Anda di halaman 1dari 9

Trikonomika

Volume 14, No. 1, Juni 2015, Hal. 57–65


ISSN 1411-514X (print) / ISSN 2355-7737 (online)

Tanggung Jawab Pendeteksian Kecurangan sebagai Pencegahan


Kegagalan Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Annisa Adha Minaryanti


Fakultas Ekonomi Universitas Pasunadan
Jl. Tamansari No. 6 – 8, Bandung 40116
E-Mail: annisa_minaryanti@yahoo.com

Mochammad Ridwan
Fakultas Ekonomi Universitas Pasunadan
Jl. Tamansari No. 6 – 8, Bandung 40116
E-Mail: mridwan@unpas.ac.id

ABSTRACT
This study aims to determine how the impact of fraud detection responsibility to the prevention of audit
failure are. The object of this study includes responsibility of fraud detection as an independent variable whose
influence the dependent variable (dependent), called the audit failure prevention. Method used in this study
is the Correlative relationship research method, alongside the clausal relation as the type of relation between
variable studied in this study. These variables were analyzing using the descriptive statistics and regression
to test the hypothesis. The data collected obtained through questionnaires and auditors as respondents at
Accounting Firm in Jakarta. After obtaining data, results tended to show that responsibility for fraud detection
have significant effect on the audit failure prevention.

Keywords: fraud detection responsibility, failure audit prevention.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi, kompetensi dan tanggung
jawab pendeteksian kecurangan terhadap pencegahan kegagalan audit. Objek penelitian meliputi independensi,
kompetensi, dan tanggung jawab pendeteksian kecurangan sebagai variabel bebas atau independen yang
dilihat pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas atau dependen yaitu pencegahan kegagalan audit. Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan tipe hubungan antara variabel yang diteliti
adalah hubungan klausal. Variabel dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan regresi sederhana
untuk menguji hipotesis. Data yang terkumpul diperoleh melalui penyebaran kuesioner, dengan responden
auditor pada KAP yang ada di Jakarta. Hasil menunjukkan bahwa tanggung jawab pendeteksian kecurangan
berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kegagalan audit.

Kata Kunci: tanggung jawab pendeteksian kecurangan, pencegahan kegagalan audit.

