Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Aktivitas dan Kemampuan Menentukan Kalimat Utama pada Paragraf
a. Pengertian Aktivitas
Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keaktifan,
kegiatan-kegiatan, kesibukan atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga
(Dep.Pendidikan dan Kebudayaan, 2005: 23).
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau
kesibukan yang dilakukan manusia. Berarti atau tidaknya kegiatan
tersebut tergantung pada individu tersebut. Menurut Samuel Soeitoe
dalam bukunya Psikologi Pendidikan II mengatakan bahwa aktivitas
tidak hanya sekedar kegiatan, tetapi aktivitas dipandang sebagai usaha
mencapai atau memenuhi kebutuhan (Samuel, 1982: 52).
Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi orang
yang pandai dan sukses. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka
harus belajar dengan cara bersekolah atau mengikuti majlis atau tempat-
tempat ilmu, membaca buku, berdiskusi dan melakukan kegiatan lainnya.
b. Pengertian Kemampuan
Di dalam kamus bahasa Indonesa, kemampuan berasal dari kata
“mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,
mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan
dalam melakukan sesuatu. Sesorang dikatakan mampu apabila ia tidak
melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,
kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
praktik.
Adapun menurut Akhmat Sudrajat, ability adalah menghubungkan
kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan
yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini
mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses
pembelajaran yang mengharuskan siswa mengoptimalkan segala
kecakapan yang dimiliki. Kemampuan juga bisa disebut dengan
kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence”
yang berarti ability, power, authotity, skill, knowledge, dan kecakapan,
kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetensi dari kata competent
yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya,
sehingga ia mempunyai kewenangan atau otoritas untuk melakukan
sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.
Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang
meliputi ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang terbentuk dalam
pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini,
kompetensi dapat berarti pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga
ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu
keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan
atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan
melalui tindakannya.
c. Hakikat Kalimat Utama
Kalimat dalam paragraf yang mengungkapkan pikiran/gagasan utama
disebut kalimat utama (kalimat topik), sedangkan kalimat-kalimat yang
mengungkapkan pikiran penjelas disebut kalimat penjelas. Jadi, dalam
sebuah paragraf hanya terdapat satu kalimat utama dan beberapa kalimat
penjelas (Keraf, 1993: 76).
Nuriadi (2008: 144) menjelaskan kalimat utama yang juga disebut ide
utama (main idea) adalah sebuah pernyataan yang dibuat penulis sebagai
ungkapan (formulasi) umum terhadap topik. Unsur ini berperan sangat
bahkan paling signifikan dalam sebuah paragraf. Setiap kalimat yang lain
dalam paragraf tersebut harus mengacu atau berkait, baik langsung
maupun tidak langsung pada pernyataan (ide pokok) ini.
Beberapa ciri kalimat utama adalah :
1) Kalimat utama dapat berdiri sendiri dan memiliki arti yang jelas,
sehingga tidak dibutuhkan konjungsi, baik antar kalimat maupun intra
kalimat
2) Kalimat utama biasanya ada di awal paragraf (deduktif). Namun,
terkadang berada di akhir paragraf (induktif). Kalimat utama yang
berada di akhir paragraf biasanya didahului dengan kata “jadi” dan
“dengan demikian”
3) Kalimat utama berisi suatu permasalahan yang dapat dikembangkan
secara rinci
4) Kalimat utama merupakan pernyataan yang bersifat umum, dan bisa
dikembangkan

