com
Hak Cipta © 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka
implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah
koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal
penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki,
diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.
Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
ii Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Mohammad Nuh
Matematika
iii
iv Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Matematika
v
Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa mampu: Melalui pembelajaran materi peluang, siswa
memperoleh pengalaman belajar:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama • Berdiskusi, bertanya dalam menemukan
yang dianutnnya. konsep dan prinsip statistik melalui pemecahan
2. Memiliki motivasi internal, kemampuan masalah autentik yang bersumber dari fakta
bekerjasama, konsisten, sikap disiplin, rasa dan lingkungan.
percaya diri, dan sikap toleransi dalam • Berkolaborasi memecahkan masalah autentik
perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan dengan pola interaksi edukatif.
menerapkan strategi menyelesaikan masalah. • Berpikir tingkat tinggi dalam menyajikan, serta
3. Mampu mentransformasi diri dalam berprilaku menga-nalisis statistik deskriptif.
jujur, tangguh mengadapi masalah, kritis
dan disiplin dalam melakukan tugas belajar
matematika.
4. Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
rasa ingin tahu, jujur dan perilaku peduli
lingkungan.
5. Mendeskripsikan dan menggunakan berbagai
ukuran pemusatan, letak dan penyebaran
data sesuai dengan karakteristik data melalui
aturan dan rumus serta menafsirkan dan • Mean
mengomunikasikannya. • Median
6. Menyajikan dan mengolah data statistik deskriptif • Modus
ke dalam tabel distribusi dan histogram untuk
memperjelas dan menyelesaikan masalah yang • Simpangan baku
berkaitan dengan kehidupan nyata. Mampu • Varian
mentransformasi diri dalam berprilaku jujur, • Histogram
tangguh mengadapi masalah, kritis dan disiplin
dalam melakukan tugas belajar matematika.
• Quartil
• Desil
• Persentil
BILANGAN
MATERI
PRASYARAT
PENGUKURAN
Masalah
Otentik Statistika
2 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Masalah-7.1
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bakara-Baktiraja ingin mengevaluasi hasil
belajar siswa dan meminta guru untuk memberikan laporan evaluasi hasil
belajar siswa. Data hasil penilaian yang dilakukan guru matematika terhadap
64 siswa/siswi kelas XI dinyatakan sebagai berikut.
61 83 88 81 82 60 66 98 93 81 38 90 92 85 76 88 78 74 70 48
80 63 76 49 84 79 80 70 68 92 61 83 88 81 82 72 83 87 81 82
81 91 56 65 63 74 89 73 90 97 48 90 92 85 76 74 88 75 90 97
75 83 79 86 80 51 71 72 82 70 93 72 91 67 88 80 63 76 49 84
Alternatif Penyelesaian
Untuk dapat memudahkan penggunaan data tersebut, susun data berdasarkan urutan
terkecil hingga terbesar. Urutan data tersebut dinyatakan sebagai berikut.
38 48 48 49 49 51 56 60 61 61 63 63 63 65 66 67 68 70 70 70
71 72 72 72 73 74 74 74 75 75 76 76 76 76 78 79 79 80 80 80
80 81 81 81 81 81 82 82 82 82 83 83 83 83 84 84 85 85 86 87
88 88 88 88 88 89 90 90 90 90 91 91 92 92 92 93 93 97 97 98
Matematika
3
Sekarang kita perlu menentukan berapa banyak data yang terdapat pada satu kelas
interval. Banyak data dalam satu interval, disebut panjang interval kelas, yang
dirumuskan sebagai berikut:
Jangkauan data
Maka diperoleh: Panjang Kelas =
Banyak kelas
dari data di atas dapat di peroleh
Jangkauan 60
Panjang Kelas = = = 8,57 ≈ 9
Banyak Kelas 7
Selanjutnya, dengan adanya banyak kelas adalah 7 dan panjang kelas adalah 9 dapat
kita gunakan untuk membentuk kelas interval yang dinyatakan sebagai berikut:
Kelas I : 38 – 46
Kelas II : 47 – 55
Kelas III : 56 – 64
Kelas IV : 65 – 73
Kelas V : 74 – 82
Kelas VI : 83 – 91
Kelas VII : 92 – 100
4 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Perlu dicermati bahwa pembentukan interval kelas tersebut harus memuat semua
data. Jika ada satu data yang tidak tercakup pada interval kelas, maka terdapat
kesalahan dalam mendistribusikan data.
Bentuk histogram dari hasil pengolahan data nilai siswa di atas digambarkan sebagai
berikut.
Matematika
5
Dengan mengembangkan konsep mean pada data tunggal, yakni, mean merupakan
perbandingan jumlah seluruh data dengan banyak data. Dari tabel dan histogram
dapat kita peroleh jumlah seluruh data, yakni, jumlah perkalian nilai tengah terhadap
frekuensi masing-masing. Maka jumlah seluruh data adalah: = (1) 42 + (5) 51 + (7)
60 + (12) 69 + (25) 78 + (22) 78 + (22) 87 + (8) 96
Sehingga diperoleh rata-rata (mean):
6 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
∑( x . f )
i =1
i i
= k
∑fi =1
i
Nah, melalui pembahasan di atas, tentunya dapat disimpulkan bahwa rata-rata (mean)
merupakan salah satu ukuran pemusatan data yang dinyatakan sebagai berikut.
k
∑ f i xi
f1 x1 + f 2 x2 + f 3 x3 + ... + f k xk
x= i =1
=
k f1 + f 2 + f 3 + ... + f k
∑
i =1
fi
dimana:
fi : frekuensi kelas ke-i
xi : nilai tengah kelas ke-i
Selain cara di atas, ada cara lain untuk menghitung rata-rata. Dengan data yang sama,
cermati langkah-langkah di bawah ini.
Tabel 7.3 Perhitungan Rataan sementara
Interval (xi) fi di = xi-xs fi. di
xs = 78
38 – 46 42 1 -36 -36
47 – 55 51 5 -27 -135
56 – 64 60 7 -18 -126
65 – 73 69 12 -9 -108
74 – 82 78 25 0 0
83 – 91 87 22 9 198
92 – 100 96 8 18 144
Total 80 -63
Matematika
7
∑ ( f .d ) i i
x = xs + i =1
k
∑fi =1
i
dengan:
xs : rata-rata sementara.
di : deviasi atau simpangan terhadap rata-rata.
fi : frekuensi interval kelas ke-i.
xs : nilai tengah interval kelas ke-i.
Maka untuk data di atas dapat diperoleh:
k
∑ ( f .d ) i i
−117
Mean = xs + i =1
k
= 78 + = 77.21.
64
∑f i =1
i
8 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Matematika
9
n
2−F
M e = tb + k
fm
dengan :
Me = Median
tb = tepi bawah kelas median
k = panjang kelas
n = banyak data dari statistik terurut ∑ fi
F = frekuensi kumulatif tepat sebelum kelas median
fm = frekuensi kelas median
Dari data sebelumnya diperoleh k = 9 ; tb = 73,5 ; N = 80; fm = 25
sehingga:
Masih menggunakan data di atas maka kita bentuk tabel berikut ini.
Tabel 7.5 Perhitungan Median
Kelas Frekuensi fi Frekuensi Kumulatif F
38 – 46 1 1
47 – 55 5 6
56 – 64 7 13
65 – 73 12 25
74 – 82 25 50
83 – 91 22 77
92 – 100 8 80
80
Matematika
11
Pertanyaan kritis:
Dari ketiga pembahasan tentang ukuran pemusatan data pada data kelompok,
dapatkah kamu menemukan hubungan antara ketiga pemusatan data di atas?
Diskusikan dengan temanmu!
x Mo
Dapatkah terjadi nilai ukuran= = Me pada sekumpulan data, jelaskan.
2. UKURAN LETAK DATA
Ukuran letak data yang dimaksud dalam subbab ini adalah kuartil, desil, dan
persentil. Ingat kembali materi statistik yang telah kamu pelajari di kelas X, konsep
kuartil dan desil untuk data berdistribusi analog dengan yang ada pada data tunggal.
a. Kuartil
Jika semua data yang telah diurutkan mulai dari data terkecil dan data terbesar,
maka data tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian. Ukuran letak yang membagi
empat bagian dari sekumpulan data disebut kuartil.
Untuk lebih memahami pengertian kuartil perhatikan ilustrasi berikut.
Xmin Q1 Q2 Q3 Xmax
Gambar 7.4 Letak Kuartil
12 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Contoh 7.1
Perhatikan tabel berikut ini dan tentukan
a. Kuartil bawah (Q1)
b. Kuartil tengah (Q2)
c. Kuartil atas (Q3)
Tabel 7.6 Distribusi Frekuensi
Kelas Frekuensi fi
42 – 46 2
47 – 51 5
52 – 56 5
57 – 61 15
62 – 66 7
67 – 71 4
72 – 76 2
Alternatif Penyelesaian
Dengan melengkapi tabel 7.6 diperoleh:
Tabel 7.7 Distribusi Frekuensi Kumulatif
Kelas Frekuensi fi Frekuensi Kumulatif F
42 – 46 2 2
47 – 51 5 7
52 – 56 5 12
57 – 61 15 27
62 – 66 7 34
67 – 71 4 38
72 – 76 2 40
Matematika
13
i
n − FQ
4
Qi = Li + k
fQi
( 20 − 12 )
Q2 = 56, 5 + 5
15
= 56, 5 + 2, 66
Q2 = 59,116
Sehingga kuartil ke-2 adalah 59,16
14 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
b. Desil
Prinsip untuk mencari desil hampir sama dengan kuartil, jika kuartil mem-
bagi data yang terurut menjadi empat bagian maka desil menjadi 10 bagian dengan
ukuran data n > 10. Hal ini berarti sekumpulan data yang terurut memiliki 9 nilai
desil, yakni D1, D2, D3, ..., D9
Untuk menentukan Desil, dirumuskan sebagai berikut:
i
10 n − FD
Di = Li + k
f Di
i = 1,2, 3, … , 9
Di : Desil ke-i
Li : Tepi bawah kelas yang memuat desil ke-i
FD : jumlah frekuensi sebelum kelas desil ke-i
f Di : frekuensi kelas yang memuat desil ke-i
n : Banyak data
k : panjang kelas.
Matematika
15
Alternatif Penyelesaian
Dengan melengkapi tabel 7.8 diperoleh:
16 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
a. Desil ke-1
Untuk menentukan letak D1 terlebih dahulu kita mencari kelas yang
1 1
memuat D1 yakni dengan menghitung nilai dari n = (1000 ) = 100 . Hal ini
10 10
berarti D1 adalah data ke-100 yaitu, kelas interval 20 – 29, dan f D1 = 215.
i
n − FD
10
Di = Li + k
f Di
(100 − 59 )
D1 = 19, 5 + 10
215
= 19, 5 + 43, 76
D1 = 63, 26
Sehingga kuartil ke-1 adalah 63,26
b. Desil ke-8
Untuk menentukan letak D8
terlebih dahulu kita mencari kelas yang memuat D8 yakni dengan
8 8
menghitung nilai dari n = (1000 ) = 800 . Hal ini berarti D8 adalah data ke-
10 10
800, kelas interval 40 – 49, dan f D8 = 223.
Dari tabel juga diperoleh L8 = 39,5, FD = 573, f D8 = 223, k = 10.
Matematika
17
c. Persentil
Jika kuartil dan desil membagi data yang terurut menjadi empat dan sepuluh
bagian maka desil menjadi 100 bagian data. Hal ini berarti sekumpulan data yang
terurut memiliki 99 nilai persentil, yakni P1, P2, P3, ..., P99.
Untuk menentukan persentil, dirumuskan sebagai berikut:
i
100 n − FP
Pi = Li + k
f Pi
i = 1,2, 3, … , 9
Pi : Persentil ke-i
Li : Tepi bawah kelas yang memuat persentil ke-i
FP : jumlah frekuensi sebelum kelas persentil ke-i
f Pi : frekuensi kelas yang memuat persentil ke-i
n : Banyak data
k : panjang kelas.
Contoh 7.3
Dengan menggunakan data pada contoh 7.2
Tentukanlah
a. persentil ke-10
b. persentil ke-99
18 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
a. Persentil ke-10
Untuk menentukan letak P10 terlebih dahulu kita mencari kelas yang memuat
P10 yakni dengan menghitung nilai dari 10 n = 10 (1000 ) = 100 . Hal ini berarti
100 100
P10 adalah data ke-100, kelas interval 20 – 29, dan f P10 = 215.
Dari tabel juga diperoleh L10 = 19,5, FP = 59, f P10 = 215, k = 10.
Sehingga kuartil bawah diperoleh:
i
n − FP
10
Pi = Li + k
f Pi
(100 − 59 )
P10 = 19, 5 + 10
215
= 19, 5 + 43, 76
P10 = 63, 26
Sehingga persentil ke-10 adalah 63,26
Matematika
19
Masalah-7.2
Suatu seleksi perekrutan anggota Paskibra di sebuah sekolah diperoleh data
tinggi badan siswa yang mendaftar adalah sebagai berikut:
20 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian
Range merupakan selisih antara data terbesar dengan data terkecil. Sedangkan untuk
data berdistribusi, data tertinggi diambil dari nilai tengah kelas tertinggi dan data
terendah diambil dari nilai kelas yang terendah, sehingga diperoleh:
170 + 174
Nilai tengah kelas tertinggi = = 172
2
140 + 144
Nilai tengah kelas terendah = = 142
2
Sehingga dari kedua hasil di atas diperoleh range untuk data berdistribusi adalah:
Rentang (R) = 172 – 142
= 30
Matematika
21
Dan jika urutan nilai data tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dengan banyak
data (n) maka akan diperoleh simpangan rata-rata sebagai berikut:
n
∑ x −x
i =1
i
SR =
n
dengan :
SR = Simpangan rata-rata
xi = nilai data ke-i
x- = nilai rata-rata
n = banyak data
Formula di atas merupakan simpangan rata-rata untuk data tunggal. Data
berdistribusi memiliki nilai frekuensi dalam tiap kelompok atau interval data dan
nilai data pengamatan merupakan nilai tengah kelas sehingga untuk data berdistribusi
diperoleh simpangan rata-rata yang dituliskan sebagai berikut:
n
∑f
i =1
i xi − x
SR = n
∑f
i =1
i
dengan :
SR = Simpangan rata-rata
xi = nilai tengah kelas ke –i
x- = nilai rata-rata
fi = frekuensi kelas ke –i
22 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian
Dengan melengkapi tabel 7.12 agar dapat diperoleh nilai-nilai yang diperlukan,
sehingga diperoleh tabel yang baru seperti berikut ini:
Tabel 7.13 Distribusi Frekuensi
Frekuensi Titik
Kelas xi − x f xi − x
(fi) Tengah (xi)
38 - 46 1 42 35.21 35,21
47 - 55 5 51 26.21 131,05
56 - 64 7 60 17.21 120,47
65 - 73 12 69 8.21 98,52
74 - 82 25 78 0.79 19,75
83 - 91 22 87 9.79 215,38
92 - 100 8 96 18.79 150,32
fi =80 Σ fi ǀ xi - ǀ=639.65
Matematika
23
∑f
i =1
i xi − x
639.65
SR = n
= = 7, 99
80
∑f
i =1
i
Contoh 7.5
Masih dengan menggunakan pembahasan masalah 7.3 diperoleh tabel distribusi
sebagai berikut:
24 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Σ fi ǀ xi -
Σ fi =80
ǀ=12505.38
2
1 r
SB = ∑ (
. fi . xi − x
n i =1
)
1
= SB = .12505.39 12.5
80
Ragam atau varian
2
1 r
2
∑ (
S B = . fi . xi − x
n i =1
)
1
S B2 = .12505.39=156.31
80
Untuk semua jenis ukuran penyebaran data ini, tentunya tidaklah sesuatu hal yang
sulit untuk menentukan nilainya. Namun, yang penting dari semua adalah memahami
makna setiap angka statistik yang diperoleh.
Matematika
25
1 50 48 64 51
2 52 55 34 53
3 35 52 43 32
4 20 12 30 30
5 15 20 25 28
5.000.000 – 10.000.000 70
> 10.000.000 40
26 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
1 2 3 4
Tim yang manakah yang akan masuk babak final jika diperoleh nilai 215 pada
pertandingan keempat?
4. Tentukanlah nilai a dan b dari tabel distrubusi frekuensi dibawah ini, jika median
adalah 413,11 dan ∑ f = 1000
Nilai Frekuensi
200 - 234 80
235 - 249 9
250 - 274 17
275 - 299 a
300 - 324 88
325 - 349 b
475 - 499 5
Matematika
27
Nilai Frekuensi
140-149 3
150-159 8
160-169 x
170-179 2
Tentukanlah :
a. Nilai x
b. Mean
6. Gaji karyawan suatu pabrik ditampilkan dalam tabel berikut.
Gaji (×Rp 10.000) Frekuensi
66-70 3
71-75 12
76-80 x
81-85 36
86-90 24
91-95 y
96-100 9
28 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
40-44 5
45-49 8
50-54 7
55-59 4
60-64 4
65-69 3
70-74 2
75-80 1
Matematika
29
Simpangan baku 40 20
Simpangan kuartil 65 74
Berdasarkan data penelitian di atas jelaskan merek baterai mana yang memiliki
ukuran penyebaran yang besar!
Projek
Kumpulkanlah data-data perkembangan ekonomi yang ada di indonesia,
misal data pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dolar,
ringgit, dll). Tabulasi dan gambarkan data tersebut kedalam diagram.
Analisislah data tersebut dalam bentuk statistik deskriptif serta presentasikan
di depan kelas.
30 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
∑fx
i =1
i i
f1 x1 + f 2 x2 + f3 x3 + + f k xk dengan f = frekuensi kelas ke-i; x =
x= k
= i i
f1 + f 2 + f3 + + f k
∑f
i =1
i
∑fd
i =1
i i
d1
8. Modus untuk data berkelompok didefinisikan dengan M o = tb + k
d1 + d 2
dengan tb = tepi bawah kelas modus; k = panjang kelas; d1 = selisih frekuensi
kelas modus dengan kelas sebelumnya; d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan
kelas sesudahnya.
Matematika
31
∑fi =1
i xi − x
SR = n
∑f i
i =1
11. Simpangan baku dan varian untuk data berkelompok di-definisikan dengan:
2
1 r
• SB = ∑ (
. fi . xi − x
n i =1
)
2
1 r
2
∑ (
• S B = . fi . xi − x
n i =1
)
32 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa mampu: Melalui pembelajaran materi aturan pencacahan,
1. Memiliki motivasi internal, kemampuan siswa memperoleh pengalaman belajar:
bekerjasama, konsisten, sikap disiplin, rasa • Berdiskusi, bertanya dalam menemukan
percaya diri, dan sikap toleransi dalam konsep dan prinsip aturan pencacahan melalui
perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan pemecahan masalah otentik yang bersumber
menerapkan strategi menyelesaikan masalah. dari fakta dan lingkungan.
2. Mendeskripsikan dan menerapkan berbagai • Berkolaborasi memecahkan masalah autentik
aturan pencacahan melalui beberapa contoh dengan pola interaksi edukatif.
nyata serta menyajikan alur perumusan .• Berpikir tingkat tinggi dalam menyelidiki,
aturan pencacahan (perkalian, permutasi dan memanipulasi, dan mengaplikasikan konsep
kombinasi) melalui diagram atau cara lainnya. dan prinsip-prinsip aturan pencacahan dalam
3. Menerapkan berbagai konsep dan prinsip memecahkan masalah otentik.
permutasi dan kombinasi dalam pemecahan
masalah nyata.
4. Mendeskripsikan konsep ruang sampel dan
menentukan peluang suatu kejadian dalam
suatu percobaan.
5. Mendeskripsikan dan menerapkan aturan/
rumus peluang dalam memprediksi terjadinya
suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan
alasan-alasannya. • Pencacahan
6. Mendeskripsikan konsep peluang dan harapan
suatu kejadian dan menggunakannya dalam • Permutasi
pemecahan masalah. • Kombinasi
• Kejadian
• Ruang Sampel
• Titik Sampel
• Peluang
Setelah mengikuti pembelajaran turunan siswa Melalui pembelajaran materi aturan pencacahan,
mampu:
siswa memperoleh pengalaman belajar:
7. Memilih dan menggunakan aturan pencacahan
• Berdiskusi, bertanya dalam menemukan
yang sesuai dalam pemecahan masalah nyata
konsep dan prinsip aturan pencacahan melalui
serta memberikan alasannya.
pemecahan masalah otentik yang bersumber
8. Mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan
dari fakta dan lingkungan.
aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi
• Berkolaborasi memecahkan masalah autentik
dalam pemecahan masalah tersebut.
dengan pola interaksi edukatif.
9. Mengidentifikasi, menyajikan model matematika
.• Berpikir tingkat tinggi dalam menyelidiki,
dan menentukan Peluang dan harapan suatu
memanipulasi, dan mengaplikasikan konsep
kejadian dari masalah kontektual.
dan prinsip-prinsip aturan pencacahan dalam
memecahkan masalah otentik.
