Anda di halaman 1dari 5

Diskusi :

Pada prospektif cohort ini, kami meneliti hubungan antara penurunan berat badan dan
remisi diabetes tipe 2 selama 5 tahun. Kami mendapatkan bahwa penurunan badan ≥ 10% pada
tahun pertama atau 5 tahun pertama setelah didiagnosis berhubungan kuat dengan remisi diabetes
tipe 2. Remisi yang didapat tanpa intervensi gaya hidup yang intensif atau retriksi kalori yang
ekstrim.

Hasil tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukan adanya hubungan
antara kehilangan berat badan dan remisi diabetes tipe 2 [5,7,18]. Contohnya percobaan
langsung, pada UK primary care, melaporkan variasi nilai remisi pada diabetes, tergantung pada
penurunan berat badan. Hasil percobaan tersebut yaitu penurunan berat badan 15 kg melalui
intervensi yang intensif dengan menggunakan obat antidiabetik dan anti hipertensi , total diet
yang digantikan (825-853 kkal/hari formula diet untuk 3-5 bulan), step food reintroduction (2-8
minggu), dan dukungan structural untuk menjaga penurunan berat badan dalam jangka panjang.
Rata-rata, penurunan berat badan 10 kg (15%) pada kelompok yang diberi intervensi dan
setengah dari partisipan mengalami remisi. [7,19]. Penelitian lain dengan intervensi intensif yang
sama pada kelompok populasi yang sangat terpilih termasuk the Counterbalance trial and the
Look AHEAD trial. The Look AHEAD trial tidak didapatkan remisi sebagai hasil utamanya,
tetapi dukungan yang intensif melalui program diet dan aktivitas fisik menghasilkan remisi.
Sementara, berdasarkan penemuan observasional kami yang konsisten dengan percobaan
tersebut, jumlah penurunan berat badan yang spesifik dibutuhkan untuk mendapatkan variasi
remisi. Penelitian paling terbaru menyarankan penurunan berat badan signifikan (>15%), dengan
cara DIRECT, Counterbalance and Look AHEAD trials melaporkan antara 5 dan 20 kg
kehilangan berat badan untuk mencapai remisi diabetes[5,7]. Bagaimanapun, nilai baseline
HbA1c didapatkan paling rendah pada penelitian cohort kami, hasilnya merekomendasikan
semakin penurunan berat badan > 10 % berhubungan dengan peningkatan remisi pada awal
penyakit trajectory. Ini dapat meningkatkan rasional untuk memotivasi banyak orang yang baru
didiagnosis remisi diabetes tipe 2 untuk menurunkan berat badan dari pada fokus pada target
berat badan yang tidak dapat dicapai. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa adanya
penurunan berat badan, orang sering menargetkan penurunan berat badan yang tinggi dan tidak
realistik yang dapat megganggu untuk sukses, dan berdasarkan bukti apakah penurunan berat
badan dengan target yang spesifik selalu sukses adalah inkonsisten [20]. Sebenarnya DIRECT
trial tidak mengatur untuk mencapai target penurunan berat badan pada partisipan, dengan hanya
24 % mengatur 15 kg target penurunan berat badan meski dengan dukungan intensif. Lebih
lanjut, intervensi tidak mungkin dapat diberikan pada populasi dengan skala luas karena
keterbatasan intensitas dan biaya dari fasilitator [7]. Data kami merekomendaikan, dalam
menambah ketersediaan intervensi intensif penurunan berat badan, pembuat kebijakan harus
mempertimbangkan berbagai pendekatan yang dapat diakses untuk menurunkan berat badan
pada orang yang baru di diagnosis dengan diabetes.

Ketika kami mengobserbasi hubungan antara perubahan berat badan dan remisi, kami
tidak mendapatkan hubungan yag konsisten antara perubahan behaviour dan remisi. Hal tersebut
disebabkan oleh ketepatan diferensial dari paparan, sebagian besar dilaporkan sendiri sehingga
dapat dipengaruhi oleh faktor eror dan bias pada subjek. Contohnya, kami menemukan laporan
sendiri dari subjek dimana konsumsi alkohol berhubungan dengan remisi. Walaupun ada
beberapa bukti campuran pada literature yang menyatakan konsumsi alkohol sedang
berhubungan positif dengan hasil kardiovaskular, penemuan kami tidak konsisten antara model
yang disesuaikan dan tidak disesuaikan [21]. Karena itu tidak mungkin benar terdapat hubungan.
Dapat berdasarkan kebetulan atau faktor penganggu.

Penelitian ini termasuk pasien dengan DM tipe 2 dari populasi luas berdasarkan sampel
berbasis populasi besar yang luas wilayah geografis di Inggris Timur dalam pemeriksaan klinis
rutin. Kami mengggunakan nilai remisi yang tersedia dalam praktik klinis untuk
merepresentasikan arti temuan kami sesuai dengan praktek. Ada heterogenitas pada penelitian
cohort ini sehubungan untuk kelompok sosial ekonomi, tingkat keparahan penyakit dan perilaku
kesehatan. Juga tidak ada diet atau aktivitas fisik tertentu yang dibatasi pada partisipan. Ini
berarti bahwa studi ini digeneralisasikan untuk populasi diabetes yang lebih luas di luar kohort
uji klinis; namun sampel tidak memiliki etnis yang beragam, sampel terdiri dari orang Eropa
yang didominasi kulit putih, yang mencerminkan populasi lokal. Kekuatan lain termasuk durasi
follow up yaitu selama 5 tahun. studi remisi paling akhir dilakukan selama <12 bulan. Juga,
retensi sampel dalam penelitian cohort ini tinggi, dimana 95% pada tahun pertama follow up dan
83% pada 5 tahun follow-up. Sikap dinilai menggunakan kuesioner yang telah divalidasi
sebelumnya dan melakukan pengukuran ulang dengan instrument yang sama, mengurangi atensi
tentang kesalahan pada alat ukur. Namun, kami melakukan uji hipotesis sehingga tetap ada
kesempatan untuk penjelasan yang logis dari hasil penemuan kami.

Kesimpulan, remisi diabetes tipe 2 dapat dicapai dalam jangka waktu yang lama dengan
penurunan berat badan >10% pada penyakit trajectory awal. Ini bisa didapatkan tanpa intervensi
yang intensif pada popuasi bebas. Penemuan kami harus disampaikan dan didiskusikan dengan
orang yang baru didiagnosis dengan diabetes tipe 2 sebagai motivasi dimana dapat terjadi remisi
pada penyakitnnya tanpa adanya restriktif dan sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh retriksi
kalori. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mereplikasi penemuan penelitian ini pada
populasi luas yang berbeda secara etnis dan sosialnya. Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan
termasuk menentukan hubungan antara remisi dan hasil klinis jangka panjang, seperti mortalitas.

Anda mungkin juga menyukai