57
PENDAHULUAN
the management board, which prepares and draws
Profesi akuntan publik adalah profesi yang unik up financial statements, and users of information
karena dalam menjalankan tugas profesinya seorang contained in these statements.
akuntan publik harus dapat menggunakan keahlian Pernyataan tersebut jika diterjemahkan adalah
profesinya dengan tetap mempertahankan sikap audit dipandang sebagai “link yang membangun
independensi. kepercayaan” antara dewan manajemen, yang
Seseorang yang dianggap profesional dalam mempersiapkan dan menyusun laporan keuangan
melakukan pekerjaannya adalah seseorang yang dan pengguna dari informasi yang terkandung dalam
salah satunya memiliki pengalaman dan pengetahuan, laporan keuangan.
seperti yang dikemukakan oleh Bell et al. (2005) Tanggung jawab utama auditor bukan pada klien
Professional judgment refers to judgments of sebagai pemohon jasa (pihak kedua) akan tetapi
persons with experience, extensive education, and/or pada pihak ketiga atau pihak yang berkepentingan
specialized training within a profession. terhadap laporan keuangan tersebut seperti pemegang
Choo dan Trotman (1991) dalam penelitiannya saham, calon investor, pemerintah, dan pihak yang
memberikan bukti empiris bahwa auditor berkepentingan lain. Hal ini merupakan karakteristik
berpengalaman lebih banyak menentukan item-item unik profesi auditor. Adanya tugas tersebut tidak serta
yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor merta menempatkan auditor pada posisi aman.
yang kurang berpengalaman, tetapi antara auditor yang Menurut Agoes (2009), rasa tanggung jawab
berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman yang tinggi hanya dapat diwujudkan melalui
tidak berbeda dalam menentukan item-item yang pengembangan dan pemeliharaan kompetensi pada
umum (typical). tinggkat yang tinggi. Dari pendapat tersebut dapat
Sedangkan menurut Libby dan Frederick (1990) disimpulkan bahwa, rasa tanggung jawab yang besar
dalam Tjun (2012) bahwa auditor yang berpengalaman dapat dibentuk dari kompetensi yang dimiliki oleh
mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan auditor tersebut, jika kompetensi yang dimiliki besar
keuangan sehingga keputusan yang diambil dapat maka rasa tanggung jawab auditor pun juga besar.
lebih baik. Jika seorang auditor tidak memiliki sikap
Berbeda dengan profesi lainnya yang harus independen, kompetensi, dan tanggung jawab dalam
menaati perintah atau keinginan pengguna jasa memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan maka
profesi karena fee yang diberikan, seorang akuntan akan mengakibatkan terjadinya kecurangan. Yang
publik justru harus independen dalam melaksanakan mana kecurangan tersebut dapat dikatakan sebagai
audit dan saat memberikan hasil laporan audit kepada kegagalan audit (audit failure).
klien, meskipun dibayar oleh klien karena hasil Menurut menurut Salehi dan Azary (2008),
laporan audit ini tidak hanya digunakan oleh klien mengemukakan bahwa kecurangan meliputi
tetapi juga oleh pengguna laporan keuangan auditan. penyalahgunaan sumber daya maupun pelaporan
Profesi auditor sedikit berbeda dengan profesi lain yang tidak benar tentang penggunaan sumber
seperti pengacara atau dokter. Pengacara atau dokter, daya oleh manajemen, sehingga untuk mencegah
sebagai pihak pertama, bekerja untuk kepentingan kegagalan audit diperlukan kemampuan auditor untuk
klien sebagai pihak kedua yang merupakan pihak mendeteksi kecurangan manajemen tersebut.
pemohon jasa. Namun auditor bukan saja dituntut Terdapat beberapa pendapat mengenai penyebab
untuk melayani klien (pihak kedua) tetapi auditor juga terjadinya kegagalan audit. Terkait kegagalan audit
dituntut untuk melayani masyarakat (pihak ketiga) (audite failure) yang disebabkan oleh hubungan
(Setiawan dan Ghozali, 2006). kedekatan (relationship) antara auditor dengan klien
Auditor bertugas untuk mengaudit atau seperti yang diuraikan oleh Bazerman et al. (1997)
memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan, yaitu bahwa kegagalan audit adalah sebagai hasil
menurut Filipović dan Filipović (2008) pengertian dari adanya kolusi antara auditor dengan klien dalam
auditing secara umum adalah sebagai berikut: penerbitan laporan keuangan yang salah (faulty
auditing is seen as a ‘link which builds trust’ between financial statement).

58 Trikonomika Annisa Adha Minaryanti


Vol. 14, No. 1, Juni 2015 Mochammad Ridwan
Kegagalan audit terjadi karena suatu audit kurangnya sikap independensi, kompetensi, dan
dilaksanakan dengan tidak atau tanpa menerapkan tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kegagalan
standar audit yang dapat diterima umum sehingga audit, yang membawa akibat serius bagi masyarakat
mengeluarkan pendapat yang salah (Arens bisnis. Kasus seperti itu terjadi pada Enron, Global
et al., 2012). Dengan kata lain seorang auditor Crossing, dan WorldCom di Amerika Serikat yang
telah melakukan kegagalan audit (audit failure), mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar
apabila auditor tersebut tidak berhasil menemukan modal. Kasus serupa terjadi di Indonesia seperti
temuan yang seharusnya ditemukan atau tidak bisa PT Kimia Farma. Meski beberapa salah saji yang
menemukan kesalahan yang material. terjadi belum tentu terkait dengan kecurangan, tetapi
Ballou et al. (2001) mengemukakan bahwa Faktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh
audit yang berorientasi pada pengetahuan tentang manajemen terbukti ada pada kasus tersebut. Sebagai
bisnis klien dapat mencegah kegagalan audit, di contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang
mana auditor akan mengalokasikan dengan lebih terjadi pada PT Kimia Farma Tbk (PT KF). PT Kimia
baik pengujian pada area yang memiliki risiko audit Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik
sehingga kesalahan yang material dapat dideteksi dan pemerintah di Indonesia.
ditemukan. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen
Sikap tanggung jawab seorang auditor Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar
dalam memeriksa laporan keuangan yaitu dengan 132 miliar rupiah, dan laporan tersebut di audit oleh
memberikan opini atas kewajaran pelaporan keuangan Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi,
organisasi, terutama dalam penyajian posisi keuangan Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa
dan hasil operasi dalam suatu periode. Mereka juga laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
menilai apakah laporan keuangan organisasi disajikan unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001
secara umum, diterapkan secara konsisten dari periode disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan
ke periode, dan seterusnya. Jika auditor menemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan
bahwa laporan keuangan tidak disajikan sesuai keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara hanya sebesar 99,56 miliar rupiah, atau lebih rendah
umum atau menemukan adanya kecurangan dalam sebesar 32,6 miliar rupiah, atau 24,7% dari laba
laporan keuangan maka auditor bertanggung jawab awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada
untuk melaporkan temuan tersebut. Jika auditor tidak unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
melaporkan temuan tersebut maka auditor tersebut overstated penjualan sebesar 2,7 miliar rupiah, pada
tidak memiliki sikap tanggung jawab dan hal tersebut unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan
akan mengakibatkan kegagalan audit. barang sebesar 23,9 miliar rupiah, pada unit Pedagang
Kegagalan audit juga dapat diakibatkan oleh Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar
kurang relevannya informasi yang menyebabkan 8,1 miliar rupiah dan overstated penjualan sebesar
lemahnya tanggung jawab pendeteksian kecurangan 10,7 miliar rupiah.
oleh seorang auditor. Kondisi tersebut menunjukkan Dalam konteks skandal keuangan tersebut,
adanya efek dilusi dalam pertimbangan auditor. Adanya memunculkan pertanyaan apakah trik-trik rekayasa
informasi yang tidak relevan (disebut juga bukti non tersebut tidak mampu terdeteksi oleh akuntan publik
diagnostik) yang bercampur dengan informasi relevan yang mengaudit laporan keuangan tersebut, atau
(bukti diagnostik atau red flag dalam pendeteksian sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut
kecurangan) akan mengakibatkan penilaian risiko mengamankan praktik kejahatan tersebut.
kecurangan oleh auditor menjadi kurang ekstrim. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak
Penilaian risiko yang tidak sensitif ini akan berakibat mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan
lemahnya tanggung jawab pendeteksian kecurangan maka yang menjadi inti permasalahannya adalah
seorang auditor (Hackenbrack, 1992). lemahnya kompetensi atau keahlian auditor tersebut.
Beberapa kasus skandal akuntansi dalam tahun- Namun jika yang terjadi bahwa seorang akuntan publik
tahun belakangan ini memberikan bukti lebih jauh ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, seperti
tentang kegagalan audit yang disebabkan oleh yang terungkap juga pada skandal yang menimpa

