7 Pasal 1 Pengertian adalah setiap kecelakaan yang
( 8) Kecelakaan Tambang menimpa pekerja tambang atau
orang yang mendapat izin masuk
pada kegiatan usaha pertambangan.
8 Pasal 1 Pengertian Buku adalah buku catatan yang memuat
(11) Tambangan larangan, perintah, dan
petunjukPelaksana Inspeksi
Tambangan yang wajib
dilaksanakan oleh Kepala Teknik
Tambang.
9 Pasal 1 Pengertian Pelaksana adalah aparat pengawas pelaksana
(12) Inspeksi Tambang peraturan keselamatandan
kesehatan kerja di lingkungan
pertambangan umum
10 Pasal 1 Pengertian Wilayah adalah tempat yang ditetapkan oleh
(13) Proyek Direktur Jenderal atau
GubernurKepala Daerah Tingkat I
yang digunakan untuk penyediaan
fasilitas tambang
11 Pasal 1 Pengertian Bahan adalah semua senyawa kimia,
(14) Peledak campuran, atau alat yang dibuat,
diproduksiatau digunakan untuk
membuat bahan peledak dengan
reaksi kimia yang
berkesinambungan di dalam bahan-
bahannya. Bahan peledak dalam hal
ini termasukmesiu, nitrogliserin,
dinamit, gelatin, sumbu ledak,
sumbu bakar, detonator,

4
amoniumnitrat, apabila dicampur
dengan hydrokarbon dan bahan
ramuan lainnya.
12 Pasal 1 Pengertian Detonator adalah suatu benda yang
(15) mengandung isian bahan peledak
yang digunakansebagai penyala
awal ledakan dan dalam hal ini
termasuk detonator listrik,
detonatorbiasa, bukan listrik (nonel)
atau detonator tunda.
13 Pasal 1 Pengertian Gudang Gudang adalah suatu bangunan atau
(16) kontener yang secara teknis mampu
menyimpanbahan peledak secara
aman.
14 Pasal 1 Pengertian Juru Ledak adalah seseorang yang diangkat
(17) oleh perusahaan pertambangan atau
KepalaTeknis Tambang untuk
melaksanakan pekerjaan peledakan
dan orang tersebut harusmemiliki
Kartu Izin Meledakkan (KIM).
15 Pasal 1 Pengertian Pekerjaan adalah pekerjaan yang terdiri dari
(18) Peledakan meramu bahan peledak,
membuatprimer, mengisi dan
menyumbat lubang ledak,
merangkai, dan menyambung suatu
polapeledakan, menyambung suatu
sirkit peledakan kesebuah sirkit
detonator, sirkit alatpenguji atau
mesin peledak, menetapkan daerah
bahaya, menyuruh orang
menyingkir,dan berlindung,
menguji sirkit peledakan,
meledakkan lubang ledak,

5
menangani kegagalanpeledakan,
dan mengendalikan akibat
peledakan yang merugikan seperti
lontaran batu,getaran tanah,
kebisingan, dan tertekannya udara
yang mengakibatkan efek ledakan
(airblast).
16 Pasal 1 Pengertian Calon Juru adalah seseorang yang disetujui
(19) Ledak oleh Kepala Teknik Tambang
untukmengikuti pelatihan dalam
pekerjaan peledakan dengan
pengawasan yang ketat dariseorang
juru ledak
17 Pasal 1 Pengertian Ledakan adalah suatu ledakan tunggal atau
(20) seri yang diledakkan sebagai bagian
darisuatu peledakan.
18 Pasal 1 Pengertian Jarak adalah jarak minimum dimana
(21) Aman Gudang gudang bahan peledak harus
terpisahdari gudang-gudang yang
lain, bangunan yang dihuni orang,
jalan kereta api serta jalanumum
dan yang tergantung pada jenis dan
jumlah bahan peledak yang
disimpandidalamnya.
19 Pasal 1 Pengertian Bahan adalah bahan peledak yang dapat
(22) Peledak Peka meledak dengan
Detonator detonator No. 8
20 Pasal 1 Pengertian Bahan adalah bahan peledak yang hanya
(23) Peledak Peka Primer dapat meledak
denganmenggunakan primer atau
booster dengan detonator No. 8.
21 Pasal 1 Pengertian Bahan adalah bahan baku yang apabila
(24) Ramuan Bahan dicampur dengan bahan tertentu
Peledak akan menjadi bahan peledak peka

