Digital Repository
Repository Universitas
SCIENTIA VOL. 7Jember
Universitas Jember
NO. 2, AGUSTUS 2017
ABSTRAK
Vaksin deoxyribo nucleic acid (DNA) merupakan plasmid yang mengandung sekuens
DNA yang mengkode antigen tertentu sesuai dengan respon imun yang diinginkan. Vaksin ini
tersusun atas plasmid yang mengkode antigen tertentu beserta promotor eukariotik yang dapat
menstimulasi terjadinya ekspresi gen. Vaksin yang masuk ke dalam sel akan diproduksi protein
antigennya. Antigen tersebut kemudian dapat dikenali oleh sistem imun dan dapat memicu
terjadinya respon imun, baik aktivasi sel T helper, sel T sitotoksik maupun produksi antibodi.
Keunggulan vaksin DNA antara lain stabil, mudah dibuat, aman, mudah ditransportasikan,
sedangkan kelemahan vaksin DNA antara lain imunogenitasnya rendah. Hal tersebut
disebabkan jumlah DNA yang berhasil masuk ke dalam sel berada dalam jumlah yang terbatas.
Berbagai metode pemberian dikembangkan untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin DNA
antara lain gene gun, elektroporasi, dan needle free injector. Sedangkan sistem penghantaran
yang dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain liposom, virosom, dan
bakteriososm. Uji klinik vaksin DNA secara luas dikembangkan untuk berbagai penyakit antara
lain kanker, influenza, malaria, hepatitis, cytomegalovirus (CMV), diabetes tipe I dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Berbagai metode dan sistem tersebut telah terbukti
meningkatkan imunogenisitas vaksin DNA.
ABSTRACT
Deoxyribo nucleic acid (DNA) vaccine is a plasmid containing DNA sequence that
encodes a particular antigen to induce immune response. The vaccine is composed of a plasmid
that encodes a particular antigen together with eukaryotic promoters that can stimulate the gene
expression. The vaccine delivered into cell will be expressed into the antigenic proteins. The
antigen can be recognized by the immune system and induce immune response such as
activation of helper T cells, cytotoxicity T cells, and antibody production. The advantages of
DNA vaccines include a stable, simple production method, safe, and easily transported,
meanwhile the main problem of DNA vaccines is the low immunogenicity. This is caused by
number of successful DNA transmitted into cell are in limited quantities. Various delivery
methods are developed to improve the immunogenicity of DNA vaccines including a gene gun,
electroporation, and needle free injector. Delivery systems are developed to address the problem
such as liposomes, virosome, and bacteriosome. DNA vaccine clinical trials is widely developed
for a variety of diseases including cancer, influenza, malaria, hepatitis, cytomegalovirus (CMV),
diabetes type I and Human Immunodeficiency Virus (HIV). Various methods and systems have
been proven to increase the immunogenicity of DNA vaccines.
digunakan dalam penyusunan review antara tersebut (Cui et al, 2005). Vaksin yang
lain jurnal baik jurnal penelitian maupun berbasis asam nukleat ini dapat dihantarkan
tinjauan pustaka, buku ajar, laporan secara intramuskular, subkutan, atau
penelitian maupun informasi dari laman mukosal sesuai dengan tujuan vaksin-
organisasi kesehatan seperti WHO. Telaah vaksin tersebut. Vaksin DNA dapat
pustaka ini membahas tentang komponen, mencapai sitoplasma sel dan memicu
mekanisme, permasalahan, dan solusinya ekspresi antigen in vivo sehingga dapat
berupa metode dan sistem penghantaran memicu respon imun yang diinginkan (Li et
vaksin DNA. al, 2012).