Tanggung Jawab Pendeteksian Kecurangan sebagai Pencegahan 59


Kegagalan Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia, Consideration of Fraud in a Financial Statement
dan Walt Disney (Sunarsip, 2002 dalam Christiawan, Audit menyatakan bahwa auditor mempunyai
2005) maka inti permasalahannya adalah independensi tanggung jawab yang besar untuk mendeteksi
auditor tersebut atau kurangnya tanggung jawab kecurangan dengan merencanakan dan melaksanakan
auditor terhadap pendeteksian kecurangan. audit untuk memperoleh kepastian mengenai apakah
Penelitian sebelumnya yang dilakukan laporan keuangan bebas dari salah saji (misstatement)
oleh Prasetyo (2010) yang berjudul “Pengaruh secara material baik yang disebabkan oleh kesalahan
Independensi, Kompetensi, dan Tanggung Jawab atau kecurangan (ACIPA, 2002).
Pendeteksian Kecurangan terhadap Pencegahan Tanggung jawab akuntan publik untuk melindungi
kegagalan Audit” penelitiannya dilakukan pada AKN kepentingan publik semakin bertambah seiring dengan
III BPK RI Jakarta yang mana pemeriksaan dilakukan bertambahnya investor di pasar modal, sejalan dengan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara hubungan yang semakin erat antara para manajer
(SPKN) dan Standar Akuntansi Pemerintah yang korporat dan pemegang saham, serta sejalan dengan
tertuang dalam PP No. 71 tahun 2010 dengan subjek pemerintah dalam meningkatkan ketergantungannya
pemeriksaan adalah sektor pemerintahan, dengan pada informasi akuntansi (Herusetya, 2007).
hasil penelitian bahwa Tanggung Jawab Pendeteksian Tanggung jawab pendeteksian kecurangan
Kecurangan berpengaruh signifikan terhadap (fraud detection) akan mendukung terwujudnya
Pencegahan Kegagalan Audit. Sedangkan penelitian penerapan standar yang memadai untuk menunjang
yang akan penulis lakukan yaitu pada kantor akuntan tanggung jawab pendeteksian kecurangan, membantu
publik di Jakarta yang menggunakan Standar terwujudnya lingkungan kerja audit, metode dan
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Pernyataan prosedur audit yang cukup efektif untuk tanggung
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan subjek jawab pendeteksian kecurangan sehingga tidak terjadi
sektor privat dan berorientasi pada laba. kegagalan audit (Tackett et al., 2006; Koroy, 2008).
Maksud dari penelitian ini adalah untuk Rasa tanggung jawab yang tinggi hanya dapat
memperoleh bukti empiris dan menemukan kejelasan diwujudkan melalui pengembangan dan pemeliharaan
fenomena tentang tanggung jawab pendeteksian kompetensi pada tingkat yang tinggi (Agoes, 2009).
kecurangan sebagai pencegahan kegagalan audit Seorang auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi
pada pada kantor akuntan publik di Jakarta. Adapun kecurangan dalam laporan keuangan agar tidak
tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh terjadi kegagalan audit, untuk dapat mendeteksi
tanggung jawab pendeteksian kecurangan auditor kecurangan dalam laporan keuangan seorang auditor
terhadap pencegahan kegagalan audit. membutuhkan kompetensi melalui pengalaman dan
Tanggung jawab auditor menurut SA seksi 110 pengetahuan dalam mendeteksi kecurangan. Jika
(PSA No. 02) adalah auditor bertanggung jawab seorang auditor tidak memiliki kompetensi melalui
untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk pengalaman dan pengetahuan maka seorang auditor
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah tidak mungkin dapat bertanggung jawab dalam
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik mendeteksi kecurangan.
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga
Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik sikap mental independen dalam menjalankan tanggung
kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna
memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan
material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab terhadap independensi auditor (Arens et al., 2012).
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna Berdasarkan penjelasan tersebut mengindikasikan
memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, bahwa semakin tinggi tanggung jawab pendeteksian
baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, kecurangan, maka tingkat pencegahan kegagalan
yang tidak material terhadap laporan keuangan. audit semakin baik, hal ini dipertegas juga oleh
Baik kecurangan yang di sengaja maupun yang penelitian Prasetyo (2010) yang menggunakan subjek
tidak di sengaja berakibat serius dan membawa yang berbeda yaitu Kantor Akuntan Publik di Jakarta,
banyak kerugian, oleh karena itu auditor harus dapat menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara
mendeteksi kecurangan tersebut. Menurut Statement tanggung jawab pendeteksian kecurangan terhadap
on Auditing Standard (SAS) No. 99 mengenai pencegahan kegagalan audit.