Masalah
Otentik
Peluang
Kaidah Unsur
Pencacahan Peluang
Teorema
Binomal
Ruang Titik
Sampel Sampel
Matematika
35
Masalah-8.1
Beni, seorang siswa Jurusan IPA lulusan dari SMA Negeri 1 Tarutung Tahun
2013 ingin menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri (PTN)
yang ada di pulau Sumatera pada Tahun 2013. Ayah Beni menyetujui cita-
cita Beni asalkan kuliah di Medan. Di Medan terdapat PTN dan juga memiliki
jurusan yang digemari dan yang dipilih oleh Beni, yaitu Biologi atau Pendidikan
Biologi. Panitia SNMPTN memberikan kesempatan kepada calon mahasiswa
untuk memilih maksimum tiga jurusan di PTN yang ada di Indonesia.
Bantulah Beni untuk mengetahui semua kemungkinan pilihan pada saat
mengikuti SNMPTN Tahun 2013?
Alternatif Penyelesaian
Untuk mengetahui semua pilihan yang mungkin, kita harus mengetahui apakah
semua PTN di Medan memiliki Jurusan Biologi atau Jurusan Pendidikan Biologi.
Ternyata, hanya USU dan Unimed saja yang memiliki pilihan Beni tersebut. USU
hanya memiliki Jurusan Biologi, tetapi Unimed memiliki Jurusan Biologi dan Jurusan
Pendidikan Biologi.
Sesuai aturan panitia SNMPTN, Beni diberi kesempatan memilih maksimal 3 dan
minimal 1 jurusan.
Mari kita uraikan pilihan-pilihan yang mungkin.
Untuk 3 Pilihan
1. Seandainya Beni memilih 3 pilihan tersebut di satu kota, maka pilihannya adalah:
Pilihan 1: Biologi USU
Pilihan 2: Pend. Biologi UNIMED
Pilihan 3: Biologi UNIMED
36 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Untuk 1 Pilihan
1. Beni boleh hanya memilih Biologi USU.
2. Beni boleh hanya memilih Pend. Biologi UNIMED
3. Beni boleh hanya memilih Biologi UNIMED
Jadi, banyak cara memilih yang mungkin yang dimiliki Beni sebanyak 7 cara.
• Menurut kamu, seandainya tidak ada strategi memilih jurusan, berapa cara yang
dimiliki Beni?
• Coba kamu pikirkan, bagaimana pola rumusan untuk menghitung banyak cara
yang mungkin untuk Masalah 8.1.
Pernahkah kamu mengikuti pemilihan pengurus OSIS di sekolahmu?
Mari kita cermati contoh berikut, sebagai masukan jika suatu saat kamu menjadi
panitia pemilihan pengurus OSIS di sekolahmu.
Contoh 8.1
Pada pemilihan pengurus OSIS terpilih tiga kandidat yakni Abdul, Beny, dan Cindi
yang akan dipilih menjadi ketua, sekretaris, dan bendahara. Aturan pemilihan adalah
setiap orang hanya boleh dipilih untuk satu jabatan. Berapakah kemungkinan cara
untuk memilih dari tiga orang menjadi pengurus OSIS?
Alternatif Penyelesaian
Ada beberapa metode untuk menghitung banyak cara dalam pemilihan tersebut.
Matematika
37
38 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
♦ Misalnya, Abdul merupakan siswa kelas X, Beny dan Cindy dari Kelas XI.
Berapa banyak cara memilih pengurus OSIS jika Bendahara OSIS merupakan
siswa dari kelas XI.
Biasanya di kota-kota besar terdapat banyak jalur alternatif menuju suatu tempat dan
jalur ini diperlukan para pengendara untuk menghindari macet atau mengurangi lama
waktu perjalanan. Contoh berikut mengajak kita mempelajari banyak cara memilih
jalur dari suatu kota ke kota lain.
Contoh 8.2
Dari Kota A menuju Ibukota D dapat melalui beberapa jalur pada gambar 8.1.
Berapa banyak kemungkinan jalur yang dapat dilalui dari Kota A ke Kota D?
Alternatif Penyelesaian
• Perhatikan jalur dari kota A ke kota D melalui kota B
Dari kota A ke kota B terdapat 4 jalur yang dapat dilalui, sedangkan dari kota B
terdapat 3 jalur yang dapat dilalui menuju kota D.
Jadi banyak cara memilih jalur dari kota A menuju kota D melalui kota B adalah
4 × 3 = 12 cara.
• Perhatikan jalur dari kota A ke kota D melalui kota C
Terdapat 3 jalur dari kota A menuju kota C dan 3 jalur dari kota C menuju kota D.
Jadi banyak cara memilih jalur dari kota A menuju kota D melalui kota B adalah
3 × 3 = 9 cara.
Jadi banyak jalur yang dapat dilalui melalui Kota A sampai ke Kota D adalah 12 + 9
= 21 cara.
Matematika
39
Kegiatan 8.1
Catatlah baju, celana, dan sepatumu berdasarkan warna, kemudian isilah dalam
bentuk tabel berikut ini:
Tabel 8.1 Tabel Daftar Warna Pakaian
Salin dan lengkapi tabel di atas kemudian perhatikan data yang diperoleh dan cobalah
menjawab pertanyaan berikut:
1. Jika diasumsikan setiap warna dapat dipasangkan, berapa banyak kemungkinan
warna baju dan warna celana yang dapat dipasangkan?
2. Berapakah banyak kemungkinan pakaian lengkap yakni baju, celana, dan sepatu
kamu yang dapat dipasangkan?
Alternatif Penyelesaian
1. Jika diasumsikan setiap warna pada baju, celana dan sepatu dapat dipasangkan
maka dapat ditentukan kemungkinan pasangan yang dihasilkan; yakni:
Banyak warna baju × banyak warna celana = Banyak pasangan warna baju dan
celana.
2. Banyak pemasangan baju, celana, dan sepatu untuk tabel di atas adalah:
Banyak warna baju × Banyak warna celana × Banyak warna sepatu = Banyak
kombinasi warna pakaian.
Dalam dunia kerja seorang pemimpin atau karyawan juga pernah dihadapkan dengan
bagaimana memilih cara untuk menyusun unsur atau memilih staff. Masalah berikut
ini, mengajak kita untuk memahami bagaimana cara kerja pada suatu supermarket.
40 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian
Mari kita uraikan permasalahan di atas.
Setiap bilangan yang berada diantara 3000 dan 8000 pastilah memiliki banyak
angka yang sama yakni 4 angka jika ditampilkan dalam bentuk kolom menjadi:
Banyak susunan nomor seri barang yang diperoleh adalah: 5 × 7 × 6 × 5 = 1.050 cara.
Matematika
41
Dari pembahasan masalah, contoh dan kegiatan di atas, dapat kita simpulkan dalam
aturan perkalian berikut ini.
Aturan Perkalian :
Jika terdapat k unsur yang tersedia, dengan:
n1 = banyak cara untuk menyusun unsur pertama
= banyak cara untuk menyusun unsur kedua setelah unsur pertama tersusun
n3 = banyak cara untuk menyusun unsur ketiga setelah unsur kedua tersusun
:
nk = banyak cara untuk menyusun unsur ke- k setelah objek- unsur sebelumnya
tersusun
Maka banyak cara untuk menyusun k unsur yang tersedia adalah:
n1 × n2 × n3 × ... × nk.
♦ Dari pembahasan masalah, contoh dan kegiatan di atas, dapat kita simpulkan
dalam aturan perkalian berikut ini.
Matematika merupakan bahasa simbol. Oleh karena itu, penulisan aturan perkalian di
atas dapat disederhanakan dengan menggunakan faktorial.
Mari kita pelajari dengan teliti materi berikut.
b. Faktorial
Pada pembahasan di atas kamu telah melakukan perkalian 3 × 2 × 1 = 6.
Coba anda lakukan perkalian berikut:
1) 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = ...
2) 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = ...
3) 9 × 8 × 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = ...
42 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Definisi 8.1
a) Jika n bilangan asli maka n! (dibaca “n faktorial”) didefinisikan dengan:
n! = n × ( n -1) × ( n - 2 ) × ( n - 3 ) × ... × 3 × 2 ×1
atau
n! =1× 2 × 3 × ...× ( n - 3 ) × ( n - 2 ) × ( n -1) × n
b) 0! = 1
Contoh 8.3
1. Hitunglah:
7!
a. 7! + 4! b. 7! × 4! c.
4!
Alternatif Penyelesaian
a. 7! + 4! = (7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1) + (4 × 3 × 2 × 1)
= 5.040 + 24 = 5.064
b. 7! × 4! = (7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1) + (4 × 3 × 2 × 1)
= 5.040 × 24 = 120.960
c. 7! 7×
=
6×5×4×3×2×1
= 210
4! 4×3×2×1
Matematika
43
Alternatif Penyelesaian
14. ( n − 1)!. ( n − 4 )!
4! 14. ( n − 1)!. ( n − 4 )! 4!
⇔ = =
5.n !. ( n − 5 )! 120 5.n. ( n − 1)!. ( n − 5 ) . ( n − 4 )! 120
14 4!
⇔ =
5.n. ( n − 5 ) 120
14 5!
⇔ =
n. ( n − 5 ) 120
⇔ n2 – 5n –14 = 0
∴ n = 7.
c. Permutasi
1) Permutasi dengan Unsur yang Berbeda
Masalah-8.3
Seorang resepsionis klinik ingin mencetak nomor antrian pasien yang terdiri
tiga angka dari angka 1, 2, 3, dan 4. Tentukan banyak pilihan nomor antrian
dibuat dari:
a. Tiga angka pertama.
b. Empat angka yang tersedia.
44 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
n!
( n − k )! dengan n ≥ k. (*)
Untuk menguji kebenaran pola rumusan (*), coba kita gunakan untuk memecahkan
masalah berikut ini.
Matematika
45
Alternatif Penyelesaian
Untuk mengetahui banyak susunan pengurus dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:
a) Dengan cara mendaftar:
Seluruh kandidat yang mungkin dibuat dapat didaftarkan sebagai berikut:
AB BA CA DA EA
AC BC CB DB EB
AD BD CD DC EC
AE BE CE DE ED
Dari daftar di atas diperoleh banyak susunan pengurus acara pentas seni adalah 20
cara.
b) Dengan Aturan Perkalian
Untuk masalah ini, akan dipilih 2 pengurus dari 5 kandidat yang ada. Dengan
menggunakan pola rumusan (*) diperoleh:
n = 5 dan k = 2
n! 5!
maka = = 20 cara
( n − k )! ( 5 − 2 )!
Dengan pembahasan Masalah 8.3 dan 8.4 ditemukan bahwa banyak susunan k
unsur berbeda dari n unsur yang tersedia dan memperhatikan urutan susunannya
n!
dapat dirumuskan dengan . Bentuk susunan ini dikenal dengan ”permutasi”.
( n − k )!
46 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
P(n, k) dengan k ≤ n.
• Banyak permutasi n unsur ditentukan dengan aturan
Pnn = n× ( n − 1) × ( n − 2 ) × L× 3 × 2 ×1 = n!
• Banyak permutasi unsur dari n unsur yang tersedia, dapat ditentukan dengan:
n!
Pkn =
(n - k ) !
Pada buku ini, penulisan permutasi k unsur dari n unsur yang tersedia kita
menggunakan: Pkn .
Sekarang cermati permutasi-permutasi di bawah ini:
10! 10 × 9!
1) =P110 = = 10
(10 − 1)! 9!
Diperlukan strategi untuk
10 10! 10! menyelesaikan perkalian
2) P= = = 10!
9
(10 − 9 )! 1! dengan faktorial.
8 8! 8!
3) P7= = = 8!
(8 − 7 )! 1!
45 45! 45!
4) P= = = 45!
44
( 45 − 44 )! 1!
1000! 1000 × 999!
5) P11000
= = = 1000
(1000 − 1)! 999!
Matematika
47
Sifat 8.1
n n!
Diketahui Pk =
( - k ) ! , dengan n ≥ k.
n
n n!
1) Jika n – k = 1, maka Pk = = n!.
(n - k ) !
n n!
2) Jika k = 1, maka Pk = = n.
(n - k ) !
n n!
3) Jika n – k = 0, maka Pk = = n!.
(n - k ) !
Bukti:
n n!
1) Diketahui Pk = , dengan n ≥ k, dan n – k = 1 atau n = k + 1. Akibatnya:
( n − k )!
n! n! n! n!
Pkn = n
⇔ Pk= = = = n!
( n − k )! ( n − k )! ( k + 1 − k )! 1!
n n!
∴ Pk =
( n − k )! = n!.
n n!
2) Diketehui k = 1 dan Pk =
( n − k )! , dengan n ≥ k, maka:
n! n! n × ( n − 1)!
Pkn = = Pn = = n
( n − k )! ⇔ 1 ( n − 1)! ( n − 1)!
3) Kerjakan sebagai latihanmu.
48 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Masalah-8.5
Berapa banyak susunan yang dapat dibentuk dari 3 huruf yang diambil dari
huruf-huruf pembentuk kata APA?
Alternatif Penyelesaian
Tersedia 3 unsur; yakni, huruf-huruf A, P, dan A. Dari 3 unsur yang tersedia memuat
2 unsur yang sama; yaitu, huruf A.
Banyak permutasi 3 unsur yang memuat 2 unsur yang sama tersebut akan dicari
melalui pendekatan banyak permutasi 3 unsur yang berbeda. Oleh karena itu, huruf-
huruf yang sama (huruf A) diberi label A1, dan A2.
Banyak permutasi dari 3 unsur yang melibatkan 2 unsur yang sama adalah:
A1PA2, A2PA1, A1A2P, A2A1P, PA1A2, PA2A1.
Susunan-susunan tersebut dikelompokkan sedemikian rupa sehingga dalam satu
kelompok memuat permutasi yang sama apabila labelnya dihapuskan.
Misalnya:
Kelompok A1PA2 dan A2PA1, jika labelnya dihapus maka diperoleh permutasi
APA .
Kelompok A1A2P, A2A1P , jika labelnya dihapus maka diperoleh permutasi AAP.
Kelompok PA1A2, PA2A1, jika labelnya dihapus maka diperoleh permutasi PAA.
Dalam tiap-tiap kelompok di atas terdapat 2! = 2 permutasi, yaitu menyatakan banyak
permutasi dari unsur A1 dan A2. Sedangkan A1 dan A2 menjadi unsur-unsur yang sama
jika labelnya dihapuskan.
Dengan demikian banyak permutasi 3 unsur yang memuat 2 unsur yang sama dapat
ditentukan sebagai berikut.
3 3!
P2,1
= = 3 susunan
2!.1!
Matematika
49
Alternatif Penyelesaian
Dengan analogi yang sama pada Masalah 8.5 diperoleh:
Banyak unsur yang tersedia 6, sedangkan unsur yang sama adalah
1. 3 bendera berwarna putih
2. 2 bendera berwarna biru
dan 1warna merah. Oleh karena itu dapat diperoleh banyak permutasi dari 6 unsur
yang memuat 3 unsur yang sama dan 2 unsur yang sama adalah
6 6!
P3,2,1 = susunan
3!.2!.1!
Dari pembahasan Masalah 8.5 dan 8.6 , dapat kita rumuskan pola secara umum
permutasi n unsur dengan melibatkan sebanyak k1, k2, k3, …, kn unsur yang sama
adalah sebagai berikut.
Sifat 8.2
Misalkan dari n unsur terdapat k1, k2, k3, …, kn unsur yang sama dengan k1 + k2
+ k3 + …+ kn ≤ n. Banyak permutasi dari unsur tersebut adalah
n!
Pkn1 , k2 , k3 ,..., kn =
k1 !k2 !k3 !...kn !
Contoh 8.4
Berapa banyak susunan yang dapat dibentuk dari 3 huruf yang diambil dari huruf-
huruf pembentuk kata K O G N I T I V I S T I K?
50 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Sampai sejauh ini, kita sudah mengkaji bagaimana menentukan susunan unsur baik
yang melibatkan unsur yang sama atau tidak. Pernahkan kamu melihat susunan objek-
unsur dalam suatu meja berputar? Bagaimana menentukan banyak cara menyusun
unsur jika disusun melingkar?
Berikut ini, kita akan pelajari permutasi siklis sebagai cara menentukan banyak cara
menyusun unsur yang tersusun melingkar.
c. Permutasi Siklis
Masalah-8.7
Beny (B), Edo (E), dan Lina (L) berencana makan bersama di sebuah restoran.
Setelah memesan tempat, pramusaji menyiapkan sebuah meja bundar buat
mereka. Selang beberapa waktu Siti datang bergabung dengan mereka.
Berapa banyak cara keempat orang tersebut duduk mengelilingi meja bundar
tersebut?
Alternatif Penyelesaian
Meskipun dalam keseharian kita tidak mempersoalkan urutan posisi duduk mengitari
suatu meja, tidak ada salahnya kita menyelidiki posisi duduk Beny, Edo, Lina, dan
Siti yang duduk mengitari meja bundar. Adapun posisi duduk yang mungkin keempat
orang tersebut adalah sebagai berikut:
Matematika
51
B L B S B E
S L L
S L L
B L B S B E
E E S
Coba temukan susunan posisi duduk Beny, Edo, dan Lina secara manual.
Kemudian bandingkan dengan menggunakan pola (n – 1)!.
Masalah-8.8
Seorang direktor bank swasta yang berkantor di Jakarta akan melakukan
rotasi kepala cabang yang terdapat di 5 kota besar, yaitu Fahmi (Jakarta),
Cintha (Surabaya), Trisnawati (Bandung), Novand (Medan), dan Rahmat
(Padang). Dia meminta staff ahlinya untuk menyusun pilihan-pilihan yang
mungkin untuk rotasi kepala cabang bank yang dipimpimnya.
Bantulah staff ahli tersebut untuk menyusun pilihan rotasi kepala cabang
bank swasta tersebut
Alternatif Penyelesaian
Misalkan kelima kepala cabang tersebut duduk melingkar, seperti diilustrasikan
pada gambar berikut ini.
52 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
C C
J F T B J F T B
R N N R
P M P M
S S
C C
J F R B J F R B
N T T N
P M P M
Pilihan rotasi 2 Pilihan rotasi 3
S S
R R
J F C B J F C B
N T N T
P M P M
♦ Menurut kamu, ada berapakah pilihan rotasi kepala cabang bank swasta tersebut?
Berikan penjelasanmu.
Untuk menentukan banyak cara menyusun unsur dalam posisi melingkar, kita dapat
menguji validitas pola (n – 1)!.
• Jika terdapat 4 unsur, maka banyak susunan adalah (4 – 1)! = 3! = 6 cara.
• Jika terdapat 3 unsur, maka banyak susunan adalah (3 – 1)! = 2! = 2 cara.
• Jika terdapat 5 unsur, maka banyak susunan adalah (5 – 1)! = 4! = 24 cara.
Secara umum, jika terdapat n unsur yang disusun melingkar, maka banyak susunan
unsur yang mungkin disebut permutasi siklis, dinyatakan dalam sifat berikut ini.
Matematika
53
♦ Perhatikan kembali Masalah 8.8, karena alasan keluarga Fahmi dan Trisnawati
hanya mau dirotasi jika mereka berdua ditempatkan di pulau yang sama. Berapa
pilihan rotasi kepala cabang bank swasta yang mungkin? Kerjakan secara mandiri
dan bandingkan hasil kerjamu dengan temanmu.
1.4 Kombinasi
Cara menyusun unsur dengan memperhatikan urutan telah dikaji pada sub pokok
bahasan permutasi. Selanjutnya, dalam percakapan sehari-hari kita mungkin pernah
mengatakan “kombinasi warna pakaian kamu sangat tepat” atau tim sepakbola
itu merupakan kombinasi pemain-pemain handal”. Apakah kamu memahami arti
kombinasi dalam kalimat itu?
Untuk menjawabnya, mari kita pelajari makna kombinasi melalui memecahkan
masalah-masalah berikut ini.
Masalah-8.9
Hasil seleksi PASKIBRA di Kabupaten Bantul tahun 2012, panitia harus memilih
3 PASKIBRA sebagai pengibar bendera dari 5 PASKIBRA yang terlatih, yaitu
Abdul (A), Beny (B), Cyndi (C), Dayu (D), dan Edo (E). 3 PASKIBRA yang
dipilih dianggap memiliki kemampuan sama, sehingga tidak perhatikan lagi
PASKIBRA yang membawa bendera atau penggerek bendera.
Berapa banyak pilihan PASKIBRA yang dimiliki panitia sebagai pengibar
bendera?
Alternatif Penyelesaian
Mari kita selesaikan masalah ini dengan cara manual, sambil memikirkan bagaimana
pola rumusan untuk menyelesaikannya.
Adapun pilihan-pilihan yang mungkin sebagai pengibar bendera adalah sebagai
berikut:
• Pilihan 1: Abdul, Badu, Cyndi
• Pilihan 2: Abdul, Badu, Dayu
54 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Masalah-8.10
Pada suatu pusat pelatihan atlit bulu tangkis, terdapat 3 atlit perempuan
dan 4 atlit laki-laki yang sudah memiliki kemampuan yang sama. Untuk
suatu pertandingan akbar, tim pelatih ingin membentuk 1 pasangan ganda
campuran.
Berapa banyak pasangan yang dapat dipilih oleh tim pelatih?
Matematika
55
AL1
AL2
AW1
AL3
AL4
AL1
Terdapat 12 pasangan
AL2
AW2 ganda campuran yang
AL3 dapat dipilih.
AL4
AL1
AL2
AW3
AL3
AL4
3 4 3! 4!
12 = 3 × 4 = × 1! × × 1!
= ×
1 1 1!.2! 1!.3!
