Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

EPIDURAL HEMATOMA

DISUSUN OLEH:
Wita Ayu Aflida
H1AP14062

PEMBIMBING:
Dr. Liza Amelia, Sp.BS

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN BEDAH SARAF RSUD DR M YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I. LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. YS
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Desa Cawang Lama kec. Selupu Rejang
Masuk Rumah Sakit : 30 Juli 2019
No. Rekam Medis : 804049
Ruangan : ICU

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama

Pasien mengalami penurunan kesadaran post kecelakaan terjatuh dari


motor ±8 jam SMRS.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD M Yunus dengan penurunan kesadaran.


Pasien post kecelakaan tunggal terjatuh dari motor dengan posisi dibonceng oleh
temannya dan tidak menggunakan helm ±8 jam SMRS (29/7/2019 pukul 21.00
WIB). Post kecelakaan pasien langsung dibawa ke RSUD Curup dan dirujuk ke
RSUD M. Yunus pukul 05.00 WIB. Tidak ada keluarga, teman, ataupun saksi
mata yang tahu persis kronologi kejadian, namun pasien terpental jauh dari motor
dan tergeletak di aspal dengan posisi miring ke kiri dan kepala sebelah kiri
terbentur aspal. Post kejadian pasien muntah (1x) berisi sisa makanan, pasien
gelisah (+), kejang (-), keluar darah dari hidung (+), demam (-), pingsan (+).

Saat sampai di RS,GCS pasien 8 E1V2M5, pupil isokor 2/2mm,


refleks pupil (+). Dari pemeriksaan motorik tidak ditemukan adanya
kelemahan. Terdapat vulnus laceratum di regio temporal dextra telah
dijahit, vulnus excoriasi dan hematom pada temporal sinistra, vulnus
laceratum di cruris dextra telah dijahit, multiple vulnus excoriasi di manus
dextra dan vulnus laceratum di pergelangan tangan dextra telah dijahit.
Tidak ditemukan tanda-tanda fraktur baik deformitas tulang maupun
krepitasi.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga.

2.2.5 Riwayat Pengobatan

Pasien sedang tidak dalam pengobatan apapun.

2.2 Primary Survey


A: Pasien dapat bernapas spontan,tidak ada suara napas tambahan, tidak ada
tanda sianosis, retraksi dinding dada, maupun penggunaan otot bantu
pernapasan, pasien menggunakan nasal kanul O2 3 L
B: Frekuensi pernafasan meningkat yaitu 26x/menit
C: Tekanan darah normal, Nadi lambat, pasien dipasangkan infus RL 20 tpm
D: Tidak ditemukan adanya kelemahan, GCS 8 E1V2M5, pupil isokor 2/2mm,
refleks pupil (+).
E: Terdapat VL diregio temporal dextra telah dijahit ukuran 5x2 cm.
VE dan hematom pada temporal sinistra diameter ±10 cm.
VL di cruris dextra telah dijahit dengan ukuran 5x3 cm.
Multiple VE di manus dextra dengan berbagai ukuran ± 2x2 cm.
VL di pergelangan tangan dextra telah dijahit ukuran 8x2 cm.

2.3.1 Kesadaran Umum dan Tanda Vital

Keadaan umum : E1V2M5


Kesadaran : Somnolen
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 62 x/menit
Suhu : 37 OC
Pernafasan : 26 x/menit

2.3.2 Status Generalis

Kepala Terdapat VL diregio temporal dextra telah dijahit VE dan


hematom pada temporal sinistra.
Mata Konjungtiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (+/+), pupil 2/2 mm isokor, refleks pupil (+),
hematome pada kedua orbita
Hidung Deformitas septum nasi (-/-), sekret (-/-), mukosa hiperemis
(-/-), nafas cuping hidung (-), darah (+/+), deviasi (-)
Telinga Sekret (-/-), serumen (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan tragus
(-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
Mulut Bibir tidak sianosis, mukosa bibir kering(+), pucat (+)
Leher Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax I Gerakan dinding dada saat statis simetris kiri kanan, dan
pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan retraksi
dinding dada (-)
P Stem fremitus simetris kanan dan kiri
P Sonor seluruh lapang paru
A Suara nafas vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-)
ronhki (-/-)
Cor I Iktus kordis terlihat di ICS V sinistra midlavicula
P Iktus kordis teraba di ICS V sinistra midclavicula
P Batas jantung normal
A Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-), irama
reguler
Abdomen I Datar, tidak terdapat jejas
P Nyeri tekan (-) supel
P Timpani
A Bising usus (+) normal
Ekstremitas Sianosis (-), akral hangat (+/+), edema (-/-),CRT < 2’
superior Multiple VE di manus dextra
VL di pergelangan tangan dextra telah dijahit
Ekstremitas Sianosis (-), akral hangat (+/+), edema (-/-),CRT < 2’
inferior VL di cruris dextra telah dijahit

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 30 Juli 2019


No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
.
1. Hemoglobin 13,0 gr/dl 12-14 gr/dl
2. Hematokrit 39% 36-46%
3. Leukosit 27.100 mm3 5.000-10.000 mm3
4. Trombosit 247.000 sel/ mm3 150.000-400.000
sel/ mm3
5. Ureum 21 mg% 10-50 mg%
6. Creatinin 0,8 mg% 0,6-1,2 mg%
7. BSS 108 mg% 60-140 mg %
8. Natrium 139 mmol/L 136-146 mmol/L
9. Kalium 3,9 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L
10. Clorida 104 mmol/L 96-106 mmol/L
11. SGOT 43 10-35 U/L
12. SGPT 25 <41 U/L
13. HBSAg Non reactive Non reactive
14. Anti HCV Non reactive Non reactive
15. HIV Non reactive Non reactive
16. PT 13,7 9,7-13,1 detik
17. APTT 26,1 23,5-42,1 detik

2.4.2 Radiologi
1.Terdapat perdarahan subgaleal pada temporalis sinistra

2. Terdapat adanya fraktur kranium linier pada temporoparietal sinistra.

3. Terdapat adanya perdarahan epidural lesi hiperdens bentuk biconvex pada


daerah temporal sinistra ± 45 cc

4. Gyrus dan sulcus tidak terlihat jelas.

5. Ventricel simetris dan tidak melebar.

6. Tidak ada midline shift.

7. Cistein ambient terbuka.

8. Tidak tampak lesi intracerebral.

2.5 Diagnosis

Epidural hemoragic regio temporoparietal sinistra


Fraktur kranium linier regio temporoparietal sinistra
2.6 Tatalaksana
Terfacef 2x2 gr
Ranitidine 2x50 iv
Fenitoin 3x100 mg iv
PCT inf 3x1 gr iv
Manitol 4x125 cc
Transamin 3x500
Tutofusin/24 jam
Morfin 5mg/kgBB/J

Tindakan : Kraniotomi

2.7 Catatan Perkembangan


31 Juli S/ Sulit dinilai P  Terfacat 2x2 gr
2019 /  Ranitidine 2x50
O/ Sens= GCS 11 E3M6V2 iv
TD= 111/60 mmHg  Fenitoin 3x100
N= 58x/m mg iv
P= 16x/m  PCT inf 3x1 gr
O
S= 36,2 C iv
St. Lokalis Kepala:  Manitol 4x125
I: Tampak luka post op cc
temporoparietal sinistra  Transamin
berbalut perban, VL di 3x500
temporal dextra telah
 Tutofusin/24
dijahit berbalut perban
jam
Mata :
 Morfin
Pupil 3/3mm, refleks
5mg/kgBB/J
pupil +, tampak
hematome kedua orbita
Ekstremitas:
VL cruris dextra telah
dijahit, multiple VE
manus dextra

A/ Epidural hematoma post


op kraniotomi day-1

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Hematom epidural atau lebih dikenal dengan istilah Epidural hematoma


(EDH) adalah salah satu jenis perdarahan intracranial Gambar. Epidural
Hematoma2yang paling sering terjadi karena frakturtulangtengkorak. Otak di
tutupi olehtulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh
sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk
melindungi otak, menutupi sinus-sinusvena, dan membentuk periosteum tabula
interna.Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan
akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan
pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan
dura,ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi
dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal
dengan sebutan epidural hematom.

EDH adalah salah satu jenis perdarahan intrakranial yang paling sering
terjadi karena fraktur tulang tengkorak oleh karena adanya cedera mekanik
( trauma kepala).Cedera kepala adalahtrauma mekanik pada kepala yang terjadi
baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada
gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer
atau permanen.Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

3.2 Epidemiologi

Epidural hematoma terjadi pada 1% trauma kepala, Insiden tertinggi


terjadi pada usia 20-30 tahun, jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun atau lebih
dari 60 tahun, (disebabkan dura yang melekat erat pada tabula interna skull).
Fraktur terjadi pada 85% pasien dewasa. Kecelakaan lalulintas merupakan
penyebab terbanyak (30-70%), penyebab lain akibat terjatuh dan korban
kekerasan. Lokasi tersering pada daerah temporal, kemudian frontal, occipital dan
fossa posterior. 2-5% terjadi bilateral. Epidural hematoma terjadi akibat robekan
arteri meningea media atau cabang-cabangnya akibat fraktur pada daerah
temporoparietal. Akumulasi darah melepaskan perlekatan duramater dari dinding
tabula interna yang kemudian terisi hematoma.Kemungkinan lain pada awal
duramater terlepas dari dinding tabula interna kemudian ruang yang terbentuk
terisi oleh hematoma. Sumber perdarahan terbanyak bersumber dari perdarahan
arteri: arteri meningea media (85%), dapat juga berasal dari vena meningea media,
sinus duramater atau dari vena diploe.

3.3 Gejala klinis

Penurunan kesadaran terjadi pada 22-56% pasien. Gejala klasik epidural


hematoma meliputi: • Riwayat kehilangan kesadaran • Lucid interval terjadi pada
25-50% kasus • Terjadi penurunan kesadaran, • Tanda herniasi : dilatasi pupil
ipsilateral, hemiparesis kontralateral Jika tidak tertangani gejala dapat berlanjut
menyebabkan deserebrasi, distress pernapasan dan kematian. Perburukan gejala
dapat terjadi beberapa jam, atau beberapa hari. Waktu yang lama berhubungan
dengan perdarahan yang bersumber dari perdarahan vena. Gejala klinis lain dapat
berupa: cefalgia, muntah, kejang, hiperrefleksia, Refleks babinsky + unilateral. •
Hipertensi dan bradikardia dapat muncul sebagai bentuk dari Cushing respon
Dilatasi pupil terjadi pada 60% pasien , dimana 85% terjadi ipsilateral dengan lesi
EDH. Riwayat kehilangan kesadaran tidak terjadi pada 60%, lucid interval tidak
terjadi pada 20%. Pasien (lucid interval dapat juga terjadi pada kondisi lain
termaksud subdural hematoma)

3.4. Patofisiologi

Cedera disebabkan oleh laserasi arteri meningea mediaatau sinus dura,


dengan atau tanpa disertai fraktur tengkorak. Perdarahan dari EDH dapat
menyebabkan kompresi, pergeseran, dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK).
Pada EDH, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan duramater.
Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang
arteria meningea mediarobek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang
tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal
atau oksipital.3Arteri meningea mediamasukdi dalam tengkorak melalui foramen
spinosummelalui durameter dan tulang di permukaan dan os temporale.
Perdarahan yang terjadi menimbulkan EDH, desakan oleh hematoma akan
melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom
bertambah besar.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada
lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian
medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini
menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim
medis.3Tekanan dari herniasi pada sirkulasi arteriayang mengatur formation
retikularisdi medulla oblongatamenyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini
terdapat nuklei saraf cranial ketiga (oculomotorius). Tekanan pada saraf ini
mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan
kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan kelemahan
respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda
Babinskypositif. Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak
akan terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intrakranial yang
besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intrakranial antara lain
gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.3Karena perdarahan ini berasal
dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga makin lama makin
besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan sebentar
dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan merasakan
nyeri kepala yang progresif memberat kemudian kesadaran berangsur menurun.
Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi
kecelakaan disebut lucid interval.Fenomena lucid intervalterjadi karena cedera
primer yang ringan pada EDH. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya
hampir selalu berat atau epidural hematoma dengan trauma primerberat tidak
terjadi lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah
mengalami fase sadar.
Sumber perdarahan :
Arteri meningeamedia ( lucid interval: 2 –3 jam )
Sinus duramatis
Diploe (lubang yang mengisi kalvaria kranii) yang berisi a.diploica dan
v.diploica
Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah
saraf karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada
sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah
herniasi trans dan infra tentorial. Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala
yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat,
harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.

3.5 Pemeriksaan penunjang

 Plain skull x-rays Fraktur terjadi pada 60%.


 CT scan Gambaran klasik EDH: lesi hiperdens berbentuk bikonvex
3.4 Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan awal
• Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi (ABC), pasang collar brace
• elevasi kepala dari tempat tidur setinggi 30-45°
• pemberian cairan isotonis
• terapi medikamentosa sesuai keluhan yang timbul berupa analgetik,
antiemetic, H2 reseptor antagonis, antibiotik.
• Bila telah stabil pasien dirujuk ke fasilitas rumah sakit yang memiliki
sarana dokter spesialis bedah saraf. Epidural hematoma dengan gejala
minimal, tidak ada defisit neurologis fokal, tidak ada tanda herniasi dapat,
diberikan terapi, dengan medikamentosa, dengan observasi neurologis
ketat.
 Transfer/Rujukan ke fasilitas Rumah Sakit dengan sarana/spesialis bedah
sarah, dilakukan pada keadaan :
- Pasien tidak sadar atau GCS < 15
- Terdapat gejala defisit neurologis fokal : hemipareses, hipestesi,
gangguan penglihatan, ataksia.
- Suspek fraktur skull atau trauma penetrating (tanda fraktur basis kranii,
fraktur depress terbuka - Trauma kepala dengan mekanisme trauma
akibat benturan high energy :
o terlempar dari kendaraan bermotor,
o jatuh dari ketinggian lebih dari 1 meter, atau kurang pada batyi,
o tabrakan kendaraan bermotor kecepatan tinggi
- Riwayat kejang
- Suspek trauma servical Indikasi pembedahan
 Gejala klinis terdapat penurunan kesadaran, defisit neurologis lokal, tanda
herniasi dan gangguan kardiopulmonal.
 Dari CT Scan: epidural hematoma dengan volume >30 cc, tebal > 1 cm
dan pergeseran struktur midline <5mm
3.5 Prognosis

Angka mortalitas 20-55% . Dengan diagnosis serta penatalaksanaan yang


optimal dalam beberapa jam, angka mortalitas berkisar 5-10%. Adanya reflex
babinski positif bilateral serta postur deserebrasi preoperasi memperburuk
prognosis. Kematian biasanya disebabkan henti nafas akibat herniasi unkal yang
menyebabkan penekanan pada batang otak.

DAFTAR PUSTAKA

1.Anderson S. McCarty L., Cedera Susunan Saraf Pusat, Patofisiologi, edisi 4,


Agugrah P. EGC, Jakarta,1995, 1014-1016

2.De Jong W, Sjamsuhidajat R,. 2010. Buka Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta
EGC, hal 471 -497

4.Anonim. Epidural Hematoma [online]. 12 Desember 2011 [cited juni 2009];


Avaible from: URL: http://emedicine.medscape.com

5.Cherie Mininger. Epidural Hematoma. Dalam: Michael I. Greennberg, MD,


MPH. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jilid 1. Edisi: 1. Jakarta: Erlangga;
2008. h. 51.

6.U.S Department of Health & Human Services. Survei Primer dan Survei
Sekunder. [online] 2011 Jun 25 [cited 2011 Des 28]; Available from: URL:
http://www.chemm.com
7.Setiyohadi Bambang, Imam Subekti. Pemeriksaan Fisis Umum dalam: Aru
W.Sudoyo,dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing; 2009. h.30

8.American College of Surgeons Committee On Trauma. Advanced Trauma Life


Support Untuk Dokter. Uniter States of America: Komisi ATLS Pusat; 2004.
h.45-4710.Anonim, CPR. [online] 2007 [cited 2009 jan 4]; available from: URL:
www.lifespan.org

LAMPIRAN

Pre Op Post Op

Anda mungkin juga menyukai