limfe yang selanjutnya mempresentasikan besar, stabil, dan mudah dalam proses
antigen kepada sel T naif melalui MHC transport. Vaksin DNA dapat menginduksi
kelas II dan reseptor sel T serta ikatan pada respon baik sel T maupun sel B, memiliki
molekul kostimulator. Ikatan ini akan stabilitas yang cukup baik, tidak ada agen
mengaktifkan sel T helper atau cluster of infeksius, dan relatif mudah diproduksi
differentiation (CD)4+ dan selanjutnya sel dalam jumlah besar. Beberapa uji respon
B untuk memproduksi antibodi. Selain itu imun pada hewan telah dilakukan dengan
presentasi peptida pada molekul MHC kelas menggunakan gen-gen dari berbagai
I akan mengaktifkan sel T sitotoksik atau macam agen infeksius seperti virus
sel cluster of differentiation (CD)8+ influenza, virus hepatitis B, human
(Kutzler dan Weiner, 2008). immunodeficiency virus (HIV), virus rabies,
lymphocytic chorio-meningitis virus,
Permasalahan Vaksin Dna malaria, dan mikoplasma. Beberapa uji
Vaksin DNA merupakan metode tersebut menunjukkan adanya proteksi dari
yang sederhana dan efektif dalam produksi penyakit pada hewan percobaan (WHO,
vaksin. Beberapa keunggulan vaksin DNA 2016). Keunggulan lain vaksin DNA dapat
antara lain proses pembuatannya yang dilihat pada tabel I.
mudah, cepat diproduksi dalam jumlah
sedikit. Selain itu, sel otot yang dapat plasmid DNA dengan elektroporasi
tertransfeksi oleh vaksin DNA memiliki menggunakan stimulasi listrik pada
molekul ko-stimulator yang sangat sedikit jaringan otot dapat meningkatkan
untuk dapat mengaktivasi sel T (McAllister permeabilitas membran sel dan
dan Poll, 2004). Masalah lain dengan meningkatkan efisiensi transfeksinya.
metode intramuskular dengan jarum adalah Elektroporasi juga dapat memicu sitokin
masalah keamanan (misalnya kemungkinan proinflamasi dan meningkatkan migrasi
jarum tersangkut sehingga menimbulkan APC dan sel T. Elektroporasi menaikkan
luka, dan risiko infeksi pada penggunaan efikasi vaksin DNA 10-1000 kali lipat dan
jarum berulang), kurangnya penerimaan meningkatkan respon imun pada spesies
pada pasien yang fobia jarum, dan masalah besar yang sebelumnya memberikan respon
logistik pada program vaksinasi massal imun yang rendah (Saade dan Petrovsky,
(Amorij et al, 2010). 2012). Elektroporasi in vivo pada
pemberian naked DNA meningkatkan
b. Gene Gun efisiensi transfeksinya dan memicu respon
Teknik gene gun merupakan teknik imun humoral dan seluler dibandingkan
yang melibatkan penggunaan alat balistik pemberian injeksi langsung (Jazi et al
untuk memasukkan plasmid yang dilapisi 2012). Metode ini memerlukan peralatan
partikel emas. Keunggulan metode ini dengan sumber listrik sehingga akan
adalah target utamanya yaitu sel langerhans menjadi prosedur yang bermanfaat pada
dan APC profesional lainnya, sedangkan institusi kesehatan namun tidak akan mudah
kelemahan metode ini adalah terbatasnya digunakan untuk pemberian individu.
dosis yang diberikan sehingga memerlukan Selain itu, perusakan membran sel pada
“tembakan” berulang pada situs untuk stratum corneum pada kulit dapat
memberikan imunisasi yang efektif (Li et menyebabkan terjadinya infeksi sekunder
al, 2012). Tidak seperti pemberian secara (Matsuo et al, 2013).