6
primer.
22 Pasal 1 Pengertian Gudang Adalah gudang yang digunakan
(25) Bahan Peledak Utama sebagai tempat penyimpan
bahan peledak yang letaknya tidak
terlalu jauh dari tambang dan dari
gudang ini bahanpeledak dipakai
untuk keperluan peledakan.
23 Pasal 1 Pengertian Gudang adalah gudang yang dipergunakan
(26) Bahan Peledak Transit sebagai tempat
penyimpanan sementara
sebelumdiangkut/dipindahkan ke
gudang bahan peledak utama
24 Pasal 1 Pengertian Gudang adalah gudang yang dipergunakan
(27) Bahan Peledak untuk kegiatan
Sementara pertambangan pada tahap eksplorasi
atau persiapanpenambangan.
25 Pasal 1 Pengertian Kontener adalah gudang bahan peledak yang
(28) berbentuk peti kemas yang terbuat
dari platlogam
26 Pasal 1 Pengertian Pesawat adalah setiap peralatan mesin atau
(29) Angkut (crane) alat yang digerakkan
tenagamekanis, tenaga listrik atau
tenaga hidrolis yang dapat
digunakan sebagai mesin
pengangkat termasuk rel, jalan rel
atau alat pembantu lainnya, tetapi
tidak termasukpemanjat lubang naik
(raise climber) yang dipasang pada
sumuran tambang
27 Pasal 1 Pengertian Takel adalah alat pengangkat, yang terdiri
(30) dair gelang-gelang (shackle), alat
sangkutanpengait yang bebas
berputar (swivel), pengait (hooks),
kawat penggantung (sling), baut

7
bercincin (eyebolt), rantai, dan
pengait khusus (fitting) yang
digunakan untuk mengangkat
dan setiap penjepit yang digunakan
untukmengamankan kawat\.
28 Pasal 1 Pengertian Bengkel adalah suatu tempat atau ruang
(35) kerja untuk melakukan perbaikan,
perawatan,pembuatan, pemasangan
atau pengujian peralatan
pertambangan dan pekerjaan
Teknik lainnya yang menunjang
kegiatan pertambangan.
29 Pasal 1 Pengertian Listrik adalah instalasi dengan tegangan
(36) Tegangan Tinggi lebih 300 volt dalam konsidi
kerjayang normal (250 volt pada
sirkit di bawah tanah).
30 Pasal 1 Pengertian Bor adalah salah satu tipe bor ulir
(37) Bangka (auger) yang dilengkapi dengan
sistem pipapenahan dan alat
penginti masuknya pipa pemboran
kedalam tanah yang
dipengaruhioleh gerak berputanya
lantai kerja yang disatukan dengan
kepala pipa penahan. Sistem
pengambilan percontoh
dioperasikan dengan cara
menumbukkan dari lantai kerja
31 Pasal 1 Tambang Hidrolis adalah salah satu jenis tambang
(38) permukaan yang menggunakan
airuntuk mengali dan mengangkut
material ke instalasi pencucian
32 Pasal 1 Pengertian Alat adalah alat mekanis yang digunakan
(39) Pemindah Tanah untuk memindah tanah pucuk, tanah
penutup, dan bahan galian pada