56 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Definisi 8.3
n
Kombinasi k unsur dari n unsur biasa dituliskan Ck ; n Ck ; C(n, k) atau r
n
Banyak kombinasi k unsur dari n unsur yang tersedia, tanpa memperhatikan
urutan susunannya dapat ditentukan dengan:
n!
Ckn = , dengan n ≥ k, n, k merupakan bilangan asli.
( n - k ) !.k!
n
Untuk keseragaman notasi, pada buku ini kita sepakati menggunakan simbol Ck
untuk menyatakan kombinasi k unsur dari n unsur yang tersedia.
Contoh 8.5
Selidiki hubungan Pkn dengan Ckn .
Alternatif Penyelesaian
n! n n!
. Sedangkan berdasarkan Definisi 8.3 Ck =
n
Pada Definisi 8.2 Pk =
( n − k )! ( n − k )!.k ! .
Dari kedua definisi tersebut, dipereoleh hubungan:
Pkn .
Ckn =
k!
Pn
♦ Secara hitungan matematis, hubungan Pkn dengan Ckn adalah Ckn = k . Jelaskan
arti hubungan tersebut secara deskriptif. k!
Dari pembahasan komputasi dan Contoh 8.5 di atas, dapat kita simpulkan sifat berikut
ini.
Matematika
57
n n!
Diketahui Ck =
( n - k ) !.k! , dengan n ≥ k.
n n!
1) Jika n – k = 1, maka Ck =
( k ) !.k! = n.
n -
n n!
2) Jika k = 1, maka Ck = = n.
( n - k ) !.k!
n n!
3) Jika n = k, maka Ck = =1.
( n - k ) !.k!
n n! Pn
4) Jika Pk = , maka Ckn = k .
(n - k ) ! k!
Bukti:
n n!
1) Diketahui Ck = , dengan n ≥ k, dan n – k = 1 atau n = k + 1, maka:
( n − k )!.k !
Ckn =
n! ( k + 1)! ( k + 1) × k !
= = k + 1 = n.
( n − k )!.k ! =
( k + 1 − k )!.k ! (1)!.k !
n!
2) Karena k = 1, dan Ckn = , dengan n ≥ k, maka:
( n − k )!.k !
n! n! n × ( n − 1)!
Ckn = ⇔
= C1n = = n.
( n − k )!.k ! ( n − 1)!.1! ( n − 1)!.(1)!
3) Kerjakan sebagai latihanmu.
58 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
( a + b ) =( a + b )( a + b )
2
=1a 2 + 2ab + 1b 2
(a + b) =( a + b )( a + b )
3 2
=( a + b ) (1a 2 + 2ab + 1b 2 )
(a + b) =( a + b )( a + b )
4 3
Bagaimana untuk penjabaran pada perpangkatan yang lebih tinggi? Untuk itu
perhatikan langkah berikut. Dengan menggunakan sifat distribusi penjabaran dari
(a + b)4 adalah:
(a × ) 1a 4 + 4a 3b + 6a 2b 2 + 4ab3 + 1b3 (×b )
5 4 3 2 2 3 4
1a + 4a b + 6a b + 4a b + ab
1a 4b + 4a 3b 2 + 6a 2b3 + 4ab 4 + 1b5 +
5 4 3 2 2 3 4 5
1a + 5a b + 10a b + 10a b + 5ab + 1b
Matematika
59
sehingga dengan menggunakan konsep kombinasi maka dapat diperoleh pola segitiga
Pascal yang baru, yakni:
Dari uraian di atas maka penjabaran perpangkatan dapat kita tuliskan kembali dalam
bentuk kombinasi yaitu
( a + b ) = C00
0
( a + b ) = C01a + C11b
1
60 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
r =0
Contoh 8.6
Jabarkan bentuk binomial berikut ini:
1. (2a – 5)3 =
2. (a + b)5 =
3. (3a + 2b)4 =
5
2
4. a + =
a 14
1
5. Diketahui binomial 2a + . Jabarkanlah 3 suku pertama dan dua suku
terakhir. a
12
2
6. Tentukanlah koefisien dari pada bentuk binomial a 2 + .
a
Alternatif Penyelesaian
1. Dari soal di atas diketahui a = 2a dan b = 5 maka
( 2a − 5 ) = C03 ( 2a ) 50 + C13 ( 2a ) 51 + C23 ( 2a ) 52 + C33 ( 2a ) 53
3 3 2 1 0
= 2 (8a 3 )1 + 3 ( 4a 2 ) 5 + 3 ( 2a ) 25 + 1(1)125
( 2a − 5 )
3
= 16a 3 + 60a 2 + 150a + 125
Matematika
61
= 81a 4 + 4 ( 81a 3 ) b + 6 ( 9a 2 ) b 2 + 4 ( 3a ) b3 + 1b 4
62 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
a. n! b. ( n + 2 )! c. ( n + 1)!
( n − 1)! n! ( n − 1)!
6. Banyak garis yang dapat dibuat dari 8 titik yang tersedia, dengan tidak ada 3 titik
yang segaris?
7. Banyak garis yang dapat dibuat dari 8 titik yang tersedia, dengan tidak ada 3 titik
yang segaris?
8. Tentukan banyak susunan pemain yang berbeda dari team bola voli yang terdiri
dari 10 pemain bila salah seorang selalu menjadi kapten dan seorang lain tidak
bisa bermain karena cedera!
9. Berapa banyak cara untuk menempatkan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan
duduk berjajar tanpa membedakan tiap anak?
10. Suatu delegasi terdiri dari 3 pria dan 3 wanita yang dipilih dari himpunan 5
pria yang berbeda usia dan 5 wanita yang juga berbeda usia. Delegasi itu boleh
mencakup paling banyak hanya satu anggota termuda dari kalangan wanita atau
anggota termuda dari kalangan pria. Hitunglah banyak cara memilih delegasi
tersebut.
11. Seminar Matematika dihadiri oleh 20 orang. Pada saat bertemu mereka saling
berjabat tangan satu dengan yang lain. Berapakah jabat tangan yang terjadi?
12. Perhatikan gambar berikut.
Jika suatu segitiga dibentuk dengan menggunakan 3 titik. Berapa banyak segitiga
yang dapat dibentuk.
13. Tentukanlah banyak susunan huruf yang dapat dibentuk dari huruf-huruf:
a. MATEMATIKA c. TRIGONOMETRI
b. PENDIDIKAN d. MALAKA
Matematika
63
Projek
Rancang suatu permainan yang menggunakan konsep aturan pencacahan.
Sebelum kamu susun laporan projek ini, terlebih dahulu lakukan simulasi
sebagai uji validitas penggunaan konsep.
2. PELUANG
Kamu sudah mempelajari konsep peluang pada Bab 12 Buku Matematika kelas
X. Dengan pengalaman belajar itu, kita akan mengembangkan konsep peluang
dengan memperhatikan banyak cara semua kejadian mungkin terjadi dan banyak
cara suatu kejadian mungkin terjadi. Dengan demikian, pada sub bab ini, kita akan
mendalami bagaimana menentukan banyak anggota ruang sampel kejadian dengan
menggunakan konsep aturan pencacahan.
Mari kita mulai sub bab ini dengan mengkaji ruang sampel suatu kejadian.
Masih ingatkah kamu konsep himpunan yang kamu pelajari di kelas VII SMP?
Pada sub bab ini, kita ingin membangun konsep ruang sampel dengan menggunakan
konsep aturan pencacahan melalui konsep himpunan bagian.
Mari kita cermati pembahasan di bawah ini.
Diberikan S = {p, r, s, t} n(S) = 4.
Tentu kamu masih ingat bagaimana cara menentukan himpunan bagian dari S.
Semua himpunan bagian S disajikan di tabel berikut ini.
64 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Matematika
65
Masalah-8.11
Pada suatu tempat penitipan anak berusia 3 – 6 tahun menyediakan makanan
dan minimum bergizi yang bervariasi. Bu Sity, karena alasan jam kerja memilih
menitipkan anaknya di tempat penitipan ini. Dari semua variasi makanan
dan minimum, Bu Sity harus memilih 2 jenis buah dari 4 jenis buah yang
disediakan dan memilih 4 makanan dari 6 jenis makanan yang disediakan.
Berapa banyak pilihan yang dimiliki oleh Bu Sity? Diasumsikan setiap anak
makan juga harus makan buah.
Alternatif Penyelesaian
Diketahui:
Tersedia 4 jenis buah dan akan dipilih 2 jenis buah.
Tersedia 6 jenis makanan dan akan dipilih 4 jenis makanan.
Setiap si anak makan harus makan bauh.
Ditanya:
Banyak pilihan jenis susu dan jenis makanan.
Untuk kasus ini, misalnya Bu Sity memilih jenis buah 1 (b1) dan jenis buah 2 (b2)
sama saja dengan memilih b2 dan b1. Demikian juga makanan, jika Bu Sity makanan
1 (m1) dan makanan 3 (m3) sama saja dengan memilih m3 dan m1(mengapa?).
Dengan demikian kita menggunakan konsep kombinasi untuk menentukan banyak
pilihan yang dimiliki oleh Bu Sity.
66 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Contoh 8.7
Bu Jein Mumu, seorang guru matematika di Ambon. Suatu ketika dia ingin
memberikan tugas kepada siswa yang sangat rajin dan memiliki daya tangkap di atas
rata-rata teman satu kelasnya. Dia mempersiapkan 15 soal matematika berbentuk
essai. Namun dari 15 soal itu, Bu Mumu hanya meminta si anak mengerjakan 10 soal,
tetapi harus mengerjakan soal nomor 7, 12, dan 15.
Berapa banyak pilihan yang dimiliki anak itu?
Alternatif Penyelesaian
Siswa Bu Mumu harus memilih 7 soal lagi dari 12 soal sisa (mengapa) dan untuk
mengetahui banyak cara memilih soal tersebut ditentukan dengan menggunakan
kombinasi (beri alasannya), yaitu:
12! 12 × 11 × 10 × 9 × 8 × 7!
=C712 = = 729 cara.
(12 − 7 )!.7! ( 5 × 4 × 3 × 2 × 1) × 7!
Contoh 8.8
Toko perhiasan yang berlokasi pusat perbelanjaan menerima 5 jenis cincin keluaran
terbaru, misalkan C1, C2, C3, C4, dan C5. Tidak lama setelah toko itu buka, 4 wanita
berminat mencoba kelima cincin itu. Berapakah banyak cara pemasangan cincin
tersebut?
Alternatif Penyelesaian
Untuk menyelesaikan ini, kita menggunakan aturan kaidah pencahahan. Semua
kemungkinan pemasangan cincin dengan keempat wanita tersebut, diilustrasikan
sebagai berikut:
Matematika
67
Prinsip-8.1
Misalkan dipilih k unsur dari n unsur (secara acak) yang tersedia, dengan
n ≥ k,
i. Jika ada urutan dalam pemilihan k unsur, maka menentukan banyak cara
n
pemilihan ditentukan dengan Pk .
ii. Jika tidak urutan dalam pemilihan k unsur, maka menentukan banyak
n
cara pemilihan ditentukan dengan Ck .
68 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Alternatif Penyelesaian
Objek yang akan diambil dari kantong adalah objek yang tidak memperhatikan
urutan. Dengan demikian, menentukan banyak pilihan menggunakan konsep
kombinasi, yaitu:
8! 5!
a) C58 × C15 = × = 280 cara.
3!.5! 4!.1!
8! 5!
b) C48 × C25 = × = 700 cara.
4!.4! 2!.3!
Masih ingatkah kamu konsep peluang yang telah kamu pelajari pada kelas X
SMA? Definisi 12.3 pada buku matematika kelas X menyatakan:
n(E)
P(E) =
n(S )
Pada kelas X, kamu sudah mempelajari bagaimana menentukan n(E) dan n(S)
untuk kejadian tunggal. Pada Sub bab 2.1 di atas, kita sudah mengkaji bagaimana
menentukan n(E) dan n(S) untuk suatu kejadian majemuk. Sekarang kita akan
mempelajari menentukan peluang suatu kejadian dengan kejadian yang dimaksud
adalah kejadian majemuk.
Matematika
69
Masalah-8.12
Dalam sebuah kolam kecil terdapat sebanyak 10 ikan lele dan sebanyak
5 ikan gurame. Dengan menggunakan jaring tangan, akan diambil 12 ikan
secara acak. Hitunglah nilai peluangnya jika yang terambil itu adalah:
a) 10 ikan lele dan 2 ikan gurame,
b) 9 ikan lele dan 3 ikan gurame,
c) 7 ikan lele dan 5 ikan gurame.
Alternatif Penyelesaian
Jelas untuk kasus ini, banyak cara memilih 12 ikan dari 15 ikan yang ada dihitung
15 15! 15 × 14 × 13 × 12!
dengan menggunakan kombinasi, yaitu:= C12 = = 455 cara.
3!.12! ( 3 × 2 × 1) .12!
Artinya banyak anggota ruang sampel memilih 12 ikan dari 15 ikan adalah 455.
a) Banyak cara memilih 10 ikan lele dari 10 ikan lele dan memilih 2 ikan gurame
dari 5 ikan gurame, dihitung menggunakan konsep kombinasi, yaitu:
10 5
C10 × C2 = 1 × 10 = 10 cara.
Artinya banyak kejadian terambilnya 10 ikan lele dan 2 ikan gurame adalah 10
cara.
Jadi, peluang terambilnya 10 ikan lele dan 2 ikan gurame adalah:
n(E) 10 2
P(E) = ⇔ =
n(S ) 455 91
70 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Matematika
71
72 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
dari n unsur maka tentukan harga n yang memenuhi Pnn− 2 − Pnn−3 − Pnn−+31 =
Cnn−2
Matematika
73
74 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Setelah mengikuti pembelajaran lingkaran siswa Melalui proses pembelajaran lingkaran, siswa
mampu: memiliki pengalaman belajar sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan konsep persamaan lingkaran • menemukan konsep persamaan lingkaran
dan menganalisis sifat garis singgung lingkaran berpusat di (0, 0) dan (a, b) melalui pemecahan
dengan menggu-nakan metode koordinat. masalah otentik;
2. Mendeskripsikan konsep dan Kurva lingkaran • menemukan persamaan garis singgung yang
dengan titik pusat tertentu dan menurunkan melalui suatu titik pada lingkaran;
persamaan umum lingkaran dengan metode • Menemukan persamaan garis singgung yang
koordinat. gradiennya diketahui;
3. Mengolah informasi dari suatu masalah nyata, • berkolaborasi memecahkan masalah aktual
mengidentifikasi sebuah titik sebagai pusat dengan pola interaksi sosial kultur dalam
lingkaran yang melalui suatu titik tertentu, menentukan persamaan garis singgung pada
membuat model Matematika berupa persamaan lingkaran dengan menggunakan diskriminan;
lingkaran dan menyelesaikan masalah tersebut. • berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis, kreatif)
4. M e r a n c a n g d a n m e n g a j u k a n m a s a l a h dalam menyelidiki dan mengaplikasikan
nyata terkait garis singgung lingkaran serta konsep lingkaran dalam memecahkan masalah
menyelesaikannya dengan melakukan otentik.
manipulasi aljabar dan menerapkan berbagai
konsep lingkaran.
• Persamaan lingkaran
• Persamaan garis
singgung lingkaran
• Kedudukan garis pada
lingkaran
• Kedudukan titik pada
lingkaran
• Diskriminan
Masalah Lingkaran
Otentik
Persamaan Garis
Persamaan Tempat Kedudukan
Singgung
Lingkaran Titik pada Lingkaran
Lingkaran
Pusat di
(a, b) Gradien m Gradien m
jari-jari r
76 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Masalah-9.1
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara kembali meletus
sekitar pukul 12.00 WIB hari Selasa tanggal 17 September 2013. Material
yang dikeluarkan lebih banyak dibanding letusan pertama dua hari lalu.
Akibat letusan ini banyak warga yang mengungsi. Pemerintah setempat pun
memberikan peringatan agar masyarakat yang berada pada radius 3 km dari
puncak gunung Sinabung harus segera mengungsi dan daerah tersebut harus
bebas dari aktivitas dan dikosongkan untuk sementara. Bantulah pemerintah
kabupaten Karo untuk menentukan daerah mana saja masyarakatnya harus
mengungsi. (Petunjuk: Gunakan Peta Kabupaten Karo)
Alternatif Penyelesaian
Gunung
Sinabung
Matematika
77
Definisi 9.1
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada suatu bidang yang berjarak
sama terhadap sebuah titik tertentu
Masalah-9.2
Misalkan Gambar 9.1 pada Masalah 9.1 dipindahkan ke bidang koordinat
cartesius dan gunung Sinabung berpusat di P(0, 0) dan jari-jarinya r = 3.
Misalkan salah satu desa yaitu Sigaranggarang berada pada titik S(x, y) pada
lingkaran tersebut, tentukanlah persamaan lingkaran tersebut!
Alternatif penyelesaian
jarak titik S(x, y) ke titik P(0, 0) dapat
ditentukan dengan rumus:
( x − 0) + ( y − 0)
2 2
PS =
( x − 0) + ( y − 0) ⇔
2 2
r=
( x − 0) + ( y − 0) = r
2 2
Gambar 9.2: Lingkaran pusat P(0, 0) dan
jari-jari r = 3
Kuadratkan kedua ruas sehingga diperoleh
78 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Sifat 9.1
Persamaan lingkaran yang berpusat di P(0, 0) dan memiliki jari-jari r adalah x2 +
y2 = r2
Atau dengan kata lain
Jika L adalah himpunan titik-titik yang berjarak r terhadap titik P(0, 0) maka L {(x,
y) | x2 + y2 = r2}
Contoh 9.1
Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(0, 0) dengan jari-jari sebagai
berikut:
a. 3 b. 4 c. 5 d. 6
Alternatif Penyelesaian
a. Persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(0, 0) dengan panjang jari-jari 3
adalah x2 + y2 = 32 ⇔ x2 + y2 = 9
b. Persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(0, 0) dengan panjang jari-jari 4
adalah x2 + y2 = 42 ⇔ x2 + y2 = 16
c. Persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(0, 0) dengan panjang jari-jari 5
adalah x2 + y2 = 52 ⇔ x2 + y2 = 25
d. Persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(0, 0) dengan panjang jari-jari 6
adalah x2 + y2 = 62 ⇔ x2 + y2 = 36
Masalah-9.3
Misalkan gambar pada masalah 1 dipindahkan ke bidang koordinat Kartesius
dan gunung Sinabung berpusat di P(a, b) dan jari-jarinya r = 3 Misalkan salah
satu desa yaitu Sukameriah berada pada titik S(x, y), tentukanlah persamaan
lingkaran tersebut!
Matematika
79
( x − a) + ( y − b) ⇔
2 2
r=
( x − a) + ( y − b) = r
2 2
Sifat 9.2
Persamaan lingkaran yang berpusat di P(a, b) dan memiliki jari-jari r adalah (x –
a)2 + (y – b)2 = r2
Atau dengan kata lain
Jika L adalah himpunan titik-titik yang berjarak r terhadap titik P(a, b) maka L {(x,
y) | (x – a)2 + (y – b)2 = r2}
Contoh 9.2
Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (2, 2) dan berjari-jari r = 2.
80 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Contoh 9.3
Tentukan titik pusat dan jari-jari lingkaran berikut!
a. (x – 2)2 + (y + 2)2 = 4
b. (x + 2)2 + (y + 2)2 = 9
c. (x + 2)2 + (y – 2)2 = 16
d. (x + 2)2 + y 2 = 16
Alternatif Penyelesaian:
a. (x – 2)2 + (y + 2)2 = 4
⇔ (x – 2)2 + (y + 2)2 = 22
a = 2; b = –2; r = 2
lingkaran tersebut berpusat di titik (2, – 2) dan berjari-jari 2
b. (x + 2)2 + (y + 2)2 = 9
⇔ (x + 2)2 + (y + 2)2 = 32
a = –2; b = –2; r = 3
Lingkaran tersebut berpusat di titik (–2, –2) dan berjari-jari 3
Matematika
81
Jika diperhatikan kedua bentuk persamaan lingkaran tersebut, maka dapat langsung
diketahui titik pusat lingkaran dan panjang jari-jarinya. Persamaan tersebut dinamakan
bentuk baku persamaan lingkaran.
Kegiatan 9.1
Jabarkanlah persamaan (x – a)2 + (y – b)2 = r2.
Alternatif Penyelesaian
Untuk menyelesaikan persoalan di atas, maka kamu harus mengingat kembali tentang
operasi bentuk aljabar yang telah kamu pelajari sebelumnya.
Contoh 9.4
Berdasarkan kegiatan 9.1 diperoleh persamaan a2 + b2 – r2 = C dengan –a = A; –b =
B, tentukanlah nilai r.
82 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Contoh 9.5
Berdasarkan kegiatan 9.1 diperoleh persamaan x2 + y2 + 2Ax + 2By + C = 0, ubahlah
persamaan tersebut ke dalam persamaan bentuk baku persamaan lingkaran!
Alternatif Penyelesaian
x2 + y2 + 2Ax + 2By + C = 0
⇔ x2 + y2 + 2Ax + 2By = –C
⇔ (x2 + 2Ax + A2)– A2 + (y2 + 2By + B2)– B2 = –C
⇔ (x + A)2 + (y + B)2 = A2 + B2 = –C
( )
2
⇔ (x + A)2 + (y + B)2 = A2 + B 2 − C
Sifat 9.3
Bentuk umum persamaan lingkaran adalah
x2 + y2 + 2Ax + 2By + C = 0
Pertanyaan Kritis
2 2
1. Berdasarkan Fakta 9.1 diperoleh bahwa r = A + B − C . Bagaimana jika A2 +
B2 = 0? Apa yang kamu peroleh?
