Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS RESIKO TINGGI

HIPOGLIKEMI
Materi Diskusi Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak.

Dosen Pembimbing:
Gumiarti, SST., MPH.

Disusun Oleh:
1. Arini Ning Rosita (NIM: P17331181018)
2. Nur Faizati (NIM: P17331183025)
3. Tiara Witri Isronia (NIM: P17331183039)
4. Diyas Eliya Astari (NIM: P17331183041)
5. Isnaini Zain Regitamala (NIM: P17331183050)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN JEMBER
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah kami yang berjudul “ asuhan kebidanan pada neonatus resiko
tinggi hipoglikemi “ ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak, yang dibina oleh Ibu
Gumiarti, SST., MPH.

Pembuatan makalah kami ini, melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih atas segala kontribusi pihak-pihak terkait dalam
membantu penyusunan makalah kami ini.

Meskipun sudah disusun secara maksimal, kami menyadari bahwa


makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian untuk
kesempurnaan makalah kami.

Semoga makalah kami ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman


bagi saudara sekalian.

Jember, 13 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER……....................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Pengertian hipoglikemia....................................................................3
2.2 Ciri-ciri neonatus dengan hipoglikemia............................................3
2.3 Penyebab hipoglikemi pada neonatus...............................................4
2.4 Patofisiologi hipoglikemia................................................................5
2.5 Penatalaksanaan neonatus dengan hipoglikemia...............................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan sebagai seseorang yang bertanggung jawab memberikan asuhan
secara menyeluruh kepada wanita, mempunyai tugas penting dalam konseling
dan pendidikan kesehatan untuk ibu dan keluarga. Bidan dituntut untuk dapat
memimpim persalinan secara mandiri dan memberikan asuhan pada bayi baru
lahir. Bidan merupakan ujung tombak pemerintah dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian
bayi di Indonesia pada 2019 lalu adalah 21,12. Angka ini menurun dari
catatan pada 2018 ketika angka kematian bayi di Indonesia masih mencapai
21,86 atau pada 2017 yang mencapai 22,62. Meski terus mengalami
penurunan yang signifikan, angka kematian bayi di Indonesia masih
tergolong tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya. Pada 2019, negara
Asia Tenggara dengan angka kematian bayi paling rendah adalah Singapura
(2,26), disusul Malaysia (6,65), Thailand (7,80), Brunei Darussalam (9,83),
dan Vietnam (16,50).
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan bayi
mengalami cacat seumur hidup dan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya
dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan
kerusakan otak (Sarwono, 2007).
Hipoglikemi adalah kelainan pada bayi yang merupakan dampak dari
komplikasi yang dialami ibu pada masa kehamilan yang menyebabkan sel
otak pada bayi tidak mampu hidup. Banyak yang harus diperhatikan pada
bayi baru lahir, untuk mencegah hal yan tidak diinginkan pada bayi dalam
awal-awal kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hipoglikemia?
2. Apa saja ciri-ciri neonatus dengan hipoglikemia?
3. Apa saja Penyebab hipoglikemi pada neonatus ?
4. Bagaimana patofisiologi hipoglikemia?
5. Bagaimana penatalaksanaan neonatus dengan hipoglikemia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari hipoglikemia.
2. Mengetahui ciri-ciri neonatus dengan hipoglikemia.
3. Mengetahui Penyebab hipoglikemi pada neonatus
4. Mengetahui patofisiologi hipoglikemia.
5. Mengetahui penatalaksanaan neonatus dengan hipoglikemi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipoglikemi Pada Neonatus


Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau
kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini
dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen
oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose
darah.

2.2 Ciri Ciri Hipoglikemi Pada Neonatus


1. Bayi lahir tidak menangis dengan kondisi gelisah, menangis sangat
kencang dan bayi terlihat tidak tenang.
2. Bayi lahir dengan gangguan sianosis atau tubuh bayi berwarna biru
keunguan. Bisa dilihat pada semua bagian tubuh termasuk tangan, kaki,
dan mulut bayi.
3. Bayi mengalami apnea atau henti nafas sesaat. Ini kondisi yang sangat
berbahaya karena bayi tidak bisa bernafas dengan baik sehingga sesaat
tidak bisa bernafas. Jika tidak mendapatkan perawatan maka bayi bisa
mengalami gangguan fungsi otak.
4. Suhu tubuh bayi sangat rendah atau hipotermia.Gerakan tubuh bayi
tidak seperti bayi yang baru lahir atau terlihat tidak aktif.
5. Detak jantung bayi tidak normal terlalu lemah atau terlalu cepat.
6. Bayi tidak mau minum ASI atau kolostrum dari ibu.
7. Kemungkinan beberapa bayi juga bisa mengalami kejang sebagai tanda
tidak ada kadar gula yang cukup.
8. Bayi selalu tertidur sepanjang waktu setelah dilahirkan.
2.3 Penyebab Hipoglikemi Pada Neonatus

1) Bayi lahir prematur atau usia bayi kurang dari 37 minggu ketika


dilahirkan. Prematur menyebabkan kondisi organ tubuh bayi belum bisa
bekerja normal karena itu terkadang kadar gula darah bayi menjadi
sangat rendah.
2) Bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Bayi yang lahir dengan
berat badan yang rendah memiliki resiko tinggi terkena hipoglikemia.
Ada banyak pemicu bayi lahir berat rendah termasuk kebiasaan ibu
hamil merokok, konsumsi alkohol, penggunaan narkoba dan kondisi
gangguan kehamilan sehingga kehamilan tidak sehat.
3) Tubuh bayi memiliki banyak cadangan insulin atau hiperinsuline.
Insulin yang seharunya bisa menyerap kadar gula justru melakukan
sistem ini secara berlebihan sehingga kadar gula darah bayi sangat
rendah. Kondisi ini juga bisa muncul sebagai penyakit genetik yang
diwariskan dari orang tua.
4) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes selama hamil. Kondisi
ini sangat rentan untuk bayi karena kadar gula dalam tubuh bayi
menjadi tidak seimbang.
5) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita toksemia. Toksemia
merupakan sebuah kondisi yang disebabkan karena ibu menderita
tekanan darah tinggi, adanya protein dalam urin dan preklampsia.
6) Bayi memiliki masalah pada sistem penggunaan hormon dan kadar gula
dalam darah.
7) Kelainan ini diakibatkan oleh hormon pertumbuhan dan kortisol yang
berperan pada proses pembentukan energi alternatif dan merangsang
dari produksi glukosa.
8) Bayi mengalami perubahan tekanan udara yang sangat besar sehingga
suhu tubuh bayi menjadi sangat dingin dan tidak stabil.
9) Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menerima berbagai jenis obat untuk
perawatan penyakit tertentu seperti obat jenis terbutaline.
10) Bayi dilahirkan dari ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti ibu
hamil kurang nutrisi selama kehamilan. Kondisi ini bisa dipicu oleh
masalah morning sickness yang parah sehingga ibu tidak bisa makan
dengan baik.

