Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING


TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SISTEM STARTER DAN
PENGISIAN SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KENDARAAN
RINGAN SMK AAG PENERBANGAN ADISUCIPTO

EKO SUTRISNO RIANTORO


(2016006125)

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga proposal penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head
Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sistem
Starter Dan Pengisian Siswa Kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan
SMK AAG Penerbangan Adisucipto”, dapat terselesaikan tepat waktu untuk
memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester (UTS) mata kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Slamet Priyanto, M.Pd.
selaku dosen sekaligus pembimbing sehingga proposal penelitian ini dapat
terselesaikan.
Proposal penelitian ini masih terdapat kekurangan dan perlu diperbaiki. Kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat diperlukan penulis agar laporan ini
semakin baik dan sempurna.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis
khususnya.

Yogyakarta, April 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun


1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial (Pembukaan UUD 1945). Ki Hadjar Dewantara
(2013: 20) menyatakan bahwa pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 mengatur tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional di Indonesia harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan. Pendidikan yang teratur yaitu pendidikan yang
bersandar atas pengetahuan yang dinamakan ilmu pendidikan. Yang didukung
dengan ilmu syarat-syarat pendidikan yang terbagi dalam 5 jenis, yaitu:
1. Ilmu hidup batin manusia
2. Ilmu hidup jasmani manusia
3. Ilmu keadaan dan kesopanan (etika atau moral)
4. Ilmu keindahan dan ketertiban lahir (aesthetika)
5. Ilmu tambo pendidikan (ikhtisar cara-cara pendidikan).
(Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan. Cetakan Kelima. 2013: 27)
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang
mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dapat
dikatakan pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan
nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan
dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan
mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi
dengan perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu
ditanamkan pada siswa pentingnya pengusasaan pengetahuan dan teknologi,
keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya
keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat. Lulusan SMK merupakan
tenaga terdidik, terlatih, dan terampil mampu mengikuti pendidikan lanjutan
dan atau menyesuaikan dengan perubahan teknologi. Berdampak sebagai
pendukung pertumbuhan industri serta mengurangi angka pengangguran dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi pendapatan negara melalui pajak
penghasilan dan pertambahan nilai (UU SPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 15).
Dalam perwujudan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan
profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar
kompotensi lulusan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria
mengenai kualifikasi keamampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, keterampilan. Segi sikap memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap orang beriman, berahklak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cermin bangsa dalam pergaulan dunia
(Permendikbud No. 54 Tahun 2013). Standar kompetensi adalah acuan untuk
pelaksanaan pembelajaran dan perkembangan mutu pendidikan. Standar
kompotensi didefiniskan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu. Standar
kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan
program pembelajaran yang terstruktur. Kunci utama dalam memajukan
pendidikan adalah guru, karena guru secara langsung mempengaruhi,
membimbing dan mengembangkan kemampuan peserta didik (siswa) agar
menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi (UU No. 2 Tahun
1989 Sistem Pendidikan Nasional).
Guru produktif di SMK AAG Penerbangan Adisucipto jumlahnya ada
5 termasuk kepala jurusan produktif atau kepala bengkel. Mata pelajaran
sistem starter dan pengisian adalah salah satu mata pelajaran produktif yang
diajarkan dikompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang ada di SMK
AAG Penerbangan Adisucipto. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa
sedikit kesulitan dalam mengikuti dan memahami materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Kurangnya motivasi belajar mengakibatkan hasil
belajar siswa rendah. Keaktifan siswa di kelas pada saat teori maupun di
bengkel pada saat melaksanakan praktik dinilai kurang maksimal, sehingga
menyebabkan hasil belajar rata-rata siswa juga rendah.
Siswa yang kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran merupakan sebab dari rendahnya rata-rata hasil
belajar. Siswa lebih banyak mengobrol sendiri saat guru menjelaskan
pelajaran atau memberikan teori pengarahan sebelum melaksanakan praktik,
pemberian motivasi dari guru masih kurang, sedangkan interaksi antara siswa
dan guru juga belum terbentuk dengan baik. Pada saat pelaksanaan praktik
siswa juga cenderung mengobrol sendiri di luar pembahasan tentang apa yang
sedang dipraktikannya. Pengawasan yang kurang atau guru cenderung
meninggalkan pada saat siswa melaksanakan praktik juga menjadi masalah
yang menyebabkan hasil belajar siswa dinilai kurang. Meskipun terkadang
guru ikut mengarahkan atau membantu saat pelaksanaan praktik, tetapi tidak
sepenuhnya guru mengawasi kegiatan praktik tersebut. Hal ini merupakan
salah satu penyebab siswa menjadi banyak yang mengobrol atau melakukan
pembahasan dengan temannya diluar pembahasan mengenai praktik yang
diajarkan.
Permasalahan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari dua
aspek atau faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
a. Faktor Psikologis
 Intelegensi
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi aka lebih mudah dalam
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru atau lebih berhasil
dibandingkan dengan siswa-siswa yang berintelegensi rendah.
 Bakat
Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan
bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
 Motivasi
Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak
mempunyai motivasi dalam belajar.
b. Faktor Fisiologis
Gangguang-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat
peglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala
pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada
pelajaran.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
 Metode mengajar
Apabila guru menggunaka metode yang sama untuk semua bidang
studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam
belajar. Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan antar
siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk kerja
sama, maka siswa aka mengalami kesulitan dalam belajar.
 Sarana dan prasarana
Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku
sumber yang diperlukan sulit didapatkan.
b. Faktor Keluarga
 Keadaan ekonomi keluarga
Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja
membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan
kesulitan bagi anak.