2. Mengapa C2 ≤ A2 + B2
Matematika
83
Alternatif Penyelesaian:
x2 + y3 + 10x – 8y + 25 = 0
A = –5; B = 4, dan C = 25
Titik Pusat (–5, 4)
Jari-jari lingkaran
r = A2 + B 2 − C
( −5)
2
r= + 42 − 25 = 4 Gambar 9.5 : Lingkaran x2 + y3 + 10x –
8y + 25 = 0
Latihan 9.1
Tentukanlah persamaan-persamaan di bawah ini yang merupakan persamaan
lingkaran.
a. x – y = 16
b. x2 + 4y2 + 8x – 6 – 16y = 25
c. x2 + y2 + 6x – 8y + 21 = 0
d. x2 – y2 + 8x – 2y + 100 = 0
Latihan 9.2
Misalkan pada bidang koordinat Kartesius desa Sigaranggarang terletak pada titik
(3, 3), desa sukameriah terletak pada titik (–1, 2), dan desa Kutatonggal terletak pada
titik (2, –1) yang terkena dalam radius daerah yang penduduknya harus mengungsi.
Tentukanlah letak gunung Sinabung (titik pusat) dan radiusnya!
84 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Matematika
85
86 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Masalah-9.4
Masih ingatkah kamu masalah gunung Sinabung. Jika disajikan letak
beberapa desa di koordinat kartesius dengan menganggap gunung Sinabung
berada pada titik P(0, 0) dan berjari jari 5 satuan. Tentukan kedudukan titik
desa Sigaranggarang di titik (0, 5), desa Sukatepu di titik (5, 4), dan desa
Bekerah di titik (2, –1) terhadap lingkaran yang dengan pusat (0, 0) dan jari-
jari 5 satuan. Apakah penduduk desa-desa tersebut perlu mengungsi?
Alternatif Penyelesaian:
Berdasarkan permasalahan di atas maka persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 = 25
Untuk desa Sigaranggarang dengan titik (0, 5)
Substitusikan titik (0, 5) pada persamaan lingkaran x2 + y2 = 25 kemudian periksa
apakah titik tersebut terletak di dalam lingkaran atau di luar lingkaran lalu simpulkan
apakah desa tersebut perlu mengungsi atau tidak.
Untuk desa Sukatepu dengan titik (5, 4)
Substitusikan titik (5, 4) pada persamaan lingkaran x2 + y2 = 25 kemudian periksa
apakah titik tersebut terletak di dalam lingkaran atau di luar lingkaran lalu simpulkan
apakah desa tersebut perlu mengungsi atau tidak.
Untuk desa Bekerah dengan titik
(2, –1)
Substitusikan titik (2, –1) pada
persamaan lingkaran x2 + y2 =
25 kemudian periksa apakah
titik tersebut terletak di dalam
lingkaran atau di luar lingkaran lalu
simpulkan apakah desa tersebut
perlu mengungsi atau tidak.
Alternatif penyelesaian lainnya
adalah dengan menggambar
titik-titik letak desa di koordinat
kartesius.
Gambar 9.7 Lingkaran dengan Pusat (0, 0) dan r = 5
Matematika
87
Masalah-9.5
Misalkan Gambar 9.8 berikut menyajikan letak beberapa desa dengan
menganggap gunung Sinabung berada pada titik P(3, 2) dan berjari-jari 5
satuan. Tentukan kedudukan titik desa Sigaranggarang, desa Sukatepu, dan
desa bekerah berdasarkan gambar di samping. Apakah penduduk desa-desa
tersebut perlu mengungsi?
Alternatif Penyelesaian:
Berdasarkan permasalahan di atas maka persamaan lingkarannya adalah (x – 3)2 +
(y – 2)2 = 25
88 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Definisi 9.3
1. Suatu titik A(v, w) terletak di dalam lingkaran yang berpusat di P(a, b) dan
berjari-jari r jika (v – a)2 + (w– b)2 < r2.
2. Suatu titik A(v, w) terletak pada lingkaran yang berpusat di P(a, b) dan berjari-
jari r jika (v – a)2 + (w– b)2 = r2.
3. Suatu titik A(v, w) terletak di luar lingkaran yang berpusat di P(a, b) dan berjari-
jari r jika (v – a)2 + (w– b)2 > r2.
Contoh 9.7
Apakah titik-titik berikut terletak di luar, di dalam, atau pada lingkaran x2 + y2 – 8x
+ 6y + 20 = 0 ?
a. Q(–1, –1) c. S(0, 5)
b. R(2, –3) d. T(–4, 0)
Alternatif Penyelesaian:
Persamaan lingkaran x2 + y2 – 8x + 6y
+ 20 = 0 diubah menjadi bentuk baku
persamaan kuadrat menjadi (x – 4)2 + (y
+ 3)2 = 5
a. Q(–1, –1) disubstitusikan ke
persamaan (x – 4)2 + (y + 3)2 = 5
diperoleh
(–1 – 4)2 + (–1 + 3)2 = (–5)2 + 22 = 29
>5
Titik Q(–1, –1) berada di luar Gambar 9.9 : Titik-titik yang terletak di luar, di dalam,
lingkaran (x – 4)2 + (y + 3)2 = 5 atau pada lingkaran x2 + y2 – 8x + 6y + 20 = 0
Matematika
89
Masalah-9.6
Perhatikan gambar berikut ini
Alternatif Penyelesaian:
Gambar 9.10 (i) merepresentasikan tentang sebuah garis yang memotong sebuah
lingkaran di dua titik yang berlainan.
90 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Contoh 9.8
Diberikan sebuah garis 2x + y = 2 dan lingkaran x2 + y2 = 9, selesaikanlah sistem
persamaan linear-kuadrat tersebut! Kemudian tentukan nilai diskriminannya.
Alternatif Penyelesaian :
2x + y = 2 ................................................................................................................(1)
x2 + y2 = 9 ................................................................................................................(2)
digambarkan pada bidang Kartesius
akan diperoleh seperti gambar 9.11.
Berdasarkan persamaan (1) dan (2)
diperoleh:
x2 + y2 = 5
⇔ x2 + (2 – 2x)2 = 5
⇔ x2 + 4 – 8x + 4x2 = 5
⇔ 5x2 – 8x – 1 = 0
Contoh 9.9
Diberikan sebuah garis 2x + y = 5 dan lingkaran x2 + y2 = 5, selesaikanlah sistem
persamaan linear-kuadrat tersebut! Kemudian tentukan nilai diskriminannya.
Matematika
91
Contoh 9.10
Diberikan sebuah garis –x + y = 3 dan lingkaran x2 + y2 = 5 , selesaikan-lah sistem
persamaan linear-kuadrat tersebut! Kemudian tentukan nilai diskriminannya.
Alternatif Penyelesaian:
–x + y = 3 .......................................(1)
x2 + y2 = 5.......................................(2)
Digambarkan pada bidang kartesius
akan diperoleh seperti gambar 9.13.
Berdasarkan persamaan (1) dan (2)
diperoleh:
x2 + y2 = 5
⇔ x2 + (3 + x)2 = 5
⇔ x2 + 9 + 6x + x2 = 5
Gambar 9.13 garis –x + y = 3 dan lingkaran x2 + y2 = 5
92 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Latihan 9.3
Diketahui sebuah garis x + y = 2 dan sebuah
lingkaran x2 + y2 = 9 seperti yang disajikan pada
gambar 9.14, kemudian tentukan persamaan
kuadrat gabungan antara garis dan lingkaran,
kemudian tentukan nilai diskriminannya.
Matematika
93
Latihan 9.6
Berdasarkan penyelesaian Latihan 9.1, 9.2, dan 9.3 syarat apa yang harus dipenuhi
agar garis memotong lingkaran di dua titik yang berlainan, garis menyinggung
lingkaran, dan garis tidak memotong maupun menyinggung lingkaran?
Sifat 9.4
Misalkan g garis dengan persamaan y = ax + b dan L lingkaran dengan persamaan
x2 + y2 = r2
Kedudukan garis g terhadap sebuah lingkaran ditentukan oleh nilai diskriminan D
= (1 + a2)r2 – b2, yaitu:
(1) D > 0 ⇔ garis g memotong lingkaran di dua titik yang berlainan
(2) D = 0 ⇔ garis g menyinggung lingkaran
(3) D < 0 ⇔ garis g tidak memotong maupun menyinggung lingkaran
94 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Masalah-9.7
Beberapa anak berkumpul dan sedang bermain. Di tangan mereka terdapat
beberapa tutup botol plastik yang dijadikan permainan ibarat kelereng. Tutup
botol dibuat berdiri, lalu bagian atasnya ditekan dengan telunjuk agar tutup botol
itu meluncur ke depan. Setelah itu mereka lalu berlari mengejar tutup botol yang
melaju kencang itu.
Dari gambar 9.17 di atas jelas terlihat bahwa lantai yang dilalui tutup botol selalu
menyinggung di titik A(x1, y1). Garis di lantai yang dilalui tutup botol dapat disebut
garis singgung dan titik yang bersinggungan antara tutup botol dan lantai disebut titik
singgung. Perhatikan bahwa jari-jari yang melalui titik singgung A(x1, y1) tegak lurus
dengan lantai. Misalkan titik P adalah titik pusat lingkaran di (0, 0). Berdasarkan
keadaan di atas tentukanlah persamaan garis g tersebut!
Alternatif Penyelesaian:
Misalnya titik A(x1, y1) terletak pada sebuah lingkaran yang berpusat di O(0, 0) dan
berjari-jari r yaitu, x2 + y2 = r2. Asumsikan x1 ≠ 0 dan y1 ≠ 0 Gradien garis PA adalah
y
mop = 1 , garis singgung g tegak lurus dengan garis PA. Gradien garis g adalah
x1
1 1 x
mg = − = − = − 1 . Akibatnya, persamaan garis singgung g adalah
mOP y1 y1
x1
y – y1 = mg (x – x1)
Matematika
95
Sifat 9.5
Persamaan garis singgung yang melalui titik (x1, y1) pada lingkaran x2 + y2 = r2
adalah x1x + y1y = r2
Contoh 9.11
Tentukan persamaan garis singgung lingkaran yang melalui titik (2, 0) dengan pusat
P(0,0) dan berjari-jari 3!
Alternatif Penyelesaian:
Persamaan lingkaran dengan pusat (0, 0) dan berjari-jari 3 adalah x2 + y2 = 9
Persamaan garis singgung lingkaran x2 + y2 = 9 yang melalui titik (2, 0) adalah
x1x + y1y = r2
⇔ xx1 + yy1 = 9
⇔ x(2) + y(0)= 9
⇔ 2x – 9 = 0
96 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
b. PersamaanGarisSinggungmelaluiSuatuTitikpadaLingkaranberpusat
P (a, b) dan berjari-jari r
Masalah-9.8
Dari gambar di atas jelas terlihat bahwa dinding yang disinggung yoyo selalu
menyinggung di titik A(x1, y1). Garis di dinding yang dilalui yoyo dapat disebut
garis singgung dan titik yang bersinggungan antara yoyo dan dinding disebut titik
singgung. Perhatikan bahwa jari-jari yang melalui titik singgung A(x1, y1) tegak lurus
dengan dinding. Misalkan titik P adalah titik pusat lingkaran di (a, b). Berdasarkan
keadaan di atas tentukanlah persamaan garis g tersebut!
Alternatif Penyelesaian:
Misalkan titik A(x1, y1) terletak pada lingkaran(x – a)2 + (y – b)2 = r2. Perhatikan
gambar 9.20.
y1 − b
Gradien garis PA adalah mPA = .
x1 − a
Matematika
97
Jadi, persamaan garis singgung lingkaran yang berpusat di titik P(a, b) dan berjari-
jari r yang melalui titik A(x1, y1) pada lingkaran (x – a)2 + (y – b)2 = r2 adalah
(x – a)(x1 – a) + (y – b)(y1 – b) = r2
98 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Contoh 9.12
Tentukan persamaan garis singgung lingkaran yang melalui titik (2, 4) dengan
persamaan lingkarannya adalah (x – 1)2 + (y – 2)2 = 5.
Alternatif Penyelesaian:
Persamaan garis singgung lingkaran (x – 1)2 + (y – 2)2 = 5 yang melalui titik (2, 4)
adalah
(x – a)(x1 – a) + (y – b)(y1 – b) = r2
⇔ (x – 1)(x1 – 1) + (y – 2)(y1 – 2) = 5
⇔ (x – 1)(2 – 1) + (y – 2)(4 –2) = 5
⇔ (x – 1)1 + (y – 2)2 = 5
⇔ x – 1 + 2y – 4 = 5
⇔ x + 2y = 0
Latihan 9.7
1. Misalkan titik A(x1, y1) terletak pada lingkaran x2 + y2 + ax + by + c = 0. Tentukanlah
persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 + ax + by + c = 0 yang melalui
titik A(x1, y1)!
2. Tentukan persamaan garis singgung lingkaran x2 + y2 + 10x – 12y + 25 = 0 di titik
a. (5, 12)
b. (1, 6)
c. (–5, 0)
Matematika
99
Masalah-9.9
Permainan tutup botol juga dapat dimainkan dengan versi yang berbeda.
Beberapa membuat tutup botol dalam keadaan tertidur (seperti pada gambar),
lalu bagian belakangnya disentil dengan jari telunjuk ataupun jari tengah agar
tutup botol itu meluncur ke depan.
Alternatif Penyelesaian:
Misalkan titik A(x1, y1) terletak di luar
lingkaran. Terdapat dua garis singgung
lingkaran yang melalui titik A(x1, y1) dan
digambarkan sebagai berikut.
Langkah-langkah untuk menentukan
persamaan garis singgungnya adalah sebagai
berikut:
1. Misalkan gradien garis singgung yang
melalui titik A(x1, y1) adalah m sehingga Gambar 9.22 : Dua Buah garis yang
diperoleh persamaan. menyinggung Lingkaran
Contoh 9.13
Tentukanlah persamaan garis singgung lingkaran dengan pusat P(0, 0) dan berjari-
jari 5 yang melalui titik (7, 1).
Alternatif Penyelesaian:
Titik (7, 1) berada di luar lingkaran x2 + y2 = 25 sebab jika titik (7, 1) disubstitusikan
ke persamaan lingkaran tersebut diperoleh 72 + 12 = 50 > 25
Persamaan lingkaran dengan pusat P(0, 0) dan berjari-jari 5 adalah
x2 + y2 = 25
Garis yang melalui titik (7, 1) dengan gradient m, memiliki persamaan
y = mx – mx1 + y1
⇒ y = mx –7m + 1
Substitusikan nilai y = mx –7m + 1 ke persamaan lingkaran x2 + y2 = 25 diperoleh
x2 + (mx – 7m + 1)2 = 25
⇔ x2 + m2x2 – 49m2 + 1 – 14m2x + 2m – 14m = 25
⇔ (1 + m2)x2 + (2m – 14m2)x + (–49m2 – 14m – 24) = 0
Matematika
101
Matematika
103
Bangun
Datar
MATERI
PRASYARAT
Sistem Koordinat
MASALAH
TRANSFORMASI
OTENTIK
Hasil Transformasi
Sifat-Sifat
Masalah-10.1
Coba kamu perhatikan dan amati bentuk dan ukuran setiap benda yang
bergerak (bergeser) atau berpindah tempat yang ada di sekitarmu. Sebagai
contoh, kendaraan yang bergerak di jalan raya, orang yang sedang berjalan
ataupun berlari, bola yang memantul ataupun menggelinding, dan lain-lain.
Menurutmu, apakah bentuk objek tersebut berubah? atau apakah ukuran
objek tersebut berubah oleh karena perpindahan tersebut? Tentu tidak,
bukan? Jika demikian, pada sistem koordinat Kartesius, apakah kurva
berubah bentuk dan ukuran bila digeser? Perhatikan pergeseran objek (titik,
bidang dan kurva) pada sistem koordinat kartesius berikut.
Gambar 10.1 Pergeseran titik, bidang dan kurva pada bidang koordinat Kartesius
Matematika
107
Sifat 10.1
Bangun yang digeser (ditranslasikan) tidak mengalami perubahan bentuk dan
ukuran.
Sifat 10.2
Bangun yang digeser (ditranslasikan) mengalami perubahan posisi.
Masalah-10.2
Empat orang anak dan seorang guru olahraga sedang berlatih mengover bola
voli di lapangan olahraga. Mereka membuat formasi sebagai berikut: Keempat
anak berdiri di empat penjuru (utara, selatan, timur, dan barat) sedangkan
guru mereka berdiri sebagai pusat penjuru. Tiap-tiap anak berjarak 4 meter
ke guru olah raga mereka. Aturan latihan sebagai berikut:
1. Guru mengirim bola ke anak yang di utara dan anak tersebut akan
mengirimnya kembali ke gurunya, kemudian
2. Guru langsung mengirim bola ke anak yang di timur dan anak tersebut
akan mengirim kembali ke gurunya,
3. Demikian seterusnya, bola selalu dikirim ke gurunya, dan guru mengirim
bola secara siklis dari utara ke timur, ke selatan, ke barat dan kembali ke
utara.
Permasalahan:
1. Dapatkah kamu gambarkan formasi cara berdiri keempat anak dan guru mereka
sesuai permasalahan di atas?
2. Seandainya mereka dianggap sebagai titik, dapatkah kamu kembali
menggambarkan formasi mereka dalam sistem koordinat Kartesius? Anggap guru
olah raga tersebut adalah titik pusat O(0, 0).
Alternatif Penyelesaian.
1. Gambar formasi cara berdiri keempat anak dan guru mereka pada latihan
mengirim bola boli sesuai permasalahan di atas adalah sebagai berikut:
Gambar 10.2: Formasi guru dan siswa dalam latihan bola voli
2. Formasi mereka dalam sistem koordinat Kartesius. Anggap guru olah raga
tersebut adalah titik pusat O(0, 0).
Gambar 10.3 Formasi 4 orang siswa dan 1 orang guru pada koordinat kartesius
Matematika
109
Siswa 2 4 4 0
... = + ... ...
B(4,0) 0 0 0
Siswa 3 4 0 4 0 0 0
... = + = + ...
C(0,-4) 0 −4 −4 −4 −4 0
Siswa 4 −4 −4 0
... ... ... = +
D(-4,0) 0 0 0
Coba kamu isi sel yang masih kosong pada tabel di atas. Secara umum dapat kita
lihat bahwa: jika titik A(x, y) ditranslasi oleh T(a, b), koordinat hasil translasinya
adalah A'(x + a, y + b). Perhatikan definisi berikut.
Definisi 10.1
Misalkan x, y, a, dan b adalah bilangan real,
Translasi titik A(x, y) dengan T(a, b) menggeser absis x sejauh a dan menggeser
ordinat y sejauh b, sehingga diperoleh titik A'(x + a, y + b), secara notasi ditulis:
a
x T b x + a
A → A'
y y + b
Mari kita pelajari beberapa soal berikut yang diselesaikan dengan definisi di atas.
Alternatif Penyelesaian-1
Permasalahan di atas dapat kita notasikan dengan:
−1 1 −5
10 T1 2 x ' T2 −12 x " T3 −6 x '''
A → A ' → A '' → A '''
−8 y ' y " y '''
Dengan demikian, proses translasi dapat dilakukan secara bertahap (3 tahap)
Tahap 1.
−1
10 T1 2 x'
A → A'
−8 y '
x ' −1 10 −1 + 10 9
y ' = 2 + −8 = 2 − 8 = −6
Jadi, koordinat bayangan pada tahap 1 adalah A'(9,–6).
Tahap 2.
1
x ' T2 −12 x"
A ' → A ''
y ' y "
x '' 1 9 1 + 9 10
y '' = −12 + −6 = −12 − 6 = −18
Jadi, koordinat bayangan pada tahap 2 adalah A''(10, –18).
Tahap 3.
−5
x " T3 −6 x '''
A '' → A '''
y" y '''
Matematika
111
Alternatif Penyelesaian
x1
x T y1 x'
A → A'
y y '
x ' x1 x x1 + x
y ' = y + y = y + y
1 1
Diperoleh x' = x1 + x atau x = x' – x1 serta y = y' − y1 atau y' = y1 − y sehingga
dengan mensubstitusi ke persamaan garis g diperoleh garis g’ dengan persamaan:
y = mx ⇒ y' – y1 = m(x – x1)
y − y1
Karena garis g’ melalui titik A(x2, y2) maka y2 – y1 = m(x2 – x1) sehingga m = 2
x2 − x1
2. Memahami dan Menemukan Konsep Refleksi (Pencerminan)
2.1 Menemukan Sifat-Sifat Refleksi
Pada saat kamu berdiri di depan cermin (cermin datar), kemudian kamu berjalan
mendekati cermin dan mundur menjauhi cermin, bagaimana dengan gerakan
bayanganmu? Tentu saja bayanganmu mengikuti gerakanmu bukan? Bagaimana
dengan jarak dirimu dan bayanganmu dengan cermin? Jarak dirimu dengan cermin
sama dengan jarak bayanganmu dengan cermin. Mari kita lihat dan amati bentuk,
ukuran dan posisi suatu objek bila dicerminkan pada sistem koordinat. Perhatikan
gambar berikut.
Matematika
113
Pada sistem koordinat kartesius di atas, objek (titik, bidang, kurva lingkaran)
mempunyai bayangan dengan bentuk dan ukuran yang sama tetapi letak berubah bila
dicerminkan (dengan garis). Perhatikan sifat- sifat pencerminan berikut.
Sifat 10.3
Bangun (objek) yang dicerminkan (refleksi) tidak mengalami perubahan bentuk
dan ukuran.
Sifat 10.4
Jarak bangun (objek) dari cermin (cermin datar) adalah sama dengan jarak
bayangan dengan cermin tersebut.
Kerja kelompok.
Perhatikan gambar berikut. Jika garis 1 dan garis 2 adalah cermin maka berdasarkan
sifat pencerminan, gambarkanlah bayangan kurva 1 dan kurva 2!
kurva
Garis 2
Matematika
115
Koordinat
Koordinat objek
bayangan
A (3, 3) B (-3, -3)
C (-3, 3) D (3, -3)
E (-3, 3) F (-1, -4)
G (-2, 5) H (2, -5)
I (-6, 1) J (6, -1)
Definisi 10.2
Pencerminan terhadap titik asal (0,0)
Jika titik P(a, b) dicerminkan terhadap/ke titik asal (0, 0) maka bayangannya
adalah P’(-a, -b).
a C −a
Dituliskan, A
O ( 0 ,0 )
→ A'
b −b
− a −1 0 a
dengan =
b 0 −1 b
Secara umum, pencerminan titik A(a, b) terhadap sumbu x (garis dengan persamaan
y = 0) akan menghasilkan koordinat bayangan A'(a', b').
Perhatikan gambar berikut.
Matematika
117
Jika kamu amati gambar di atas, dengan menentukan koordinat bayangan dari
setiap objek yang dicerminkan terhadap sumbu x maka nilai absis tetap tetapi nilai
ordinat berubah yaitu: jika koordinat objek adalah A(a, b) maka koordinat bayangan
adalah A’(a, ˗b). Ingat konsep matriks bahwa koordinat A(a, -b) dapat dituliskan
dengan .
a 1 0 a
− b = 0 −1 b
Perubahan koordinat bayangan tersebut dapat diformulasikan pada konsep sebagai
berikut:
Kerja Kelompok
Perhatikan gambar di atas! Berikan komentar anda, mengapa koordinat bayangan
A'(a, 2h – b) jika objek A(a, b) dicerminkan ter-hadap garis y = k. Untuk menjawabnya,
kamu harus menggunakan sifat pencerminan, yaitu AC sama dengan A’C.
Menemukan konsep pencerminan terhadap sumbu y (atau x = 0)
Perhatikan pencerminan titik terhadap sumbu y atau garis x = 0 berikut.
Matematika
119
Misalkan titik A(a, b) dicerminkan terhadap sumbu y atau garis dengan persamaan
x = 0 akan menghasilkan koordinat bayangan A'(a', b').
− a −1 0 a
dengan =
b 0 `1 b
Tugas Kelompok
Coba kamu temukan konsep pencerminan dengan garis x = k
Menemukan konsep pencerminan terhadap garis y = k
Masalah-10.3
Kamu pernah berbelanja sepatu di sebuah toko, bukan? Jika kita memilih
sepatu dan mencobanya, maka toko tersebut menyediakan sebuah cermin yang
membuat kita bisa melihat sepatu yang sedang kita pakai, bukan. Cermin tersebut
adalah cermin datar namun diletakkan miring terhadap objek yang dicerminkan.
Seandainya, permasalahan ini, kita bawakan ke pendekatan koordinat dengan
memisalkan kembali bahwa objek yang dicerminkan adalah sebuah titik pada
koordinat kartesius dengan cermin tersebut adalah sebuah garis, maka dapatkah
kamu temukan hubungan koordinat objek dengan koordinat bayangannya?
Ingat, kamu harus memegang sifat pencerminan bahwa jarak objek ke cermin
sama dengan jarak bayangan ke cermin. Mari kita kaji konsep pencerminan
pada garis y = x dan y = –x.
Coba kamu amati pencerminan titik A(1, 2), B(2, -3), C(-2, 3), D(-4, -2), dan E(1, -4)
terhadap garis y = x berikut.
Koordinat
Koordinat objek
bayangan
A (1, 2) A (2, 1)
B (2, -3) B (-3, 2)
C (-2, 3) C (3, -2)
D (-4, -2) D (-2, -4)
E (1, -4) E (-4, 1)
Secara umum, jika titik A(a, b) dicerminkan dengan garis maka koordinat
bayangannya adalah A’(b, a).
Perhatikan gambar berikut.
Matematika
121
Tugas Kelompok
−1 0 0 1
1. Titik O(0,0) 0 −1 4. Garis y = x 1 0
1 0 0 −1
2. Sumbu x 0 −1 5. Garis y = –x −1 0
−1 0
3. Sumbu y 0 1
Alternatif Penyelesaian.
Permasalahan di atas dapat kita notasikan dengan:
1 0
1 Csumbu x 0 −1 x'
A → A'
−2 y '
x' 1 0 1 1
y ' = 0 −1 −2 = 2
Jadi bayangan titik A(1, -2) setelah dicerminkan terhadap sumbu x adalah A’(1, 2).
1 0
−3 Csumbu x 0 −1 x'
B → B '
5 y '
x ' 1 0 −3 −3
y ' = 0 −1 5 = −5
Jadi bayangan titik A(-3, 5) setelah dicerminkan terhadap sumbu x adalah A’(-3, -5).
Contoh 10.4
Sebuah titik P(10, 5) dicerminkan terhadap sumbu y kemudian dilanjutkan
dicerminkan terhadap garis y = x. Tentukan bayangan titik tersebut.
Alternatif Penyelesaian-1
−1 0 0 1
10 Csumbu y 0 1 x ' C y = x 1 0 x ''
P → P ' → P ''
−5 y ' y ''
Matematika
123
Jadi, bayangan titik P(10, -5) setelah dicerminkan terhadap sumbu y adalah P’(-10,
-5). Bayangan ini akan dilanjutkan dicerminkan terhadap garis y = x pada tahap 2,
sebagai berikut:
Tahap 2.
0 1
x ' C y = x 1 0 x ''
P ' → P ''
y ' y ''
x '' 0 1 −10 −5
y '' = 1 0 −5 = −10
Jadi, bayangan titik P'(-10, -5) setelah dicerminkan terhadap sumbu y = x adalah
P"(-5, -10).
Dengan demikian, bayangan titik P(10, -5) setelah dicerminkan terhadap sumbu y,
dilanjutkan terhadap garis y = x adalah P"(-5, -10).
Alternatif Penyelesaian-2
Permasalahan di atas, dapat juga diselesaikan secara langsung sebagai berikut:
−1 0 0 1
10 Csumbu y 0 1 x ' C y = x 1 0 x ''
P → P ' → P ''
−5 y ' y ''
x '' 0 1 −1 0 10 0 1 10 −5
y '' = 1 0 0 1 −5 = −1 0 −5 = −10
Dengan demikian, bayangan titik P(10, -5) setelah dicerminkan terhadap sumbu y,
dilanjutkan terhadap garis y = x adalah P’’(-5, -10).
Alternatif Penyelesaian-1
Misalkan titik P(x, y) dilalui oleh lingkaran tersebut atau terletak pada kurva lingkaran
sehingga permasalahan di atas dapat dinotasikan sebagai berikut:
0 −1
x C y =− x −1 0 x'
P → P '
y y '
x ' 0 −1 x − y
y ' = −1 0 y = − x
Diperoleh x' = –y atau y = –x' serta y' = –x atau x = –y' sehingga dengan mensubstitusikan
ke persamaan lingkaran maka diperoleh bayangan lingkaran dengan persamaan:
( − y ) 2 + ( − x ) 2 − 2( − y ) + 2( − x ) − 3 = 0 ⇔ y 2 + x 2 + 2 y − 2 x − 3 = 0 .
Dengan demikian, bayangan lingkaran: x2 + y2 – 2x + 2y – 3 = 0 setelah dicerminkan
terhadap garis y = –x adalah y2 + x2 + 2y – 2x – 3 = 0.
Matematika
125
Pencerminan terhadap
No. Pers. Kurva Titik Sumbu Sumbu
y=x y = -x
O(0, 0) x y
1 Lingkaran
x + y2 = r2, r > 0
2
Gambar 10.14 Rotasi titik, bidang dan kurva pada sistem koordinat Kartesius
Coba kamu amati perputaran objek (titik, bidang dan kurva) pada sistem koordinat
di atas. Titik, bidang dan kurva bila diputar tidak berubah bentuk dan ukuran tetapi
mengalami perubahan posisi atau letak. Jadi, bentuk dan ukuran objek tidak berubah
karena rotasi tersebut tetapi posisinya berubah. Perhatikan sifat-sifat rotasi berikut.
Matematika
127
Sifat 10.6
Bangun yang diputar (rotasi) mengalami perubahan posisi.
Tugas kelompok.
Putarlah kurva berikut sebesar 2700 searah putaran jarum jam dengan pusat O (0,0).
Tunjukkanlah bahwa rotasi kurva tersebut memenuhi sifat-sifat rotasi.
Gambar 10.15 Kurva yang akan dirotasikan sebesar 270o dengan pusat O(0,0)
Percobaan 2.
Tusuklah dengan paku payung di salah satu titik sudut bidang ABCD menembus
bidang di bawahnya. Putarlah bidang ABCD sesuai keinginanmu.
Percobaan 3.
Rekatlah salah satu ujung sebuah lidi pada bidang ABCD, kemudian peganglah lidi di
ujung yang lain. Putarlah lidi tersebut sesuai keinginanmu.
Dari percobaan 1, 2, dan 3, kesimpulan apa yang dapat kamu berikan. Mari
kaji lebih lanjut percobaan ini. Misalkan percobaan 1, 2, dan 3 ditunjukkan dengan
gambar dibawah ini.
Perhatikan beberapa gambar berikut.
a b c
Gambar 10.16 Sebidang kertas dirotasi dengan pusat rotasi yang berbeda
Berdasarkan gambar di atas, letak sebuah titik atau bidang setelah rotasi dipengaruhi
oleh titik pusat rotasinya. Dengan demikian, mari kita temukan konsep rotasi sebuah
titik dengan menampilkan percobaan tersebut ke dalam koordinat kartesius. Kamu
diharapkan aktif dalam mengamati rotasi titik di pokok bahasan ini.
Rotasi pada Pusat O(0, 0)
Mari kita amati beberapa contoh rotasi titik dengan pusat O(0, 0) sebagai berikut.
Matematika
129
Gambar 10.17 Rotasi 900 beberapa titik pada bidang koordinat Kartesius
dengan pusat O(0,0)
− 1 0 − 1 4
=
B(4, 1) B’(-1, 4) 4 1 0 1
− 2 0 − 1 5
C(5, 2) C’(-2, 5) =
5 1 0 2
Contoh 10.7
Bidang ABCD dengan A(0, 0), B(4, 0), C(4, 3) dan D(0, 3) dirotasikan sebesar 900
dengan pusat A(0, 0). Tunjukkan dan tentukan koordinat objek setelah dirotasikan.
Alternatif Penyelesaian
Perhatikan gambar berikut.
Hasil rotasi setiap titik A, B, C, dan D menghasilkan bayangan titik A', B', C', dan
D' yang dapat kita ketahui koordinatnya seperti pada tabel berikut.
Matematika
131
Secara umum, kamu pasti sudah dapat melihat pola atau hubungan antara koordinat
objek dengan koordinat bayangan, bukan? Jika sebuah titik A(a, b) dirotasikan dengan
sudut 900 searah jarum jam dan pusat rotasi O(0, 0) maka koordinat bayangan adalah
− b 0 − 1 a
A'(-b, a). Ingat koordinat A’(-b, a) dapat dituliskan dengan = .
a 1 0 b
Contoh 10.8
Rotasi titik sebesar 1800 dengan pusat O(0, 0)
Gambar 10.19 Rotasi 1800 titik pada koordinat kartesius dengan pusat O(0, 0)
− 3 − 1 0 3
B(3, 1) B’(-3, -1) =
− 1 0 − 1 1
− 4 − 1 0 4
C(4, 2) C’(-4, -2) =
− 2 0 − 1 2
Dengan demikian, rotasi 1800 dengan pusat O(0,0) diwakili dengan matriks
−1 0
R[180o , O ( 0, 0 )] =
0 −1
Tugas Kelompok
Tunjukkan matriks yang mewakili rotasi titik sebesar -900 dengan pusat O(0, 0)
Dengan demikian, matriks rotasi dapat disajikan pada tabel berikut:
0 −1 0 1
1. 270o −1 0 4. –90o −1 0
−1 0 −1 0
2. 180o 0 −1 5. –180o 0 −1
0 −1 0 −1
3. 90o 1 0 6. –270o 1 0
Matematika
133
Contoh 10.9
Rotasi titik sebesar 900 dengan pusat P(a, b)
Tunjukkanlah rotasi titik A(-5, 4) sebesar 900 dengan pusat P(1, 2) pada sistem
koordinat.
Gambar 10.20 Rotasi 900 titik A(-5,4) pada sistem koordinat Kartesius
dengan pusat P(1, 2)
Perhatikan gambar!
Tabel 10.9 Koordinat titik dan bayangan titik oleh rotasi sejauh -900
dan pusat P(7, 3)
Rotasi sejauh -900 dengan Pusat Rotasi P(7, 3)
Rotasi -900 Translasi P(7, 3) =
Titik Objek Tranlasi T(-7, -3)
Pusat O(0, 0) Titik Bayangan
A(0, 0) A1 (-7, -3) A2 (-3, 7) (-3,7) + (7,3) = A’(4, 10)
B(4, 0) B1 (-3, -3) B2 (-3, 3) (-3, 3) + (7,3) = B’(4,6)
C(4, 3) C1 (-3, 0) C2 (0, 3) (0, 3) + (7,3) = C’(7, 6)
D(0, 3) D1(-7, 0) D2 (0, 7) (0, 7) + (7, 3) = D’(7,10)
a ' a − p p
Dituliskan, b ' = M R b − q + q
Matematika
135
Alternatif Penyelesaian.
Dengan menggunakan konsep yang telah ditemukan. Misalkan titik A(x, y) adalah
sembarang titik yang dilalaui oleh garis tersebut, sehingga:
R
A( x, y ) → A' ( x' , y ' )
0
[ P (1, −1 ), 180 ]
x − 1 x − 1
+ =
y 1 y + 1
x' − x + 2
Jadi,
= atau x = -x'+2 dan y = -y'-2 sehingga persamaan garis setelah
y '
− y − 2
dirotasikan adalah:
2(− x + 2) − 3(− y − 2) − 4 = 0
− 2x + 4 + 3 y + 6 − 4 = 0
− 2x + 3 y + 6 = 0
Gambar 10.22 Dilatasi titik, bidang dan kurva pada koordinat kartesius.
Berdasarkan gambar di atas, bentuk suatu objek bila dilatasi tidak akan berubah,
bukan? Tetapi bagaimana dengan ukurannya? Ukuran objek yang didilatasi akan
berubah. Perhatikan sifat-sifat dilatasi berikut.
Perhatikan sifat-sifat dilatasi berikut.
Sifat 10.7
Bangun yang diperbesar atau diperkecil (dilatasi) dengan skala k dapat mengubah
ukuran atau tetap ukurannya tetapi tidak mengubah bentuk. Jika k > 1 maka
bangun akan diperbesar dan terletak searah terhadap pusat dilatasi dengan
bangun semula.
Sifat 10.8
Bangun yang diperbesar atau diperkecil (dilatasi) dengan skala k dapat mengubah
ukuran tetapi tidak mengubah bentuk. Jika k = 1 maka bangun tidak mengalami
perubahan ukuran dan letak.
Matematika
137
Sifat 10.10
Bangun yang diperbesar atau diperkecil (dilatasi) dengan skala k dapat mengubah
ukuran atau tetap ukurannya tetapi tidak mengubah bentuk. Jika –1 < k < 0 maka
bangun akan diperkecil dan terletak berlawanan arah terhadap pusat dilatasi
dengan bangun semula.
Sifat 10.11
Bangun yang diperbesar atau diperkecil (dilatasi) dengan skala k dapat mengubah
ukuran atau tetap ukurannya tetapi tidak mengubah bentuk. Jika k < – 1 maka
bangun akan diperbesar dan terletak berlawanan arah terhadap pusat dilatasi
dengan bangun semula.
Masalah-10.4
Pernahkah kamu melihat gelombang di permukaan air yang tenang. Coba kamu
isi air pada ember dengan permukaan berbentuk lingkaran kemudian biarkan
sejenak agar permukaan air tidak beriak atau tenang. Kemudian, coba kamu
jatuhkan setetes air ke permukaan air yang tenang tersebut. Pengamatan apa
yang kamu peroleh?
Tentu kamu melihat ada gelombang di permukaan air. Misalkan gelombang
air tersebut kita ilustrasikan sebagai berikut.
Mari kita angkat kembali permasalahan dilatasi bangun tersebut. Amatilah perkalian
bangun pada koordinat kartesius berikut.
Contoh 10.12
Sketsalah dilatasi titik berikut:
Titik A(1, 3) dengan skala 2 dan pusat O(0, 0)
Titik B(3, 2) dengan skala 3 dan pusat O(0, 0)
Alternatif Penyelesaian
Langkah 1 : Letakkanlah titik A atau titik B pada bidang koordinat
Kartesius
Langkah 2 : Tariklah sebuah garis lurus yang menghubungkan titik A atau titik B
ke titik pusat dilatasi.
Langkah 3 : Tentukanlah titik A' atau B' yang jaraknya 2 kali dari titik A atau
titik B dengan pusat dilatasi.
Langkah 4 : Titik tersebut adalah dilatasi titik A dengan faktor skala 2 dan pusat
dilatasi.
Matematika
139
Dengan demikian bayangan titik A atau B oleh didilatasi dengan faktor skala 2 dengan
pusat O(0, 0) adalah A'(2, 6) atau B’(6, 4).
Contoh 10.13
Sketsalah dilatasi titik A(2, 5) dengan pusat P(-1, 2) dan skala 2
Perhatikan sketsa dilatasi titik di atas.
Agar proses dilatasi titik dengan pusat P(p, q) dan skala k dapat dengan mudah
diproses maka perlu dialihkan ke dilatasi dengan pusat O(0, 0), yaitu dengan
Langkah 1. Translasikan pusat P(p, q) dan objek A(a, b) dengan translasi T(-p, -q).
a ' a − p
Diperoleh: =
b' b − q
Langkah 2. Dilatasikan A'(a – p, b – q) dengan skala k dan pusat O(0, 0)
a' ' a − p
Diperoleh: = k
b' ' b−q
Langkah 3. Translasikan A" dengan P(p, q)
a' ' ' a − p p
Diperoleh: = k +
b' ' ' b−q q
Contoh 10.14
Sebuah segitiga ABC, dengan A(1, 2), B(2, 1) dan C(4, 1) didilatasi dengan faktor
skala k = 2, k = -1, dan k = -3 serta pusat O(0, 0) sehingga diperoleh berturut-turut
segitiga A'B'C', A"B"C", dan A"'B"'C"'
Alternatif Penyelesaian
Gambar 10.26 Dilatasi bidang pada pusat O(0, 0) dan faktor berbeda
Matematika
141
1 2 4
Titik Obyek A B C
2 1 1 Faktor
0 0 0 skala
Pusat O O O
0 0 0
Contoh 10.15
Sebuah segitiga ABC, dengan A(1, 2), B(2, 1) dan C(4, 1) didilatasi dengan faktor
skala k = a, k = b, dan k = c serta pusat C(4, 1) sehingga diperoleh berturut-turut
segitiga A'B'C', A"B"C", dan A"'B"'C"'
Gambar 10.27 Dilatasi sebuah bidang dengan pusat pada salah satu titik pojoknya
Titik 1 2 4
A B C
Obyek 2 1 1 Faktor
skala
4 4 4
Pusat C C C
1 1 1
Titik 2 1 4 2 8 4
Bayangan A', = 2 B', = 2 C ' = 2 k=2
4
2 2
1 2
1
1
Titik −1 1 − 2 2 − 4 4
Bayangan A' ' = −1 B' ' = −1 C ' ' = −1 k = -1
2 − 2 2 −1 1 −1 1
Titik − 3 1 − 6 2 − 12 4
Bayangan A' ' ' = −3 B' ' ' = −3 C ' ' ' = −3 k = -3
3 − 6 2 − 3 1 −3 1
a′ a
= k
b′ b
2. Dilatasi dengan pusat P(p, q) dan faktor skala k
D
A(a, b) → A' (a′, b′)
[ P ( p , q ), k ]
′
a a − p p
= k +
b′ b−q q
Contoh 10.16
Sebuah garis g: 2 x − 3 y − 6 = 0 didilatasikan dengan faktor k = 3 dan pusat dilatasi
pada titik P (1,−2) . Tentukanlah bayangannya.
Matematika
143
D[ P (1, −2 ), 3]
A( x, y ) → A' ( x' , y ' )
x' x − 1 1 3x − 2
= 3 + =
y' y + 2 − 2 3 y + 4
x'+2 y '−4
sehingga x' = 3 x − 2 atau x = dan y ' = 3 y + 4 atau y =
3 3
x+2 y−4
sehingga bayangan garis 2 x − 3 y − 6 = 0 adalah 2( ) − 3( ) − 6 = 0 atau
3 3
2x − 3y − 2 = 0 .
Matematika
145
D. PENUTUP
Berdasarkan sajian materi terkait berbagai konsep transoformasi di atas, beberapa
hal penting dapat kita rangkum sebagai berikut.
1. Translasi atau pergeseran adalah suatu transformasi yang memindahkan setiap
titik pada sebuah bidang berdasarkan jarak dan arah tertentu. Misalkan x, y, a, dan
b adalah bilangan real, translasi titik A (x, y) dengan T (a, b) adalah menggeser
absis x sejauh a dan menggeser ordinat y sejauh b, sedemikian hingga diperoleh
a
x T b x + a
A′(x + a, y + b), secara notasi dilambangkan dengan: A → A'
y y + b
2. Refleksi atau pencerminan adalah satu jenis transformasi yang memindahkan
setiap titik pada suatu bidang dengan mengggunakan sifat bayangan cermin dari
titik-titik yang dipindahkan.
a C − a
a. Pencerminan titik A(a, b) terhadap titik asal (0, 0) A → A'
O (0,0)
b − b
dengan − a = − 1 0 a
b 0 − 1 b
b. Pencerminan titik A (a, b) terhadap sumbu x = h didefinisikan dengan:
C
A (a, b) → A' (2h − a, b) , sedangkan pencerminan titik A (a, b)
x= h
Matematika
147
Setelah mengikuti pembelajaran turunan siswa Melalui pembelajaran materi turunan, siswa
mampu: memperoleh pengalaman belajar:
1. Mampu mentransformasi diri dalam berperilaku • Terlatih berpikir kritis, kreatif dalam
jujur, tangguh menghadapi masalah, kritis menganalisis permasalahan.
dan disiplin dalam melakukan tugas belajar • Bekerjasama dalam tim dalam menemukan
matematika. solusi permaslahan melalui pengamatan,
2. Mendeskripsikan konsep turunan dengan diskusi, dan menghargai pendapat dalam
menggunakan konteks matematik atau konteks saling memberikan argumen.
lain dan menerapkannya. • Terlatih melakukan penelitian dasar terhadap
3. Menurunkan aturan dan sifat turunan fungsi penemuan konsep.
aljabar dari aturan dan sifat limit fungsi. • Mengkomunikasikan karakteristik masalah
4. M e n d e s k r i p s i k a n k o n s e p t u r u n a n d a n otentik yang pemecahannya terkait turunan.
menggunakannya untuk menganalisis grafik • Merancang model matematika dari sebuah
fungsi dan menguji sifat-sifat yang dimiliki untuk permasalahan otentik yang berkaitan dengan
mengetahui fungsi naik dan fungsi turun. turunan.
5. Menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi
untuk menentukan gradien garis singgung
kurva, garis tangen, dan garis normal.
6. Mendeskripsikan konsep dan sifat turunan
fungsi terkait dan menerapkannya untuk
menentukan titik stasioner (titik maksimum, titik
minimum dan titik belok).
Setelah mengikuti pembelajaran turunan siswa Melalui pembelajaran materi turunan, siswa
mampu: memperoleh pengalaman belajar:
7. Menganalisis bentuk model matematika berupa • Menyelesaikan model matematika
persamaan fungsi, serta menerapkan konsep untukmenganalisis dan mendapatkan solusi
dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan.
masalah maksimum dan minimum. • Menuliskan dengan kata-katanya sendiri
8. Memilih strategi yang efektif dan menyajikan konsep turunan berdasarkan ciri-ciri yang
model matematika dalam memecahkan masalah dituliskan sebelumnya.
nyata tentang turunan fungsi aljabar. • Membuktikan sifat-sifat dan aturan matematika
9. Memilih strategi yang efektif dan menyajikan yang berkaitan dengan turunan berdasarkan
model matematika dalam memecahkan masalah konsep yang sudah dimiliki.
nyata tentang fungsi naik dan fungsi turun. • Menerapkan berbagai sifat turunan dalam
10 Merancang dan mengajukan masalah nyata pemecahan masalah.
serta menggunakan konsep dan sifat turunan
fungsi terkait dalam titik stasioner (titik
maksimum, titik minimum dan titik belok).
11.Menyajikan data dari situasi nyata, memilih
variabel dan mengkomunikasikannya dalam
bentuk model matematika berupa persamaan
fungsi, serta menerapkan konsep dan sifat
turunan fungsi dalam memecahkan masalah
maksimum dan minimum.
Fungsi
MATERI
PRASYARAT
Limit Fungsi
MASALAH
Turunan Fungsi
OTENTIK
f "(x) = 0
Titik Balik Titik Balik
Titik Belok
Maksimum Minimum
Grafik Fungsi
Matematika
151
Masalah-11.1
Seorang pemain ski meluncur kencang di permukaan es yang bergelombang.
Dia meluncur turun kemudian naik mengikuti lekukan permukaan es sehingga di
suatu saat, dia melayang ke udara dan turun kembali ke permukaan. Perhatikan
gambar di bawah ini.
Permasalahan
Secara analitik, misalkan bahwa bukit es disketsa pada bidang (dimensi dua) dengan
sudut pandang tegak lurus ke depan sehingga terdapat garis dan papan ski adalah
sebuah garis lurus. Dapatkah kamu tunjukkan hubungan kedua garis tersebut?
Posisi tegak pemain terhadap papan ski adalah sebuah garis yang disebut garis
normal. Papan ski yang menyinggung permukaan bukit es di saat melayang ke
udara adalah sebuah garis yang menyinggung kurva disebut garis singgung. Jadi,
garis singgung tegak lurus dengan garis normal. Tujuan kita adalah mendapatkan
persamaan garis singgung (PGS).
Misalkan pemain ski mulai bergerak dari titik Q(x2, y2) dan melayang ke udara
pada saat titik P(x1, y1) sehingga ia akan bergerak dari titik Q mendekati titik P.
Garis yang menghubungkan kedua titik disebut garis tali busur atau garis sekan.
Sepanjang pergerakan tersebut, terdapat banyak garis sekan yang dapat dibentuk dari
y − y1
titik Q menuju titik P dengan gradien awal msec = 2 .
x2 − x1
Coba kamu amati proses matematis berikut. Misalkan x2 = x1 + ∆x dan
y2 = y1 + ∆y sehingga: jika ∆x makin kecil maka Q akan bergerak mendekati P atau
jika ∆x → 0 maka Q → P.
Matematika
153
f ( x1 + ∆x) − f ( x1 ) f ( x1 + ∆x) − f ( x1 )
mPQ = ⇔ mPQ =
( x1 + ∆x) − x1 ∆x
Definisi 11.1
Misalkan f : R → R adalah fungsi kontinu dan titik P(x1, y1) dan Q(x1 + ∆x,
y1 + ∆y) pada kurva f. Garis sekan menghubungkan titik P dan Q dengan gradien
f ( x1 + ∆x) − f ( x1 )
msec =
∆x
Contoh 11.1
Tentukanlah persamaan garis singgung di titik dengan absis x = –1 pada kurva f(x) = x4.
Alternatif Penyelesaian.
Misalkan x1 = –1 dan y1 = (–1)4 = 1 sehingga titik singgung P(-1,1). Jadi, gradien garis
f ( x1 + ∆x) − f ( x1 )
singgung adalah: mPGS = lim
∆x → 0 ∆x
f (−1 + ∆x) − f (−1)
mPGS = lim
∆x → 0 ∆x
(−1 + ∆x) 4 − (−1) 4
⇔ mPGS = lim
∆x → 0 ∆x
[(−1 + ∆x) 2 + (−1) 2 ][(−1 + ∆x) 2 − (−1) 2 ]
⇔ mPGS = lim
∆x → 0 ∆x
[(−1 + ∆x) 2 + (−1) 2 ][(−1 + ∆x) + (−1)][(−1 + ∆x) − (−1)]
⇔ mPGS = lim
∆x → 0 ∆x
2
[(−1 + ∆x) + 1][−2 + ∆x]∆x
⇔ mPGS = lim
∆x → 0 ∆x
2
⇔ mPGS = lim[(−1 + ∆x) + 1][−2 + ∆x] = −4
∆x → 0
Matematika
155
Jika f kontinu maka titik P dapat berada di sepanjang kurva sehingga turunan suatu
fungsi pada setiap x dalam daerah asal adalah:
f ( x + ∆x) − f ( x)
f '( x) = lim ( jika limitnya ada ) .
∆x → 0 ∆x
Perlu diinformasikan, penulisan simbol turunan dapat berbeda-beda. Beberapa simbol
turunan yang sering dituliskan adalah:
Notasi Newton
• f ’(x) atau y’ turunan pertama fungsi
Definisi 11.3
Misalkan fungsi f : S → R, S ⊆ R dengan (c – ∆x, c + ∆x). Fungsi f dapat diturunkan
f (c + ∆x) − f (c)
di titik c jika dan hanya jika lim ada.
∆x → 0 ∆x
Definisi 11.4
Misalkan f : S → R dengan S ⊆ R. Fungsi f dapat diturunkan pada S jika dan
hanya jika fungsi f dapat diturunkan di setiap titik c di S.
Masalah-11.2
Seekor burung camar terbang melayang di udara dan melihat seekor ikan
di permukaan laut. Burung tersebut terbang menukik dan menyambar ikan
kemudian langsung terbang ke udara. Lintasan burung mengikuti pola fungsi
f(x) = |x|. Dapatkah kamu sketsa grafik tersebut. Coba amati dan teliti dengan
cermat turunan fungsi tersebut pada titik O(0,0).
Alternatif Penyelesaian
Ingat kembali pelajaran nilai mutlak pada bab 2 kelas X
Misalkan posisi ikan di permukaan laut adalah titik O(0,0) sehingga sketsa
permasalahan di atas adalah sebagai berikut (ingat cara meng-gambar kurva
f(x) = |x| di kelas X):
Matematika
157
f ( x + ∆x) − f ( x)
Berdasarkan konsep turunan di atas maka f '( x) = ∆lim bila limitnya
x →0 ∆x
ada.
i. Jika x ≥ 0 maka f(x) = x sehingga:
f ( x + ∆x) − f ( x) ( x + ∆x) − x
f '( x) = lim = lim = 1 (limit kanan ada).
∆x → 0 ∆x ∆x → 0 ∆x
ii. Jika x < 0 maka f(x) = –x sehingga:
f ( x + ∆x) − f ( x) −( x + ∆x) − (− x)
f '( x) = lim = lim = −1 (limit kiri ada).
∆x → 0 ∆x ∆x → 0 ∆x
Coba kamu amati proses tersebut, jika ∆x menuju 0 didekati dari kanan dan ∆x menuju
f ( x + ∆x) − f ( x)
0 didekati dari kiri, maka f '( x) = lim tidak sama, bukan? Hal ini
∆x → 0 ∆x
mengakibatkan turunan fungsi f(x) = |x| di titik x = 0 tidak ada atau fungsi tidak dapat
diturunkan di x = 0.
Berdasarkan pembahasan Masalah 11-2 di atas, suatu fungsi akan dapat diturunkan
pada suatu titik jika memenuhi sifat berikut.
Sifat 11.1
Misalkan fungsi f : S→R, S ⊆ R dengan x ⊆ S dan L ⊆ R. Fungsi f dapat diturunkan
di titik x jika dan hanya jika turunan kiri sama dengan turunan kanan, ditulis:
f ( x + ∆x) − f ( x) f ( x + ∆x) − f ( x)
f '( x) = L ⇔ lim+ = lim− =L
∆x → 0 ∆x ∆x → 0 ∆x
Keterangan:
f ( x + ∆x) − f ( x)
1. lim+ adalah turunan fungsi f di titik x yang didekati dari kanan
∆x → 0 ∆x
pada domain S.
f ( x + ∆x) − f ( x)
2. lim− adalah turunan fungsi f di titik x yang didekati dari kiri
∆x → 0 ∆x
pada domain S.
Contoh 11.2
Tentukan turunan fungsi y = 2 x
Matematika
159
Masalah-11.3
Pada subbab di atas, telah dijelaskan bahwa turunan merupakan limit suatu
f ( x + ∆x) − f ( x)
fungsi, yaitu: f '( x) = ∆lim .
x →0 ∆x
Coba kamu amati dan pelajari beberapa contoh penurunan beberapa fungsi
berikut dengan konsep limit fungsi:
Contoh 11.3
f ( x + ∆x) − f ( x)
Jika f(x) = x2 maka f '(x) = lim
∆x → 0 ∆x
( x + ∆x) 2 − x 2
= lim
∆x → 0 ∆x
= lim 2 x + ∆x
∆x → 0
= 2x
Jika f(x) = x4
= lim
∆x → 0 ∆x
= lim
(4x 3
+ 6 x ∆x + 4 x ( ∆x ) + ( ∆x ) ∆x
2 2 3
)
∆x → 0 ∆x
3
= 4x
Contoh 11.5
f ( x + ∆x) − f ( x)
Jika f(x) = x100 maka f '(x) = lim
∆x → 0 ∆x
( x + ∆x)100 − x100
= lim
∆x → 0 ∆x
?
= lim
∆x → 0 ∆x
= ...?
(dengan menjabarkan; proses semakin sulit, bukan?)
Matematika
161
= ... ?
(dengan menjabarkan; proses juga semakin sulit, bukan?)
Dari keempat contoh di atas, kesimpulan apa yang kamu peroleh? Jelas, kita
kesulitan dan harus mempunyai banyak strategi aljabar untuk melanjutkan proses
pada Contoh 11.5 dan 11.6. Bentuk suatu fungsi beragam sehingga penurunannya
dengan menggunakan limit fungsi akan ada yang sederhana diturunkan dan ada yang
sangat sulit diturunkan. Kita harus mempermudah proses penurunan suatu fungsi
dengan menemukan aturan-aturan penurunan.
f ( x + ∆x) − f ( x)
f '( x) = lim
∆x → 0 ∆x
a ( x + ∆x) n − ax n
= lim ( Gunakan Biinomial Newton )
∆x → 0 ∆x
ax n + anx n −1∆x + aC2n x n − 2 ∆x 2 + ... + a∆x n − ax n
= lim
∆x → 0 ∆x
∆x(anx + aC2 x ∆x + ... + a∆x n −1 )
n −1 n n−2
= lim
∆x → 0 ∆x
n −1
= anx
• Coba kamu buktikan sendiri jika f (x) = au(x) dan u'(x) ada, maka f '(x) = au'(x)
Dengan cara yang sama, buktikan sendiri bahwa turunan fungsi f(x) = u(x) – v(x)
adalah f '(x) = u'(x) – v'(x)
Contoh 11.7
Tentukan turunan fungsi-fungsi berikut!
a. f(x) = 5x4 – 4x3 + 3x2 – 2x + 1
Alternatif Penyelesaian
f '(x) = 5.4x4–1 – 4.3x3–1 + 3.2x2–1 – 2.1x1–1 + 1.0x0–1
f '(x) = 20x3 – 12x2 + 6x – 2
1 14 2 13
b. f ( x ) = x − x
3 5
Alternatif Penyelesaian
1 1 14 −1 2 1 13 −1
f '( x) = . x − . x
3 4 5 3
1 −
3
2 −2
f '( x) = x 4 − x 3
12 15
Matematika
163
P u ( x + ∆x) − u ( x)
Karena lim = lim = u '( x)
∆x
∆x → 0 ∆x → 0 ∆x (lihat Definisi 11.3)
lim P = lim u ( x + ∆x) − u ( x) = 0
∆x → 0 ∆x → 0
Dengan menggunakan aturan turunan tersebut, gradien garis singgung suatu kurva
akan lebih mudah ditentukan, bukan? Perhatikan contoh berikut!
Contoh 11.11
x2
Tentukan persamaan garis singgung kurva f ( x) = di titik P(2, 4).
x −1
Alternatif Penyelesaian.
x2
Titik P(2, 4) berada pada kurva f ( x) = sebab jika kita subtitusikan nilai
x −1
22
x = 2 maka f (2) = =4.
2 −1
x2
Pertama, kita tentukan turunan pertama dari fungsi f ( x) = dengan memisalkan
x −1
1 1
1 −
u(x) = x2 sehingga u'(x) = 2x dan v( x) = x − 1 = ( x − 1) 2 sehingga v '( x) = ( x − 1) 2
2
u '( x)v( x) − u ( x)v '( x)
. Dengan demikian, turunan pertama fungsi adalah f '( x) = atau
1 (v( x)) 2
x2 −
2 x x − 1 − ( x − 1) 2
f '( x) = 2 .
x −1
4−2
Gradien garis singgung kurva di titik P(2, 4) adalah f '(2) = = 2 sehingga
1
persamaan garis singgung tersebut adalah y – 4 = 2(x – 2) atau y – 2x = 0.
Matematika
165
d. f(x) = x + x +1
1 x x 2 x3 xn
e. f(x) = + + + + ... + + ...
0! 1! 2! 3! n!
5. Tentukanlah persamaan garis singgung kurva y = f(x) di titik P(–1,1) pada masing-
masing fungsi berikut. Petunjuk: carilah gradien persamaan garis singgung
dengan menggunakan konsep turunan.
a. f(x) = (x + 2)–9
3 2
b. f(x) = 2 x − 1
c. f(x) = –x3(x + 2)–2
d. f(x) = − x 2 − x + 2
x+2
e. f(x) =
2 x2 − 1
2. Aplikasi Turunan
Konsep turunan adalah subjek yang banyak berperan dalam aplikasi matematika
di kehidupan sehari-hari di berbagai bidang. Konsep turunan digunakan untuk
menentukan interval fungsi naik/turun, keoptimalan fungsi dan titik belok suatu
kurva.
2.1 Fungsi Naik dan Turun
Coba bayangkan ketika kamu pergi ke plaza atau mall, di sana kita temukan
ekskalator atau lift. Gerakan lift dan ekskalator saat naik dapat diilustrasikan sebagai
fungsi naik. Demikian juga gerakan lift dan ekskalator saat turun dapat diilustrasikan
Matematika
167
y y y
d y = f(x) y y = f(x) y = f(x)
d
y y
x x x
d d d
Dari beberapa contoh grafik fungsi naik dan turun di atas, mari kita definisikan fungsi
naik dan turun sebagai berikut.
Definisi 11.5
Misalkan fungsi,
• Fungsi f dikatakan naik jika ∀ x1, x2 ∈ S, x1 < x2 ⇒ f(x1) < f(x2)
• Fungsi f dikatakan turun jika ∀ x1, x2 ∈ S, x1 < x2 ⇒ f(x1) > f(x2)
Contoh 11.12
Tunjukkan grafik fungsi f(x) = x3, x ∈ R dan x > 0 adalah fungsi naik.
Masalah-11.4
Seorang nelayan melihat seekor lumba-lumba sedang berenang mengikuti
kecepatan perahu mereka. Lumba-lumba tersebut berenang cepat, terkadang
menyelam dan tiba-tiba melayang ke permukaan air laut. Pada saat nelayan
tersebut melihat lumba-lumba menyelam maka ia akan melihatnya melayang
ke permukaan 15 detik kemudian dan kembali ke permukaan air laut setelah 3
detik di udara. Demikan pergerakan lumba-lumba tersebut diamati berperiode
dalam beberapa interval waktu pengamatan.
Permasalahan
Dari ilustrasi ini, dapatkah kamu sketsa pergerakan lumba-lumba tersebut dalam
2 periode? Ingat pengertian periode pada pelajaran trigonometri di kelas X. Dapatkah
kamu tentukan pada interval waktu berapakah lumba-lumba tersebut bergerak naik
atau turun? Dapatkah kamu temukan konsep fungsi naik/turun?
Matematika
169
Secara geometri pada sketsa di atas, lumba-lumba bergerak turun di interval 0 < t <
7,5 atau 16,5 < t < 25,5 atau 34,5 < t < 36 dan disebut bergerak naik di interval 7,5 <
t < 16,5 atau 25,5 < t < 34,5.
• Coba kamu amati beberapa garis singgung yang menyinggung kurva di saat
fungsi naik atau turun di bawah ini. Garis singgung 1 dan 3 menyinggung kurva
pada saat fungsi naik dan garis singgung 2 dan 4 menyinggung kurva pada saat
fungsi turun.
Selanjutnya, mari kita bahas hubungan persamaan garis singgung dengan fungsi
naik atau turun. Pada konsep persamaan garis lurus, gradien garis adalah tangen
sudut yang dibentuk oleh garis itu sendiri dengan sumbu x positif. Pada persamaan
garis singgung, gradien adalah tangen sudut garis tersebut dengan sumbu x positif
sama dengan nilai turunan pertama fungsi di titik singgungnya. Pada gambar
di atas, misalkan besar masing-masing sudut adalah 00 < α1 < 900, 00 < α2 < 900,
00 < α3 < 900, 00 < α4 < 900 sehingga nilai gradien atau tangen sudut setiap garis
singgung ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 11.1 Hubungan gradien garis singgung dengan fungsi naik/turun
PGS Sudut Nilai tangen Menyinggung di
PGS 1 α1 m = tan (α1) = f '(x) > 0 Fungsi Naik
PGS 2 3600 - α2 m = tan(3600 – α2) = f '(x) < 0 Fungsi Turun
PGS 3 α3 m = tan (α3) = f '(x) > 0 Fungsi Naik
PGS 4 360 - α4
0
m = tan(360 – α4) = f '(x) < 0
0
Fungsi Turun
Coba kamu amati Gambar 11.9 dan Tabel 11.1! Apakah kamu melihat konsep fungsi
naik/turun. Coba kamu perhatikan kesimpulan berikut:
• Jika garis singgung menyinggung di grafik fungsi naik maka garis singgung akan
membentuk sudut terhadap sumbu x positif di kuadran I. Hal ini menyebabkan
besar gradien adalah positif atau m = f '(x) > 0.