60 Trikonomika Annisa Adha Minaryanti


Vol. 14, No. 1, Juni 2015 Mochammad Ridwan
METODE Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif dan asosiatif. Untuk
Menurut Sekaran (2011) variabel independen menguji instrumen penelitian dilakukan uji validitas
adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat dengan menggunakan pearson product-moment dan
entah secara positif maupun negatif, sedangkan uji reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s
variabel dependen yang dapat juga dikatakan sebagai alpha. Pengujian hipotesis menggunakan regresi
variabel terikat dan merupakan variabel utama yang sederhana yang sebelumnya dilakukan transformasi
menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. data dengan method successive of interval untuk
Maka variabel independen dari penelitian ini adalah memenuhi persyaratan penggunaan alat analisis
tanggung jawab pendeteksian kecurangan, sedangkan multivariate (regresi sederhana).
variabel dependen dari penelitian ini adalah
pencegahan kegagalan audit. Penelitian ini bertujuan HASIL
untuk mengukur sejauh mana pengaruh tanggung
jawab pendeteksian kecurangan terhadap pencegahan Pengiriman kuesioner dilakukan pada tanggal
kegagalan audit. Untuk meneliti objek tersebut 1 April 2013 dan pengambilan kuesioner dilakukan
diadakan penelitian terhadap rekan auditor (auditor pada tanggal 1 Mei 2013 sampai dengan 4 Mei 2013.
partner) untuk dijadikan sampel penelitian. Jumlah kuesioner yang dikirim sebanyak 50 eksemplar
Adapun yang menjadi subjek penelitiannya berhasil kembali dan diisi dengan responden partner
adalah seluruh auditor partner di Kantor Akuntan di KAP. Sebanyak 41 kuesioner yang terisi dengan
Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta. respons rate sebesar 82%.
Pertanyaan yang dibuat dalam kuesioner berjumlah Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa
42 pertanyaan yang ditunjukkan kepada auditor setiap item pertanyaan dalam penelitian ini memiliki
partner yang bekerja pada kantor akuntan publik nilai lebih besar dari 0.3 sehingga dapat dikatakan
(KAP) di Jakarta dan terdaftar di Ikatan Akuntan valid. Untuk uji reliabilitas menunjukkan masing-
Indonesia (IAI) pada tahun 2012. Daftar seluruh KAP masing nilai untuk setiap variabel penelitan sebesar
yang berada di wilayah Jakarta berjumlah 273 kantor 0.894 dan 0.896, nilai tersebut lebih besar dari 0.70
akuntan publik. sehingga dapat dikatakan reliabel. Hasil tanggapan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua responden terhadap variabel penelitian ini dapat
auditor Partner yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dilihat pada Tabel 2.
(KAP) di Jakarta yang berjumlah 237 Kantor Akuntan Berdasarkan pada hasil analisis deskriptif
Publik yang terdaftar di IAI pada tahun 2012. Untuk mengenai tanggung jawab pendeteksian kecurangan
keperluan penelitian ini maka akan diambil sampel memiliki total skor rata-rata sebesar 4,21 dan
sebanyak 50 auditor partner yang bekerja pada KAP berada pada interval 4 – 5. Dengan demikian dapat
(Kantor Akuntan Publik) di Jakarta. Dikarenakan disimpulkan bahwa tanggung jawab auditor pada
populasi dianggap homogen maka pemilihan sampel sebagian besar Kantor Akuntan Publik yang ada di
dilakukan dengan teknik simple random sampling wilayah DKI Jakarta dalam pendeteksian kecurangan
yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi termasuk tinggi. Bila dilihat berdasarkan indikator,
dilakukan secara acak tanpa memperlihatkan strata terlihat bahwa rata-rata skor penilaian responden
yang ada dalam populasi. terhadap indikator penggunaan alat bantu dan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian professional judgment masih termasuk dalam kategori
ini menggunakan kuesioner jenis tertutup dengan cukup.
skala likert dan memiliki dua tipe pertanyaan yaitu Berikutnya tanggapan responden mengenai
pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Untuk pencegahan terjadinya kegagalan audit memiliki
variabel tanggung jawab pendeteksian kecurangan total skor sebesar 3,98 dan berada pada interval
diukur melalui lima indikator dengan delapan butir 3 – 4. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan. Berikutnya variabel pencegahan kegagalan pencegahan terjadinya kegagalan audit yang dilakukan
audit diukur melalui empat indikator dengan sepuluh auditor pada sebagian besar kantor akuntan publik
butir pertanyaan. Adapun operasionalisasi variabel yang ada di wilayah DKI Jakarta termasuk cukup
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. baik.