Sesuai dengan silabus yang sudah ada dalam pembelajaran mata


pelajaran sistem starter dan pengisian siswa dituntut untuk bisa memahami
atau mempraktikan beberapa hal berikut
a. Menjelaskan pengertian, fungsi dan prinsip kerja sistem starter pada
mobil dengan benar.
b. Menjelaskan prosedur identifikasi, rangkaian, konstruksi, tipe dan
kerusakan sistem starter dengan benar.
c. Trampil mengidentifikasi peralatan dan perlengkapan pengujian dan
identifikasi sistem starter dengan benar sesuai K3L dan SOP.
d. Memahami pengetahuan tentang tes starter dan komponen-komponennya
yang diakses dari spesifikasi pabrik.
e. Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif dan aktif dengan cara
menjelaskan dan mengidentifikasi sistem starter diberbagai tipe
kendaraan.
f. Menjelaskan pengertian, fungsi dan prinsip kerja sistem pengisian pada
mobil dengan benar.
g. Menjelaskan prosedur identifikasidan pengujian rangkaian, konstruksi,
tipe dan kerusakan sistem pengisian dengan benar.
h. Trampil melaksanakan identifikasi dan pengujian pengisian sesuai K3L
dan SOP dengan benar.
i. Memahami pengetahuan tentang tes pengisian dan komponen-
komponennya.
j. Menjelaskan pengetahuan tentang hukum sebab akibat pada saat
identifikasi pengisian dan pemahaman mengenai pesan dan informasi
dari industri pembuat tentang identifikasi pengisian.
k. Menjelaskan prinsip dan prosedur pemilihan peralatan dan mendemon
strasikan prosedur memperbaiki sistem starter dengan benar.
l. Menugaskan siswa melaksanakan prosedur perbaikan dan pengujian
sistem starter setelah diperbaiki pada mobil dengan benar.
m. Dalam melaksanakan praktek siswa harus mampu menggali, menerima
dan menyimpan informasi dan mampu bekerja sama dengan orang lain
dan mampu
n. Menjelaskan pemahaman tentang meyakini hukum sebab akibat saat
perbaikan starter.
o. Menjelaskan prinsip memperbaiki sistem pengisian dan pemilihan
peralatan berikut fungsi dan kegunaannya dengan benar.
p. Melaksanakan perbaikan sistem pengisian dan pengujian sistem
pengisian setelah diperbaiki pada mobil dengan benar.
q. Dalam melaksanakan praktek siswa harus mampu menggali, menerima
dan menyimpan informasi serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
(Silabus Mata Pelajaran Sistem Starter dan Pengisian SMK Perindustrian
Yogyakarta).