d. Hakikat Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
sebuah paragraf merupakan himpunan kalimat yang saling berkaitan
dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam paragraf
terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau
kalimat topik, kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Paragraf
merupakan suatu bentuk pengungkapan gagasan berupa gubahan yang
tercermin dalam rangkaian beberapa kalimat secara sistematis dan
mencerminkan satu gagasan yang padu.
Paragraf adalah kumpulan beberapa kalimat yang mengandung gagasan
pokok. Di dalam paragraf ada kalimat utama dan kalimat penjelas. Ada
beberapa jenis paragraf dengan pola pengembangan berbeda yang
memungkinkan peletakan kalimat utama yang berbeda-beda. Kalimat
utama bisa diletakkan di awal, di tengah, ataupun di akhir sebuah
paragraf. Berikut jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama.
1) Paragraf deduktif
Paragraf deduktif atau deduksi merupakan paragraf yang kalimat
utamanya terletak di awal paragraf.
Contoh:
Lahan pertanian di Pulau Jawa semakin menyempit. Hal ini
dikarenakan jumlah penduduk yang semakin lama semakin
bertambah. Populasi penduduk yang bertambah mengakibatkan
pembangunan semakin banyak. Pembangunan rumah tinggal maupun
tempat usaha menggusur lahan pertanian. Sekarang banyak ditemui,
sawah-sawah yang bukan ditanami padi, melainkan ditanami tembok-
tembok beton perumahan.
Paragraf di atas termasuk paragraf deduktif karena kalimat utama
terletak di awal paragraf, yakni “Lahan pertanian di Pulau Jawa
semakin menyempit”.
2) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif merupakan paragraf dengan kalimat utama terletak di
tengah-tengah paragraf.
Contoh:
Kekurangan mengonsumsi sayuran hijau bisa menyebabkan tubuh lesu
karena kekurangan vitamin. Daya tahan tubuh pun berkurangan
karena hal tersebut. Jika demikian, penyakit bisa dengan mudah
masuk menyerang tubuh. Kurang mengonsumsi sayuran hijau bisa
berisiko negatif bagi tubuh. Serat dalam sayuran hijau dapat
memperlancar metabolisme tubuh. Tidak sedikit orang sembelit
karena kurang mengonsumsi sayuran hijau.
Paragraf di atas termasuk paragraf ineratif karena kalimat utama
terletak di tengah paragraf, yakni “Kurang mengonsumsi sayuran hijau
bisa berisiko negatif bagi tubuh”.
3) Paragraf Induktif
Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak
di akhir paragraf.
Contoh:
Siswa sering tidak konsentrasi saat belajar di dalam kelas. Kondisi
ruangan yang tidak nyaman turut memengaruhi proses pembelajaran
di kelas. Kemampuan guru menyampaikan materi yang kurang
profesional pun menyebabkan siswa malas mengikuti pembelajaran.
Kurangnya kesadaran belajar mandiri pada siswa juga turut
memperparah tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Itulah beberapa
penyebab nilai siswa turun di sekolah ini.
Paragraf di atas termasuk paragraf induktif karena kalimat utama
terletak di akhir paragraf, yakni “Itulah beberapa penyebab nilai siswa
turun di sekolah ini”.
4) Paragraf campuran
Paragraf campuran merupakan paragraf yang kalimat utamanya ada di
dua bagian. Biasanya kalimat utama paragraf dengan jenis ini
diletakkan di bagian awal dan akhir paragraf. Sebenarnya dua kalimat
utama di dua bagian itu sama, tetapi disajikan dengan kata-kata yang
berbeda untuk penekanan inti masalah.
Contoh:
Siswa mesti rajin membaca buku. Dengan rajin membaca buku,
pengetahuan siswa akan semakin banyak. Semakin banyak informasi
yang diserap siswa, maka dia akan lebih mudah dalam menerima
pembelajaran. Dengan banyak membaca, siswa juga kaya kosa kata
bahasa. Jadi, sudah seharusnya sekarang siswa rajin membaca buku.
Paragraf di atas termasuk paragraf campuran karena kalimat utama
terletak di awal dan akhir paragraf, yakni “Siswa mesti rajin membaca
buku” dan “Jadi, sudah seharusnya sekarang siswa rajin membaca
buku”.
Berdasarkan paparan tersebut, maka pada hakikatnya aktivitas menemukan
kalimat utama pada paragraf adalah kegiatan siswa dalam
menentukan/menemukan kalimat dalam paragraf yang mengungkapkan
pikiran/gagasan utama disebut kalimat utama (kalimat topik). Kemampuan
menemukan kalimat utama pada paragraf adalah kesanggupan (kemahiran)
siswa dalam menentukan/menemukan kalimat dalam paragraf yang
mengungkapkan pikiran/gagasan utama disebut kalimat utama (kalimat
topik).
2. Metode Pembelajaran Kooperatif Make a Match
a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Lie (2005: 18) mengatakan bahwa model cooperative learning
didefenisikan sebagai “sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur”.
Model cooperative learning menyediakan suatu kerangka bagi guru untuk
dapat membantu kepentingan pengembangan pembelajaran dan tujuan
hubungan manusia. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang mengutamakan adanya sifat kerja sama antar peserta
didik yang tersusun dalam suatu tim atau kelompok belajar guna
mencapai tujuan belajar secara bersama. Para peserta didik belajar
bersama dalam kelompok yang anggotanya terdiri dari empat sampai lima
orang. Kegiatan dalam kelompok tersebut diarahkan untuk mempelajari
materi pelajaran yang sudah dijelaskan pokok-pokoknya oleh pengajar
dan juga mendiskusikan tugas-tugas terstruktur. Tujuan pembelajaran
kooperatif untuk membangkitkan interaksi personal yang efektif di dalam
kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas
pembelajaran berpusat pada siswa. Yakni mendengarkan penjelasan guru,
mempelajari materi pelajaran, berdiskusi, melaporkan, bertanya jawab
dan memberikan kesimpulan materi yang telah didiskusikan.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono 2009: 54).
Berdasarkan beberapa definisi di atas pembelajaran model kooperatif
learning mengandung pengertian sebagai suatu model pembelajaran
dengan bekerja sama dalam kelompok kecil dan terstruktur serta
keberhasilan kelompok tersebut ditentukan oleh keaktifan dari setiap
anggota kelompok yang bersangkutan. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab dan berusaha mendapat hasil menguntungkan bagi
seluruh anggota kelompok. Keberhasilan individu dalam kelompok
merupakan orientasi dari keberhasilan kelompok, siswa bekerja untuk
suatu tujuan yang sama dan membantu serta mendorong temanya agar
berhasil dalam belajar.
b. Teknik Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (2005: 55-71) disebutkan bahwa teknik belajar mengajar
cooperative learning ada 14 macam yaitu: (1) mencari pasangan (make a
match), (2) bertukar pasangan, (3) berpikir-berpasangan-berempat, (4)
berkirim salam dan soal, (5) kepala bernomor, (6) kepala bernomor
terstruktur, (7) dua tinggal dua tamu, (8) keliling kelompok, (9) kancing
gemerincing, (10) keliling kelas, (11) lingkaran kecil lingkaran besar,
(12) tari bambu, (13) jigsaw, (14) bercerita berpasangan.
c. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Model pembelajaran make a match merupakan suatu model pembelajaran
yang mengajak peserta didik mencari jawaban atas suatu pertanyaan atau
pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan.
Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Penerapan metode
ini dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, peserta
didik yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode
pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta
didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.
Kelebihan model pembelajaran tipe make a match adalah sebagai
berikut:
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, baik secara
kognitif maupun fisik
2) Ada unsur permainan, sehingga tipe ini menyenangkan
3) Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
dipelajari
4) Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik
5) Efektif melatih kedisiplinan peserta didik menghargai waktu untuk
belajar.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe make a match