intradermal dan intramuskular yang
menghantarkan plasmid pada ruang d. Needle Free Injector
ekstraseluler, DNA langsung dihantarkan Needle free vaccination meliputi
ke dalam sitoplasma sel. Penghantaran semua metode pemberian vaksin yang tidak
langsung DNA ke dalam sel memerlukan jarum dan syringe untuk
memungkinkan penggunaan plasmid DNA pemberiannya. Keunggulan metode ini
dalam jumlah yang sangat kecil untuk dapat antara lain lebih mudah, cara pemberian
menimbulkan respon imun dibandingkan lebih cepat, lebih aman, lebih diterima, dan
cara konvensional. Vaksin DNA influenza mengurangi rasa sakit. Keunggulan cara
yang diberikan dengan gene gun pada pemberian ini memberikan keuntungan
hewan pengerat dan unggas diperlukan yang lain, yaitu peningkatan keamanan bagi
dosis lebih kecil 250–2500 kali pemberi vaksin, orang yang divaksin, dan
dibandingkan penggunaan injeksi masyarakat, peningkatan kepatuhan
intradermal dan dosis tersebut dapat terhadap jadwal imunisasi, serta
menginduksi respon imun baik seluler pengurangan atau peniadaan daerah sakit
maupun humoral (Saade dan Petrovsky, karena injeksi (Giudice dan Campbell,
2012). 2006). Pemberian vaksin influenza dengan
metode ini melalui saluran napas, saluran
c. Elektroporasi cerna, atau kulit kemungkinan besar dapat
Elektroporasi merupakan metode menimbulkan respon imun mukosa pada
untuk memasukkan makromolekul seperti tempat masuknya virus dan bahkan dapat
asam nukleat ke dalam sel baik secara in memicu respon imun seluler yang
vivo maupun in vitro. Metode ini dilakukan meningkatkan efektivitas vaksin (Kim et al,
dengan pemberian getaran listrik untuk 2012).
meningkatkan permeabilitas membran sel
sementara waktu dan bersifat reversibel
(Sardesai dan Weiner, 2011). Penghantaran
Kim, Y.C., J.M. Song, A.S. Lipatov, S.O. Sardesai NY, dan D.Weiner, 2011,
Choi, J.W. Lee, R.O. Donis, R.W. Electroporation delivery of DNA
Compans, S.M. Kang, M.R. Vaccines: prospects for success,
Prausnitz, 2012, Increased Curr Opin Immunol., 23, 421-429.
Immunogenicity of Avian Influenza Saroja, C.H., P.K. Lakshmi, S. Bhaskaran,
DNA Vaccine Delivered to The 2011, Recent Trends in Vaccine
Skin Using a Microneedle Patch, Delivery Systems: A Review. Int. J.
Eur J Pharm Biopharm., 81, 239– Pharm. Invest., 1(2), 64-74.
247. Schwendener, R.A., 2014, Liposomes as
Kutzler, W.A. dan D.B. Weiner, 2008, Vaccine Delivery Systems: A
DNA Vaccines: Ready for Prime Review of The Recent Advances,
Time?, Genetics, 9, 776-788. Ther. Adv. Vaccines, 2(6), 159–
Li, L., F. Saade, , N. Pertrovsky, 2012, The 182.
Future of Human DNA Vaccines. J Tang DC, M. De Vit, SA Johnston, 1992,
Biotech., 162, 171–182. Genetic Immunization is A Simple
Matsuo, K., S. Hirobea, N. Okadaa, S. Method for Eliciting an Immune
Nakagawa, 2013, Frontiers of Response, Nature, 356, 152-154.
Transcutaneous Vaccination Wahren, B. dan M.A. Liu, 2014, DNA
Systems: Novel Technologies and Vaccines: Recent Developments
Devices for Vaccine Delivery, and The Future, Vaccines, 2, 785-
Vaccine, 31, 2403– 2415. 796.
McAllister, J., and D. Poll, 2004, World Health Organization. 2016. DNA
Comparison of DNA Vaccine Vaccines. diakses dari
Delivery Systems: Intramuscular http://www.who.int/biologicals/area
Injection Versus Gene Gun s/vaccines/dna/en/ pada tanggal 6
Administration. Defence Science September 2016.
and Technology Organisation,
Australian Government Department
of Defence.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2013, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 42 tahun
2013 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi.
Moreno, S., 2004, DNA Vaccination: An
Immunological Perspective,
Immunologia., 23(1), 41-55.
Rubartelli A, A. Poggi, M.R. Zocchi, 1997,
The Selective Engulfment of
Apoptotic Bodies by Dendritic
Cells is Mediated by The Alpha-
Beta3 Integrin and Requires
Intracellular and Extracellular
Calcium. Eur J Immunol, 27, 1893–
1900.
Saade, F., and N. Petrovsky, 2012,
Technologies for Enhanced
Efficacy of DNA Vaccines, Expert
Rev. Vaccines, 11(2), 189–209.
Sahdev, P., L.J. Ochyl, J.J. Moon, 2014,
Biomaterials for Nanoparticle
Vaccine Delivery Systems, Pharm.
Res., 31(10), 2563–2582.