Diskusi kelompok merupakan strategi belajar mengajar yang tepat


untuk meningkatkan kualitas interaksi antar siswa. Diskusi dapat mendorong
partisipasi siswa, mereka yang aktif secara fisik dan mental dalam diskusi,
belajar lebih banyak daripada mereka yang hanya duduk dan mendengarkan.
Selain itu diskusi mendorong seorang untuk mendengarkan lebih baik,
mendengarkan secara aktif membantu kesalahpahaman.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. (Rusman.
Model-Model Pembelajaran. 2016: 202).
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Secara
filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun
pengetahuan secara sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas
dengan konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Fathurrohman
Muhammad. Model-Model Pembelajaran Inovatif. 2015: 44).
Model pembelajaran numbered head together (NHT) dikembangkan
oleh Spencer Kagan. Tipe model ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka. Numbered head together (NHT) adalah suatu
model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas atau di depan teman-temannya yang
lain (Muhammad Fathurrohman, 2015: 82).
Tujuan dari model pembelajaran numbered head together (NHT)
adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan
kerjasama siswa model pembelajaran numbered head together (NHT) juga
bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. (Miftahul
Huda, 2015).
Kemudian selain menggunakan model pembelajaran cooperative
learning yang menggunakan tipe numbered head together (NHT), untuk
meningkatkan tingkat keaktifan siswa dalam belajar atau praktik siswa kelas
X Teknik Kendaraan Ringan SMK AAG Penerbangan Adisucipto. Agar
semakin meningkatkan semangat belajar siswa perlu juga ada media
pembelajaran alat bantu pembelajaran/praktik dan bahan praktik yang sudah
mengikuti zaman agar siswa dalam pengetahuan juga ikut berkembangan
mengikuti zaman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat


diketahui bahwa permasalahan-permasalahan yang menyebabkan nilai rata-
rata siswa mata pelajaran sistem starter dan pengisian siswa kelas X jurusan
Teknik Kendaraan Ringan SMK AAG Penerbangan Adisucipto adalah
sebagai berikut.

1. Strategi, metode, dan media pembelajaran yang digunakan kurang tepat.


2. Guru belum bisa menciptakan suasana kelas atau praktik yang
menyenangkan yang membuat siswa bisa terus memperhatikan dan aktif
fokus pada materi atau praktik.
3. Guru belum bisa menciptakan siswa aktif berdiskusi dan fokus materi
atau praktik.
4. Guru belum bisa memberikan motivasi belajar yang tinggi kepada siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas


agar peneliti dapat lebih terarah dan tidak melebar secara luas dalam
pembahasan meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran sistem starter
dan pengisian siswa kelas X jurusan teknik kendaraan ringan SMK AAG
Penerbangan Adisucipto. Dalam penelitian ini menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT).

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan
di atas, maka perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) pada mata
pelajaran system starter dan pengisian siswa kelas X jurusan Teknik
Kendaraan Ringan SMK AAG Penerbangan Adisucipto?
2. Bagaimana peningkatan hasil rata-rata belajar siswa mata pelajaran
system starter dan pengisian siswa kelas X jurusan Teknik Kendaraan
Ringan SMK AAG Penerbangan Adisucipto dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together
(NHT)?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran


Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) pada mata
pelajaran system starter dan pengisian siswa kelas X jurusan Teknik
Kendaraan Ringan SMK AAG Penerbangan Adisucipto.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil rata-rata belajar siswa mata
pelajaran system starter dan pengisian siswa kelas X jurusan Teknik
Kendaraan Ringan SMK AAG Penerbangan Adisucipto dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered
Head Together (NHT).
DAFTAR PUSTAKA

Ki Hadjar Dewantara. 2013. Pendidikan. Cetakan Kelima. Yogyakarta:


Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST-Press) bekerjasama dengan
Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Miftahul Huda. 2015. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Cetakan VI.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhammad Fathurrohman. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Cetakan
1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2003.
Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Edisi Kedua. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989.

Anda mungkin juga menyukai