sebagai berikut:

1) Jika kelas termasuk kelas besar (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-


hatilah. Karena jika guru kurang bijaksana maka yang muncul adalah
suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu
saja kondisi ini akan mengganggu proses pembelajaran
2) Mau tidak mau guru harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan
kartu-kartu tersebut sebelum masuk ke kelas.
3) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran

Langkah–langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Make a


Match adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau


topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal (paragraf)
dan bagian lainnya kartu jawaban (kalimat utama)

2) Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan


soal/jawaban

3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang


4) Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya.

5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas


waktu diberi poin

6) Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya


(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama

7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya

8) Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik


lainnya yang memegang kartu yang cocok

9) Guru bersama–sama dengan peserta didik membuat kesimpulan


terhadap materi pelajaran.

B. Kerangka Berpikir

Aktivitas dan kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf siswa


kelas VI SD Muhammadiyah 1 Bontang masih rendah. Rendahnya kemampuan
siswa dalam menemukan kalimat utama tampak pada skor yang diperoleh
rendah karena kesulitan dalam menemukan kalimat utama, mengingat tidak
semua kalimat utama terdapat pada awal paragraf. Semua siswa mengangggap
bahwa kalimat utama pasti terdapat pada awal paragraf. Akan tetapi, dengan
adanya metode make a match siswa dapat menemukan kalimat utama dengan
tepat. Meskipun dengan berkelompok, akan tetapi setiap siswa memperoleh
teks bacaan yang berbeda yang sebenarnya merupakan suatu rangkaian sebuah
paragraf. Setiap siswa mendapatkan satu kartu, kemudian guru meminta siswa
untuk mencocokkan kartu soal yang ia pegang dengan kartu jawaban yang
dipegang oleh temannya. Dengan instrumen yang ada, siswa akan belajar
dengan metode ini. Sehingga setelah data dikumpulkan kemudian diolah, maka
akan mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan metode make a match dapat
meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam menentukan kalimat
utama pada paragraf.
Penggunaan metode make a match dalam pembelajaran sangat cocok,
karena pada umumnya siswa menyukai sistem pembelajaran yang komunikatif
dan siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Secara konseptual mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian sebagaimana
tampak pada diagram berikut ini:

Rendahnya aktivitas Penyebab:


1. Pembelajaran yang berpusat pada guru
dan kemampuan siswa
(teacher center).
dalam menentukan 2. Kegiatan pembelajaran yang sebatas
kalimat utama hanya menulis dan mendengarkan.
paragraf 3. Pengalaman belajar siswa yang kurang
sehingga siswa kurang terlatih
memecahkan masalah sendiri, pasif di
kelas.

Solusi Alternatif Make a Match


Menurut Rusman model Make A Match merupakan salah satu jenis model
pembelajaran yang dilakukan dengan cara guru menyediakan kartu yang berisi
soal dan kartu berisi jawaban, setiap siswa mendapatkan satu kartu, kemudian
guru meminta siswa untuk mencocokkan kartu soal yang ia pegang dengan kartu
jawaban yang dipegang oleh temannya

INSTRUMEN
Tes: Non tes:
Tertulis Observasi

Data dan pengolahan

Kesimpulan:
Dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Make a Match aktivitas dan kemampuan siswa dalam menentukan kalimat
utama pada paragraf pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Melalui metode kooperatif make a match dapat meningkatkan aktivitas
menentukan kalimat utama pada paragraf dalam pembelajaran bahasa
Indonesia bagi siswa kelas VI SD Muhammadiyah 1 Bontang tahun
pelajaran 2019/2020.
2. Melalui metode koperatif make a match dapat meningkatkan kemampuan
menentukan kalimat utama pada paragraf dalam pembelajaran bahasa
Indonesia bagi siswa kelas VI SD Muhammadiyah 1 Bontang tahun
pelajaran 2019/2020.

Anda mungkin juga menyukai