Abstrak
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau
peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini,
peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi
penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan.
Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi
untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Mikroskop adalah alat yang di
gunakan untuk melihat, atau mengenali benda-benda renik yang terlihat kecil menjadi lebih
besar dari aslinya. Mikroskop yang sering digunakan sehari-hari di laboratorium adalah
mikroskop cahaya (Light Microscope, LM). Mikroskop cahaya merupakan mikroskop yang
mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik, berguna untuk
mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Hematoksilin dan Eosin adalah
metode pewarnaan yang banyak digunakan dalam dalam pewarnaan jaringan histologi,
sehingga diperlukan dalam diagnosa medis dan penelitian. Histokimia adalah teknik
histologis digunakan untuk belajar kimia jaringan dan sel, enzim
histokimia, imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya.
1. Pendahuluan
Dalam dunia pengetahuan khususnya di bidang ilmu biologi, tak akan pernah lepas
dari masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk
mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep biologi bila dikaitkan dengan
fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar dan menyelesaikan segala tuntutan-tuntutan hidup
yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan suatu cara atau metode untuk membantu
menyelesaikan segala pekerjaan manusia.
Kegiatan untuk mempelajari biologi sebaiknya dengan melakukan pendekatan proses
karena dengan begitu kita akan mendapatkan fakta atau konsep sendiri. Pengembangan ilmu
biologi tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, tetapi menggunakan cara atau metode
tertentu. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan metode observasi. Melalui
observasi, kita dapat mengetahui dan memahami suatu hal secara mendetail karena dalam
observasi kita pasti akan melakukan pengamatan-pengamatan atau peninjauan terhadap suatu
objek yang ingin kita ketahui lebih dalam.
Ilmu biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup.
Objek kajian biologi meliputi manusia, hewan, tumbuhan, serta mikroorganisme. Untuk
mempelajari objek kajian biologi tersebut perlu memahami konsep dan fakta yang ada
melalui pengamatan. Pengamatan adalah penggunaan indra untuk mengumpulkan informasi
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bantuan alat-alat seperti mikroskop yang
dapat memperluas kemampuan indera kita.
Mikroskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat dan mengamati
benda-benda kecil atau mikroorganisme yang biasa disebut sebagai jasad renik. Mikroskop
yang sering kita gunakan di laboratorium biasanya merupakan mikroskop cahaya (light
microscope, LM). Perkembangan teknologi yang berkemampuan melebihi indra manusia
berjalan seiring kemajuan sains. Pada tahun 1950-an ketika mikroskop elektron
diperkenalkan, perkembangan ilmu biologi semakin maju dengan pesat. Mikroskop elektron
(electron microscope, EM) mengungkapkan beberapa struktur bagian lain yang tidak
mungkin diresolusi dengan mikroskop cahaya.
Dalam ilmu biologi, terdapat unit fungsional terkecil yang mendasari makhluk hidup.
Unit fungsional terkecil tersebut adalah sel. Sel bersifat fundamental atau mendasar bagi
sistem kehidupan dalam ilmu biologi. Semua organisme tersusun dari sel. Oleh karena itu sel
disebut sebagai unit fundamental kehidupan.
Melihat dan mengamati suatu sel yang sangat kecil merupakan hal yang sangat sulit.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel dan jaringan,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel dan
jaringan ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
sitohistoteknologi.
2. Sub Topik
a. Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik
ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi dapat berlangsung dalam konteks
laboratoriurn dalam bentuk experimental maupun konteks alamiah. Sebagai metode ilmiah,
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang
diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada dasarnya observasi yang berarti melakukan pengamatan tersebut pasti memiliki
tujuan. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pemahaman atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Selain itu juga untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat,
faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Dengan
observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk
diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi
eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa
tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan
atau tempat penelitian.
Dari pengertian tentang observasi tersebut diatas menunjukkan karakteristik yang
dimiliki suatu kegiatan observasi, beberapa karakteristik observasi diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu objek perilaku subjek yang
diamati.
2. Kegiatan tersebut pada pokoknya menggunakan dan memanfaatkan kemampuan indera
pengamatan, terutama mata dan telinga.
3. Kegiatan pengamatan harus direncanakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai atau diperoleh.
4. Kegiatan pengamatan dilakukan secara sistematis yaitu dengan prosedur atau langkah-
langkah tertentu.
5. Hasilnya segera dicatat begitu pengamatan selesai, sehingga tidak lupa dan menyebabkan
data pengamatan bisa didapatkan.
6. Catatan pengamatan digunakan untuk memaknai perilaku subjek yang diamati, sehingga
pengamat memperoleh pemahaman tertentu atas subjek itu.
Dalam melakukan observasi atau pengamatan tentu terdapat prosedur atau teknik-
teknik untuk menjalankannya. Tidak mungkin suatu pengamatan ilmiah dilakukan secara
asal-asalan. Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya
cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1. Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi
atau observer turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Dalam observasi partisipan
a. Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan
tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya
pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi dan tidak terlalu insidental dalam
observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi
merupakan hal yang terbaik dan penting dalam observasi partisipan. Pencatatan on the spot
akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot
tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan
pencatatan dengan kata-kata kunci. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas
kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Secara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi
partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial dan
dapat juga pada semua kegiatan. Dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-
dalamnya atau secara minimal. Hal ini tergantung kepada situasi.
2. Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured
observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang
telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam
kategori-kategori itu.
a. Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih
terbatas. Sebagai alat untuk penelitian deskriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-
perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas
sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada
observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif. Perumusan-
perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara
pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1ajar, dan sebagainya. Dengan begitu
kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang
membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-
jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada
prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk
mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau
tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat
memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3. Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah atau natural ataupun dalam lingkup
experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-
peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau
perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk
menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-
faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observer telah dikontrol secermat-cermatnya,
sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-
dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel dan struktur subselular lain yang
tidak mungkin diresolusi mikroskop cahaya. Namun, kekurangan mikroskopi elektron adalah
bahwa metode yang digunakan untuk menyiapkan spesimen ternyata membunuh sel. Selain
itu, penyiapan spesimen dapat menimbulkan artifak, fitur struktural yang terlihat di mikrograf
namun tidak ada pada sel hidup.
5. Mikroskop akustik
Mikroskop ini menggunakan komputer untuk menganalisis gelombang suara untuk
malihat objek. Mikroskop akustik menghasilkan bayangan objek secara elektronik pada layar
televisi. Mikroskop ini dapat memperbesar objek sampai 5000 kali ukuran sebenarnya.
Mikroskop pada umumnya mikroskop cahaya yang biasa digunakan sehari-hari merupakan
suatu alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non
optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan
transparan. Mikroskop memiliki bagian-bagian yang terdiri dari bagian mekanik dan bagian
optik.
Pada bagian mekanik terdiri dari:
1. Kaki mikroskop
berfungsi untuk menyangga mikroskop.
2. Pilar atau sendi inklinasi
Berfungsi sebagai penghubung antara kaki dengan lengan mikroskop.
3. Pengatur kondensor
berfungsi untuk menarik turunkan kondensor.
4. Kondensor
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke benda yang sedang diamati
5. Lengan mikroskop
berfungsi sebagai pegangan mikroskop.
6. Engsel penggerak
berfungsi sebagai penghubung lengan dengan kaki mikroskop
7. Meja preparat
berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
8. Penjepit preparat atau pemegang sediaan
berfungsi untuk menjepit preparat yang akan diamati agar tidak bergeser.
9. Tabung mikroskop
berfungsi menghubungkan antara lensa objektif dan lensa okuler.
10. Revolver
berfungsi untuk menempatkan lensa objektif.
11. Sekrup pemutar kasar
berfungsi untuk menggerakkan tabung mikroskop secara cepat dari atas ke bawah.
12. Sekrup pemutar halus
berfungsi untuk menggerakkan tabung ke arah atas dan bawah secara lambat. Alat ini dipakai
jika objek telah terfokus dengan memutar pemutar kasar.
Pada bagian optik terdiri dari:
1. Cermin
Terdapat dua buah cermin, yaitu sebuah cermin datar dan sebuah cermin cekung. Fungsi
cermin adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan mengarahkan sinar pada objek yang
diamati. Cermin datar untuk sumber cahaya yang cukup terang dan cermin cekung untuk
sumber cahaya yang kurang terang .
2. Diafragma
Diafragma berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya sinar yang dipantulkan cermin
menuju ke mata.
3. Lensa okuler
Lensa okuler yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Lensa ini membentuk bayangan
maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar
bayangan objek, terletak pada bagian atas tabung.
4. Lensa objektif
Lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata,
terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver yang berfungsi untuk
menentukan perbesaran lensa objektif.
Hampir semua sel dan jaringan tubuh manusia tidak memiliki warna. Agar dapat
mengamati strukturnya, sel dan jaringan harus diwarnai terlebih dahulu. Pewarnaan atau
stainning merupakan pemberian warna pada jaringan atau sel atau komponennya supaya
mudah diamati di bawah mikroskop cahaya. Zat warna terdiri atas banyak jenis. Zat warna
yang digunakan harus memiliki syarat sebagai senyawa organik kompleks yang memiliki
pembawaan khusus seperti warna, dapat dipertahankan dalam jaringan, terdiri dari gugus
chromophore. Tiap bagian dari sel atau komponen dalam sel mempunyai sifat- sifat khusus.
Zat warna mempunyai kemampuan khusus dalam mewarnai jaringan sesuai sifatnya. Dua
macam zat warna denga sifat sama dapat mempengaruhi atau memberi kemampuan tidak
sama dalam mewarnai satu macam jaringan. Oleh karena itu perlu mengenali setiap bagian
dari sel & mengenali setiap zat warna yg akan digunakan.
Sebelum dapat diwarnai, jaringan-jaringan organ yang akan diamati akan menjalani
serangkaian proses yang disebut tissue processing. Pemprosesan jaringan ini akan
mengawetkan, mencegah pembusukan, dan memudahkan pewarnaan jaringan dan sel karena
mereka memiliki sifat alamiah untuk mengikat zat warna. Pekerjaan membuat jaringan
hingga siap untuk diamati disebut sebagai histoteknik. Jenis proses pembuatan preparat atau
sediaan histologi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Preparat rutin
Yang dimaksud dengan preparat rutin ialah preparat jaringan yang diproses secara
sederhana dan diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE). Pembuatan preparat
jenis ini sangat sering dilakukan di laboratorium histology atau mikroteknik sehingga dapat
dikatakan dikerjakan secara rutin. Preparat jenis ini biasa digunakan dalam proses pendidikan
karena sebagian besar struktur mikroskopis sudah dapat didemonstrasikan dengan teknik ini.
2. Preparat khusus
Preparat khusus ialah preparat yang dibuat dengan teknik tertentu dan lebih sulit
dalam pengerjaannya. Pengerjaannya dilakukan sewaktu-waktu dikarenakan faktor kesulitan
dan penggunaan bahan-bahan yang lebih mahal. Preparat khusus dapat berupa preparat
dengan pewarnaan khusus, misalnya dengan pewarnaan perak, pewarnaan lemak, pewarnaan
neuroglia, imunohistokimia, in situ hybrization, dan preparat untuk mikroskopi elektron.
Beberapa teknik pewarnaan sel dan jaringan yang dapat dilakukan untuk memberikan
warna pada sel dan jaringan agar lebih mudah untuk diamati yaitu sebagai berikut.
1. Metode Histokimia
Histokimia adalah teknik histologis yang digunakan untuk belajar kimia jaringan dan
sel, enzim histokimia, imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya. Prinsip
dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat
tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta
cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila
senyawa pewarna bersifat positif. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru,
kristalviolet, safranin dan lain-lain. Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan
satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana.
2. Imunohistokimia
Imunohistokimia adalah suatu teknik untuk mendeteksi keberadaan berbagai macam
komponen yang terdapat di dalam sel atau jaringan dengan menggunakan prinsip reaksi
ikatan antigen (Ag) dan antibodi (Ab). Antigen dapat
berupa protein, glikoprotein, proteoglikan. Sedangkan antibodi merupakan Protein
serum yang dikenal sebagai imunoglobulin. Antibodi terbentuk dalam sistem
kekebalan humoral oleh sel plasma. Ada lima jenis antibodi yang ditemukan dalam darah,
antara lain IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM. IgG adalah yang paling umum dan paling
sering digunakan antibodi untuk imunohistokimia.
Teknik imunohistokimia dapat digunakan untuk mempelajari distribusi enzim spesifik
serta mendeteksi keberadaan berbagai komponen aktif yang terdapat di dalam sel atau
jaringan seperti protein dan karbohidrat. Terdapat dua metode pewarnaan imunohistokimia,
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung hanya menggunakan
satu antibodi, yaitu antibodi primer yang telah dilabel. Metode tidak langsung menggunakan
dua antibodi, yaitu antibodi primer tanpa dilabel dan antibodi sekunder yang telah dilabel.
Prinsip pewarnaan imunohistokimia metode peroksidase, yaitu antigen yang ada pada
jaringan diikatkan dengan antibodi primer yang spesifik. Lalu antibodi primer yang terikat
antigen kemudian diikatkan pula dengan antibodi sekunder yang telah dilabel enzim
peroksidase.
3. Metode pelabelan fluoresensi
Fluorosensi menunjukkan letak molekul spesifik dalam sel dengan cara melabeli
molekul dengan menggunakan pewarna atau antibodi fluorosen. Zat-zat fluorosen ini
menyerap radiasi ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak.
Pewarnaan yang rutin digunakan di laboratorium histopatologi di seluruh dunia adalah
pewarnaan HE. Pewarnaan ini terdiri atas masing-masingnya zat warna utamanya adalah
hematoxylin dan eosin. Larutan pewarna hematoxylin mengandung beberapa zat lainnya
selain daripada zat warna hematoxylin, dikenal sebagai zat mordan. Larutan eosin dibuat
dengan melarutkan zat warna eosin dalam akuades dan alkohol. HE merupakan teknik
pewarnaan yang berdasarkan pada prinsip asam basa. Larutan hematoxylin bersifat basa
sedangkan larutan eosin bersifat asam. Sifat basa pada larutan hematoxylin akan
memungkinkan hematoxylin berikatan terutama dengan komponen selyang bersifat asam.
Hematoxylin sendiri bukanlah zat warna yang benar-benar bersifat basa. Kita dapat
mengamati bahwa warna biru yang ditimbulkan hematoxylin akan banyak ditemukan pada
nukleus. Hal ini terjadi karena nukleus mengandung DNA dan RNA, suatu zat yang bersifat
asam. Sementara itu, eosin akan mengikat komponen sel yang bersifat asam.
3. Kesimpulan
Dari berbagai pengertian metode observasi yang dapat dilacak dari berbagai sumber
dapat disimpulkan bahwa metode observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan
pengamatan secara inderawi yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta
dimaknai atau diinterpretasikan dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang
diamati. Dalam pengamatan dapat menggunakan alat seperti mikroskop. Mikroskop adalah
alat yang digunakan untuk melihat benda yang teramat kecil. Berdasarkan fungsinya
mikroskop dibagi menjadi 2 yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop
cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya seperti sinar matahari
sedangkan mikroskop elektron yaitu mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya listrik.
Salah satu contoh objek yang biasanya diamati menggunakan mikroskop adalah sel. Dalam
mengamati sel menggunakan mikroskop tidaklah mudah karena pada dasrnya sel dan
jaringan tidak berwarna. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan teknik
pewarnaan sel dan jaringan. Pewarnaan sel dan jaringan dilakukan agar berbagai unsur sel
dan jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan.
dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.
Mikroskop adalah alat yang di gunakan untuk melihat, atau mengenali benda-benda renik
yang terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya. Mikroskop yang sering digunakan
sehari-hari di laboratorium adalah mikroskop cahaya (Light Microscope, LM). Mikroskop
cahaya merupakan mikroskop yang mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari alat-alat
yang bersifat optik, berguna untuk mengamati benda-benda atau preparat yang
transparan. Hematoksilin dan Eosin adalah metode pewarnaan yang banyak digunakan
dalam dalam pewarnaan jaringan histologi, sehingga diperlukan dalam diagnosa medis dan
penelitian. Histokimia adalah teknik histologis digunakan untuk belajar kimia jaringan dan
sel, enzim histokimia, imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya.
1. Pendahuluan
Dalam dunia pengetahuan khususnya di bidang ilmu biologi, tak akan pernah lepas
dari masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk
mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep biologi bila dikaitkan dengan
fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar dan menyelesaikan segala tuntutan-tuntutan hidup
yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan suatu cara atau metode untuk membantu
menyelesaikan segala pekerjaan manusia.
Kegiatan untuk mempelajari biologi sebaiknya dengan melakukan pendekatan proses
karena dengan begitu kita akan mendapatkan fakta atau konsep sendiri. Pengembangan ilmu
biologi tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, tetapi menggunakan cara atau metode
tertentu. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan metode observasi. Melalui
observasi, kita dapat mengetahui dan memahami suatu hal secara mendetail karena dalam
observasi kita pasti akan melakukan pengamatan-pengamatan atau peninjauan terhadap suatu
objek yang ingin kita ketahui lebih dalam.
Ilmu biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup.
Objek kajian biologi meliputi manusia, hewan, tumbuhan, serta mikroorganisme. Untuk
mempelajari objek kajian biologi tersebut perlu memahami konsep dan fakta yang ada
melalui pengamatan. Pengamatan adalah penggunaan indra untuk mengumpulkan informasi
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bantuan alat-alat seperti mikroskop yang
dapat memperluas kemampuan indera kita.
Mikroskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat dan mengamati
benda-benda kecil atau mikroorganisme yang biasa disebut sebagai jasad renik. Mikroskop
yang sering kita gunakan di laboratorium biasanya merupakan mikroskop cahaya (light
microscope, LM). Perkembangan teknologi yang berkemampuan melebihi indra manusia
berjalan seiring kemajuan sains. Pada tahun 1950-an ketika mikroskop elektron
diperkenalkan, perkembangan ilmu biologi semakin maju dengan pesat. Mikroskop elektron
(electron microscope, EM) mengungkapkan beberapa struktur bagian lain yang tidak
mungkin diresolusi dengan mikroskop cahaya.
Dalam ilmu biologi, terdapat unit fungsional terkecil yang mendasari makhluk hidup.
Unit fungsional terkecil tersebut adalah sel. Sel bersifat fundamental atau mendasar bagi
sistem kehidupan dalam ilmu biologi. Semua organisme tersusun dari sel. Oleh karena itu sel
disebut sebagai unit fundamental kehidupan.
Melihat dan mengamati suatu sel yang sangat kecil merupakan hal yang sangat sulit.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel dan jaringan,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel dan
jaringan ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
sitohistoteknologi.
2. Sub Topik
a. Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik
ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi dapat berlangsung dalam konteks
laboratoriurn dalam bentuk experimental maupun konteks alamiah. Sebagai metode ilmiah,
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang
diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada dasarnya observasi yang berarti melakukan pengamatan tersebut pasti memiliki
tujuan. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pemahaman atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Selain itu juga untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat,
faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Dengan
observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk
diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi
eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa
tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan
atau tempat penelitian.
Dari pengertian tentang observasi tersebut diatas menunjukkan karakteristik yang
dimiliki suatu kegiatan observasi, beberapa karakteristik observasi diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu objek perilaku subjek yang
diamati.
2. Kegiatan tersebut pada pokoknya menggunakan dan memanfaatkan kemampuan indera
pengamatan, terutama mata dan telinga.
3. Kegiatan pengamatan harus direncanakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai atau diperoleh.
4. Kegiatan pengamatan dilakukan secara sistematis yaitu dengan prosedur atau langkah-
langkah tertentu.
5. Hasilnya segera dicatat begitu pengamatan selesai, sehingga tidak lupa dan menyebabkan
data pengamatan bisa didapatkan.
6. Catatan pengamatan digunakan untuk memaknai perilaku subjek yang diamati, sehingga
pengamat memperoleh pemahaman tertentu atas subjek itu.
Dalam melakukan observasi atau pengamatan tentu terdapat prosedur atau teknik-
teknik untuk menjalankannya. Tidak mungkin suatu pengamatan ilmiah dilakukan secara
asal-asalan. Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya
cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1. Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi
atau observer turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Dalam observasi partisipan
a. Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan
tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya
pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi dan tidak terlalu insidental dalam
observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi
merupakan hal yang terbaik dan penting dalam observasi partisipan. Pencatatan on the spot
akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot
tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan
pencatatan dengan kata-kata kunci. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas
kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Secara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi
partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial dan
dapat juga pada semua kegiatan. Dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-
dalamnya atau secara minimal. Hal ini tergantung kepada situasi.
2. Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured
observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang
telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam
kategori-kategori itu.
a. Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih
terbatas. Sebagai alat untuk penelitian deskriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-
perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas
sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada
observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif. Perumusan-
perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara
pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1ajar, dan sebagainya. Dengan begitu
kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang
membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-
jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada
prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk
mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau
tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat
memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3. Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah atau natural ataupun dalam lingkup
experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-
peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau
perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk
menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-
faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observer telah dikontrol secermat-cermatnya,
sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-
dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel dan struktur subselular lain yang
tidak mungkin diresolusi mikroskop cahaya. Namun, kekurangan mikroskopi elektron adalah
bahwa metode yang digunakan untuk menyiapkan spesimen ternyata membunuh sel. Selain
itu, penyiapan spesimen dapat menimbulkan artifak, fitur struktural yang terlihat di mikrograf
namun tidak ada pada sel hidup.
5. Mikroskop akustik
Mikroskop ini menggunakan komputer untuk menganalisis gelombang suara untuk
malihat objek. Mikroskop akustik menghasilkan bayangan objek secara elektronik pada layar
televisi. Mikroskop ini dapat memperbesar objek sampai 5000 kali ukuran sebenarnya.
Mikroskop pada umumnya mikroskop cahaya yang biasa digunakan sehari-hari merupakan
suatu alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non
optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan
transparan. Mikroskop memiliki bagian-bagian yang terdiri dari bagian mekanik dan bagian
optik.
Pada bagian mekanik terdiri dari:
1. Kaki mikroskop
berfungsi untuk menyangga mikroskop.
2. Pilar atau sendi inklinasi
Berfungsi sebagai penghubung antara kaki dengan lengan mikroskop.
3. Pengatur kondensor
berfungsi untuk menarik turunkan kondensor.
4. Kondensor
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke benda yang sedang diamati
5. Lengan mikroskop
berfungsi sebagai pegangan mikroskop.
6. Engsel penggerak
berfungsi sebagai penghubung lengan dengan kaki mikroskop
7. Meja preparat
berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
8. Penjepit preparat atau pemegang sediaan
berfungsi untuk menjepit preparat yang akan diamati agar tidak bergeser.
9. Tabung mikroskop
berfungsi menghubungkan antara lensa objektif dan lensa okuler.
10. Revolver
berfungsi untuk menempatkan lensa objektif.
11. Sekrup pemutar kasar
berfungsi untuk menggerakkan tabung mikroskop secara cepat dari atas ke bawah.
12. Sekrup pemutar halus
berfungsi untuk menggerakkan tabung ke arah atas dan bawah secara lambat. Alat ini dipakai
jika objek telah terfokus dengan memutar pemutar kasar.
Pada bagian optik terdiri dari:
1. Cermin
Terdapat dua buah cermin, yaitu sebuah cermin datar dan sebuah cermin cekung. Fungsi
cermin adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan mengarahkan sinar pada objek yang
diamati. Cermin datar untuk sumber cahaya yang cukup terang dan cermin cekung untuk
sumber cahaya yang kurang terang .
2. Diafragma
Diafragma berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya sinar yang dipantulkan cermin
menuju ke mata.
3. Lensa okuler
Lensa okuler yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Lensa ini membentuk bayangan
maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar
bayangan objek, terletak pada bagian atas tabung.
4. Lensa objektif
Lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata,
terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver yang berfungsi untuk
menentukan perbesaran lensa objektif.
Mikroskop merupakan peralatan yang berharga yang harus diperlakukan dengan baik. Untuk
membawa mikroskop itu pegang tangkainya dengan satu tangan. Letakkan tangan yang satu lagi
pada bagian bawah untuk menopangnya. Jangan mengayun atau melambung, atau
menggetarkannya sewaktu meletakkan mikroskop itu. Janganlah mencoba mengangkat mikroskop
pada tubuh tabungnya. Akan ada bagian dari mikroskop yang terlepas dan jatuh ke lantai bila kita
memegangnya secara demikian. Kita juga tidak akan dapat mengamati dengan baik dan jelas dengan
mikroskop yang kotor. Peralatan harus dibersihkan setiap saat akan digunakan. Gunakan kain yang
lembut untuk membersihkan bagian logamnya. Akan tetapi harus hati-hati karena debu merupakan
musuh lensa yang terbesar. Lensa yang kotor harus dibersihkan dengan kain yang lembut, kapas
pengisap atau kertas lensa yang telah dibasahi dengan air bersabun, alkohol, atau lisol.
Untuk menggunakan mikroskop dengan baik dan benar maka kita harus Menemukan lapang
pandang dengan mengatur penyinaran. Untuk menghasilkan lapang pandang adalah dengan
mengatur cermin sambil melihat lensa okuler agar sinar masuk ke diafragma, sehingga menghasilkan
pemantulan yang optimal. Bagian yang terang berbentuk bulat dinamakan lapang pandang.
Mengatur fokus mikroskop atau bayangan dengan perbesaran lemah bisa dilakukan dengan
cara meletakkan preparat di atas meja preparat, dijepit dengan penjepit sambil mengamati mikroskop
dari samping tabung mikroskop diturunkan dengan pemutar kasar, lakukan secara hati-hati hingga
lensa objektif tidak menyentuh preparat. Kemudian lihatlah melalui lensa okuler dan dengan perlahan-
lahan naikkanlah tabung mikroskop sehingga objek terlihat jelas. Setelah objek tampak, putarlah
pemutar halus ke depan atau ke belakang sehingga mendapatkan bayangan sebaik-baiknya.
Perbesaran mikroskop diperoleh dengan cara mengalikan angka pada lensa objektif dengan angka
yang tertera pada lensa okuler. Misalnya 5x lensa objektif 10x lensa okuler maka perbesarannya 50x.
Sedangkan untuk mengatur fokus mikroskop dengan perbesaran kuat dapat dilakukan
dengan mengubah lensa objektif yang memiliki perbesaran lemah dengan yang lebih kuat. Misalnya
lensa objektif perbesaran 5x dapat diganti dengan 10x atau 40x dengan memutar revolver sampai
terdengar suara terdetak. Pemutar halus diputar ke depan atau ke belakang agar diperoleh objek
yang lebih jelas.
c. Pewarnaan sel dan jaringan
Dalam jenjang organisasi biologis, sel merupakan kumpulan materi paling sederhana
yang dapat hidup. Bahkan terdapat beraneka ragam bentuk kehidupan yang hadir sebagai
organisme bersel tunggal. Organisme yang lebih kompleks termasuk tumbuhan dan hewan
bersifat multiselular, tubuh organisme semacam itu merupakan hasil kerja sama antara
banyak jenis sel yang terspesialisasi yang tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama
secara sendirian. Akan tetapi, ketika tersususn kedalam tingkat organisasi yang lebih tinggi,
misalnya jaringan dan organn, sel merupakan unit dasar bagi struktur dan fungsi organisme.
Hampir semua sel dan jaringan tubuh manusia tidak memiliki warna. Agar dapat
mengamati strukturnya, sel dan jaringan harus diwarnai terlebih dahulu. Pewarnaan atau
stainning merupakan pemberian warna pada jaringan atau sel atau komponennya supaya
mudah diamati di bawah mikroskop cahaya. Zat warna terdiri atas banyak jenis. Zat warna
yang digunakan harus memiliki syarat sebagai senyawa organik kompleks yang memiliki
pembawaan khusus seperti warna, dapat dipertahankan dalam jaringan, terdiri dari gugus
chromophore. Tiap bagian dari sel atau komponen dalam sel mempunyai sifat- sifat khusus.
Zat warna mempunyai kemampuan khusus dalam mewarnai jaringan sesuai sifatnya. Dua
macam zat warna denga sifat sama dapat mempengaruhi atau memberi kemampuan tidak
sama dalam mewarnai satu macam jaringan. Oleh karena itu perlu mengenali setiap bagian
dari sel & mengenali setiap zat warna yg akan digunakan.
Sebelum dapat diwarnai, jaringan-jaringan organ yang akan diamati akan menjalani
serangkaian proses yang disebut tissue processing. Pemprosesan jaringan ini akan
mengawetkan, mencegah pembusukan, dan memudahkan pewarnaan jaringan dan sel karena
mereka memiliki sifat alamiah untuk mengikat zat warna. Pekerjaan membuat jaringan
hingga siap untuk diamati disebut sebagai histoteknik. Jenis proses pembuatan preparat atau
sediaan histologi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Preparat rutin
Yang dimaksud dengan preparat rutin ialah preparat jaringan yang diproses secara
sederhana dan diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE). Pembuatan preparat
jenis ini sangat sering dilakukan di laboratorium histology atau mikroteknik sehingga dapat
dikatakan dikerjakan secara rutin. Preparat jenis ini biasa digunakan dalam proses pendidikan
karena sebagian besar struktur mikroskopis sudah dapat didemonstrasikan dengan teknik ini.
2. Preparat khusus
Preparat khusus ialah preparat yang dibuat dengan teknik tertentu dan lebih sulit
dalam pengerjaannya. Pengerjaannya dilakukan sewaktu-waktu dikarenakan faktor kesulitan
dan penggunaan bahan-bahan yang lebih mahal. Preparat khusus dapat berupa preparat
dengan pewarnaan khusus, misalnya dengan pewarnaan perak, pewarnaan lemak, pewarnaan
neuroglia, imunohistokimia, in situ hybrization, dan preparat untuk mikroskopi elektron.
Beberapa teknik pewarnaan sel dan jaringan yang dapat dilakukan untuk memberikan
warna pada sel dan jaringan agar lebih mudah untuk diamati yaitu sebagai berikut.
1. Metode Histokimia
Histokimia adalah teknik histologis yang digunakan untuk belajar kimia jaringan dan
sel, enzim histokimia, imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya. Prinsip
dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat
tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta
cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila
senyawa pewarna bersifat positif. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru,
kristalviolet, safranin dan lain-lain. Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan
satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana.
2. Imunohistokimia
Imunohistokimia adalah suatu teknik untuk mendeteksi keberadaan berbagai macam
komponen yang terdapat di dalam sel atau jaringan dengan menggunakan prinsip reaksi
ikatan antigen (Ag) dan antibodi (Ab). Antigen dapat
berupa protein, glikoprotein, proteoglikan. Sedangkan antibodi merupakan Protein
serum yang dikenal sebagai imunoglobulin. Antibodi terbentuk dalam sistem
kekebalan humoral oleh sel plasma. Ada lima jenis antibodi yang ditemukan dalam darah,
antara lain IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM. IgG adalah yang paling umum dan paling
sering digunakan antibodi untuk imunohistokimia.
Teknik imunohistokimia dapat digunakan untuk mempelajari distribusi enzim spesifik
serta mendeteksi keberadaan berbagai komponen aktif yang terdapat di dalam sel atau
jaringan seperti protein dan karbohidrat. Terdapat dua metode pewarnaan imunohistokimia,
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung hanya menggunakan
satu antibodi, yaitu antibodi primer yang telah dilabel. Metode tidak langsung menggunakan
dua antibodi, yaitu antibodi primer tanpa dilabel dan antibodi sekunder yang telah dilabel.
Prinsip pewarnaan imunohistokimia metode peroksidase, yaitu antigen yang ada pada
jaringan diikatkan dengan antibodi primer yang spesifik. Lalu antibodi primer yang terikat
antigen kemudian diikatkan pula dengan antibodi sekunder yang telah dilabel enzim
peroksidase.
3. Metode pelabelan fluoresensi
Fluorosensi menunjukkan letak molekul spesifik dalam sel dengan cara melabeli
molekul dengan menggunakan pewarna atau antibodi fluorosen. Zat-zat fluorosen ini
menyerap radiasi ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak.
Pewarnaan yang rutin digunakan di laboratorium histopatologi di seluruh dunia adalah
pewarnaan HE. Pewarnaan ini terdiri atas masing-masingnya zat warna utamanya adalah
hematoxylin dan eosin. Larutan pewarna hematoxylin mengandung beberapa zat lainnya
selain daripada zat warna hematoxylin, dikenal sebagai zat mordan. Larutan eosin dibuat
dengan melarutkan zat warna eosin dalam akuades dan alkohol. HE merupakan teknik
pewarnaan yang berdasarkan pada prinsip asam basa. Larutan hematoxylin bersifat basa
sedangkan larutan eosin bersifat asam. Sifat basa pada larutan hematoxylin akan
memungkinkan hematoxylin berikatan terutama dengan komponen selyang bersifat asam.
Hematoxylin sendiri bukanlah zat warna yang benar-benar bersifat basa. Kita dapat
mengamati bahwa warna biru yang ditimbulkan hematoxylin akan banyak ditemukan pada
nukleus. Hal ini terjadi karena nukleus mengandung DNA dan RNA, suatu zat yang bersifat
asam. Sementara itu, eosin akan mengikat komponen sel yang bersifat asam.
3. Kesimpulan
Dari berbagai pengertian metode observasi yang dapat dilacak dari berbagai sumber
dapat disimpulkan bahwa metode observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan
pengamatan secara inderawi yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta
dimaknai atau diinterpretasikan dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang
diamati. Dalam pengamatan dapat menggunakan alat seperti mikroskop. Mikroskop adalah
alat yang digunakan untuk melihat benda yang teramat kecil. Berdasarkan fungsinya
mikroskop dibagi menjadi 2 yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop
cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya seperti sinar matahari
sedangkan mikroskop elektron yaitu mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya listrik.
Salah satu contoh objek yang biasanya diamati menggunakan mikroskop adalah sel. Dalam
mengamati sel menggunakan mikroskop tidaklah mudah karena pada dasrnya sel dan
jaringan tidak berwarna. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan teknik
pewarnaan sel dan jaringan. Pewarnaan sel dan jaringan dilakukan agar berbagai unsur sel
dan jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan.