Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Hudson dan Harrison mekanika batuan adalah ilmu yang


mempelajari reaksi batuan yang apabila padanya dikenai suatu gangguan. Dalam hal
material alam, ilmu ini berlaku untuk masalah deformasi suatu struktur geologi,
seperti bagaimana lipatan, patahan, dan rekahan berkembang begitu tegangan terjadi
pada batuan selama proses geologi.
Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik
batuan dan massa batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki
peran yang dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan
penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya. Sehingga
untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai
macam uji coba baik itu di laboratorium maupun di lapangan langsung atau secara
insitu. Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti
uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan insitu. Massa
batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-bidang lemah
(crack, joint, fault, fissure) di mana kekerapan, perluasan dan orientasi dari bidang-
bidang lemah tersebut tidak kontinu.
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
yang timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti
studi analitik, observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgement.
Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk
mencari hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan.
Banyak dari metodemetode tersebut telah dimodifikasi oleh yang
lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal atau bahkan untuk
desain akhir. Ada beberapa sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat
ini, namun yang paling banyak digunakan adalah sistem klasifikasi massa batuan
dengan menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR). Klasifikasi yang
digunakan juga adalah Rock Quality Designation (RQD) dan Q-System. Parameter
tersebut dapat digunakan untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan diuji.

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum Rock Mass ini adalah kita dapat menghitung
massa atau bobot dari suatu batuan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Rock Mass adalah :
1. Mengetahui kualitas massa batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan
2. Mengetahui parameter dan perhitungan klasifikasi massa batuan
menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR)
3. Mengetahui parameter dan penentuan klasifikasi massa batuan berdasarkan
metode Q-system

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
a. Alat tulis menulis
b. Alat Peraga pipa
c. Pita Meter
d. Kalkulator
1.3.2 Bahan
a. Problem Set
b. Tabel RMR dan Q-system

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan

Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari kumpulan mineral


yang berbeda dan mempunyai komposisi kimia yang tetap dan merupakan
penyusun kerak bumi. Batuan terbentuk melalui proses geologi yang panjang
dan selama proses geologi seperti aktivitas magmatisme dan proses sedimentasi
sangat berpengaruh terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh
struktur geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis dari batuan tersebut.
Oleh sebab itulah batuan memiliki sifat fisiki maupun sifat mekanis (Arief, 2018).
2.1.1 Sifat Fisik
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki oleh batuan
tersebut bersamaan saat batuan tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan
tersebut misalnya porositas, berat jenis, permaebilitas, absorpsi dan derajat
kejenuhan.
2.1.2 Sifat Mekanik Batuan
Sifat mekanik batuan adalah sifat yang dimiliki batuan karena adanya
pengaruh gaya –gaya dari luar yang bekerja pada batuan tersebut. Pengujian Sifat
Mekanis Batuan (Muhammad,2017).
a. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan
sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran
tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak
searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari
plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan
tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk
kerucut cone. Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi
nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5.
Semakin besar (Arief,2018).

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

b. Uji Kuat Tarik Tak Langsung


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari
perconto batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan
adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan.
c. Uji Point Load
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara tak
langsung di lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan.
d. Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam
mekanika batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial.
Percontoh yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada
pengujian kuat tekan.
e. Kuat Tekan (Uniaxial)
Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu silinder atau prisma
terhadap titik pecahnya. Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan silinder
merupakan uji sifat mekanik yang paling umum digunakan.Uji kuat tekan
uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (Arief,2018).
f. Kuat Tarik (Tensile Strength)
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilian dimana suatu
piringan di tekan sepanjang diameter atau dengan uji langsung yang
meliputi tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan. Kekuatan batuan
dapat di ukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran di laboratorium.
Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian di hubungkan
terhadap tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari
laboratorium.
Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit
dihitung, tetapi merupakan parameter desain tambang yang penting. Kondisi
tegangan yang berkembang selama penambangan merupakan hal penting yang
harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam perancangan tambang.
Regangan yang dihasilkan dari pola tegangan baru di ukur dari waktu ke waktu
atau dimonitor secara menerus selama penambangan berlangsung. Kekuatan
batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

dilaboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian di


hubungkan terhadap tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari
laboratorium. Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tegangan asli,
sulit di hitung, tetapi merupakan parameter desain tambang yang penting.
Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan diberi beberapa kuantifikasi
dengan memasang sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam rosette pada
permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan yang berdekatan, dan
mengukur respons tegangan sebenarnya yang di lepaskan. Kondisi tegangan
yang berkembang selama penambangan merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam perancangan . (Arief,2018).
g. Hammer test
Hammer Test adalah suatu metode pemeriksaan mutu batuan tanpa merusak
batuan. Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup
banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban impact (tumbukan)
pada permukaan batuan dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan
menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari
massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan batuan dapat
memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan
pengujian ini adalah jenis hammer. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui
keseragaman batuan pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan
menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang
luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada
permukaan batuan, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu
dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali
pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian
dirata-ratakan. British Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9
sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas maksimum 300 mm
(Arief,2018).
h. Uji Sifat Fisik
Batuan Dengan Gelombang Ultrasonik Uji sifat fisik batuan dengan
gelombang ultrasonik ini yaitu menggunakan alat sonic viewer sx 5251. Alat ini

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

mampu memancarkan gelombang ultrasonik yang memiliki frekuensi 20 KHz.


Gelombang ultrasonik digunakan untuk mendeteksi objek jauh lebih detail
terutama pada benda–benda yang padat, gelombang ultrasonik tersebut dipantulkan
melalui permukaan benda yang akan diamati (Arief,2018).
Gelombang ultrasonik tersebut merambat karena merupakan rambatan energi
dan momentum mekanika sehingga merambat sebagai interaksi dengan molekul
dan inersia medium yang dilaluinya. Perambatan gelombang tersebut
menyebabkan getaran partikel dengan medium amplitudo sejajar dengan arah
rambat secara longitudinal sehingga menyebabkan partikel maedium
membentuk rapatan dan tegangan. Periode rapatan dan rengangan benda
tersebutlah yang akan diamati untuk mengetahui sejauh mana sifat elastisitas batuan,
density, dan rigiditas suatu batuan, melalui korelasi data nilai kecepatan rambat
gelombang S dan P, modulus geser dan possion ratio (Arief,2018).

2.2 Rock Mass Rating (RMR)

Rock Mass Rating merupakan suatu cara untuk menilai suatu batuan. Sistem
Rock Mass Rating (RMR) pada awalnya telah dikembangkan pada South African
Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) oleh Bieniawski (1973)
berdasarkan pengalamannya di terowongan dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et
al., 1986; dalam Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik didasarkan pada hasil
penelitian 49 terowongan di Eropa dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai
beberapa parameter yang kemudian diberi bobot (rating) dan digunakan untuk
perencanaan terowongan (Bieniawski, 1973, 1976, 1984; dalam Nurfalah, 2010).
Tujuan menggunakan klasifikasi ini dalah sebagai bentuk komunikasi para ahli untuk
menyelesaikan permasalahan geoteknik. Seperti dapat memperkirakan sifat-sifat dari
massa batuan dan dapat juga merencanakan kestabilitas terowongan atau lereng.
Klasifikasi geomekanik sistem RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan
pembobotan dari suatu massa batuan, yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan
massa batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng
maksimum yang bisa diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan (Bieniawski,
1973; dalam Nurfalah 2010). Klasifikasi ini didasarkan pada enam parameter, antara
lain sebagai berikut :

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

2.2.1 Kekuatan batuan (Rock strength)


Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan secara utuh dapat diperoleh dari
Point Load Strength Index atau Uniaxial Compressive Strengh. Beliau menggunakan
klasifikasi Uniaxial Compressive Strength (UCS) yang telah diusulkan oleh Deere &
Miller, 1968 (Bieniawski, 1984) dan juga UCS yang telah ditentukan dengan
menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan utuh adalah kekuatan suatu batuan
untuk bertahan menahan suatu gaya hingga pecah. Kekuatan batuan dapat dibentuk
oleh suatu ikatan adhesi antarbutir mineral atau tingkat sementasi pada batuan
tersebut, serta kekerasan mineral yang membentuknya. Hal ini akan sangat
berhubungan dengan genesa, komposisi, tekstur, dan struktur batuan (Hutchinson,
1996)
2.2.2 Rock Quality Designation (RQD)
Menurut Deere et al., (1967, dalam Hoek, 1995) kualitas massa batuan dapat
dinilai dari harga RQD, yaitu suatu pedoman secara kuantitatif berdasarkan pada
perolehan inti yang mempunyai panjang 100 mm atau lebih tanpa rekahan. RQD
dapat didefinisikan seperti pada. Nama lain dari RQD adalah suatu penilaian kualitas
batuan secara kuantitatif berdasarkan kerapatan kekar (Deree, 1989).

Gambar 2.2.1 Rumus RMR

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

2.2.3 Jarak diskontinuitas (Spacing of discontinuity


es)
Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk ketidakmenerusan massa batuan, seperti
kekar, bedding atau foliasi, shear zones, sesar minor, atau bidang lemah lainnya.
Jarak diskontinuitas dapat diartikan sebagai jarak rekahan bidang-bidang yang tidak
sejajar dengan bidang-bidang lemah lain. Sedangkan spasi bidang diskontinuitas
adalah jarak antar bidang yang diukur secara tegak lurus dengan bidang
diskontinuitas (Bieniawski, 1979)
Tabel 2.2.1 Klasifikasi jarak Diskontinuitas

2.2.4 Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)


Kondisi diskontinuitas merupakan suatu parameter yang terdiri dari beberapa
sub-sub parameter, yakni kemenerusan bidang diskontinuitas (persistence), lebar
rekahan bidang diskontinuitas (aperture), kekasaran permukaan bidang
diskontinuitas (roughness), material pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan
tingkat pelapukan dari permukaan bidang diskontinuitas (weathered) Bieniawski,
1979).
2.2.5 Kondisi Airtanah (Groundwater condition)
Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang bukaan suatu terowongan,
sehingga posisi muka air tanah terhadap posisi lubang bukaan sangat perlu
diperhatikan. Kondisi air tanah dapat dinyatakan secara umum, yaitu kering (dry),
lembab (damp), basah (wet), menetes (dripping), dan mengalir (flowing)
(Hutchinson, 1996)
2.2.6 Orientasi diskontinuitas (Orientation of discontinuities)
Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip diskontinuitas (dip/dip
direction). Orientasi bidang diskontinuitas sangat mempengaruhi kestabilan lubang
bukaan terowongan, terutama apabila adanya gaya deformasi yang mengakibatkan

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

berkurangnya suatu kuat geser. Orientasi bidang diskontinuitas yang tegak lurus
sumbu lintasan terowongan, sangat menguntungkan. Sebaliknya orientasi bidang
diskontinuitas yang sejajar dengan sumbu lintasan terowongan, akan sangat tidak
menguntungkan.
Di lapangan, orientasi bidang diskontinuitas dapat diperoleh dengan
mengukur strike/dip kekar menggunakan kompas geologi. Begitu pula dengan arah
lintasan terowongan, dapat diperoleh dengan mengukur azimuth arah lintasan
terowongan menggunakan kompas geologi.

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu ukur
alat peraga pipa sesuai dengan arahan asisten. Setelah data diukur kemudian
masukkan data ke parameter RMR (Rock Mass Rating). Kemudian hitung RQD dari
data yang telah didapatkan. Setelah menggunakan table RQD selanjutnya digunakan
klasifikasi Q-system. Setelah itu masukkan hasil akhir ke klasifikasi quality of rock
mass pada gambar 2.3.1 dan gambar 2.3.2 maka kita akan mengetahui bobot dari
batuan yang kita identifikasi. Alat peraga yang digunakan merupakan simulasi data
kekar yang ada dilapangan.