Tanggung Jawab Pendeteksian Kecurangan sebagai Pencegahan 61


Kegagalan Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Tanggung jawab Tanggung jawab untuk Pendeteksian a. Menerapkan metode audit Ordinal
pendeteksian Kecurangan adalah tanggung jawab auditor b. Penggunaan alat bantu (decision
kecurangan untuk mendeteksi suatu perbuatan yang aids)
(responsibility for bertentangan dengan kebenaran dan c. Professional Judgment
fraund detection) (X) dilakukan dengan sengaja yang dapat berupa d. Skeptisisme profesional
Koroy (2008) manfaat dokumen yang salah, penyembunyian e. Penilaian risiko terjadinya
informasi yang seharusnya diungkapkan, dan kecurangan dalam perencanaan
pengelolaan dana yang tidak benar sebagai audit
suatu tundakan kriminal, untuk memperoleh
sesuatu yang bukan hak pelakunya.
Pencegahan Pencegahan terjadinya kegagalan audit a. Auditor melaporkan temuan Ordinal
terjadinya kegagalan (audit failure preventive) adalah pencegahan pemeriksaan yang material
audit (audit failure terjadinya kegagalan auditor, yang mana b. Auditor memberikan opini
preventive) (Y) auditor tidak melaporkan semua kesalahan atas laporan keuangan yang
yang material, memberikan pendapat atau sesuai kondisi keuangan yang
opini atas laporan keuangan yang tidak sebenarnya.
mencerminkan kondisi keuangan audit yang c. Melakukan pendeteksian
sebenarnya, tidak melakukan pendeteksian kesalahan material
dan penemuan kesalahan yang material, d. Kemampuan auditor dalam
tidak menerapkan tidak menerapkan mengenali kecurangan yang
standar pemeriksaan yang berlaku, dan tidak material.
melakukan tanggung jawab pendeteksian
kecurangan.

Tabel 2 Rekapitulasi Tanggapan Responden

No Indikator Skor Rata-Rata Kriteria

Pencegahan Terjadinya Kegagalan Audit (Y)


1 Melaporkan temuan pemeriksaan yang material 3.99 Sering
2 Memberikan opini atas laporan keuangan yang sesuai kondisi keuangan yang sebenarnya 4.63 Selalu
3 Melakukan pendeteksian kesalahan material 3.25 Sering
4 Kamampuan dalam mengenali kecurangan yang material 4.06 Baik
Total Skor Rata-Rata 3.98 Cukup

Tanggung Jawab Pendeteksian Kecurangan (X)


1 Menerapkan metode audit 4.25 Tinggi
2 Penggunaan alat bantu (decision aids) 3.5 Cukup
3 Professional Judgment 3.5 Cukup
4 Skeptisisme professional 4.8 Rendah
5 Penilaian risiko terjadinya kecurangan dalam perencanaan audit 4.47 Baik
Total Skor Rata-Rata 4.21 Tinggi

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2013

62 Trikonomika Annisa Adha Minaryanti


Vol. 14, No. 1, Juni 2015 Mochammad Ridwan
Tabel 3 Pengujian Asosiatif

Coefficients
Keterangan t hitung Sig.
B
Konstanta 9.560 2.986 .005

X .890 6.343 .000**

Variabel Terikat: Pencegahan Terjadinya Kegagalan Audit (Y)

F Hitung 40.233 (Sig. 0.000)

Korelasi 0.713

Koefisien Determinasi 50.8%

Keterangan: **signifikan pada taraf 5% (uji satu pihak)