2.4 Patofisiologi Hipoglikemia


Pada anak dan dewasa mempunyai persamaan substrat dan pengaturan
metabolisme hormonal, namun homeostatis glukosa pada bayi berbeda.
1) Metabolisme glukosa pada janin
Homeostatis glukosa yang terjadi pada neonatus dan anaka
membutuhkan beberapa penjelasan spesifik. Pertama karena adanya
transisi kehidupan dari intrauterin ke ekstrauterin. Kedua adanya
penggunaan kadar glukosa yang meningkat pada neonatus
dibandingkan dewasa.
Pada janin glukosa melewati sawar plasenta secara difusi yang
dapat menyebabkan janin tidak dependent terhadap proses
glikogenesis dan glukoneogenesis karena terus disuplai dengan
glukosa dari ibu. Mekanisme glukoneogenesis terus berkembang
seutuhnya saat mendekati pesalinan. Pada trimester terakhir janin akan
mengakumulasi cadangan lemak, glikogen serta mengalami
peningkatan aktivitas.
Saat lahir neonatus memiliki cadagan lemak dan glikogen yang
cukup untuk waktu singkat apabila terjadi penurunan kalori. Beberapa
jam setelah lahir kosentrasi glukosa plasma akn menurun sedangkan
asam lemak bebas menjadi meningkat. Namun cadangan glikogen
menjadi terbatas sehingga dependent terhadap proses glukoneogensis.
Bila seorang ibu saat hamil mendapat nutris yang adekuat,
maka pada janin tidak terjadi glukoneogenesis. Selain di dalam
kandungan, energi pokok yang digunakan oleh janin adalah glukosa
dan asam amino. Glukosa pada ibu masuk ke jani melalui plasenta
secara difusi karena adanya perbedaan konsentrasi pada ib dan plasma
janin, dimaa adar glukosa plasma janin 70-80% sama dengan kadar
dalam vena ibu.
2) Sistem endokrin
Insulin merupakan hormon regulasi glukosa plasma. Insulin
bekerja untuk menurunkan produksi glukosa endogen dan dapat
meningkatkan pemakaian gukosa di perifer. Insulin menstimulasi
membran sel otot skelet, otot jantung dan jaringan lemak adiposa serta
penyimpanan glukosa menjadi glikogen. Dalam keadaan kosentrasi
yang rendah, insulin merupakan inhibitor proses lipolisis dan
proteolisis. Beberapa substrat sepert asam lemak bebas, badan keton
dan asam amino dapat meningkatkan pelepaan insulin dari sel beta
pankreas baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hormon kontra regulasi seperti adrenokortikotropik (ACTH),
kortisol, glukagon, epinefrin dan growth hormon memiliki efek
meningkatkan kadar glukosa plasma dengan menghambat uptake
glukosa oleh otot (epinefrin, kortisol dan growth hormon).
meningkatkan proses glukoneogenesis endogen melalui proteolisis
(kortisol), aktivitas lipolisis dan meningkatkan proses
glukoneogenesis berbahan asam lemak bebas (epinefrin, glukagon,
growth hormon. ACTH dan kortisol), menghambat sekresi insulin dari
pankreas (epinefrin). aktivasi enzim glikogenolisis dan
glukoneogenesis (epinefrin dan glukagon) serta meningkatkan
produksi dan menginduksi enzim glukoneogenesis dalam jangka yang
panjang (glukagon dan kortisol).
Bila kadar glukosa darah meningkat setelah makan, maka
sekresi insulin akan meningkat dan merangsang hepar untuk
menyimpan glukosa sebagai glikogen. Bila sel pada hepar dan otot
kelebihan glukosa, maka kelebihan glukosa tersebut akan disimpan
sebagai lemak. Bila kadar glukosa menurun, maka glukagon akan
merangsang hepar untuk proses glikogenolisis dan melepaskan
glukosa kembali ke dalam darah. Pada keadaan lapar, hepar akan
mempertahankan kadar glukosa melalui proses glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari
asam amino. Otot memberikan simpanan glikogen dan memecah
protein otot menjadi asam amino yang merupakan substrat untuk
proses glukoneogenesis di hepar. Asam amino dalam sirkulasi akan
dikatabolisme menjadi keton, sedangkan asetoasetat dan beta hidroksi
butirat digunakan untuk membantu bahan bakar untuk sebagian besar
jaringan termasuk otot.
Hipotalamus akan merangsang sistem saraf simpatis dan
epinefrin yang disekresi oleh adrenal yang akan menyebabkan
pelepasan glukosa olch hepar. Bila terjadi hipoglikemia yang
berkelanjutan untuk beberapa hari, maka hormon pertumbuhan dan
kortisol disekresi dan akan terjadi penurunan penggunaan glukosa
oleh sebagian besar sel dalam tubuh. Glukagon merupakan hormon
yang pertama kali dalam mengatasi terjadinya hipoglikemia, apabila
gagal maka epme pria yang memegang peranan penting.
3) Kompensasi terhadap keadaan hipoglikemia
Dalam keadaan normal tubuh akan mempertahankan
hipoglikemia dengan cara menurunkan sekresi insulin dan
meningkatkan sekresi glukagon, epinefrin, hormon pertumbuhan dan
kortisol. Perubahan hormon tersebut dikombinasi dengan
meningkatnya keluaran glukosa di hepar. Respon pertama yang terjadi
adalah meningkatkan produksi glukosa dari hepar dengan melepaskan
cadangan glikogen di hepar serta menurunkan sekresi insulin dan
meningkatkan sekresi glukagon. Bila cadangan glikogen habis maka
terjadi peningkatan kerusakan protein karena efek kortisol yang
meningkat serta proses glukoneogenesis hepar diganti dengan
glikogenolisis sebagai sumber produksi glukosa.
Kerusakan protein tersebut yaitu meningkatnya asam amino
glukogenik, alanin dan glutamine dalam plasma. Penurunan kadar
glukosa perifer pada keadaan awal dapat menurunkan kadar insulin,
yang kemudian diikuti peningkatan kadar epinefrin, kortisol dan
hormon pertumbuhan. Ketiga proses tersebut dapat meningkatkan
lipolisis dan asam lemak bebas dalam plasma yang digunakan sebagai
bahan bakar alternatif bagi tubuh dan menghambat penggunaan
glukosa. Hipoglikemia terjadi apabila satu atau lebih mekanisme
keseimbangan tersebut mengalami kegagalan atau penurunan glukosa
yang berlebihan seperti pada kondisi hiperinsulinemia atau produksi
yang kurang seperti pada penyakit glycogen storage serta kombinasi
defisiensi hormon pertumbuhan dan kortisol.
4) Perbedaan metabolisme glukosa pada bayi dan dewasa.
Pada orang dewasa setelah makan hingga 14 jam kemudian,
metabolisme glukosa 2 mg/kgBB/menit kemudian menurun menjadi
1,8 mg/kgBB/menit pada 30 menit setelah makan kadar metabolisme
glukosa pada bayi dan anak pada 14 jam setelah makan jumlahnya 3
kali lipat lebih besar pada orang dewasa dan saat 30 menit kemudian
setelah makan kadarnya akan menurun menjadi 3,8 mg/kgBB/menit.
Pada bayi dan anak kemampuan tubuh tidak semaksimal pada
orang dewasa sehingga akan terjadi penurunan progresif dari
konsentrasi glukosa plasma dalam darah yang singkat. Perbedaan
adaptasi puasa pada orang dewasa dan anak disebabkan karena
perbedaan massa otak, dimana kadar otak anak lebih besar
dibandingkan tubuh sehingga penurunan glukosa terjadi lebih cepat
akibat dari proses pemakaian. Glikogenolisis yang terjadi pada anak
tidak sebanyak yang terjadi pada dewasa karena massa otot pada anak
lebih kecil dibandingkan pada dewasa sehingga cara mempertahankan
glukosa plasma banyak menggunakan proses glukoneogenesis.
2.5 Penatalaksanaan Neonatus Dengan Hipoglikemia

Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah menurunkan kadar glukosa


darah secepat mungkin agar kembali normal, menghindari hipoglikemia yang
berulang sampai homeostasis glukosa normal dan mencari penyakit yang
mendasari hipoglikemia.
1) Medikamentosa
Pada neonatus, hipoglikemia yang terjadi pada aterm
asimptomatik, dapat diberikan larutan glukosa atau susu formula, hila
memungkinkan dapat diherikan ASI Pengobatan akut neonatus meliputi
pemberian intravena 2 ml/kg disertai dengan infus glukosa 6-8
mg/kg/menit. menyesuaikan kecepatan untuk mempertahankan kadar
glukosa darah agar menjadi normal. Tatalaksana hipoglikemia pada
neonatus adalah:
a) Memantau kadar glukosa darah pada semua neonatus beresiko tinggi
(1) Pada saat lahir
(2) 30 menit kemudian setelah lahir.
(3) Setiap 2-4 jam selama 48 jam sampai pemberian minum berjalan
baik dan kadar glukosa menjadi normal.
b) Pencegahan hipoglikemia
(1) Menghindari faktor risiko yang dapat dicegah seperti hipotermia.
(2) Apabila bayi tidak memungkinkan untuk menyusui maka dengan
pemberian minum menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam
setelah lahir
(3) Neonatus dengan resiko tinggi dipantau kadar glukosa serta
asupannya dan dilakukan tiga kali pengukuran hasilnya normal
sebelum pemberian minum diatas 45mg L.

c) Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa dengan 12mg/kg/menit menunjukan adanya
keadaan hiperinsulinisme yang dapat dilakukan dengan :
(1) Hidrokortison 5 mg/kg/hari secara IM diberikan dalam dosis
terbagi setiap 8 jam.
(2) Prednison oral 1-2 mg/kg/hari diberikan setiap 6-12 jam
(3) Glukagon 200µg secara i.v
(4) Diazoxide oral 10-25 mg/kg/hari diberikan dalam dosis setiap 6
jam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah
atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi
hipoglikemia pada bayi / anak belum diketahui pasti. Hipoglikemia dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme
glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan
keseimbangan endokrin dan pengaruh obat – obatan maupun toksin.
Hipoglikemia simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama
6-12 jam kehidupan. Sering menyertai penyakit – penyakit seperti :
distress perinatal, terlambat pemberian minum dan bayi dari ibu DM. Jika
tidak di obati, hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat
menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus
prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala – gejala klinik dan
kelainan patologik yang menyertai, demikian etiologi, diagnosis dini dan
pengobatan yang adekuat.

3.2 Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam
memahami tentang pengertian, etiologi, manifestasi klinik, penanganan
dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifudin, dkk (2006). Bukun Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Ladewig, Patricia. 2006. Buku Saku Asuhan Neonatus, Bayi Baru Lahir.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Redaksi Hamil.co.id.2020.Hipoglikemia pada Bayi Baru Lahir : Penyebab


– Gejala dan Perawatan.https://hamil.co.id/bayi/sakit/hipoglikemia-pada-
bayi (diakses pada tanggal 12 Oktober 2020 pukul 19.00 WIB)

Sa’diyah. 2007. Hubungan Antara Primigravida Dengan Kejadian Hipoglikemia


Neonatus Pada 24 Jam Pertama Kehidupan. http://repository.unimus.ac.id/266/
( diakses pada tanggal 12 Oktober 2020 pukul 17.00 )

Anda mungkin juga menyukai