Matematika
171
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa fungsi f(x) yang dapat diturunkan
pada interval I, akan mempunyai kondisi sebagai berikut:
Tabel 11.2 Hubungan turunan pertama dengan fungsi naik/turun
No. Nilai turunan pertama Keterangan
1 f ' (x) > 0 Fungsi selalu naik
2 f ' (x) < 0 Fungsi selalu turun
3 f ' (x) ≥ 0 Fungsi tidak pernah turun
4 f ' (x) ≤ 0 Fungsi tidak pernah naik
Sifat 11.2
Misalkan f adalah fungsi bernilai real dan dapat diturunkan pada setiap x ∈ I maka
1. Jika f '(x) > 0 maka fungsi selalu naik pada interval I.
2. Jika f '(x) < 0 maka fungsi selalu turun pada interval I.
3. Jika f '(x) ≥ 0 maka fungsi tidak pernah turun pada interval I.
4. Jika f '(x) ≤ 0 maka fungsi tidak pernah naik pada interval I.
Konsep di atas dapat digunakan jika kita sudah memiliki fungsi yang akan
dianalisis. Tetapi banyak kasus sehari-hari harus dimodelkan terlebih dahulu sebelum
dianalisis. Perhatikan kembali permasalahan berikut!
Masalah-11.5
Tiga orang anak sedang berlomba melempar buah mangga di ketinggian 10
meter. Mereka berbaris menghadap pohon mangga sejauh 5 meter. Anak
pertama akan melempar buah mangga tersebut kemudian akan dilanjutkan
dengan anak kedua bila tidak mengenai sasaran. Lintasan lemparan setiap
anak membentuk kurva parabola. Lemparan anak pertama mencapai
ketinggian 9 meter dan batu jatuh 12 meter dari mereka. Lemparan anak kedua
melintas di atas sasaran setinggi 5 meter. Anak ketiga berhasil mengenai
sasaran. Tentu saja pemenangnya anak ketiga, bukan?
Matematika
173
Contoh 11.13
Tentukanlah interval fungsi naik/turun fungsi f(x) = x4 – 2x2
Alternatif Penyelesaian
Berdasarkan konsep, sebuah fungsi akan naik jika f '(x) > 0 sehingga:
f '(x) = 4x3 – 4x > 0 ⇔ 4x(x – 1)(x + 1) > 0
⇔ x = 0 atau x = 1 atau x = –1
Dengan menggunakan interval.
- + - +
−1 0 1
Jadi, kurva fungsi tersebut akan naik pada interval 1 –1 < x < 0 atau x > 1 tetapi turun
pada interval x < –1 atau 0 < x < 1. Perhatikan sketsa kurva f(x) = x4 – 2x2 tersebut.
Matematika
175
Alternatif Penyelesaian
Masih ingatkah kamu syarat numerus P ( x) adalah P(x) ≥ 0. Jadi, syarat numerus
f ( x) = x 2 − x adalah x2 – x ≥ 0. Ingatlah kembali cara-cara menyelesaikan
pertidaksamaan.
x2 – x ≥ 0 ⇔ x(x – 1) ≥ 0
⇔ x = 0 atau x = 1
+ - +
0 1
Jadi, syarat numerus bentuk akar di atas adalah x ≤ 0 atau x ≥ 1 Berdasarkan konsep,
sebuah fungsi akan naik jika f '(x) > 0 sehingga:
2x −1
f '( x) = > 0 ⇔ 2x – 1 > 0 karena x 2 − x > 0 dan x ≠ 0, x ≠ 1
2
2 x −x
1
⇔ x>
2
0 1 1
2
• Coba kamu lakukan dengan cara yang sama untuk mencari interval fungsi turun!
Jika kamu benar mengerjakannya maka fungsi turun pada interval x < 0.
Matematika
177
Alternatif Penyelesaian
Gradien garis singgung adalah tangen sudut yang dibentuk oleh garis itu sendiri
dengan sumbu x positif atau turunan pertama dari titik singgungnya.
Coba kamu amati gambar di atas. Garis singgung (PGS 1, PGS 2, PGS 3 dan
PGS 4) adalah garis horizontal atau y = c, c konstan, sehingga gradiennya adalah m
= 0. Keempat garis singgung tersebut menyinggung kurva di titik puncak/optimal,
di absis x = x1, x = x2, x = x3, dan x = x4. Dari pengamatan, dapat disimpulkan
bahwa sebuah fungsi akan mencapai optimal (maksimum/minimum) pada suatu
daerah jika m = f '(x) = 0. Titik yang memenuhi f '(x) = 0 disebut titik stasioner.
Berikutnya, kita akan mencoba menemukan hubungan antara titik stasioner dengan
turunan kedua fungsi. Pada Gambar 11.15, f '(x1) = 0, f '(x2) = 0, f '(x3) = 0 dan
f '(x4) = 0. Artinya kurva turunan pertama fungsi melalui sumbu x di titik A(x1, 0),
B(x2, 0), C(x3, 0) dan D(x4, 0).
• Coba kamu amati kurva turunan pertama fungsi dan garis singgungnya sebagai
berikut. Kesimpulan apa yang kamu dapat berikan?
Titik A(x1, y1) adalah titik maksimum pada Gambar 11.15 sehingga titik dengan
absis x = x1 adalah titik stasioner karena f '(x1) = 0. Persamaan garis singgung kurva
dengan gradien M pada fungsi m = f '(x) menyinggung di titik x = x1 membentuk sudut
di kuadran IV sehingga nilai tangen sudut bernilai negatif. Hal ini mengakibatkan
M = m ' = f ''(x1) < 0. Dengan kata lain, titik A(x1, y1) adalah titik maksimum jika
f '(x1) = 0 dan f "(x1) < 0.
Kesimpulan: lihat Gambar 11.16 misalkan gradien persamaan garis singgung
kurva m = f '(x) adalah M sehingga M = m ' = f ''(x) maka hubungan turunan kedua
dengan titik stasioner adalah:
Tabel 11.4 Hubungan turunan kedua fungsi dengan titik optimal (stasioner)
PGS Gradien M = m ' = f ''(x) Jenis Titik Pergerakan kurva
a Ma = f "(x1) < 0 Max Naik-Max-Turun
b Mb = f "(x2) > 0 Min Turun-Min-Naik
c Mc = f "(x3) < 0 Max Naik-Max-Turun
d Md = f "(x4) > 0 Min Turun-Min-Naik
p Mp = f "(x5) = 0 T. Belok Turun-Belok-Turun
q Mq = f "(x6) = 0 T. Belok Naik-Belok-Naik
r Mr = f "(x7) = 0 T. Belok Turun-Belok-Turun
Matematika
179
Contoh 11.15
Tentukanlah titik balik fungsi kuadrat f(x) = x2 – 4x + 3
Contoh 11.16
Analisislah kurva fungsi y = f(x) berdasarkan sketsa kurva turunan pertamanya
berikut.
Alternatif Penyelesaian
Secara geometri sketsa turunan pertama fungsi di atas, nilai setiap fungsi di bawah
sumbu x adalah negatif dan bernilai positif untuk setiap fungsi di atas sumbu x.
Matematika
181
Masalah-11.7
Coba kamu amati posisi titik maksimum dan minimum dari beberapa gambar
berikut.
Contoh 11.7
Sebuah pertikel diamati pada interval waktu (dalam menit) tertentu berbentuk kurva
f(t) = t3 – 9t2 + 24t – 16 pada 0 ≤ t ≤ 6. Tentukanlah nilai optimal pergerakan partikel
tersebut.
Alternatif Penyelesaian.
Daerah asal fungsi adalah {t | 0 ≤ t ≤ 6} Titik stasioner f '(t) = 0
f(t) = t3 – 9t2 + 24t – 16 sehingga f '(t) = 3(t2 – 6t + 8) dan f "(t) = 6t – 18
f '(t) = 3(t – 2)(t – 4) = 0
t = 2 → f (2) = 4 dan t = 4 → f(4) = 0
Karena daerah asal {t | 0 ≤ t ≤ 6} dan absis t = 2, t = 4 ada dalam daerah asal sehingga:
t = 0→ f(0) = –16 dan t = 6 → f(6) = 20
Nilai minimum keempat titik adalah -16 sehingga titik minimum kurva pada daerah
asal adalah A(0,-16) dan nilai maksimum keempat titik adalah 20 sehingga titik
maksimum kurva pada daerah asal adalah B(6,20).
Perhatikan gambar.
Matematika
183
Masalah-11.8
Seorang anak berencana membuat sebuah tabung dengan alas berbentuk
lingkaran tetapi terbuat dari bahan yang berbeda. Tabung yang akan dibuat
harus mempunyai volume 43.120 cm3. Biaya pembuatan alas adalah Rp150,-
per cm2, biaya pembuatan selimut tabung adalah Rp80,- per cm2 sementara
biaya pembuatan atap adalah Rp50,- per cm2. Berapakah biaya minimal yang
harus disediakan anak tersebut?
Alternatif Penyelesaian.
Mari kita sketsa tabung yang akan dibuat. Misalkan r adalah radius alas dan atap
22
tabung, t adalah tinggi tabung π = .
7
22 2 7 43120 r
V= r t = 43120 ⇔ t = x
7 22 r2 r
2
selimut) + (Luas atap × biaya atap) πr
r
22 2 22 22 2
Biaya = r × 50 + rt × 80 + r × 50
7 7 7 Gambar 11.22 Tabung
4400 2 3449600
B(r ) = r +
7 r
8800 3449600
B '(r ) = r− =0
7 r2
88 3 34496
r =
7 r2
r3 = 2744 = 143 ó r = 14
22 43120
Jadi biaya minimum = × 142 × 200 + × 80
7 14
= 616 × 200 + 3080 × 80
= 123200 + 246400
= 369.6600
Biaya minimum adalah Rp369.600,-
Contoh 11.18
Kamu masih ingat soal pada Bab Limit Fungsi di kelas X, bukan? Sebuah bidang
logam dipanaskan di bagian tengah dan memuai sehingga mengalami pertambahan
luas sebagai fungsi waktu f(t) = 0, 25t2 + 0,5t(cm2). Tentukanlah kecepatan perubahan
pertambahan luas bidang tersebut pada saat t = 5 menit.
Matematika
185
186 = 0, 5(0, 5 x 5 + 3, 5)
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
=3
= 0, 5(0, 5 x 5 + 3, 5)
=3
Alternatif Penyelesaian ketiga (dengan konsep Turunan)
f(t) = 0,25t2 + ,5t
f '(t) = 0,5t + 0,5 = 0
f(5) = 2,5 + 0,5 = 3
Kecepatan perubahan pertambahan luas bidang tersebut pada saat t = 5 menit adalah
3 (cm2/menit).
Contoh 11.19
Seorang karyawan berencana akan tinggal di rumah kontarakan setelah dia
diterima bekerja di sebuah pabrik. Untuk menghemat biaya pengeluaran, ia berharap
dapat tinggal di kontrakan yang tidak jauh dari tempat dia bekerja dan uang sewa
kontrakan yang juga mendukung. Jika dia tinggal x km dari tempat bekerja maka
b
biaya transportasi adalah c rupiah per km per tahun. Biaya kontrakan adalah per
x +1
tahun (dalam rupiah), dengan b dan c adalah konstanta bernilai real positif dan b > c.
Dapatkah kamu tentukan biaya minimum pengeluaran karyawan tersebut?
Alternatif Penyelesaian
Langkah 1. Modelkan permasalahan
Biaya = Biaya transportasi + Biaya sewa (per tahun)
b
B ( x) = cx + dengan daerah asal x ≥ 0
x +1
Langkah 2. Tentukan titik stasioner
B(x) = cx + b(x + 1)-1sehingga B'(x) = c – b(x + 1)-2 = 0
Matematika
187
b 2b 2c c
B ''(−1 + )= =
c b b
( )3
c
b
Karena b dan c adalah konstanta bernilai real positif maka B ''(−1 + ) > 0 atau
c
merupakan ekstrim minimum.
Jadi, biaya minimum karyawan tersebut adalah: −c + 2 bc (dalam rupiah) per tahun.
Alternatif Penyelesaian.
Permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan menemukan konsep turunan
dan mengaplikasikannya kembali. Misalkan lintasan arena balap tersebut adalah
sebuah lintasan yang berupa siklis yaitu garis start dan garis finish adalah sama,
tetapi dipandang berlawanan arah. Garis start berarti garis tersebut ditinggalkan atau
bergerak menjauhi sementara garis finish berarti garis tersebut didekati.
Perhatikan gambar berikut:
Pada arena balap yang menjadi variabel adalah waktu sehingga lintasan yang
ditempuh merupakan fungsi waktu s = f(t). Dengan demikian, daerah asal fungsi
adalah waktu t ≥ 0 karena dihitung sejak diam. Setiap titik pada lintasan akan didekati
dan dijauhi, bukan? Hal ini berarti ada peranan kecepatan v(t). Untuk titik yang dijauhi
berarti kecepatan positif, dan titik yang akan didekati berarti kecepatan negatif.
Matematika
189
Posisi Nilai
Diam v(t)= 0
Bergerak menjauhi titik tetap (Start) v(t) > 0
Bergerak mendekati titik tetap (Finish) v(t) < 0
Jadi, bergerak semakin menjauhi ataupun semakin mendekati berarti terjadi perubahan
pergerakan pada lintasan, sehingga kecepatan adalah laju perubahan dari lintasan,
ada waktu perubahan waktu yaitu:
f (t + ∆t ) − f (t )
v(t ) = lim = f '(t ) atau v(t) = s'(t)
∆t → 0 ∆t
Pergerakan pembalap pada lintasan di titik belok diperlambat atau dipercepat,
sehingga posisi percepatan adalah sebagai berikut:
Tabel 11.7 Percepatan suatu fungsi dan posisinya
Posisi Nilai
Konstan a(t) = 0
Bergerak diperlambat a(t) < 0
Bergerak dipercepat a(t) > 0
Jadi, bergerak dipercepat atau diperlambat berhubungan dengan kecepatan kenderaan
tersebut, yaitu terjadi perubahan kecepatan kenderaan. Percepatan a(t) adalah laju
perubahan dari kecepatan, yaitu:
v(t + ∆t ) − v(t )
a (t ) = lim = v '(t ) atau a(t) = v'(t) = s"(t)
∆t → 0 ∆t
Contoh 11.20
Pada pengamatan tertentu, sebuah partikel bergerak mengikuti sebuah pola yang
merupakan fungsi jarak s atas waktu t yaitu s(t) = t4 – 6t2 + 12.Tentukanlah panjang
lintasan dan kecepatan pada saat percepatannya konstan.
Alternatif Penyelesaian
Diketahui: s(t) = t4 – 6t2 + 12
Ditanya: s(t) dan v(t) pada saat a(t) = 0
Contoh 11.21
Analisis dan sketsalah kurva fungsi f(x) = x4 + 2x3.
Alternatif Penyelesaian.
Langkah 1. Menentukan nilai pembuat nol fungsi.
f(x) = x4 + 2x3 ó x3(x + 2) = 0
ó x3 = 0 atau x + 2 = 0
ó x = 0 atau x = –2
Jadi, kurva melalui sumbu x di titik A(0,0) atau B(-2,0)
Matematika
191
3
Jadi, fungsi akan naik pada x < − atau x > 0 dan turun pada
2
3
− < x<0.
2
Langkah 4. Menentukan titik balik fungsi Untuk menentukan titik balik maksimum
atau minimum fungsi, kita akan menguji titik stasioner ke turunan
kedua fungsi.
f "(x) = 12x2 + 12 x sehingga f "(0) = 0
Titik A(0,0) bukanlah sebuah titik balik.
3
f "(x) = 12x2 + 12x sehingga f ''(− ) = 9 > 0
2
3 27
Titik C(− , − ) adalah titik balik minimum.
2 16
Langkah 5. Menentukan titik belok
f "(x) = 12x2 + 12x = 0 ó 12x(x + 1) = 0
Contoh 11.12
x2
Analisis dan sketsalah kurva fungsi f ( x) = .
x −1
Alternatif Penyelesaian.
Langkah 1. Menentukan nilai pembuat nol fungsi.
x2 x2
f ( x) = ó =0
x −1 x −1
ó x2 = 0 dan x – 1 ≠ 0
ó x = 0 dan x ≠ 1
Jadi, kurva melalui sumbu x pada titik A(0,0)
Matematika
193
x2 − 2 x
f '( x) = > 0 ó (x2 – 2x)(x – 1)2 > 0
( x − 1) 2
ó x(x – 2)(x – 1)2 > 0
ó x = 0, x = 2 atau x = 1
+ - - +
0 1 2
Jadi, fungsi akan naik pada x < 0 atau x > 2 dan fungsi akan turun pada
0 < x < 1 atau 1 < x < 2.
Langkah 4. Menentukan titik balik fungsi. Untuk menentukan titik balik maksimum
atau minimum fungsi, kita akan menguji titik stasionernya ke turunan
kedua fungsi.
x2 − 2 x
f '( x) = sehingga
( x − 1) 2
Titik A(0, 0) adalah titik balik maksimum dan titik A(2, 4) adalah titik
balik minimum.
x2
Gambar 11.26 Sketsa kurva fungsi f ( x) = .
x −1
Matematika
195
c.
d.
Matematika
197
Projek
Jika f adalah fungsi bernilai real pada – ∞ < x < ∞. Berdasarkan konsep,
f ( x + ∆x) − f ( x)
turunan adalah sebuah limit fungsi, yaitu f '( x) = ∆lim .
x →0 ∆x
Nyatakanlah turunan kedua fungsi f "(x) sebagai limit fungsi. Kemudian
tentukanlah turunan kedua dari f ( x) = 2 x pada x > 0.
Buatlah laporan projekmu dan presentasikanlah di depan teman-temanmu
dan gurumu!
D. PENUTUP
Kita telah menemukan konsep turunan fungsi dan sifat-sifatnya dari berbagai
pemecahan dunia nyata. Berdasarkan sajian materi terkait berbagai konsep dan sifat
turunan fungsi di atas, beberapa hal penting dapat kita rangkum sebagai berikut:
1. Misalkan f : R → R adalah fungsi kontinu dan titik P(x1, y1) dan Q(x1 + ∆x, y1 +
∆y) pada kurva f. Garis sekan adalah yang menghubungkan titik P dan Q dengan
f ( x1 + ∆x) − f ( x1 )
gradien msec =
∆x
2. Misalkan f adalah fungsi kontinu bernilai real dan titik P(x1, y1) pada kurva.
Gradien garis tangen/singgung di titik P(x1, y1) adalah nilai limit garis sekan di
f ( x1 + ∆x) − f ( x1 )
titik P(x1, y1), ditulis mtan = lim msec = lim
∆x → 0 ∆x → 0 ∆x
Matematika
199
Setelah mengikuti pembelajaran integral siswa Melalui proses pembelajaran integral, siswa
mampu: memiliki penga-laman belajar sebagai berikut.
1. Mampu mentransformasi diri dalam berperilaku • menemukan konsep integral melalui
jujur, tangguh menghadapi masalah, kritis pemecahan masalah otentik;
dan disiplin dalam melakukan tugas belajar • berkolaborasi memecahkan masalah aktual
matematika. dengan pola interaksi sosial kultur;
2. Mendeskripsikan konsep integral tak tentu suatu • berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis, kreatif)
fungsi sebagai kebalikan dari turunan fungsi. dalam menyelidiki dan mengaplikasikan
3. Memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan konsep integral dalam memecahkan masalah
masalah dunia nyata dan matematika yang otentik.
melibatkan turunan dan integral tak tentu dan
memeriksa kebenaran langkah-langkahnya.
4. Menurunkan aturan dan sifat integral tak tentu
dari aturan dan sifat turunan fungsi.
5. Memilih strategi yang efektif dan menyajikan
model matematika Dalam memecahkan
masalah nyata tentang integral tak tentu dari
• Integral tak tentu
fungsi aljabar. • Fungsi aljabar
• Derivatif
• Antiderivatif
Masalah Integral
Otentik
Fungsi
Aljabar
Penerapan
Masalah-12.1
Di pelabuhan selalu terjadi bongkar muat barang dari kapal ke dermaga
dengan menggunakan mesin pengangkat/pemindah barang. Barang dalam
jaring diangkat dan diturunkan ke dermaga. Terkadang barang diturunkan ke
sebuah bidang miring agar mudah dipindahkan ke tempat yang diharapkan.
Dari permasalahan ini, dapatkah kamu sketsa perpindahan barang tersebut?
Dapatkah kamu temukan hubungan masalah ini dengan konsep turunan (Ingat
pelajaran Turunan pada Bab XI)
Matematika
203
Masalah-12.2
Berdasarkan konsep turunan, beberapa fungsi tersebut bila diturunkan
menghasilkan fungsi yang sama. Jika digunakan konsep antiturunan pada fungsi
tersebut, bagaimanakah fungsinya? Apakah dapat kembali ke fungsi asal?
1 1
Berikut adalah fungsi-fungsi yang akan diamati. a) F(x) = x4 , b) F(x) = x4 + 4,
4 4
1 1 1 1 13
c) F(x) = x4 – 8, d) F(x) = x4 – , e) F(x) = x4 – . Turunkan fungsi-
4 4 2 4 207
fungsi tersebut kemudian amatilah turunan nilai konstantanya! Hubungkan
kembali fungsi awal dengan turunannya serta anti turunannya! Buatlah
kesimpulan dari hasil pengamatan dari penyelesaian yang kamu peroleh!
(petunjuk: turunan fungsi F(x) adalah F′(x) = f(x) = y′
Alternatif Penyelesaian:
1 4 d 1 4
a) F(x) = x Adalah F '(x) = f(x) = y' = x = x3
4 dx 4
1 4 d 1
b) F(x) = x + 4 adalah F '(x) = f(x) = y' x 4 + 4 = x3
4 dx 4
1 4 d 1 4
c) F(x) = x − 8 adalah F '(x) = f(x) = y' = x − 8 = x3
4 dx 4
Matematika
205
1 13 d 1 4 13
e) F(x) = x4 − adalah F '( x ) = f ( x ) = y ' = x − = x3
4 207 dx 4 207
Jika dilakukan pengamatan kepada ketiga fungsi, maka seluruh fungsi F(x) tersebut
di atas adalah antiturunan dari fungsi f(x) = x3, sementara fungsi F(x) mempunyai
konstanta yang berbeda-beda. Jadi, dapat ditunjukkan bahwa sebuah fungsi dapat
memiliki banyak antiturunan. Jika F(x) adalah fungsi yang dapat diturunkan, yaitu
f(x) maka antiturunan dari f(x) adalah F(x) + c dengan c adalah sembarang konstanta.
Definisi 12.1
f : R → R dan F : R → R disebut antiturunan atau integral tak tentu f jika
F '(x) = f(x) ∀x ∈ R
Sifat 12.1
dy
Proses menemukan y dari merupakan kebalikan dari sebuah proses turunan
dx
dan dinamakan antiturunan.
Sifat 12.2
Jika F(x) adalah sebuah fungsi dengan F '(x) = f(x) dapat dikatakan bahwa
a. turunan F(x) adalah f (x) dan
b. antiturunan dari f(x) adalah F(x)
Alternatif Penyelesaian:
Dengan mengingat konsep gradien suatu garis singung dengan turunan bahwa
dy
gradien adalah turunan pertama fungsi tersebut maka m = = 2x – 4.
dx
dy
Berdasarkan Definisi 12.1 maka y adalah antiturunan dari gradien = 2x – 4
dx
sehingga dengan konsep turunan maka y = x2 – 4x + c dengan c adalah konstanta
bernilai real.
Dengan c adalah konstanta bernilai real maka terdapat banyak fungsi y = f(x) yang
memenuhi gradien garis singgung tersebut.
Perhatikan gambar berikut!
y PGS
c1 PGS
c2 PGS
c3
PGS
c4
Pada Gambar 12.4 terdapat banyak persamaan garis singgung yang sejajar. Ingat
kembali definisi persamaan garis yang sejajar. Dengan demikian, terdapat juga
banyak fungsi (kurva) yang disinggung oleh garis singgung tersebut.
Matematika
207
3
2 −
b. f(x) = 2x–3 f. f ( x) = x 2
1
3 1
−
c. f ( x ) = x − 2 g. f ( x ) = 100 x 4
1
a
d. f ( x ) = x 3 h. f ( x) = x n −1 dengan a, b bilangan real, b ≠ 0, n
b
rasional.
4. Tentukan antiturunan f(x) dengan memanfaatkan turunan fungsi g(x) dibawah ini!
a. Jika f(x) = 8x3 + 4x dan g(x) = x4 + x2
b. Jika f ( x) = x dan g ( x ) = x x
c. Jika f(x) = (x + 2)3 dan g(x) = (x + 2)4
5. Jika gradien m suatu persamaan garis singgung terhadap fungsi f(x) memenuhi
m = x2 – 1. Tunjukkan dengan gambar bahwa terdapat banyak fungsi f(x) yang
memenuhi gradien tersebut.
1 4 d 1 4
b) F(x) = x + 4 adalah F '(x) = f(x) = y' = x + 4 = x3 sehingga diperoleh
4 dx 4
3 1 4
F ( x ) = ∫ f ( x)dx = ∫ x dx = x + c
4
1 4 d 1 4
c) F(x) = x − 8 adalah F '(x) = f(x) = y' = x − 8 = x3 sehingga diperoleh
4 dx 4
3 1 4
F ( x ) = ∫ f ( x)dx = ∫ x dx = x + c
4
Contoh 12.2
dy
Jika y = 3x4 + 2x3, carilah nilai , kemudian tentukan ∫ 4x3 + 2x2dx.
dx
Alternatif Penyelesaian:
dy
Jika y = 3x4 + 2x3 maka = 12x3 + 6x2 sehingga diperoleh
dx
Matematika
209
Sifat 12.3
Jika F(x) adalah fungsi dengan F′(x) maka ∫ f(x)dx = F(x) + c
Dengan c sembarang konstanta
Masalah-12.3
Pada konsep turunan, kita dapat memperoleh aturan turunan dengan
menggunakan konsep limit fungsi sehingga proses penurunan sebuah fungsi
dapat dilakukan dengan lebih sederhana dan cepat. Bagaimana dengan konsep
integral suatu fungsi? Adakah aturan yang dapat dimiliki agar proses integrasi
suatu fungsi atau mengembalikan fungsi turunan ke fungsi semula dapat
dilakukan dengan cepat?
Alternatif Penyelesaian:
Untuk menjawab permasalahan ini, kita akan melakukan beberapa pengamatan
pada beberapa contoh turunan dan antiturunan suatu fungsi yang sederhana. Kamu
diminta mengamati dan menemukan pola dari proses antiturunan fungsi tersebut.
Perhatikan Tabel 12.1
0 1 1 1 0+1
1 x 1x = x = x
1 0 +1
1 2 2 2 1+1
2x x2 2x = x = x
2 1+ 1
1 3 3 3 2+1
3x2 x3 3x = x = x
3 2 +1
3 8 3 8 3+1
8x3 2x4 8x = x = x
4 3 +1
4 25 5 25 4+1
25x4 5x5 25 x = x = x
5 4 +1
n -1 a n an ( n -1)+1
anxn-1 axn anx = x = x
1 ( n − 1) + 1
a n+1
axn ? x
n +1
Dari pengamatan pada tabel tersebut, kita melihat sebuah aturan integrasi atau
n a n +1
pola anti turunan dari turunannya yaitu ∫ ax dx = x .
n +1
Agar kamu dapat melihat kebenaran pola ini, kamu harus memperlihatkan lebih
banyak contoh yang melahirkan aturan tersebut seperti pada Tabel 12.1. Kamu
lakukan kembali proses yang dilakukan pada Tabel 12.1 pada kegiatan berikut.
Matematika
211
Tabel 12.2 Pola hubungan turunan dan antiturunan beberapa fungsi F(x)
1
... ...
2x 3
1 1
1 1
x3 + x2
2 3
1 1
3 - 2 -
x 3
− x 2
2 3
3 -1
... x ...
2
Contoh 12.3
Tentukan nilai ∫ 4x3 + 2x2dx.
Alternatif Penyelesaian:
4 3+1 2 2 +1
∫ 4x3 + 2x2dx = x + x +c
3 +1 2 +1
4 2
= x4 + x3 + c
4 3
4 2 3
= x + x + c
3
Jadi, dengan menggunakan aturan tersebut, kita tidak perlu mengetahui terlebih
dahulu fungsi awalnya, tetapi cukup diketahui fungsi turunannya. Dengan demikian
jika
2
F′(x) = 4x3 + 2x2, maka F(x) = x4 + x3 + c
3
2
F(x) = x4 + x3 + c
3
Berdasarkan konsep yang telah kita peroleh pada subbab di atas, setiap hasil
integrasi suatu fungsi menghasilkan fungsi dengan konstanta c, bukan? Konstanta c
dapat ditentukan nilainya jika diketahui titik awal (initial value) yang dilalui fungsi
asal tersebut. Perhatikan contoh berikut!
Matematika
213
Alternatif Penyelesaian:
) ∫ 3 x 3 + 2 x 2 − x + 1dx
F ( x=
3 2 1
F ( x=
) x4 + x3 − x2 + x + c
4 3 2
1 1
Jika fungsi melalui titik A(1, − ) artinya F (1) = − sehingga diperoleh:
12 12
3 2 1 1
F (1) = 14 + 13 − 12 + 1 + c =−
4 3 2 12
23 1
+ c =− atau c = –2.
12 12
3 2 1
Jadi, Fungsi tersebut adalah F ( x=
) x4 + x3 − x2 + x − 2
4 3 2
Dengan demikian, berdasarkan pengamatan pada tabel di atas, kita menarik sebuah
kesimpulan akan aturan sebuah integrasi, sebagai berikut:
Sifat 12.4
Untuk n bilangan rasional dengan n ≠ – 1, dan a, c adalah bilangan real maka
berlaku aturan:
n 1 n +1
a. ∫ x dx = x +c
n +1
a n +1
b. =
∫
ax n dx
n +1
x +c
Alternatif Penyelesaian
4 3+1
a. ∫ 4x 3 dx = x + c
3 +1
= x4 + c
1
b. ∫ dx = ∫ x −2 dx
x2
1
= x −2 +1 + c
−2 + 1
−1
= −x + c
1
= − +c
x
3
c. ∫ x dx = ∫ x 2 dx
3
3
1 +1
= x2
3
+1
2
5
1 2
= x
5
2
2
= x2 x + c
5
Matematika
215
Sifat 12.5
Jika f(x) dan g(x) merupakan dua fungsi yang dapat diintegralkan dan c, k
bilangan real, maka:
1. ∫ dx = x + c 4.
∫ k f(x)dx = k ∫ f(x)dx
Contoh 12.6
Tentukanlah hasil dari
a. ∫ 2x 4 x 3 dx
b. ∫ ( x + 1) dx
2
x3 − 2 x
c. ∫ dx
x
∫ ( x + 1) dx = ∫ x + 2 x + 1 dx
2 2
b.
1 2
= x 2 +1 + x1+1 + x + c
2 +1 1+1
1
= x3 + x 2 + x + c
3
x3 − 2 x x3 2x
c. ∫ dx = ∫ − dx
x x x
−
1
−
1
= ∫ x 3 .x 2
− 2 x.x 2
dx
5 1
= ∫ x 2 − 2 x 2 dx
Matematika
217
Contoh 12.7
Diketahui biaya marginal (MC) dalam memproduksi suatu barang (Q) setiap bulan
adalah merupakan fungsi biaya terhadap banyak produksi barang dengan
dC 2Q + 6
M=C
= . Tentukan fungsi biaya total C dalam satu bulan!
dQ 3
dimana:
Q = banyak produksi (Quantity)
C = Biaya produksi total (Total Cost)
MC = Biaya marginal (Marginal Cost)
Alternatif Penyelesaian:
2Q + 6
C(Q) = ∫ dQ
3
2
= ∫ ( Q + 3)dQ
3
2
= ∫ Q + 3 dQ
3
Contoh 12.8
x 2 dy
Tentukan fungsi y = F(x) dari persamaan diferensial = − y 2 x dengan y = 1 di
x=1 dx
Alternatif Penyelesaian:
Langkah 1. Ubah bentuk persamaan diferensial tersebut menjadi:
x 2 dy dy x
= − y2 x ⇔ 2
= − 2 dx
dx y x
3
−
⇔ y −2 dy = x 2 dx (ingat sifat eksponen)
Langkah 2. Dengan mengintegralkan kedua ruas diperoleh:
3
−
⇔
∫ y dy = ∫ x 2 dx
−2
3
1 1 − +1
⇔ = y −2 +1 x 2 +c
−2 + 1 3
− +1
2
1
−
⇔ − y −1 =
−2 x 2 + c
1 −2
⇔ − = +c
y x
1 −2
Langkah 3. Dengan mensubstitusi titik awal ke − = +c
y x
1 −2
Karena y = 1 di x = 1 maka − = + c atau c = 1. Jadi, fungsi tersebut adalah
1 1
1 −2 x
− = + 1 atau y = .
y x 2− x
Matematika
219
Contoh 12.9
∫ ( 3x − 2 x 2 + 1) dx
6
Tentukan nilai dari
Alternatif Penyelesaian:
∫ ( 3x ) ∫ ∫ ∫
6
− 2 x 2 + 1 dx = 3 3 x 6 dx − 2 x 2 dx + 1dx
3 7 2 3
= 7 x − 3 x + x+C
Contoh 12.10
Alternatif Penyelesaian:
∫
3 2
f '( x) =x3 − 4 x 2 + 3 maka f ( x) = x − 4 x + 3 dx
∫
3 2
f ( x) = x − 4 x + 3 dx
1 4 4 3
⇒ f(x) = x − x + 3 x + c , karena f(0) = 1
4 3
1 4 4 3
⇒ f(0) = 0 – 0 + 0 + c = 1, berarti c = 1 sehingga f ( x)= x − x + 3x + 1
4 3
Alternatif Penyelesaian:
Untuk menyelesaian contoh soal berikut, kita harus menjabarkan atau dengan
menggunakan Binomial Newton. Untuk itu, ingat kembali prinsip Binomial Newton
pada Bab 8.
a. F(x) = (x + 2)4 = (x + 2)(x + 2)(x + 2)(x + 2) sehingga diperoleh
F(x) = x4 + 8x3 + 24x2 + 32x + 16
∫ F ( x)dx = ∫ x
4
+ 8 x3 + 24 x 2 + 32 x + 16dx (dengan menggunakan Sifat 12.6)
1 8 4 24 3 32 2
∫ F ( x)dx = 5 x
5
+ x + x + x + 16 x + c
4 3 2
1
∫ F ( x)dx = 5 x
5
+ 2 x 4 + 8 x3 + 16 x 2 + 16 x + c
(Coba kerjakan kembali dengan Binomial Newton)
b. Coba kerjakan dengan menjabarkan berdasarkan definisi perpangkatan dan
dengan menggunakan Bonomial Newton (diserahkan kepada siswa)
c. Dengan menggunakan Binomial Newton maka diperoleh:
F(x) = (3x – 2)6
6 5 1
F(x) = C06 (3 x)6 (−2)0 + C1 (3 x) (−2) + C26 (3 x) 4 (−2) 2 + C36 (3 x)3 (−2)3 +
C46 (3 x) 2 (−2) 4 + C56 (3 x)1 (−2)5 + C66 (3 x)0 (−2)6
5 4 3
F(x) = (1)(729)(1)x 6 + (6)(243)(−2)x + (15)(81)(4)x + (20)(27)(−8)x +
(15)(9)(16)x 2 + (6)(3)(−32)x + (1)(1)(64)
Matematika
221
∫ F ( x)dx = ∫ 729 x
6
− 2916 x5 + 4860 x 4 − 4320 x3 + 2160 x 2 − 576 x + 64dx
729 2916 6 4860 5 4320 4 2160 3 576 2
∫ F ( x)dx = 7 x7 −
6
x +
5
x −
4
x +
3
x −
2
x + 64 x + c
729 7
∫ F ( x)dx= 7
x − 486 x 6 + 972 x5 − 1080 x 4 + 720 x3 − 288 x 2 + 64 x + c
Masalah-12.4
Konsep antiturunan atau integral banyak berperan dalam menyelesaikan
permasalahan di bidang Fisika. Pada bidang ini juga banyak diperankan oleh
konsep Turunan, contohnya adalah permasalahan kecepatan dan percepatan.
Dengan mengingat integral adalah balikan dari turunan, maka dapatkah kamu
temukan hubungan konsep turunan dan integral dalam permasalahan kecepatan
dan percepatan? Coba kamu tunjukkan peran integrasi pada hubungan besaran
tersebut?
Alternatif Penyelesaian:
Kita ingat kembali konsep yang telah diuraikan pada pelajaran Turunan pada bab
sebelumnya.
dimana:
t = waktu
s(t ) = fungsi lintasan
v(t ) = fungsi kecepatan
a(t ) = fungsi percepatan
Contoh 12.12
Sebuah partikel diamati pada interval waktu tertentu dan diperoleh data bahwa
fungsi percepatan memenuhi pola dengan fungsi a(t) = –2t2 + 3t +1 . Tentukan fungsi
lintasan partikel tersebut?
Alternatif Penyelesaian:
Dengan menggunakan konsep di atas maka:
∫ ∫
2
v(t ) = a (t )dt atau v(t ) = −2t + 3t + 1dt
2 3
v(t ) =− t 3 + t 2 + t + c
3 2
kemudian
2 3 3 2
∫ ∫
s (t ) = v(t )dt atau s (t ) = − t + t + t + cdt
3 2
Matematika
223
1. Selesaikanlah!
dy
∫ ∫
7 7
a. Jika y = x8, carilah kemudian tentukan x dx dan tentukan 2x dx
dx
1
1 dy −
b. Jika y = x 2 , carilah
dx
kemudian tentukan nilai x 2 dx dan tentukan
∫
1
∫ 2x 2 dx
∫ (16 x )
dy 3
− 4 x dx
c. Jika y = 4 x 4 − 2 x 2 , carilah nilai kemudian tentukan
dx
dy
d. Jika y = ( 3 x + 1) , carilah nilai ∫ ( 3x + 1) dx
4 3
kemudian tentukan
dx
1
e. Jika =
dy ∫ 1 − 4x
dx
y 1 − 4 x , carilah nilai kemudian tentukan
dx
∫ 3x dx ∫ −x ∫ 20x
5 59
a. d. dx g. dx
2
∫ 3x ∫x ∫x
10
b. 3
dx e. dx h. −4
dx
∫ 5x ∫ 28x
4
c. dx f. 27
dx
a. ∫ [ f ( x) + g ( x)] dx = ∫ f ( x) dx + ∫ g ( x) dx
b. ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx = ∫ f ( x) dx − ∫ g ( x) dx
Petunjuk: anggap F(x) merupakan antiturunan dari f(x) dan G(x) merupakan
d d
antiturunan dari g(x). selanjutnya carilah dx ( F ( x) + G ( x) ) atau ( F ( x) − G ( x) )
dx
5. Tentukan nilai dari
3x + 2
a. ∫ x
dx
x 2 − 4 x + 10
b.
∫
x2 x
dx
3
c.
∫ ( x + 1) dx
Matematika
225
a. dy = 10 d. dy = 4 x 3 + 3 x 2
dx dx
dy 1 2
b. = e. dy = x + 2 x − 5
dx 10 dx x2
dy dy 2
c. = 2 x 2 − 4 f. = +2 x
dx dx x
a. f '( x=
) 2x −1
3 2
b. f '(=
x) x+
x
dy
b. = ( 2 x + 1)4 , y = 6 di x = 0
dx
dy
( )
2
c. − y 2 x 2 + 2 , y = 1 di x = 0
=
dx
10. Tentukan persamaan fungsi implisit F(x, y) = 0 yang melalui titik (2, – 1) dan
gradien garis singgung di setiap titik (x, y), pada grafiknya ditentukan persamaan
x
= y ,y ≠ 0.
4y
11. Tentukan persamaan fungsi f, jika fungsi y = f(x) terdefinisi untuk x > 0 yang
melalui titik (4, 0) dan gradien garis singgungnya di setiap titik ditentukan oleh
1
persamaan f (= x) + x.
x
12. Tentukan persamaan fungsi f jika grafik fungsi y = f(x) melalui titik (1, 2) dan gradien
garis singgung di setiap titiknya ditentukan oleh persamaan y ' = 1 − 16 x −4 , x ≠ 0 .
b. a = (1 + t ) , v0 = 4, s0 = 6
−3
3
c. a = 2t + 1 , v0 = 0, s0 = 10
d. a = (1 + t ) , v0 = 4, s0 = 0
−3
Projek
Kumpulkanlah masalah tentang penerapan integral tak tentu dari fungsi
aljabar dalam berbagai bidang maupun masalah nyata yang ada di
sekitarmu. Ujilah sifat-sifat dan rumus dasar tentang integral tak tentu
di dalam pemecahan masalah tersebut, kemudian buatlah laporan hasil
karyamu untuk disajikan di depan kelas.
D. PENUTUP
Beberapa hal penting sebagai kesimpulan dari hasil pembahasan materi Integral,
disajikan sebagai berikut:
1. Integral merupakan antiturunan, sehingga integral saling invers dengan turunan.
2. Jika F(x) adalah sebuah fungsi dengan F ‘(x) = f(x) dapat dikatakan bahwa
a. Turunan dari F(x) adalah f(x) dan
b. Antiturunan dari f(x) adalah F(x)
3. Jika F(x) adalah sebarang antiturunan dari f(x) dan C adalah sebarang konstanta,
maka F(x) + C juga antiturunan dari f(x).
4. Jika F ‘(x) = f(x) maka ∫ f ( x) dx = F ( x) + C
Matematika
227
Johnstone. P.T. (2002). Notes on Logic and Set Theory. New York: University
of Cambridge.
Van de Walle. Jhon, dkk. (2010). Elementary and Middle School Mathematics
(teaching developmentally). United States of America: Allyn & Bacon.
Matematika
229