Gambar 2.3.1 Alat Peraga no.1 dan no.10

BAB IV
A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM
09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil 1
Daerah Paludda yang terdapat di kecamatan Barru terdapat sebuah batuan
sedimen yang memiliki nilai kuat tekan 120 MPa (+32) dengan kondisi kekar sedikit
kasar dan kelapukan yang tinggi. Kondisi air tanha pada batuan tersebut lembab
dengan tekanan air 0,1 Kn/m 2 yang mengalir dengan kecepatan yang tinggi yang
membuat kekar tidak terisi isian. Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut dengan
menggunakan klasifikasi berdasarkan RMR dan Q-System!
Jawab :
Diketahui : Panjang Core : 100 cm
Banyaknya Core yang lebih dari 10 cm : (10,5, 12,5, 16,5, 13,5, & 15)

1. RQD =
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 %
Panjang core
10,5 cm+12,5 cm+16,5 cm+13,5 cm+15 cm
= x 100 %
100 cm
= 68 %
Jarak diskontinuitas :
=

7 cm+ 3,5 cm+10,5 cm+9 cm+12,5 cm+2 cm+16,5 cm+13,5 cm+15 cm+ 8,5 cm
100
= 0,0099 m
2. RMR = Strength + RQD +jt Spacing + jt Condition + Groundwater
= 15 + 13 + 5 + 20 + 10
= 63

3. Q-System = ( RQD
Jn )( Jr Jw
Ja )( SRF )
13 3 0.5
= ( )( )(
4 1 1 )
= 3,25 x 3 x 0,5
= 4,875 ( Fair )

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

Jadi massa batuannya adalah 4,875 ( Fair )

4.1.2 Hasil 2
Suatu area tambang dengan jenis batuan A (batuan beku) ingin digunakan
sebagai bahan pondasi dalam pembuatan jalan tambang dan memiliki nilai kuat tekan
PLI sebanyak 210 (+32) Mpa dengan kondisi kekar sangar kasar, keras dan memiliki
kelapukan yang rendah dimana terdapatnya aliran air tanah pada lokasi tersebut
dengan kecepatan yang lumayan tinggi yang mengakibatkan kekar tidak terdapat
isian dan adanya beberapa yang tidak dapat menahan dan akhirnya lepas. Tentukan
klasifikasi massa batuan tersebut dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan RMR
dan Q-System!

Jawab :
Diketahui : Kuat Tekan : 239 mpa
Ditanya: Klasifikasi RMR dan Q-System

1. RQD =
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 %
Panjang core
10,5 cm+12,5 cm+16,5 cm+13,5 cm+15 cm
= x 100 %
100 cm
= 68 %
Jarak diskontinuitas :
=

7 cm+ 3,5 cm+10,5 cm+9 cm+12,5 cm+2 cm+16,5 cm+13,5 cm+15 cm+ 8,5 cm
100
= 0,0099 m

2. RMR = Strength + RQD +jt Spacing + jt Condition + Groundwater


= 15 + 13 + 5 + 30 + 0
= 63

3. Q-System = ( RQD
Jn )( Jr Jw
Ja )( SRF )
13 15 066
= ( )( )(
4 1 1 )

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

= 13,2 x 1,5 x 0,66


= 3,1 ( Poor )
Jadi massa batuannya adalah 3,1 ( Poor )

4.1.3 Hasil 3
Sebuah massa batuan yang didominasi oleh batu basal memiliki hasil
pengujian kuat tekan sebesar 109 (+32) MPa dengan kondisi kekar terisi lempung
yang kasar dan sangat lapuk. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi air tanah pada
kekar yang bertekanan cukup rendah sekitar 0,17 MPa sehingga terdapat batu yang
lepas atau jatuh. Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut dengan menggunakan
klasifikasi berdasarkan RMR dan Q-System!

Jawab :
Diketahui : Kuat Tekan : 129 mpa
Ditanya: Klasifikasi RMR dan Q-System

2. RQD =
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 %
Panjang core
10,5 cm+12,5 cm+16,5 cm+13,5 cm+15 cm
= x 100 %
100 cm
= 68 %
Jarak diskontinuitas :
=

7 cm+ 3,5 cm+10,5 cm+9 cm+12,5 cm+2 cm+16,5 cm+13,5 cm+15 cm+ 8,5 cm
100
= 0,0099 m
3. RMR = Strength + RQD +jt Spacing + jt Condition + Groundwater
= 15 +13 + 5 + 20 + 7
= 60

4. Q-System = ( RQD
Jn )( Jr Jw
Ja )( SRF )

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

= ( 134 )( 103 )( 0,66


10 )
= 3,25 x 0,3 x 0,066
= 0,063 ( Very Poor )
Jadi massa batuannya adalah 0,063 ( Very Poor )
4.1.4 Hasil 4
Sebuah Tuff didaerah maros memiliki nilai kuat tekan 170 (+32) Mpa dengan
kondisi kekar kasar dan kelapukan yang tinggi. Kondisi air tanah pada batuan
tersebut yang cukup lembab dengan tekanan air air pada kekar mencapai 0,05 Kn/m 2
yang mengalir dengan kecepatan tinggi yang membuat kekar tidak terdapat isian dan
ada beberapa batu yang lepas. Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut dengan
menggunakan klasifikasi berdasarkan RMR dan Q-System!

Jawab :
Diketahui : Banyaknya Core yang lebih dari 10 cm : (10, 10, 12,5, 15,5, & 21)
Kuat Tekan : 199 mpa
Tekanan Air : 0,05 Kn/m2
Ditanya : Klasifikasi RMR dan Q-System
Penyelesaian :

1. RQD =
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 %
Panjang core
10 cm+10 cm+12,5 cm+15,5+21 cm
= x 100 %
100 cm
= 67,98 %
2. Jarak diskontinuitas :
10 cm+7 cm+10 cm+12,5 cm+15,5 cm+ 6,5 cm+ 9,5 cm+ 9 cm+21 cm
100
110 1,1cm
= = = 0,099 m
100 100

3. RMR = Strength + RQD +jt Spacing + jt Condition + Groundwater


= 15 + 13 + 5 + 20 + 10
= 63 % ( Sedang )

4. Q-System = ( RQD
Jn )( Jr Jw
Ja )( SRF )
A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM
09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

= ( 139 )( 31 )( 0,55 )
= 1,4 x 3 x 0,1
= 0,42 ( Very Poor )
Jadi massa batuannya adalah 0,42 ( Very Poor )
4.1.5 Hasil 5
Suatu batu andesit dilakukan pengujian Point Load Index (PLI), didapatkan
kuat tekannya adalah 3 (+32) Mpa dengan jarak dikontinuiti di lapangan 1 m dan
kondisinya kasar dan bergelombang, lalu terisi pasir. Kondisi aliran air tanah per 10
m terowongan yaitu 8 lt/m serta memiliki medium stress. Tentukan klasifikasi massa
batuan tersebut dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan RMR dan Q-System!

Jawab :
Diketahui : Kuat Tekan : 29 mpa
Jarak Diskontinuitasa : 1 m
Ditanya : Klasifikasi RMR dan Q-System
Penyelesaian :

1. RQD =
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 %
Panjang core
10 cm+10 cm+12,5 cm+15,5+21 cm
= x 100 %
100 cm
= 67,98 %
Jarak diskontinuitas :
10 cm+7 cm+10 cm+12,5 cm+15,5 cm+ 6,5 cm+ 9,5 cm+ 9 cm+21 cm
100
110 1,1cm
= = = 0,099 m
100 100
2. RMR = Strength + RQD +jt Spacing + jt Condition + Groundwater
= 15 + 13 + 5 + 25 + 10
= 68 % ( Sedang )

3. Q-System = ( RQD
Jn )( Jr Jw
Ja )( SRF )

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

= ( 139 )( 34 )( 0,661 )
= 1,4 x 0,75 x 0,66
= 0,693 ( Very Poor )
Jadi massa batuannya adalah 0,693 ( Very Poor )
4.1.6 Hasil 6
Batu Sekis hijau menjadi penyusun utama sebuah massa batuan yang
memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 150 MPa (+32). Kondisi kekar di batuan
tersebut berdasarkan sampel core yaitu sangat kasar dengan tidak ditemukannya
kelapukan meskipun kondisi air tanah pada massa batuan tersebut cukup lembab.
Kekar pada massa batuan cukup rapat dan tidak terlihat adanya isian pada kekar
tersebut. Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut dengan menggunakan klasifikasi
berdasarkan RMR dan Q-System!
Jawab :
Diketahui : Kuat Tekan : 179 mpa
Ditanya : Klasifikasi RMR dan Q-System
Penyelesaian :

1. RQD =
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 %
Panjang core
10 cm+10 cm+12,5 cm+15,5+21 cm
= x 100 %
100 cm
= 67,98 %
Jarak diskontinuitas :
10 cm+7 cm+10 cm+12,5 cm+15,5 cm+ 6,5 cm+ 9,5 cm+ 9 cm+21 cm
100
110 1,1cm
= = = 0,099 m
100 100