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2013

Bila dilihat berdasarkan indikator, terlihat Auditor dalam memberikan opini terhadap
bahwa rata-rata skor tanggapan responden mengenai laporan keuangan untuk mencegah terjadinya
melaporkan temuan pemeriksaan yang material kegagalan audit selalu menyampaikan temuan
dan melakukan pendeteksian kesalahan material audit yang material kepada pihak manajemen dan
termasuk sering. Namun memberikan opini atas menyampaikan temuan audit yang berkaitan dengan
laporan keuangan yang sesuai kondisi keuangan yang pemalsuan bukti transaksi. Guna memberikan opini
sebenarnya selalu dilakukan dan kemampuan dalam yang tepat, seorang auditor haruslah berani untuk
mengenali kecurangan yang material sudah termasuk tidak memberikan opini wajar tanpa pengecualian
baik. (WTP), jika pada kenyataannya penyusunan laporan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan keuangan perusahaan tidak sesuai dengan standar
menggunakan regresi sederhana, selain itu juga yang berlaku. Selain itu auditor juga harus dapat
dapat diketahui berapa besarnya peran tanggung menemukan kesalahan pencatatan dalam laporan
jawab pendeteksian kecurangan terhadap pencegahan keuangan yang berkaitan dengan penjumlahan,
terjadinya kegagalan audit, lebih jelasnya dapat pengurangan, perkalian, dan pembagian termasuk
dilihat pada Tabel 3. mengungkapkan temuan yang berhubungan dengan
kecurangan.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi
Tanggung jawab pendeteksian kecurangan yang tanggung jawab pendeteksian kecurangan, maka
dilakukan oleh auditor selalu menerapkan metode audit tingkat pencegahan kegagalan audit semakin baik
untuk mendeteksi kekeliruan atau kesalahan dalam pada Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah DKI
laporan keuangan perusahaan. Ketika melakukan Jakarta. Secara langsung tanggung jawab pendeteksian
penugasan audit, auditor juga selalu menggunakan kecurangan memberikan pengaruh sebesar 50,8%
metode audit untuk mendeteksi kekeliruan atau terhadap pencegahan terjadinya kegagalan audit.
kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan. Selain Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian
itu seorang auditor selalu menggunakan professional milik Prasetyo (2010) di mana hasil pengujian
judgment dalam mendeteksi kecurangan dan sebagian mengenai variabel “Tanggung Jawab Pendeteksian
besar auditor tidak pernah puas/percaya dengan Kecurangan” memiliki pengaruh yang cukup besar
jawaban yang diberikan oleh pihak manajemen, ketika terhadap “Pencegahan kegagalan Audit”. Walaupun
menanyakan kepada pihak manajemen mengenai penelitiannya dilaksanakan di tempat yang berbeda
pengumpulan dan penilaian bukti audit. yaitu penelitian sekarang di KAP sedangkan penelitian