8
waktu pekejraan pembersihan,
penggalian,pengangkatan serta
pemindahan, termasuk buldozer,
shovel, dragline, scrape, dan
bucketwheelexcavator tetapi tidak
termasuk kendaraan pengangkutan
seperti dump truck
33 Pasal 1 Pengertian Kapal adalah kapal yang digunakan untuk
(40) Keruk Pertambangan kegiatan penggalianpertambangan
termasuk kapal yang digunakan
sebagai sarana penunjang yang
dilakukan
dari permukaan air, selanjutya
disebut Kapal Keruk\.
34 Pasal 1 Pengertian Kawat adalah kawat yang dipasang pada
(41) Haluan haluan untuk menambatkan
KapalKeruk.
35 Pasal 1 Pengertian Kawat adalah kawat yang dipasang pada
(42) Samping bagian samping kiri kanan
untukmenambatkan Kapal Keruk.
36 Pasal 1 Pengertian Kawat adalah kawat yang dipasang pada
(43) Buritan bagian belakang Kapal Keruk
37 Pasal 1 Pengertian Kawat adalah kawat yang dipergunakan
(44) Penambat untuk menambatkan kapal yaitu
kawathaluan, samping, dan buritan.
38 Pasal 1 Pengertian Jangkar adalah jangkar dengan rantai yang
(45) Spil dipasang pada bagian tengah
belakangKapal Keruk\.
39 Pasal 1 Pengertian adalah ponton yang dibagi-bagi atas
(46) Kompartemen/Tangkit ruangan-ruangan yang kedapair
40 Pasal 1 Pengertian Ponton adalah ruangan tertutup yang
(47) berfungsi sebagai pengapung Kapal
Keruk.
41 Pasal 1 Tangki Pengaman adalah sederetan kompartemen
(48) kecil untuk melindungi

9
kompartemenutama dari benturan.
42 Pasal 1 Pengertian Tangki adalah kompartemen yang dapat
(49) Balast diisi air untuk keseimbangan Kapal
Keruk.
43 Pasal 1 Pengertian Pintu Pintu di geladak yang digunakan
(50) Pemeriksaan sebagai jalan untuk
pemeriksaan atau perbaikan
kompartemen.
44 Pasal 1 Pengertian Daerah adalah setiap daerah tambang
( 62) Berpotensi Bahaya bawah tanah yang berada padajarak
45 meter dari permukaan tanah,
tempat-tempat kerja yang sudah
ditinggalkan,lapisan yang
mengandung air atau diperkirakan
mengandung air dan material
yangmengalir atau akan mengalir
jika basah.
45 Pasal 1 Pengertian Lampu adalah lampu yang terlindung atau
( 72) Keselamatan tertutup rapat sehingga
tidakmungkin menyulut udara yang
mengandung gas atau debu yang
mudah terbakar yangberada di luar
lampu tersebut.
46 Pasal 1 Pengertian Lorong adalah setiap jalan yang digunakan
(86) Lalu Lintas untuk lalulintas orang dari dan
ketempat kerja dan termasuk jalan
yang digunakan sebagai jalan
keluar yang kedua dari
dalam tambang.
47 Pasal 1 Pengertian Lorong adalah jalan ditambang termasuk
(87) lubang maju, lubang melintang,
jalan antara duapilar atau jalan pada
sistem penambangan ruang dan
penyangga alami atau jalan

10
untukpengangkutan.
48 Pasal 2 Ruang Lingkup (1) Keputusan Menteri ini berlaku
(1 & 2) untuk seluruh kegiatan usaha
pertambangan Karya atau
padatempat lain yang telah
ditetapkan sebagai proyek oleh
Direktur Jenderal atau
GubernurKepala Daerah Tingkat
I sesuai dengan kewenangannya.
(2) Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang dapat memberikan
pengecualian
terhadappelaksanaan ketentuan-
ketentuan dalam Keputusan
Menteri ini atas dasar
permintaanpengusaha atau
Kepala Teknik Tambang
49 Pasal 3 Larangan Memasuki (1) Dilarang memasuki atau berada
(1,2 & 3) Wilayah Kegiatan pada suatu lokasi kegiatan usaha
Pertambangan pertambangan kecualimereka
yang bekerja atau mendapat
izin.
(2) Bagi mereka yang mendapat izin
untuk memasuki suatu wilayah
kegiatan usahapertambangan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), harus disertai oleh
Kepala TeknikTambang atau
petugas yang ditunjuk yang
memahami situasi dan kondisi
daerah yang akandikunjungi.
(3) Jalan yang ditetapkan oleh
Kepala Teknik Tambang

11
sebagai jalan khusus yang
dipergunakankegiatan usaha
pertambangan dan apabila
diberikan hak kepada umum
untukmempergunakannya maka
keselamatan penggunaan hak
tersebut menjadi
tanggungjawabnya.
50 Pasal 4 Kewajiban Pengusaha (1) Pengusaha baru dapat memulai
( 1 s.d 7) Pertambangan kegiatan usaha pertambangan
setelah memberitahukansecara
tertulis kepada Kepala Pelaksana
InspeksiTambang
(2) Pengusaha dalam waktu 2
minggu setelah salah satu dari
setiap kegiatan di bawah ini
harusmengirimkan laporan
tertulis kepada Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang, yaitu :
a. memulai kegiatan eksplorasi,
pembukaan tambang, dan
terowongan baru mendatar
atauterowongan pada lapisan
batubara tambang bawah
tanah;
b. memulai pembuatan sumuran
baru atau jalan keluar untuk
setiap tambang bawah
tanahdan
c. menghentikan kegiatan atau
meninggalkan setiap tambang
permukaan atau
setiapterowongan mendatar

12
atau terowongan pada
lapisan, sumuran atau jalan
keluar daritambang bawah
tanah yang dihitung 12 bulan
dari tanggal kegiatan terakhir,
kecuali telahditinggalkan
sebelumnya.
(3) Pengusaha harus menyediakan
segala peralatan, perlengkapan,
alat pelindung diri, fasilitas dan
biaya yang diperlukan untuk
terlaksananya peraturan ini.
(4) Pengusaha harus menyediakan
secara cuma-cuma alat
pelindung diri yang diperlukan
sesuaidengan jenis, sifat dan
bahaya pada pekerjaan yang
dilakukannya dan bagi setiap
orang yangmemasuki tempat
usaha pertambangan.
(5) Berdasarkan pertimbangan
Kepala PelaksanaInspeksi
Tambang, pengusaha harus
menyediakan akomodasi yang
patut pada atau dekat usaha
pertambangan untuk
PelaksanaInspeksi Tambang
selama melakukan tugasnya.
(6) Pengusaha harus memberikan
bantuan sepenuhnya kepada
Pelaksana Inspeksi
Tambangdalam melaksanakan

13
tugasnya.
(7) Pengusaha harus menghentikan
pekerjaan usaha pertambangan,
apabila Kepala TeknikTambang
atau petugas yang ditunjuk tidak
berada pada pekerjaan usaha
tersebut.
51 Pasal 5 Pengangkatan Kepala (1) Kegiatan eksplorasi atau
Teknik Tambang ekploitasi baru dapat dimulai
(KTT) setelah pemegang
KuasaPertambangan memiliki
Kepala Teknik Tambang.
(2) Pengusaha wajib menunjuk
Kepala Teknik Tambangan dan
dapat pengesahan
KepalaPelaksana Inspeksi
Tambang.
(3) Pengusaha dapat mengajukan
permohonan kepada Kepala
Pelaksana Inspeksi
Tambanguntuk mengangkat
lebih dari seorang Kepala
Teknik Tambang apabila
dianggap perlu atauberdasarkan
pertimbangan tertentu dari
Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
(4) Pengusaha dapat mengajukan
permohonan kepada Kepala
Pelaksana Inspeksi
Tambanguntuk mengangkat satu
atau lebih Wakil Kepala Teknik
Tambang apabila dianggap perlu

14
atauberdasarkan pertimbangan
tertentu dari Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.
(5) Pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) dan (4) akan ditetapkan
olehKepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
(6) Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang dapat memberikan
surat keterangan kepada
KepalaTeknik Tambang
berdasarkan permintaan.
52 Pasal 6 Persyaratan KTT Kepala Teknik Tambang dibagi atas
4 (empat)klasifikasi dengan urutan
sebagai berikut :
a. Kelas IIIB;
b. Kelas IIIA;
c. Kelas II dan
d. Kelas I.
57 Pasal 7 KTT Kelas IIIB Kepala Teknik Tambang kelas IIIB,
harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. sistem penambangan : tambang
semprot (hidrolis), tambang
bor, tambang terbukaberjenjang
tungagl dan tanpa
menggunakan bahan peledak,
kapal keruk
denganmenggunakan pompa
iasp, tambang batubara terbuka
dengan sistem manual
atautambang tahap eksplorasi

15
tanpa terowongan dan tahap
konstruksi tambang terbuka;
b. perusahaan pertambangan :
perseorangan, koperasi dan
perusahaan swasta nasional dan
c. kualifikasi :
yang harus dimiliki dapat
merupakan salah satu dari
ketentuan berikut ini :
1. bagi lulusan Sekolah
Teknik Menengah (STM)
Tambang/Mesin/Listrik
telahmemiliki sertifikat
kursus Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan
mempunyaipengalaman
kerja pertambangan
sekurang-kurangnya selama
4 tahun; dan
2. bagi Sarjana Muda atau
DIII dan atau Sarjana,
memiliki sertifikat
kursusKeselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan
mempunyai pengalaman
kerjapertambangan
sekurang-kurangnya 2
tahun.
58 Pasal 8 KTT Kelas IIIA Kepala Teknik Tambangan kelas III
A, harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. sistem penambangan : kapal
keruk dengan menggunakan

16
mangkok, tambang
terbukaberjenjang lebih dari
satu, kuari, tambang terbuka
dengan skala produksi lebih
kecil 1000ton perhari atau
tambang terbuka tahap kegiatan
eksplorasi dengan terowongan
dankonstruksi tambang bawah
tanah;
b. perusahaan pertambangan :
perusahaan swasta nasional dan
Badan Usaha Milik
Negara(BUMN) dan
c. kualifikasi :
yang harus dimiliki dapat
merupakan salah satu dari
ketentuan berikut ini :
1. bagi lulusan STM
Tambang/Mesin/Listrik
telah memiliki sertifikat
kursusKeselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
sertifikat dan juru ledak
Kelas II untuktambang
yang menggunakan bahan
peledak, atau memiliki
sertifikat kursus
KapalKeruk untuk tambang
yang operasinya
menggunakan Kapal Keruk
atau memilikisertifikat
kursus Kepala Teknik

17
Tambangan dengan
mempunyai pengalaman
kerjapertambangan
sekurang-kurangnya selama
6 tahun, atau
2. bagi lulusan Sarjana Muda
atau DIII dan atau Sarjana,
memiliki sertifikat
kursusKeselamatan dan
Kesehatan Kerja dan juru
ledak Kelas II untuk
tambang yangmenggunakan
bahan peledak atau telah
memiliki sertifikat kursus
Kapal Kerukuntuk tambang
yang operasinya memakai
Kapal Keruk atau memiliki
sertifikatkursus Kepala
Teknik Tambang dengan
pengalaman kerja
pertambangansekurang-
kurangnya selama 3 tahun,
atau
3. mempunyai pengalaman
khusus pernah menjadi
Kepala Teknik Tambang
Kelas IIIB sekurang-
kurangnya selama 5 tahun.
59 Pasal 9 KTT Kelas II Kepala Teknik Tambang kelas II
harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. sistem penambangan : tambang
terbuka dengan skala produksi

18
lebih besar dari 1000 ton
perhari dan tambang bijih
bawah tanah;
b. perusahaan pertambangan :
BUMN, Kontrak Kerja, dan
perusahaan swasta nasional dan
c. kualifikasi :
1. warga negara
Indonesiamemiliki salah
satu dari ketentuan berikut
ini :
a) bagi Lulusan Sarjana
Muda atau DIII telah
memiliki sertifikat
kursus Kepala
TeknikTambang,
dengan pengalaman
kerja ditambang terbuka
atau tambang bijih
bawahtanah sekurang-
kurangnya selama 7
tahun, atau
b) bagi Sarjana yang
memiliki sertifikat
kursus Kepala Teknik
Tambang,
denganmempunyai
pengalaman kerja
dipertambangan
sekurang-kurangnya
selama 5 tahun;atau
c) pernah menjabat

19
sebagai Pelaksana
Inspeksi Tambang
sekurang-kurangnya
selama10 tahun, atau
d) memiliki sertifikat
Kursus atau pelatihan
Keselamatan dan
Kesehatan
Kerjapertambangan di
luar negeri dan
diakreditasi oleh panitia
pengesahan Kepala
TeknikTambang dengan
pengalaman kerja 10
tahun di pertambangan.
2. warga Negara Asing
(tenaga ahli asing) bisa
salah satu dari :
a) memiliki mining
manager sertifikat yang
telah diakreditasi oleh
Panitian
PengesahanKepala
Teknik Tambang, atau
b) membuat dan
mempresentasikan
makalah yang
ditetapkan oleh Kepala
PelaksanaInspeksi
Tambang
60 Pasal 10 KTT Kelas I Kepala Teknik Tambang kelas I
harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :

20
a. sistem penambangan : tambang
batubara bawah tanah, tambang
bijih tanah dengan
skalaproduksi bijih lebih besar
dari 1000 ton per hari;
b. kualifikasi :
1. warga Negara
Indonesia.memiliki salah
satu dari ketentuan berikut
ini :
a) bagi lulusan Sarjana
Muda atau DIII, Sarjana
yang telah memiliki
sertifikat kursusKepala
Teknik Tambang
dengan pengalaman
kerja di tambang
batubara bawah
tanahdan atau tambang
bijih tanah sekurang-
kurangnya selama 10
tahun; atau
b) pernah menjabat
sebagai Pelaksana
Inspeksi Tambang
sekurang-kurangnya
selama 15tahun; atau
c) bagi Kepala Teknik
Tambang Kelas II
dengan pengalaman 5
tahun menjabat
posisitersebut.

21
2. warga Negara Asing
(tenaga ahli asing) bisa
salah satu dari :
a) memiliki mining
manager sertifikat yang
telah diakreditasi oleh
Panitia
PengesahanKepala
Teknik Tambang, atau
b) membuat dan
mempresentasikan
makalah yang
ditetapkan oleh Kepala
PelaksanaInspeksi
Tambang.
61 Pasal 11 Pengawasan (1) Kepala Teknik Tambang dalam
(1,2& 3) Operasional melakukan tugas dan fungsinya
dibidang Keselamatan
danKesehatan Kerja pada
pekerjaan di tambang,
permesinan dan perlistrikan
serta peralatannyadibantu oleh
petugas yang bertanggung jawab
atas unit organisasi perusahaan
yangbersangkutan.
(2) Dalam hal pengusaha belum
mengangkat petugas-petugas
sebagaimana dimaksud
dalamayat (1) Kepala Teknik
Tambang dapat menunjuk atau
mengangkat petugas dimaksud.
(3) Petugas-petugas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan (2)

22
dalam melaksanakantugasnya
disebut sebagai pengawas
operasional atau pengawas
teknis dan bertanggungjawab
kepada Kepala Teknik
Tambang.
62 Pasal 12 Kewajiban Pengawas Pengawas operasional wajib :
Operasional a. bertanggung jawab kepada
Kepala Teknik Tambang untuk
keselamatan semua
pekerjaantambang yang
menjadi bawahannya;
b. melaksanakan inspeksi,
pemeriksaan, dan pengujian;
c. bertanggung jawab atas
keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan dari semua
orangyang ditugaskan
kepadanya dan
d. membuat dan menandatangani
laporang-laporan pemeriksaan,
inspeksi dan pengujian.

23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari keputusan menteri no.555 tahun 1995 menghasilkan dua point yaitu:
(1) Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini, maka semua peraturan
yang mengatur tentang keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
umum sepanjang telah diatur dalam Keputusan Menteri ini dinyatakan
tidak berlaku.
(2) Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Keputusan
Menteri ini, diatur oleh Direktur Jenderal.
Keputusan Menteri ini Mulai ditetapkan di Jakarta 22 Mei 2005

3.2 Saran
K3 Merupakan faktor yang sangat penting dalam bekerja maka dari itu
keputasan atau kebijakan perlu dievaluasi lagi, agar para pekerja merasa
aman dan nyaman pada waktu melaksanakan pekerjaannya dan peraturan
ini benar-benar harus diterapkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/388763015/Resume-Kepmen-555
K3-Pertambangan-Umum-docx.(diakses pada tanggal 5 Oktober
2020)

25

Anda mungkin juga menyukai