2. RMR = Strength + RQD +jt Spacing + jt Condition + Groundwater


= 15 + 13 + 5 + 30 + 10
= 73 %

3. Q-System = ( RQD Jr Jw
Jn )( Ja )( SRF )

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

= ( 139 )( 1,51 )( 0,661 )


= 1,4 x 1,5 x 0,66
= 1,38 ( Poor )
Jadi massa batuannya adalah 1,38 ( Poor )
4.1.7 Hasil 7
Sebuah terowongan yang didominasi oleh batu gabro dengan hasil uji kuat
tekan dengan PLI 9 (+32). Aliran air tanah pada setiap 10 m terowongan sebesar 10
Lt/menit yang menyebabkan terdapat kekar yang menerus dan lunak dengan jarak >
5 mm. Kekar tersebut terisi oleh lempung dimana terdapat bebatuan yang lepas.
Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut dengan menggunakan klasifikasi
berdasarkan RMR dan Q-System!
Jawab :
Diketahui : Kuat Tekan : 38 mpa
Ditanya : Klasifikasi RMR dan Q-System
Penyelesaian :

1. RQD =
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 %
Panjang core
10 cm+10 cm+12,5 cm+15,5+21 cm
= x 100 %
100 cm
= 67,98 %
2. Jarak diskontinuitas :
10 cm+7 cm+10 cm+12,5 cm+15,5 cm+ 6,5 cm+ 9,5 cm+ 9 cm+21 cm
100
110 1,1cm
= = = 0,099 m
100 100

3. RMR = Strength + RQD +jt Spacing + jt Condition + Groundwater


= 15 + 13 + 5 + 0 + 15
= 48 % ( Sedang )

4. Q-System = ( RQD
Jn )( Jr Jw
Ja )( SRF )
13 1 1
= ( )( )( )
9 15 10

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

= 1,4 x 0,06 x 0,1


= 0,0084 ( Very Poor )
Jadi massa batuannya adalah 0,0084( Extremly Poor )

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengujian 4.1.1 dimana pada daerah Paludda yang terdapat di
kecamatan Barru terdapat sebuah batuan sedimen yang memiliki nilai kuat tekan 120
MPa (+32) dengan kondisi kekar sedikit kasar dan kelapukan yang tinggi. Kondisi air
tanha pada batuan tersebut lembab dengan tekanan air 0,1 Kn/ m 2 yang mengalir
dengan kecepatan yang tinggi yang membuat kekar tidak terisi isian, mempunyai
RMR 63 dan Q-Sistem 4,8. Jadi klasifikasi massa batuan yaitu .4,8 (Fair).
Dari hasil pengujian 4.1.2 Suatu area tambang dengan jenis batuan A (batuan
beku) ingin digunakan sebagai bahan pondasi dalam pembuatan jalan tambang dan
memiliki nilai kuat tekan PLI sebanyak 210 (+32) Mpa dengan kondisi kekar sangar
kasar, keras dan memiliki kelapukan yang rendah dimana terdapatnya aliran air tanah
pada lokasi tersebut dengan kecepatan yang lumayan tinggi yang mengakibatkan
kekar tidak terdapat isian dan adanya beberapa yang tidak dapat menahan dan
akhirnya lepas , mempunyai RMR 63 dan Q-Sistem 4,8 (Poor). Jadi klasifikasi massa
batuannya adalah 4,8 (Poor).
Dari hasil pengujian 4.1.3 Sebuah massa batuan yang didominasi oleh batu basal
memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 80 MPa (+32) dengan kondisi kekar
terisi lempung yang kasar dan sangat lapuk. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi air
tanah pada kekar yang bertekanan cukup rendah sekitar 0,17 MPa sehingga terdapat
batu yang lepas atau jatuh, mempunyai RMR 60 dan Q-Sistem 0,63 (Very Poor).
Jadi klasifikasi massa adalah 0,63 (Very Poor)
Dari hasil pengujian 4.1.4 Sebuah Tuff didaerah maros memiliki nilai kuat tekan
170 (+32) Mpa dengan kondisi kekar kasar dan kelapukan yang tinggi. Kondisi air
tanah pada batuan tersebut yang cukup lembab dengan tekanan air air pada kekar
mencapai 0,05 Kn/m 2 yang mengalir dengan kecepatan tinggi yang membuat kekar
tidak terdapat isian dan ada beberapa batu yang lepas. mempunyai RMR 68 dan Q-
sistem 0,42 (Very Poor). Jadi klasifikasi massa adalah 0,42 (Very Poor).
Dari hasil pengujian 4.1.5 Suatu batu andesit dilakukan pengujian Point Load
Index (PLI), didapatkan kuat tekannya adalah 3 (+32) Mpa dengan jarak dikontinuiti
di lapangan 1 m dan kondisinya kasar dan bergelombang, lalu terisi pasir. Kondisi
aliran air tanah per 10 m terowongan yaitu 8 lt/m serta memiliki medium stress.

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

mempunyai RMR 68 dan Q-Sistem 0,693 (Very Poor). Jadi klasifikasi massa batuan
adalah 0,693 (Very Poor).
Dari hasil pengujian 4.1.6 Batu Sekis hijau menjadi penyusun utama sebuah
massa batuan yang memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 150 MPa (+32).
Kondisi kekar di batuan tersebut berdasarkan sampel core yaitu sangat kasar dengan
tidak ditemukannya kelapukan meskipun kondisi air tanah pada massa batuan
tersebut cukup lembab. Kekar pada massa batuan cukup rapat dan tidak terlihat
adanya isian pada kekar tersebut, mempunyai hasil RMR 73 dan Q-Sistem 1,38
(Poor) Jadi klasifikasi massa batuan adalah !,38 (Poor).
Dari hasil pengujian 4.1.7 Sebuah terowongan yang didominasi oleh batu gabro
dengan hasil uji kuat tekan dengan PLI 9 (+32). Aliran air tanah pada setiap 10 m
terowongan sebesar 10 Lt/menit yang menyebabkan terdapat kekar yang menerus
dan lunak dengan jarak > 5 mm. Kekar tersebut terisi oleh lempung dimana terdapat
bebatuan yang lepas. Mempunyai hasil RMR 48 dan Q-Sistem 0,0084 (Extremly
Poor). Jadi klasifikasi massa batuan adalah 0,0084 (Extremly Poor).

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum mekanika batuan mata acara preparasi sampel dapat kita
simpulkan bahwa Rock Mass Rating merupakan suatu cara untuk menilai suatu
batuan. Sistem Rock Mass Rating (RMR) pada awalnya telah dikembangkan pada
South African Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) oleh Bieniawski
(1973) berdasarkan pengalamannya di terowongan dangkal pada batuan sedimen
(Kaiser et al., 1986; dalam Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik didasarkan pada
hasil penelitian 49 terowongan di Eropa dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai
beberapa parameter yang kemudian diberi bobot (rating) dan digunakan untuk
perencanaan terowongan (Bieniawski, 1973, 1976, 1984; dalam Nurfalah, 2010).
Tujuan menggunakan klasifikasi ini dalah sebagai bentuk komunikasi para ahli untuk
menyelesaikan permasalahan geoteknik. Seperti dapat memperkirakan sifat-sifat dari
massa batuan dan dapat juga merencanakan kestabilitas terowongan atau lereng.
Klasifikasi geomekanik sistem RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan
pembobotan dari suatu massa batuan, yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan
massa batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng
maksimum yang bisa diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya alat peraga yang digunakan pada
percobaan ini yaitu core asli bukan dengan pipa.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saran saya kepada asisten yaitu agar lebih tegas lagi kepada praktikannya
yang malas asistensi. Apabila ada praktinnya yang malas agar kiranya ditegur, dan
diberikan sanksi contohnya laporannya ditulis tangan.

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ROCK MASS

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik batuan karst Maros. Universitas
Negeri Makassar. Makassar
Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika batuan menggunakan metode
unconfined compressive strength pada batuan inti (core) batupasir.
Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu. Bandung.
Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik Terowongan. Laboratorium
Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu
Rekayasa Institut Teknologi Bandung. Bandung.
https://docplayer.info/61054192-Makalah-mekanika-batuan.html

A. BASO LOVAN ALTAMAR FIQRI IRWANSYAH SAM


09320150230 09320170032

Anda mungkin juga menyukai