Tanggung Jawab Pendeteksian Kecurangan sebagai Pencegahan 63


Kegagalan Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
terdahulu di BPK (Audit Ekternal Pemerintah) namun Ballou, Brian., Christine E. Earley & Jay S. Rich.
memiliki hasil yang sama, yaitu sama-sama memiliki 2004. The Impact of Strategic Positioning
pengahun yang besar antara “Tanggung Jawab Evaluation on Auditor Judgments about Business
Pendeteksian Kecurangan dan Pencegahan kegagalan Process Performance. AUDITING: A Journal of
Audit. Practice & Theory, 23(2): 71-88.
Besarnya pengaruh tersebut menunjukkan bahwa Bazerman, Max H., Kimberly P. Morgan & George
seorang auditor yang bertanggung jawab terhadap F. Loewenstein. 1997. Opinion: The Impossibility
pendeteksian kecurangan akan mampu mencegah of Auditor Independence. Sloan Management
kegagalan audit karena mampu menerapkan metode Review, 38(4): 89-94.
audit yang baik, menjunjung tinggi professional Bell, Timothy B., Mark E. Peecher & Ira Solomon.
judgement yang objektif, memiliki sifat skeptisisme 2005. The 21st Century Public Company
yang profesional, dan mampu menyampaikan hasil Audit, Conceptual Elements of KPMG’s Global
penilaian risiko yang berkaitan dengan kecurangan Audit Methodology. Switzerland: KPMG
secara netral walaupun adanya tekanan dari pihak- International.
pihak yang berkepentingan. Choo, F. & K. T. Trotman. 1991. The Relationship
Between Knowledge Structure and Judgments
KESIMPULAN for Experienced and Inexperienced Auditors. The
Accounting Review, 66: 464-485.
Hasil pengujian memberikan bukti empiris Christiawan, Yulius Jogi. 2005. Aktivitas Pengendalian
bahwa semakin tinggi tanggung jawab pendeteksian Mutu Jasa Audit Laporan Keuangan Historis.
kecurangan, maka tingkat pencegahan kegagalan Jurnal Akuntansi & Keuangan, 7(1): 61- 88.
audit semakin baik di wilayah DKI Jakarta. Filipović, Davor & Ivica Filipović. 2008. External
Terkait keterbatasan peneliti, disarankan kepada Auditing and Audit Committee As Mechanisms
peneliti lainnya untuk melakukan penelitian yang In Corporate Governance. 4th International
menggunakan kuesioner dengan pertanyaan atas Conference An Enterprise Odyssey: Tourism
suatu kondisi pada tahun tertentu, dan ketika membuat - Governance and Entrepreneurship, Cavtat,
pertanyaan dari kuesioner diharapkan peneliti untuk Croatia, 11-15 July 2008.
menyertakan pertanyaan positif dan pertanyaan Hackenbrack, Karl. 1992. Implications of Seemingly
negatif pada setiap indikator pertanyaan. Disarankan Irrelevant Evidence in Audit Judgment. Journal of
kepada peneliti lainnya untuk meneliti unit kerja Accounting Research, 30(1): 126-136.
lainnya selain di KAP atau memperluas sampel Herusetya, Antonius. 2007. Kewajiban Hukum Bagi
penelitian. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya Akuntan Publik: Risiko Profesional yang semakin
dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang Meningkat. Integrity - Jurnal Akuntansi dan
secara teoritis mempengaruhi pencegahan kegagalan Keuangan, 1(1): 51-62.
audit, seperti misalnya pembatasan lingkup audit dan Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan
skeptisisme profesional. (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor
Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10(1):
DAFTAR PUSTAKA 22-33.
Prasetyo, Denny. 2010. Pengaruh Independensi,
American Institute of Certified Public Accountants Kompetensi Dan Tanggung Jawab Pendeteksian
(AICPA). 2002. Statement on Auditing Standards Kecurangan Terhadap Pencegahan Kegagalan
(SAS) No. 99: Consideration of Fraud in Financial Audit (Audit Failure). Bandung: Universitas
Statement Audit. New York. Padjajaran.
Agoes, Sukrisno. 2009. Auditing (Pemeriksaan Salehi, Mahdi & Zhila Azary. 2009. Fraud Detection
Akuntan), Oleh Kantor Akuntan Publik Jilid II. and Audit Expectation Gap: Empirical Evidence
Jakarta: Universitas Indonesia. from Iranian Bankers International Journal of
Arens, Alvin A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley. Business and Management, 3(10): 65-77.
2012. Auditing and Assurance Services (14th Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business,
edition), New Jersey: Pearson Prentice Hall. Buku 1 (edisi ke-4), Jakarta: Salemba Empat.

64 Trikonomika Annisa Adha Minaryanti


Vol. 14, No. 1, Juni 2015 Mochammad Ridwan
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business, Tackett, James, Fran M. Wolf & Gregory A. Claypool.
Buku 2 (edisi ke-4), Jakarta: Salemba Empat. 2006. A Fraud Specialists on Independent Audits.
Setiawan, Ivan Aries & Imam Ghozali. 2006. Journal of Business and Economics Research,
Akuntansi Keperilakuan: Konsep dan Kajian 4(7): 63-67.
Empiris Perilaku Akuntan. Semarang: Universitas Tjun, Lauw Tjun, Elyzabet Marpaung & Santy
Diponegoro. Setiawan. 2012. Pengaruh Kompetensi dan
Sunarsip. 2002. Menarik Pelajaran dari Skandal Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.
Korporasi di AS. Kompas 15 Juli 2002. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Tanggung Jawab Pendeteksian Kecurangan sebagai Pencegahan 65


Kegagalan Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai