Anda di halaman 1dari 27

OBSERVASI, MIKROSKOPIS, PEWARNAAN SEL DAN JARINGAN

Oleh : Ukfa Nur Udin [201310070311054]

Abstrak
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau
peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini,
peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi
penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan.
Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi
untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Mikroskop adalah alat yang di
gunakan untuk melihat, atau mengenali benda-benda renik yang terlihat kecil menjadi lebih
besar dari aslinya. Mikroskop yang sering digunakan sehari-hari di laboratorium adalah
mikroskop cahaya (Light Microscope, LM). Mikroskop cahaya merupakan mikroskop yang
mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik, berguna untuk
mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Hematoksilin dan Eosin adalah
metode pewarnaan yang banyak digunakan dalam dalam pewarnaan jaringan histologi,
sehingga diperlukan dalam diagnosa medis dan penelitian. Histokimia adalah teknik
histologis digunakan untuk belajar kimia jaringan dan sel, enzim
histokimia,   imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya.

1.    Pendahuluan
Dalam dunia pengetahuan khususnya di bidang ilmu biologi, tak akan pernah lepas
dari masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk
mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep biologi bila dikaitkan dengan
fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar dan menyelesaikan segala tuntutan-tuntutan hidup
yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan suatu cara atau metode untuk membantu
menyelesaikan segala pekerjaan manusia.
Kegiatan untuk mempelajari biologi sebaiknya dengan melakukan pendekatan proses
karena dengan begitu kita akan mendapatkan fakta atau konsep sendiri. Pengembangan ilmu
biologi tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, tetapi menggunakan cara atau metode
tertentu. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan metode observasi. Melalui
observasi, kita dapat mengetahui dan memahami suatu hal secara mendetail karena dalam
observasi kita pasti akan melakukan pengamatan-pengamatan atau peninjauan terhadap suatu
objek yang ingin kita ketahui lebih dalam.
Ilmu biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup.
Objek kajian biologi meliputi manusia, hewan, tumbuhan, serta mikroorganisme. Untuk
mempelajari objek kajian biologi tersebut perlu memahami konsep dan fakta yang ada
melalui pengamatan. Pengamatan adalah penggunaan indra untuk mengumpulkan informasi
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bantuan alat-alat seperti mikroskop yang
dapat memperluas kemampuan indera kita.
Mikroskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat dan mengamati
benda-benda kecil atau mikroorganisme yang biasa disebut sebagai jasad renik. Mikroskop
yang sering kita gunakan di laboratorium biasanya merupakan mikroskop cahaya (light
microscope, LM). Perkembangan teknologi yang berkemampuan melebihi indra manusia
berjalan seiring kemajuan sains. Pada tahun 1950-an ketika mikroskop elektron
diperkenalkan,  perkembangan ilmu biologi semakin maju dengan pesat. Mikroskop elektron
(electron microscope, EM) mengungkapkan beberapa struktur bagian lain yang tidak
mungkin diresolusi dengan mikroskop cahaya.
Dalam ilmu biologi, terdapat unit fungsional terkecil yang mendasari makhluk hidup.
Unit fungsional terkecil tersebut adalah sel. Sel bersifat fundamental atau mendasar bagi
sistem kehidupan dalam ilmu biologi. Semua organisme tersusun dari sel. Oleh karena itu sel
disebut sebagai unit fundamental kehidupan.
Melihat dan mengamati suatu sel yang sangat kecil merupakan hal yang sangat sulit.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel dan jaringan,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel dan
jaringan ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
sitohistoteknologi.

2.    Sub Topik
a.      Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik
ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi dapat berlangsung dalam konteks
laboratoriurn dalam bentuk experimental maupun konteks alamiah. Sebagai metode ilmiah,
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang
diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada dasarnya observasi yang berarti melakukan pengamatan tersebut pasti memiliki
tujuan. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pemahaman atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Selain itu juga untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat,
faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Dengan
observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk
diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi
eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa
tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan
atau tempat penelitian.
Dari pengertian tentang observasi tersebut diatas menunjukkan karakteristik yang
dimiliki suatu kegiatan observasi, beberapa karakteristik observasi diantaranya adalah sebagai
berikut.
1.      Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu objek perilaku subjek yang
diamati.
2.      Kegiatan tersebut pada pokoknya menggunakan dan memanfaatkan kemampuan indera
pengamatan, terutama mata dan telinga.
3.      Kegiatan pengamatan harus direncanakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai atau diperoleh.
4.      Kegiatan pengamatan dilakukan secara sistematis yaitu dengan prosedur atau langkah-
langkah tertentu.
5.      Hasilnya segera dicatat begitu pengamatan selesai, sehingga tidak lupa dan menyebabkan
data pengamatan bisa didapatkan.
6.      Catatan pengamatan digunakan untuk memaknai perilaku subjek yang diamati, sehingga
pengamat memperoleh pemahaman tertentu atas subjek itu.

Dalam melakukan observasi atau pengamatan tentu terdapat prosedur atau teknik-
teknik untuk menjalankannya. Tidak mungkin suatu pengamatan ilmiah dilakukan secara
asal-asalan. Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya
cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1. Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi
atau observer turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Dalam observasi partisipan
a. Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan
tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya
pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi dan tidak terlalu insidental dalam
observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi
merupakan hal yang terbaik dan penting dalam observasi partisipan. Pencatatan on the spot
akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot
tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan
pencatatan dengan kata-kata kunci. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas
kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Secara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi
partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial dan
dapat juga pada semua kegiatan. Dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-
dalamnya atau secara minimal. Hal ini tergantung kepada situasi.
2. Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured
observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang
telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam
kategori-kategori itu.
a. Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih
terbatas. Sebagai alat untuk penelitian deskriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-
perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas
sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada
observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif. Perumusan-
perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara
pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1ajar, dan sebagainya. Dengan begitu
kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang
membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-
jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada
prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk
mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau
tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat
memudahkan pekerjaan analisis hasil.

3. Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah atau natural ataupun dalam lingkup
experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-
peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau
perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk
menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-
faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observer telah dikontrol secermat-cermatnya,
sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-
dimensi tertentu terhadap tingkah laku.

Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :


      Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua
observer.
      Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang
akan diamati oleh observer.
      Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observer tidak tahu maksud yang sebenannya dan
observasi.
      Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara
observer mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
Dalam melakukan observasi terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan dan
dilakukan secara sistematis agar tidak terjadi kesalahan atau kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan dan kegiatan observasi berjalan dengan baik. Langkah-langkah dalam melakukan
observasi adalah sebagai berikut:
a.         Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.
b.        Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.
c.         Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.
d.        Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
e.         Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah menyediakan buku
catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.
Saat melakukan pengamatan, terdapat cara atau metode pengamatan yang perlu untuk
diketahui oleh seorang observer. Bentuk-bentuk metode pengamatan berdasarkan keterlibatan
penelitiannya dibedakan sebagai berikut.
a.        Pengamatan biasa
Pada pengamatan biasa, pengamat merupakan orang yang sepenuhnya melakukan
pengamatan. la tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan pelaku yang menjadi objek
penelitian.
b.       Pengamatan terkendali (controlled observation)
Dalam pengamatan terkendali, pengamat juga sepenuhnya melakukan pengamatan. la
tidak memiliki hubungan apa pun dengan objek yang diamatinya. Akan tetapi, berbeda
dengan pengamatan biasa pada pengamatan terkendali objek yang menjadi sasaran penelitian
ditempatkan dalam suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti. Dalam lingkungan yang
terbatas tersebut, pengamat mengadakan berbagai percobaan atas objek sasaran penelitian.
Pengamatan terkendali umumnya dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan dalam
melaporkan hasil pengamatan dan biasanya banyak digunakan dalam penelitian yang
mengkhususkan perhatian pada usaha mengetahui sebanyak mungkin sifat kelompok kecil.
     c.   Pengamatan terlibat (participant observation)
Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang paling sering digunakan
dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Dalam pengamatan terlibat, pengamat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati. Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian,
tinggal di tempat tersebut untuk jangka waktu tertentu, mempelajari bahasa, atau dialek
setempat, kemudian berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sambil melakukan
pengamatan.
Selain berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya, metode pengamatan juga dibagi
berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan seperti berikut ini.

a.    Pengamatan tidak berstruktur


Pada pengamatan yang tidak berstruktur, tidak ada suatu ketentuan mengenai apa
yang harus diamati oleh pengamat. Sebelum mulai mengumpulkan data, pengamatnya tidak
mempunyai format pencatatan atau ketentuan baku tentang cara-cara pencatatan hasil
pengamatan. Pengamatan yang tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian-penelitian
antropologi ataupun dalam penelitian yang sifatnya eksploratori.

b.    Pengamatan berstruktur


Pada pengamatan berstruktur, apa yang hendak diamati telah direncanakan oleh
peneliti secara sistematis, sehingga isi pengamatan lebih sempit dan lebih terarah dibanding
isi pengamatan yang tidak berstruktur. Dalam mengumpulkan data, peneliti berpedoman
kepada format pencatatan atau ketentuan baku yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kegiatan observasi atau pengamatan perlu ditunjang dengan alat-alat yang dapat
mendukung demi kelncaran suatu pengamatan. Hal itu juga bertujuan untuk menambah
ketepatan dalam pengamatan. Alat-alat yang bisa digunakan peneliti antara lain.
a.       Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.
b.      Kamera, untuk merekam berbagai kegiatan secara visual.
c.       Film atau video, untuk merekam kegiatan objek penelitian secara audio-visual.
d.      Buku dan pulpen, untuk mencatat hasil penelitian.
e.      Mikroskop, untuk meneliti benda-benda kecil seperti jasad renik.
Seorang pengamat tentu saja tidak harus menggunakan seluruh peralatan di atas. Penggunaan
alat-alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan kemampuan peneliti.
Dalam melakukan observasi atau pengamatan juga terdapat prinsip-prinsip yang perlu
dicermati oleh para peneliti. Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak
melakukan pengamatan sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagai
berikut.
a.         Pengamatan sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan
objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.
b.        Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat bahwa
makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin tidak teliti
hasilnya.
c.         Sebelum pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan prosedur
pengamatan.
d.         Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta
bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.
Apapun yang ada di dunia ini takkan pernah ada yang sempurna. Segala hal di
alam semesta ini pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu pula dengan
observasi penelitian, terdapat kelemahan  dan kelebihan dari observasi antara lain.
a.         Kelebihan observasi
1.      Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku
pertumbuhan, dan sebagainya sewaktu kejadian tersebut masih berlaku atau sewaktu
perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-data dari
ingatan seseorang.
2.      Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal
ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian.
b.    Kelemahan observasi
1.      Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap
satu kejadian.
2.      Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung
lama.
3.      Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi.
b.      Mikroskop
Mikroskop adalah peralatan yang didesain untuk memperbesar gambaran objek atau
spesimen yang berukuran kecil. Mikroskop membantu mikrobiologis dalam mempelajari dan
mendapatkan informasi tentang ciri-ciri organisme. Mikroskop pertama kali dikembangkan
pada abad ke-16 yang menggunakan lensa sederhana untuk mengatur cahaya biasa. Pertama
kali perbesaran terbatas kira-kira 10 kali dari ukuran objek sebenarnya. Setelah mengalami
perbaikan akhirnya perbesaran bisa mencapai 270 sampai 400 kali.
Mikroskopi adalah teknik-teknik dalam penggunaan mikroskop. Dua parameter
penting dalam mikroskopi adalah perbesaran dan daya resolusi atau daya urai. Persebsaran
adalah perbandingan ukuran citra objek dengan ukuran sebenarnya. Sedangkan resolusi
adalah ukuran kejelasan citra yaitu jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga
masih bisa dibedakan sebagai dua titik. Resolusi ini dibatasi oleh gelombang cahaya
terpendek yang digunakan untuk menyinari spesimen. Parameter terpenting ketiga dalam
mikroskopi adalah kontras, yang mempertajam perbedaan dalam bagian-bagian dari sampel.
Sebagian besar peningkatan mutu mikroskopi cahaya dalam seratus tahun terakhir melibatkan
metode-metode terbaru dalam peningkatan kontras, misalnya pewarnaan atau pelabelan
komponen-komponen sel agar terlihat menonjol.
Tahun 1632-1723, Anthony van Lauwenhoek dapat membuat lensa-lensa dengan
perbesaran yang memuaskan untuk melihat benda-benda yan kecil. Walaupun demikian
terdapat keterbatasan kemampuan sebuah mikroskop dalam daya urainya. Setelah kemajuan
dalam bidang teknologi maka bermunculan berbagai tipe mikroskop modern. Mikroskop
modern meliputi mikroskop cahaya, mikroskop ultraviolet, mikroskop fluerense, mikroskop
elektron, dan mikroskop akustik.
1.      Mikroskop cahaya
Mikroskop ini menggunakan cahaya putih biasa untuk melihat mikroorganisme.
Cahaya dapat dilewatkan secara langsung melalui objek atau disekitar tepi objek. Polarisasi
cahaya dengan melewatkan cahaya biasa melalui dua filter dapat digunakan untuk melihat
bagian-bagian objek lebih jelas. Mikroskop cahaya membantu mikroskopis dalam melihat
perbesaran objek secara langsung dengan mata. Seperti daya resolusi mata manusia yang
terbatas, mikroskop cahaya tidak dapat meresolusi detail yang lebih kecil dari 0,2 mikrometer
atau 200 nanometer.
Mikroskop cahaya dan memperbesar objek hingga 1000 kali dari ukuran sebenarnya.
Mikroskop cahaya menggunakan satu lensa atau lebih lensa untuk mengatur pemusatan
cahaya. Mikroskop cahaya sederhana menggunakan satu lensa sedangkan mikroskop cahaya
kompleks ( compound light microscope ) menggunakan dua set lensa. Mikroskop cahaya,
berlensa okuler tungga dikenal dengan nama Mikroskop Monokuler sedangkan yang berlensa
okuler ganda dikenal dengan nama Mikroskop Binokuler.
2.      Mikroskop ultraviolet ( UV )
Mikroskop UV menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang lebih pendek dari
cahaya putih untuk melihat organisme. Mikroskop UV dapat melihat objek yang lebih kecil
dari objek yang terlihat oleh mikroskop cahaya. Bayangan yang dihasilkan tercatat pada film
fotografi, sehingga mikroskopis tidak melihat bayangan objek secara langsung. Perbesaran
yang mungkin dengan mikroskop UV kira-kira sama dengan perbesaran mikroskop cahaya.
3.      Mikroskop fluoresen
Mikroskop fluoresen juga menggunakan UV. Penggunaan mikroskop ini melibatkan
pemakain zat warna fluoresen untuk mewarnai objek. Pewarnaan akan mempermudah kita
dalam mendeteksi dan mengidentifikasi tipe sel tertentu. Mikroskop fluoresen membantu
mikroskopis melihat objek secara langsung dan dapat memperbesar objek hingga 1000 kali
ukuran sebenarnya.
4.      Mikroskop elektron
Mikroskop elektron pertama kali dibuat oleh Knoll dan Rusha pada tahun 1932.
perkembangan mikroskop elektron tergantung pada teknologi memperoleh panjang
gelombang yang sangat pendek dengan meningkatkan tegangan listrik. Mikroskop elektron
memfokuskan seberkas elektron melalui spesimen atau pada permukannya. Resolusi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi yang digunakan mikroskop untuk
mencitra, dan berkas elektron memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek daripada
cahaya tampak. Mikroskop elektron modern secara teoritis dapat mencapai resolusi sekitar
0,002 nm, walaupun untuk kegunaan praktis biasanya mikroskop semacam itu tidak dapat
meresolusi struktur biologis yang lebih kecil daripada 2 nm. Tetap saja, resolusi ini
merupakan peningkatan seratus kali lipat dari mikroskop cahaya. Hal tersebut memberikan
harapan besar untuk kemajuan penelitian dibidang ilmu pengetahuan biologi seluler.
Ada dua jenis mikroskop elektron, yaitu mikroskop elektro transisi dan mikroskop
elektron scanning yang mempunyai keuntungan yaitu diperoleh bayangan tiga dimensi
dengan memberikan gambaran kontur permukaan jaringan atau struktur dalam sel.
1.      Mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM)
 Mikroskop elektron payar atau scanning berguna untuk penelitian terperinci
mengenai permukaan spesimen. Berkas elektron memindai permukaan sampel, yang biasanya
dilapisi selapis tipis emas. Berkas tersebut mengeksitasi elektron pada permukaan, dan
elektron-elektron sekunder ini terdeteksi oleh alat yang menerjemahkan pola elektron
menjadi sinyal elektronik ke layar video. Hasil yang diperoleh adalah citra topografi
spesimen. Scanning Electron Microscope memiliki medan kedalaman yang besar,
menghasilkan citra yang tampak berdimensi tiga.
2.      Mikroskop elektron transmisi (transmission electron microscope, TEM)
 Mikroskop elektron transmisi digunakan untuk mempelajari ultrastruktur internal sel.
Mikroskop ini mengarahkan berkas elektron melalui irisan spesimen yang snagat tipis, mirip
dengan cara mikroskop cahaya meneruskan cahaya melalui objek. Spesimen ini telah
diwarnai dengan atom-atom logam berat yang melekat ke struktur selular tertentu, sehingga
meningkatkan kerapatan atom di beberapa bagian sel melebihi bagian lain. Elektron yang
melewati spesimen lebih banyak yang dihamburkan di wilayah yang berdensitas tinggi,
sehingga lebih sedikit yang diteruskan. Citra menampilkan pola elektron yang diteruskan.
Sebagai ganti penggunaan lensa kaca, mikroskop ini menggunakan elektromagnet sebagai
lensa untuk membengkokkan jalur elektron, dan akhirnya memfokuskan citra ke layar untuk
dilihat atau ke film fotografi.

Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel dan struktur subselular lain yang
tidak mungkin diresolusi mikroskop cahaya. Namun, kekurangan mikroskopi elektron adalah
bahwa metode yang digunakan untuk menyiapkan spesimen ternyata membunuh sel. Selain
itu, penyiapan spesimen dapat menimbulkan artifak, fitur struktural yang terlihat di mikrograf
namun tidak ada pada sel hidup.

5.      Mikroskop akustik
Mikroskop ini menggunakan komputer untuk menganalisis gelombang suara untuk
malihat objek. Mikroskop akustik menghasilkan bayangan objek secara elektronik pada layar
televisi. Mikroskop ini dapat memperbesar objek sampai 5000 kali ukuran sebenarnya.
Mikroskop pada umumnya mikroskop cahaya yang biasa digunakan sehari-hari merupakan
suatu alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non
optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan
transparan. Mikroskop memiliki bagian-bagian yang terdiri dari bagian mekanik dan bagian
optik.
Pada bagian mekanik terdiri dari:
1.      Kaki mikroskop
berfungsi untuk menyangga mikroskop.
2.      Pilar atau sendi inklinasi
Berfungsi sebagai penghubung antara kaki dengan lengan mikroskop.
3.      Pengatur kondensor
berfungsi untuk menarik turunkan kondensor.
4.      Kondensor
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke benda yang sedang diamati
5.      Lengan mikroskop
berfungsi sebagai pegangan mikroskop.
6.      Engsel penggerak
berfungsi sebagai penghubung lengan dengan kaki mikroskop
7.      Meja preparat
berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
8.      Penjepit preparat atau pemegang sediaan
berfungsi untuk menjepit preparat yang akan diamati agar tidak bergeser.
9.      Tabung mikroskop
berfungsi menghubungkan antara lensa objektif dan lensa okuler.
10.  Revolver
berfungsi untuk menempatkan lensa objektif.
11.  Sekrup pemutar kasar
berfungsi untuk menggerakkan tabung mikroskop secara cepat dari atas ke bawah.
12.  Sekrup pemutar halus
berfungsi untuk menggerakkan tabung ke arah atas dan bawah secara lambat. Alat ini dipakai
jika objek telah terfokus dengan memutar pemutar kasar.
Pada bagian optik terdiri dari:
1.      Cermin
Terdapat dua buah cermin, yaitu sebuah cermin datar dan sebuah cermin cekung. Fungsi
cermin adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan mengarahkan sinar pada objek yang
diamati. Cermin datar untuk sumber cahaya yang cukup terang dan cermin cekung untuk
sumber cahaya yang kurang terang .
2.      Diafragma
Diafragma berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya sinar yang dipantulkan cermin
menuju ke mata.
3.      Lensa okuler
Lensa okuler yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Lensa ini membentuk bayangan
maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar
bayangan objek, terletak pada bagian atas tabung.
4.      Lensa objektif
Lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini  membentuk bayangan nyata,
terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver yang berfungsi untuk
menentukan perbesaran lensa objektif.

Mikroskop merupakan peralatan yang berharga yang harus diperlakukan dengan


baik. Untuk membawa mikroskop itu pegang tangkainya dengan satu tangan. Letakkan
tangan yang satu lagi pada bagian bawah untuk menopangnya. Jangan mengayun atau
melambung, atau menggetarkannya sewaktu meletakkan mikroskop itu. Janganlah
mencoba mengangkat mikroskop pada tubuh tabungnya. Akan ada bagian dari
mikroskop yang terlepas dan jatuh ke lantai bila kita memegangnya secara demikian.
Kita juga tidak akan dapat mengamati dengan baik dan jelas dengan mikroskop yang
kotor. Peralatan harus dibersihkan setiap saat akan digunakan. Gunakan kain yang
lembut untuk membersihkan bagian logamnya. Akan tetapi harus hati-hati karena debu
merupakan musuh lensa yang terbesar. Lensa yang kotor harus dibersihkan dengan
kain yang lembut, kapas pengisap atau kertas lensa yang telah dibasahi dengan air
bersabun, alkohol, atau lisol.
Untuk menggunakan mikroskop dengan baik dan benar maka kita harus
Menemukan lapang pandang dengan mengatur penyinaran. Untuk menghasilkan lapang
pandang adalah dengan mengatur cermin sambil melihat lensa okuler agar sinar masuk
ke diafragma, sehingga menghasilkan pemantulan yang optimal. Bagian yang terang
berbentuk bulat dinamakan lapang pandang.
Mengatur fokus mikroskop atau bayangan dengan perbesaran lemah bisa
dilakukan dengan cara meletakkan preparat di atas meja preparat, dijepit dengan
penjepit sambil mengamati mikroskop dari samping tabung mikroskop diturunkan
dengan pemutar kasar, lakukan secara hati-hati hingga lensa objektif tidak menyentuh
preparat. Kemudian lihatlah melalui lensa okuler dan dengan perlahan-lahan naikkanlah
tabung mikroskop sehingga objek terlihat jelas. Setelah objek tampak, putarlah pemutar
halus ke depan atau ke belakang sehingga mendapatkan bayangan sebaik-baiknya.
Perbesaran mikroskop diperoleh dengan cara mengalikan angka pada lensa objektif
dengan angka yang tertera pada lensa okuler. Misalnya 5x lensa objektif 10x lensa
okuler maka perbesarannya 50x.
Sedangkan untuk mengatur fokus mikroskop dengan perbesaran kuat dapat
dilakukan dengan mengubah lensa objektif yang memiliki perbesaran lemah dengan
yang lebih kuat. Misalnya lensa objektif perbesaran 5x dapat diganti dengan 10x atau
40x dengan memutar revolver sampai terdengar suara terdetak. Pemutar halus diputar
ke depan atau ke belakang agar diperoleh objek yang lebih jelas.
c.       Pewarnaan sel dan jaringan
Dalam jenjang organisasi biologis, sel merupakan kumpulan materi paling sederhana
yang dapat hidup. Bahkan terdapat beraneka ragam bentuk kehidupan yang hadir sebagai
organisme bersel tunggal. Organisme yang lebih kompleks termasuk tumbuhan dan hewan
bersifat multiselular, tubuh organisme semacam itu merupakan hasil kerja sama antara
banyak jenis sel yang terspesialisasi yang tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama
secara sendirian. Akan tetapi, ketika tersususn kedalam tingkat organisasi yang lebih tinggi,
misalnya jaringan dan organn, sel merupakan unit dasar bagi struktur dan fungsi organisme.

Hampir semua sel dan jaringan tubuh manusia tidak memiliki warna. Agar dapat
mengamati strukturnya, sel dan jaringan harus diwarnai terlebih dahulu. Pewarnaan atau
stainning merupakan pemberian warna pada jaringan atau sel atau komponennya supaya
mudah diamati di bawah mikroskop cahaya. Zat warna  terdiri atas banyak jenis. Zat warna
yang digunakan harus memiliki syarat sebagai senyawa organik kompleks yang memiliki
pembawaan khusus seperti warna, dapat dipertahankan dalam jaringan, terdiri dari gugus
chromophore. Tiap bagian dari sel atau komponen dalam sel mempunyai sifat- sifat khusus.
Zat warna mempunyai kemampuan khusus dalam mewarnai jaringan sesuai sifatnya. Dua
macam zat warna denga sifat sama dapat mempengaruhi atau memberi kemampuan tidak
sama dalam mewarnai satu macam jaringan. Oleh karena itu perlu mengenali setiap bagian
dari sel & mengenali setiap zat warna yg akan digunakan.
Sebelum dapat diwarnai, jaringan-jaringan organ yang akan diamati akan menjalani
serangkaian proses yang disebut tissue processing. Pemprosesan jaringan ini akan
mengawetkan, mencegah pembusukan, dan memudahkan pewarnaan jaringan dan sel karena
mereka memiliki sifat alamiah untuk mengikat zat warna. Pekerjaan membuat jaringan
hingga siap untuk diamati disebut sebagai histoteknik. Jenis proses pembuatan preparat atau
sediaan histologi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.    Preparat rutin
Yang dimaksud dengan preparat rutin ialah preparat jaringan yang diproses secara
sederhana dan diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE). Pembuatan preparat
jenis ini sangat sering dilakukan di laboratorium histology atau mikroteknik sehingga dapat
dikatakan dikerjakan secara rutin. Preparat jenis ini biasa digunakan dalam proses pendidikan
karena sebagian besar struktur mikroskopis sudah dapat didemonstrasikan dengan teknik ini.
2.    Preparat khusus
Preparat khusus ialah preparat yang dibuat dengan teknik tertentu dan lebih sulit
dalam pengerjaannya. Pengerjaannya dilakukan sewaktu-waktu dikarenakan faktor kesulitan
dan penggunaan bahan-bahan yang lebih mahal. Preparat khusus dapat berupa preparat
dengan pewarnaan khusus, misalnya dengan pewarnaan perak, pewarnaan lemak, pewarnaan
neuroglia, imunohistokimia, in situ hybrization, dan preparat untuk mikroskopi elektron.
Beberapa teknik pewarnaan sel dan jaringan yang dapat dilakukan untuk memberikan
warna pada sel dan jaringan agar lebih mudah untuk diamati yaitu sebagai berikut.
1.      Metode Histokimia
Histokimia adalah teknik histologis yang digunakan untuk belajar kimia jaringan dan
sel, enzim histokimia,  imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya. Prinsip
dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat
tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta
cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila
senyawa pewarna bersifat positif. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru,
kristalviolet, safranin dan lain-lain. Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan
satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana.
2.      Imunohistokimia
Imunohistokimia adalah suatu teknik untuk mendeteksi keberadaan berbagai macam
komponen yang terdapat di dalam sel atau jaringan dengan menggunakan prinsip reaksi
ikatan antigen (Ag) dan antibodi (Ab). Antigen dapat
berupa protein, glikoprotein, proteoglikan. Sedangkan antibodi merupakan Protein
serum yang dikenal sebagai imunoglobulin. Antibodi terbentuk dalam sistem
kekebalan humoral oleh sel plasma. Ada lima jenis antibodi yang ditemukan dalam darah,
antara lain IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM.  IgG adalah yang paling umum dan paling
sering digunakan antibodi untuk imunohistokimia.
Teknik imunohistokimia dapat digunakan untuk mempelajari distribusi enzim spesifik
serta mendeteksi keberadaan berbagai komponen aktif yang terdapat di dalam sel atau
jaringan seperti protein dan karbohidrat. Terdapat dua metode pewarnaan imunohistokimia,
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung hanya menggunakan
satu antibodi, yaitu antibodi primer yang telah dilabel. Metode tidak langsung menggunakan
dua antibodi, yaitu antibodi primer tanpa dilabel dan antibodi sekunder yang telah dilabel.
Prinsip pewarnaan imunohistokimia metode peroksidase, yaitu antigen yang ada pada
jaringan diikatkan dengan antibodi primer yang spesifik. Lalu antibodi primer yang terikat
antigen kemudian diikatkan pula dengan antibodi sekunder yang telah dilabel enzim
peroksidase.
3.      Metode pelabelan fluoresensi
Fluorosensi menunjukkan letak molekul spesifik dalam sel dengan cara melabeli
molekul dengan menggunakan pewarna atau antibodi fluorosen. Zat-zat fluorosen ini
menyerap radiasi ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak.
Pewarnaan yang rutin digunakan di laboratorium histopatologi di seluruh dunia adalah
pewarnaan HE. Pewarnaan ini terdiri atas masing-masingnya zat warna utamanya adalah
hematoxylin dan eosin. Larutan pewarna hematoxylin mengandung beberapa zat lainnya
selain daripada zat warna hematoxylin, dikenal sebagai zat mordan. Larutan eosin dibuat
dengan melarutkan zat warna eosin dalam akuades dan alkohol. HE merupakan teknik
pewarnaan yang berdasarkan pada prinsip asam basa. Larutan hematoxylin bersifat basa
sedangkan larutan eosin bersifat asam. Sifat basa pada larutan hematoxylin akan
memungkinkan hematoxylin berikatan terutama dengan komponen selyang bersifat asam.
Hematoxylin sendiri bukanlah zat warna yang benar-benar bersifat basa. Kita dapat
mengamati bahwa warna biru yang ditimbulkan hematoxylin akan banyak ditemukan pada
nukleus. Hal ini terjadi karena nukleus mengandung DNA dan RNA, suatu zat yang bersifat
asam. Sementara itu, eosin akan mengikat komponen sel yang bersifat asam.

 Dalam  pengamatan histologi didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan.


Beberapa istilah pewarnaan yang didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan adalah
sebagai berikut.
1.      Asidofilik
Asidofilik menjabarkan pola pewarnaan sel jaringan tertentu yang menggunakan
pewarnaan asam dan basa. Secara khusus, asidofilik merujuk pada sifat struktur yang senang
berikatan dengan zat warna asam. Pada pewarnaan yang menggunakan eosin, suatu zat warna
yang bersifat asam, makna asidofilik dapat disamakan dengan eosinofilik. Bagian sel yang
sering menunjukkan sifat asidofilik adalah sitoplasma sel. Zat warna asam lainnya adalah
biru anilin, acid fuchsin, dan orang G.
2.      Basofilik
Basofilik merujuk pada sifat struktur yang senang berikatan dengan zat warna basa.
Zat warna basa yang sering digunakan adalah hematoxylin. Selain hematoxylin, zat warna
basa lainnya adalah biru toluidin. Bagian sel yang menunjukkan sifat basofilik adalah
nukleus.
3.      Chromaffin
Chromaffin merujuk pada keadaan yang dapat didemonstrasikan oleh pewarnaan
garam chromium. Garam chromaffin mengoksidasi dan mempolimerisasi katekolamin untuk
membentuk warna coklat, yang terkuat warnanya dihasilkan oleh sel yang menyekresikan
noradrenalin.
4.      Metakromasia
Metakromasia adalah perubahan khas pada warna dari pewarnaan yang terjadi pada
jaringan biologis, ditunjukkan oleh zat warna anilin tertentu saat zat warna tersebut berikatan
dengan bahan-bahan tertentu yang terdapat pada jaringan biologis, yang disebut
chromotrophes. Sebagai contoh biru toluidin menjadi merah muda (pink), tidak mewarnai
jaringan menjadi biru saat berikatan dengan cartilage. Ketiadaan perubahan warna pada
pewarnaan dinamai ortokromasi.  
5.      Periodic Acid Schiff (PAS)
Reaksi terhadap pewarnaan PAS menunjukkan adanya glikogen dalam jaringan.
Periodic acid akan mengoksidasi residu glukosa dan menghasilkan aldehida yang selanjutnya
bereaksi dengan reagen Schiff dan menimbulkan warna magenta-purple. Pewarnaan PAS
diberi perona berupa pewarnaan basa misalnya hematoxylin. Pewarnaan PAS akan
menunjukkan keberadaan karbohidrat pada jaringan ikat, mukus, dan membran basal jaringan
epitel.
6.      Sudanofil
Pewarnaan Sudan adalah penggunaan zat warna untuk mewarnai bahan-bahan
sudanofil, biasanya lemak. Pewarnaan sudan digunakan untuk mendemonstrasikan
trigliserida, lipid, dan lipoprotein

3.    Kesimpulan
Dari berbagai pengertian metode observasi yang dapat dilacak dari berbagai sumber
dapat disimpulkan bahwa metode observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan
pengamatan secara inderawi yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta
dimaknai atau diinterpretasikan dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang
diamati. Dalam pengamatan dapat menggunakan alat seperti mikroskop. Mikroskop adalah
alat yang digunakan untuk melihat benda yang teramat kecil. Berdasarkan fungsinya
mikroskop dibagi menjadi 2 yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop
cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya seperti sinar matahari
sedangkan mikroskop elektron yaitu mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya listrik.
Salah satu contoh objek yang biasanya diamati menggunakan mikroskop adalah sel. Dalam
mengamati sel menggunakan mikroskop tidaklah mudah karena pada dasrnya sel dan
jaringan tidak berwarna. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan teknik
pewarnaan sel dan jaringan. Pewarnaan sel dan jaringan dilakukan agar berbagai unsur sel
dan jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan.
dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.
Mikroskop adalah alat yang di gunakan untuk melihat, atau mengenali benda-benda renik
yang terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya. Mikroskop yang sering digunakan
sehari-hari di laboratorium adalah mikroskop cahaya (Light Microscope, LM). Mikroskop
cahaya merupakan mikroskop yang mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari alat-alat
yang bersifat optik, berguna untuk mengamati benda-benda atau preparat yang
transparan. Hematoksilin dan Eosin adalah metode pewarnaan yang banyak digunakan
dalam dalam pewarnaan jaringan histologi, sehingga diperlukan dalam diagnosa medis dan
penelitian. Histokimia adalah teknik histologis digunakan untuk belajar kimia jaringan dan
sel, enzim histokimia,  imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya.

1.    Pendahuluan
Dalam dunia pengetahuan khususnya di bidang ilmu biologi, tak akan pernah lepas
dari masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk
mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep biologi bila dikaitkan dengan
fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar dan menyelesaikan segala tuntutan-tuntutan hidup
yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan suatu cara atau metode untuk membantu
menyelesaikan segala pekerjaan manusia.
Kegiatan untuk mempelajari biologi sebaiknya dengan melakukan pendekatan proses
karena dengan begitu kita akan mendapatkan fakta atau konsep sendiri. Pengembangan ilmu
biologi tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, tetapi menggunakan cara atau metode
tertentu. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan metode observasi. Melalui
observasi, kita dapat mengetahui dan memahami suatu hal secara mendetail karena dalam
observasi kita pasti akan melakukan pengamatan-pengamatan atau peninjauan terhadap suatu
objek yang ingin kita ketahui lebih dalam.
Ilmu biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup.
Objek kajian biologi meliputi manusia, hewan, tumbuhan, serta mikroorganisme. Untuk
mempelajari objek kajian biologi tersebut perlu memahami konsep dan fakta yang ada
melalui pengamatan. Pengamatan adalah penggunaan indra untuk mengumpulkan informasi
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bantuan alat-alat seperti mikroskop yang
dapat memperluas kemampuan indera kita.
Mikroskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat dan mengamati
benda-benda kecil atau mikroorganisme yang biasa disebut sebagai jasad renik. Mikroskop
yang sering kita gunakan di laboratorium biasanya merupakan mikroskop cahaya (light
microscope, LM). Perkembangan teknologi yang berkemampuan melebihi indra manusia
berjalan seiring kemajuan sains. Pada tahun 1950-an ketika mikroskop elektron
diperkenalkan,  perkembangan ilmu biologi semakin maju dengan pesat. Mikroskop elektron
(electron microscope, EM) mengungkapkan beberapa struktur bagian lain yang tidak
mungkin diresolusi dengan mikroskop cahaya.
Dalam ilmu biologi, terdapat unit fungsional terkecil yang mendasari makhluk hidup.
Unit fungsional terkecil tersebut adalah sel. Sel bersifat fundamental atau mendasar bagi
sistem kehidupan dalam ilmu biologi. Semua organisme tersusun dari sel. Oleh karena itu sel
disebut sebagai unit fundamental kehidupan.
Melihat dan mengamati suatu sel yang sangat kecil merupakan hal yang sangat sulit.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel dan jaringan,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel dan
jaringan ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
sitohistoteknologi.

2.    Sub Topik
a.      Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik
ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi dapat berlangsung dalam konteks
laboratoriurn dalam bentuk experimental maupun konteks alamiah. Sebagai metode ilmiah,
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang
diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada dasarnya observasi yang berarti melakukan pengamatan tersebut pasti memiliki
tujuan. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pemahaman atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Selain itu juga untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat,
faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Dengan
observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk
diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi
eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa
tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan
atau tempat penelitian.
Dari pengertian tentang observasi tersebut diatas menunjukkan karakteristik yang
dimiliki suatu kegiatan observasi, beberapa karakteristik observasi diantaranya adalah sebagai
berikut.
1.      Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu objek perilaku subjek yang
diamati.
2.      Kegiatan tersebut pada pokoknya menggunakan dan memanfaatkan kemampuan indera
pengamatan, terutama mata dan telinga.
3.      Kegiatan pengamatan harus direncanakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai atau diperoleh.
4.      Kegiatan pengamatan dilakukan secara sistematis yaitu dengan prosedur atau langkah-
langkah tertentu.
5.      Hasilnya segera dicatat begitu pengamatan selesai, sehingga tidak lupa dan menyebabkan
data pengamatan bisa didapatkan.
6.      Catatan pengamatan digunakan untuk memaknai perilaku subjek yang diamati, sehingga
pengamat memperoleh pemahaman tertentu atas subjek itu.

Dalam melakukan observasi atau pengamatan tentu terdapat prosedur atau teknik-
teknik untuk menjalankannya. Tidak mungkin suatu pengamatan ilmiah dilakukan secara
asal-asalan. Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya
cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1. Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi
atau observer turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Dalam observasi partisipan
a. Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan
tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya
pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi dan tidak terlalu insidental dalam
observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi
merupakan hal yang terbaik dan penting dalam observasi partisipan. Pencatatan on the spot
akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot
tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan
pencatatan dengan kata-kata kunci. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas
kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Secara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi
partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial dan
dapat juga pada semua kegiatan. Dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-
dalamnya atau secara minimal. Hal ini tergantung kepada situasi.
2. Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured
observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang
telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam
kategori-kategori itu.
a. Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih
terbatas. Sebagai alat untuk penelitian deskriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-
perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas
sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada
observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif. Perumusan-
perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara
pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1ajar, dan sebagainya. Dengan begitu
kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang
membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-
jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada
prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk
mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau
tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat
memudahkan pekerjaan analisis hasil.

3. Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah atau natural ataupun dalam lingkup
experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-
peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau
perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk
menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-
faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observer telah dikontrol secermat-cermatnya,
sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-
dimensi tertentu terhadap tingkah laku.

Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :


      Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua
observer.
      Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang
akan diamati oleh observer.
      Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observer tidak tahu maksud yang sebenannya dan
observasi.
      Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara
observer mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
Dalam melakukan observasi terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan dan
dilakukan secara sistematis agar tidak terjadi kesalahan atau kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan dan kegiatan observasi berjalan dengan baik. Langkah-langkah dalam melakukan
observasi adalah sebagai berikut:
a.         Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.
b.        Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.
c.         Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.
d.        Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
e.         Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah menyediakan buku
catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.
Saat melakukan pengamatan, terdapat cara atau metode pengamatan yang perlu untuk
diketahui oleh seorang observer. Bentuk-bentuk metode pengamatan berdasarkan keterlibatan
penelitiannya dibedakan sebagai berikut.
a.        Pengamatan biasa
Pada pengamatan biasa, pengamat merupakan orang yang sepenuhnya melakukan
pengamatan. la tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan pelaku yang menjadi objek
penelitian.
b.       Pengamatan terkendali (controlled observation)
Dalam pengamatan terkendali, pengamat juga sepenuhnya melakukan pengamatan. la
tidak memiliki hubungan apa pun dengan objek yang diamatinya. Akan tetapi, berbeda
dengan pengamatan biasa pada pengamatan terkendali objek yang menjadi sasaran penelitian
ditempatkan dalam suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti. Dalam lingkungan yang
terbatas tersebut, pengamat mengadakan berbagai percobaan atas objek sasaran penelitian.
Pengamatan terkendali umumnya dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan dalam
melaporkan hasil pengamatan dan biasanya banyak digunakan dalam penelitian yang
mengkhususkan perhatian pada usaha mengetahui sebanyak mungkin sifat kelompok kecil.
     c.   Pengamatan terlibat (participant observation)
Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang paling sering digunakan
dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Dalam pengamatan terlibat, pengamat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati. Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian,
tinggal di tempat tersebut untuk jangka waktu tertentu, mempelajari bahasa, atau dialek
setempat, kemudian berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sambil melakukan
pengamatan.
Selain berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya, metode pengamatan juga dibagi
berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan seperti berikut ini.

a.    Pengamatan tidak berstruktur


Pada pengamatan yang tidak berstruktur, tidak ada suatu ketentuan mengenai apa
yang harus diamati oleh pengamat. Sebelum mulai mengumpulkan data, pengamatnya tidak
mempunyai format pencatatan atau ketentuan baku tentang cara-cara pencatatan hasil
pengamatan. Pengamatan yang tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian-penelitian
antropologi ataupun dalam penelitian yang sifatnya eksploratori.

b.    Pengamatan berstruktur


Pada pengamatan berstruktur, apa yang hendak diamati telah direncanakan oleh
peneliti secara sistematis, sehingga isi pengamatan lebih sempit dan lebih terarah dibanding
isi pengamatan yang tidak berstruktur. Dalam mengumpulkan data, peneliti berpedoman
kepada format pencatatan atau ketentuan baku yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kegiatan observasi atau pengamatan perlu ditunjang dengan alat-alat yang dapat
mendukung demi kelncaran suatu pengamatan. Hal itu juga bertujuan untuk menambah
ketepatan dalam pengamatan. Alat-alat yang bisa digunakan peneliti antara lain.
a.       Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.
b.      Kamera, untuk merekam berbagai kegiatan secara visual.
c.       Film atau video, untuk merekam kegiatan objek penelitian secara audio-visual.
d.      Buku dan pulpen, untuk mencatat hasil penelitian.
e.      Mikroskop, untuk meneliti benda-benda kecil seperti jasad renik.
Seorang pengamat tentu saja tidak harus menggunakan seluruh peralatan di atas. Penggunaan
alat-alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan kemampuan peneliti.
Dalam melakukan observasi atau pengamatan juga terdapat prinsip-prinsip yang perlu
dicermati oleh para peneliti. Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak
melakukan pengamatan sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagai
berikut.
a.         Pengamatan sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan
objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.
b.        Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat bahwa
makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin tidak teliti
hasilnya.
c.         Sebelum pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan prosedur
pengamatan.
d.         Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta
bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.
Apapun yang ada di dunia ini takkan pernah ada yang sempurna. Segala hal di alam semesta
ini pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu pula dengan observasi penelitian, terdapat
kelemahan  dan kelebihan dari observasi antara lain.
a.         Kelebihan observasi
1.      Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan
sebagainya sewaktu kejadian tersebut masih berlaku atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga
pengamat tidak menggantungkan data-data dari ingatan seseorang.
2.      Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak,
misalnya dalam melakukan penelitian.
b.    Kelemahan observasi
1.      Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu
kejadian.
2.      Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama.
3.      Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan hal-hal yang sifatnya pribadi.
b.      Mikroskop
Mikroskop adalah peralatan yang didesain untuk memperbesar gambaran objek atau
spesimen yang berukuran kecil. Mikroskop membantu mikrobiologis dalam mempelajari dan
mendapatkan informasi tentang ciri-ciri organisme. Mikroskop pertama kali dikembangkan
pada abad ke-16 yang menggunakan lensa sederhana untuk mengatur cahaya biasa. Pertama
kali perbesaran terbatas kira-kira 10 kali dari ukuran objek sebenarnya. Setelah mengalami
perbaikan akhirnya perbesaran bisa mencapai 270 sampai 400 kali.
Mikroskopi adalah teknik-teknik dalam penggunaan mikroskop. Dua parameter
penting dalam mikroskopi adalah perbesaran dan daya resolusi atau daya urai. Persebsaran
adalah perbandingan ukuran citra objek dengan ukuran sebenarnya. Sedangkan resolusi
adalah ukuran kejelasan citra yaitu jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga
masih bisa dibedakan sebagai dua titik. Resolusi ini dibatasi oleh gelombang cahaya
terpendek yang digunakan untuk menyinari spesimen. Parameter terpenting ketiga dalam
mikroskopi adalah kontras, yang mempertajam perbedaan dalam bagian-bagian dari sampel.
Sebagian besar peningkatan mutu mikroskopi cahaya dalam seratus tahun terakhir melibatkan
metode-metode terbaru dalam peningkatan kontras, misalnya pewarnaan atau pelabelan
komponen-komponen sel agar terlihat menonjol.
Tahun 1632-1723, Anthony van Lauwenhoek dapat membuat lensa-lensa dengan
perbesaran yang memuaskan untuk melihat benda-benda yan kecil. Walaupun demikian
terdapat keterbatasan kemampuan sebuah mikroskop dalam daya urainya. Setelah kemajuan
dalam bidang teknologi maka bermunculan berbagai tipe mikroskop modern. Mikroskop
modern meliputi mikroskop cahaya, mikroskop ultraviolet, mikroskop fluerense, mikroskop
elektron, dan mikroskop akustik.
1.      Mikroskop cahaya
Mikroskop ini menggunakan cahaya putih biasa untuk melihat mikroorganisme.
Cahaya dapat dilewatkan secara langsung melalui objek atau disekitar tepi objek. Polarisasi
cahaya dengan melewatkan cahaya biasa melalui dua filter dapat digunakan untuk melihat
bagian-bagian objek lebih jelas. Mikroskop cahaya membantu mikroskopis dalam melihat
perbesaran objek secara langsung dengan mata. Seperti daya resolusi mata manusia yang
terbatas, mikroskop cahaya tidak dapat meresolusi detail yang lebih kecil dari 0,2 mikrometer
atau 200 nanometer.
Mikroskop cahaya dan memperbesar objek hingga 1000 kali dari ukuran sebenarnya.
Mikroskop cahaya menggunakan satu lensa atau lebih lensa untuk mengatur pemusatan
cahaya. Mikroskop cahaya sederhana menggunakan satu lensa sedangkan mikroskop cahaya
kompleks ( compound light microscope ) menggunakan dua set lensa. Mikroskop cahaya,
berlensa okuler tungga dikenal dengan nama Mikroskop Monokuler sedangkan yang berlensa
okuler ganda dikenal dengan nama Mikroskop Binokuler.
2.      Mikroskop ultraviolet ( UV )
Mikroskop UV menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang lebih pendek dari
cahaya putih untuk melihat organisme. Mikroskop UV dapat melihat objek yang lebih kecil
dari objek yang terlihat oleh mikroskop cahaya. Bayangan yang dihasilkan tercatat pada film
fotografi, sehingga mikroskopis tidak melihat bayangan objek secara langsung. Perbesaran
yang mungkin dengan mikroskop UV kira-kira sama dengan perbesaran mikroskop cahaya.
3.      Mikroskop fluoresen
Mikroskop fluoresen juga menggunakan UV. Penggunaan mikroskop ini melibatkan
pemakain zat warna fluoresen untuk mewarnai objek. Pewarnaan akan mempermudah kita
dalam mendeteksi dan mengidentifikasi tipe sel tertentu. Mikroskop fluoresen membantu
mikroskopis melihat objek secara langsung dan dapat memperbesar objek hingga 1000 kali
ukuran sebenarnya.
4.      Mikroskop elektron
Mikroskop elektron pertama kali dibuat oleh Knoll dan Rusha pada tahun 1932.
perkembangan mikroskop elektron tergantung pada teknologi memperoleh panjang
gelombang yang sangat pendek dengan meningkatkan tegangan listrik. Mikroskop elektron
memfokuskan seberkas elektron melalui spesimen atau pada permukannya. Resolusi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi yang digunakan mikroskop untuk
mencitra, dan berkas elektron memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek daripada
cahaya tampak. Mikroskop elektron modern secara teoritis dapat mencapai resolusi sekitar
0,002 nm, walaupun untuk kegunaan praktis biasanya mikroskop semacam itu tidak dapat
meresolusi struktur biologis yang lebih kecil daripada 2 nm. Tetap saja, resolusi ini
merupakan peningkatan seratus kali lipat dari mikroskop cahaya. Hal tersebut memberikan
harapan besar untuk kemajuan penelitian dibidang ilmu pengetahuan biologi seluler.
Ada dua jenis mikroskop elektron, yaitu mikroskop elektro transisi dan mikroskop
elektron scanning yang mempunyai keuntungan yaitu diperoleh bayangan tiga dimensi
dengan memberikan gambaran kontur permukaan jaringan atau struktur dalam sel.
1.      Mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM)
 Mikroskop elektron payar atau scanning berguna untuk penelitian terperinci
mengenai permukaan spesimen. Berkas elektron memindai permukaan sampel, yang biasanya
dilapisi selapis tipis emas. Berkas tersebut mengeksitasi elektron pada permukaan, dan
elektron-elektron sekunder ini terdeteksi oleh alat yang menerjemahkan pola elektron
menjadi sinyal elektronik ke layar video. Hasil yang diperoleh adalah citra topografi
spesimen. Scanning Electron Microscope memiliki medan kedalaman yang besar,
menghasilkan citra yang tampak berdimensi tiga.
2.      Mikroskop elektron transmisi (transmission electron microscope, TEM)
 Mikroskop elektron transmisi digunakan untuk mempelajari ultrastruktur internal sel.
Mikroskop ini mengarahkan berkas elektron melalui irisan spesimen yang snagat tipis, mirip
dengan cara mikroskop cahaya meneruskan cahaya melalui objek. Spesimen ini telah
diwarnai dengan atom-atom logam berat yang melekat ke struktur selular tertentu, sehingga
meningkatkan kerapatan atom di beberapa bagian sel melebihi bagian lain. Elektron yang
melewati spesimen lebih banyak yang dihamburkan di wilayah yang berdensitas tinggi,
sehingga lebih sedikit yang diteruskan. Citra menampilkan pola elektron yang diteruskan.
Sebagai ganti penggunaan lensa kaca, mikroskop ini menggunakan elektromagnet sebagai
lensa untuk membengkokkan jalur elektron, dan akhirnya memfokuskan citra ke layar untuk
dilihat atau ke film fotografi.

Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel dan struktur subselular lain yang
tidak mungkin diresolusi mikroskop cahaya. Namun, kekurangan mikroskopi elektron adalah
bahwa metode yang digunakan untuk menyiapkan spesimen ternyata membunuh sel. Selain
itu, penyiapan spesimen dapat menimbulkan artifak, fitur struktural yang terlihat di mikrograf
namun tidak ada pada sel hidup.
5.      Mikroskop akustik
Mikroskop ini menggunakan komputer untuk menganalisis gelombang suara untuk
malihat objek. Mikroskop akustik menghasilkan bayangan objek secara elektronik pada layar
televisi. Mikroskop ini dapat memperbesar objek sampai 5000 kali ukuran sebenarnya.
Mikroskop pada umumnya mikroskop cahaya yang biasa digunakan sehari-hari merupakan
suatu alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non
optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan
transparan. Mikroskop memiliki bagian-bagian yang terdiri dari bagian mekanik dan bagian
optik.
Pada bagian mekanik terdiri dari:
1.      Kaki mikroskop
berfungsi untuk menyangga mikroskop.
2.      Pilar atau sendi inklinasi
Berfungsi sebagai penghubung antara kaki dengan lengan mikroskop.
3.      Pengatur kondensor
berfungsi untuk menarik turunkan kondensor.
4.      Kondensor
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke benda yang sedang diamati
5.      Lengan mikroskop
berfungsi sebagai pegangan mikroskop.
6.      Engsel penggerak
berfungsi sebagai penghubung lengan dengan kaki mikroskop
7.      Meja preparat
berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
8.      Penjepit preparat atau pemegang sediaan
berfungsi untuk menjepit preparat yang akan diamati agar tidak bergeser.
9.      Tabung mikroskop
berfungsi menghubungkan antara lensa objektif dan lensa okuler.
10.  Revolver
berfungsi untuk menempatkan lensa objektif.
11.  Sekrup pemutar kasar
berfungsi untuk menggerakkan tabung mikroskop secara cepat dari atas ke bawah.
12.  Sekrup pemutar halus
berfungsi untuk menggerakkan tabung ke arah atas dan bawah secara lambat. Alat ini dipakai
jika objek telah terfokus dengan memutar pemutar kasar.
Pada bagian optik terdiri dari:
1.      Cermin
Terdapat dua buah cermin, yaitu sebuah cermin datar dan sebuah cermin cekung. Fungsi
cermin adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan mengarahkan sinar pada objek yang
diamati. Cermin datar untuk sumber cahaya yang cukup terang dan cermin cekung untuk
sumber cahaya yang kurang terang .
2.      Diafragma
Diafragma berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya sinar yang dipantulkan cermin
menuju ke mata.
3.      Lensa okuler
Lensa okuler yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Lensa ini membentuk bayangan
maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar
bayangan objek, terletak pada bagian atas tabung.
4.      Lensa objektif
Lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini  membentuk bayangan nyata,
terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver yang berfungsi untuk
menentukan perbesaran lensa objektif.

Mikroskop merupakan peralatan yang berharga yang harus diperlakukan dengan baik. Untuk
membawa mikroskop itu pegang tangkainya dengan satu tangan. Letakkan tangan yang satu lagi
pada bagian bawah untuk menopangnya. Jangan mengayun atau melambung, atau
menggetarkannya sewaktu meletakkan mikroskop itu. Janganlah mencoba mengangkat mikroskop
pada tubuh tabungnya. Akan ada bagian dari mikroskop yang terlepas dan jatuh ke lantai bila kita
memegangnya secara demikian. Kita juga tidak akan dapat mengamati dengan baik dan jelas dengan
mikroskop yang kotor. Peralatan harus dibersihkan setiap saat akan digunakan. Gunakan kain yang
lembut untuk membersihkan bagian logamnya. Akan tetapi harus hati-hati karena debu merupakan
musuh lensa yang terbesar. Lensa yang kotor harus dibersihkan dengan kain yang lembut, kapas
pengisap atau kertas lensa yang telah dibasahi dengan air bersabun, alkohol, atau lisol.
Untuk menggunakan mikroskop dengan baik dan benar maka kita harus Menemukan lapang
pandang dengan mengatur penyinaran. Untuk menghasilkan lapang pandang adalah dengan
mengatur cermin sambil melihat lensa okuler agar sinar masuk ke diafragma, sehingga menghasilkan
pemantulan yang optimal. Bagian yang terang berbentuk bulat dinamakan lapang pandang.
Mengatur fokus mikroskop atau bayangan dengan perbesaran lemah bisa dilakukan dengan
cara meletakkan preparat di atas meja preparat, dijepit dengan penjepit sambil mengamati mikroskop
dari samping tabung mikroskop diturunkan dengan pemutar kasar, lakukan secara hati-hati hingga
lensa objektif tidak menyentuh preparat. Kemudian lihatlah melalui lensa okuler dan dengan perlahan-
lahan naikkanlah tabung mikroskop sehingga objek terlihat jelas. Setelah objek tampak, putarlah
pemutar halus ke depan atau ke belakang sehingga mendapatkan bayangan sebaik-baiknya.
Perbesaran mikroskop diperoleh dengan cara mengalikan angka pada lensa objektif dengan angka
yang tertera pada lensa okuler. Misalnya 5x lensa objektif 10x lensa okuler maka perbesarannya 50x.
Sedangkan untuk mengatur fokus mikroskop dengan perbesaran kuat dapat dilakukan
dengan mengubah lensa objektif yang memiliki perbesaran lemah dengan yang lebih kuat. Misalnya
lensa objektif perbesaran 5x dapat diganti dengan 10x atau 40x dengan memutar revolver sampai
terdengar suara terdetak. Pemutar halus diputar ke depan atau ke belakang agar diperoleh objek
yang lebih jelas.
c.       Pewarnaan sel dan jaringan
Dalam jenjang organisasi biologis, sel merupakan kumpulan materi paling sederhana
yang dapat hidup. Bahkan terdapat beraneka ragam bentuk kehidupan yang hadir sebagai
organisme bersel tunggal. Organisme yang lebih kompleks termasuk tumbuhan dan hewan
bersifat multiselular, tubuh organisme semacam itu merupakan hasil kerja sama antara
banyak jenis sel yang terspesialisasi yang tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama
secara sendirian. Akan tetapi, ketika tersususn kedalam tingkat organisasi yang lebih tinggi,
misalnya jaringan dan organn, sel merupakan unit dasar bagi struktur dan fungsi organisme.
Hampir semua sel dan jaringan tubuh manusia tidak memiliki warna. Agar dapat
mengamati strukturnya, sel dan jaringan harus diwarnai terlebih dahulu. Pewarnaan atau
stainning merupakan pemberian warna pada jaringan atau sel atau komponennya supaya
mudah diamati di bawah mikroskop cahaya. Zat warna  terdiri atas banyak jenis. Zat warna
yang digunakan harus memiliki syarat sebagai senyawa organik kompleks yang memiliki
pembawaan khusus seperti warna, dapat dipertahankan dalam jaringan, terdiri dari gugus
chromophore. Tiap bagian dari sel atau komponen dalam sel mempunyai sifat- sifat khusus.
Zat warna mempunyai kemampuan khusus dalam mewarnai jaringan sesuai sifatnya. Dua
macam zat warna denga sifat sama dapat mempengaruhi atau memberi kemampuan tidak
sama dalam mewarnai satu macam jaringan. Oleh karena itu perlu mengenali setiap bagian
dari sel & mengenali setiap zat warna yg akan digunakan.
Sebelum dapat diwarnai, jaringan-jaringan organ yang akan diamati akan menjalani
serangkaian proses yang disebut tissue processing. Pemprosesan jaringan ini akan
mengawetkan, mencegah pembusukan, dan memudahkan pewarnaan jaringan dan sel karena
mereka memiliki sifat alamiah untuk mengikat zat warna. Pekerjaan membuat jaringan
hingga siap untuk diamati disebut sebagai histoteknik. Jenis proses pembuatan preparat atau
sediaan histologi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.    Preparat rutin
Yang dimaksud dengan preparat rutin ialah preparat jaringan yang diproses secara
sederhana dan diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE). Pembuatan preparat
jenis ini sangat sering dilakukan di laboratorium histology atau mikroteknik sehingga dapat
dikatakan dikerjakan secara rutin. Preparat jenis ini biasa digunakan dalam proses pendidikan
karena sebagian besar struktur mikroskopis sudah dapat didemonstrasikan dengan teknik ini.
2.    Preparat khusus
Preparat khusus ialah preparat yang dibuat dengan teknik tertentu dan lebih sulit
dalam pengerjaannya. Pengerjaannya dilakukan sewaktu-waktu dikarenakan faktor kesulitan
dan penggunaan bahan-bahan yang lebih mahal. Preparat khusus dapat berupa preparat
dengan pewarnaan khusus, misalnya dengan pewarnaan perak, pewarnaan lemak, pewarnaan
neuroglia, imunohistokimia, in situ hybrization, dan preparat untuk mikroskopi elektron.
Beberapa teknik pewarnaan sel dan jaringan yang dapat dilakukan untuk memberikan
warna pada sel dan jaringan agar lebih mudah untuk diamati yaitu sebagai berikut.
1.      Metode Histokimia
Histokimia adalah teknik histologis yang digunakan untuk belajar kimia jaringan dan
sel, enzim histokimia,  imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya. Prinsip
dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat
tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta
cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila
senyawa pewarna bersifat positif. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru,
kristalviolet, safranin dan lain-lain. Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan
satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana.
2.      Imunohistokimia
Imunohistokimia adalah suatu teknik untuk mendeteksi keberadaan berbagai macam
komponen yang terdapat di dalam sel atau jaringan dengan menggunakan prinsip reaksi
ikatan antigen (Ag) dan antibodi (Ab). Antigen dapat
berupa protein, glikoprotein, proteoglikan. Sedangkan antibodi merupakan Protein
serum yang dikenal sebagai imunoglobulin. Antibodi terbentuk dalam sistem
kekebalan humoral oleh sel plasma. Ada lima jenis antibodi yang ditemukan dalam darah,
antara lain IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM.  IgG adalah yang paling umum dan paling
sering digunakan antibodi untuk imunohistokimia.
Teknik imunohistokimia dapat digunakan untuk mempelajari distribusi enzim spesifik
serta mendeteksi keberadaan berbagai komponen aktif yang terdapat di dalam sel atau
jaringan seperti protein dan karbohidrat. Terdapat dua metode pewarnaan imunohistokimia,
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung hanya menggunakan
satu antibodi, yaitu antibodi primer yang telah dilabel. Metode tidak langsung menggunakan
dua antibodi, yaitu antibodi primer tanpa dilabel dan antibodi sekunder yang telah dilabel.
Prinsip pewarnaan imunohistokimia metode peroksidase, yaitu antigen yang ada pada
jaringan diikatkan dengan antibodi primer yang spesifik. Lalu antibodi primer yang terikat
antigen kemudian diikatkan pula dengan antibodi sekunder yang telah dilabel enzim
peroksidase.
3.      Metode pelabelan fluoresensi
Fluorosensi menunjukkan letak molekul spesifik dalam sel dengan cara melabeli
molekul dengan menggunakan pewarna atau antibodi fluorosen. Zat-zat fluorosen ini
menyerap radiasi ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak.
Pewarnaan yang rutin digunakan di laboratorium histopatologi di seluruh dunia adalah
pewarnaan HE. Pewarnaan ini terdiri atas masing-masingnya zat warna utamanya adalah
hematoxylin dan eosin. Larutan pewarna hematoxylin mengandung beberapa zat lainnya
selain daripada zat warna hematoxylin, dikenal sebagai zat mordan. Larutan eosin dibuat
dengan melarutkan zat warna eosin dalam akuades dan alkohol. HE merupakan teknik
pewarnaan yang berdasarkan pada prinsip asam basa. Larutan hematoxylin bersifat basa
sedangkan larutan eosin bersifat asam. Sifat basa pada larutan hematoxylin akan
memungkinkan hematoxylin berikatan terutama dengan komponen selyang bersifat asam.
Hematoxylin sendiri bukanlah zat warna yang benar-benar bersifat basa. Kita dapat
mengamati bahwa warna biru yang ditimbulkan hematoxylin akan banyak ditemukan pada
nukleus. Hal ini terjadi karena nukleus mengandung DNA dan RNA, suatu zat yang bersifat
asam. Sementara itu, eosin akan mengikat komponen sel yang bersifat asam.

 Dalam  pengamatan histologi didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan.


Beberapa istilah pewarnaan yang didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan adalah
sebagai berikut.
1.      Asidofilik
Asidofilik menjabarkan pola pewarnaan sel jaringan tertentu yang menggunakan
pewarnaan asam dan basa. Secara khusus, asidofilik merujuk pada sifat struktur yang senang
berikatan dengan zat warna asam. Pada pewarnaan yang menggunakan eosin, suatu zat warna
yang bersifat asam, makna asidofilik dapat disamakan dengan eosinofilik. Bagian sel yang
sering menunjukkan sifat asidofilik adalah sitoplasma sel. Zat warna asam lainnya adalah
biru anilin, acid fuchsin, dan orang G.
2.      Basofilik
Basofilik merujuk pada sifat struktur yang senang berikatan dengan zat warna basa.
Zat warna basa yang sering digunakan adalah hematoxylin. Selain hematoxylin, zat warna
basa lainnya adalah biru toluidin. Bagian sel yang menunjukkan sifat basofilik adalah
nukleus.
3.      Chromaffin
Chromaffin merujuk pada keadaan yang dapat didemonstrasikan oleh pewarnaan
garam chromium. Garam chromaffin mengoksidasi dan mempolimerisasi katekolamin untuk
membentuk warna coklat, yang terkuat warnanya dihasilkan oleh sel yang menyekresikan
noradrenalin.
4.      Metakromasia
Metakromasia adalah perubahan khas pada warna dari pewarnaan yang terjadi pada
jaringan biologis, ditunjukkan oleh zat warna anilin tertentu saat zat warna tersebut berikatan
dengan bahan-bahan tertentu yang terdapat pada jaringan biologis, yang disebut
chromotrophes. Sebagai contoh biru toluidin menjadi merah muda (pink), tidak mewarnai
jaringan menjadi biru saat berikatan dengan cartilage. Ketiadaan perubahan warna pada
pewarnaan dinamai ortokromasi.  
5.      Periodic Acid Schiff (PAS)
Reaksi terhadap pewarnaan PAS menunjukkan adanya glikogen dalam jaringan.
Periodic acid akan mengoksidasi residu glukosa dan menghasilkan aldehida yang selanjutnya
bereaksi dengan reagen Schiff dan menimbulkan warna magenta-purple. Pewarnaan PAS
diberi perona berupa pewarnaan basa misalnya hematoxylin. Pewarnaan PAS akan
menunjukkan keberadaan karbohidrat pada jaringan ikat, mukus, dan membran basal jaringan
epitel.
6.      Sudanofil
Pewarnaan Sudan adalah penggunaan zat warna untuk mewarnai bahan-bahan
sudanofil, biasanya lemak. Pewarnaan sudan digunakan untuk mendemonstrasikan
trigliserida, lipid, dan lipoprotein

3.    Kesimpulan
Dari berbagai pengertian metode observasi yang dapat dilacak dari berbagai sumber
dapat disimpulkan bahwa metode observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan
pengamatan secara inderawi yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta
dimaknai atau diinterpretasikan dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang
diamati. Dalam pengamatan dapat menggunakan alat seperti mikroskop. Mikroskop adalah
alat yang digunakan untuk melihat benda yang teramat kecil. Berdasarkan fungsinya
mikroskop dibagi menjadi 2 yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop
cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya seperti sinar matahari
sedangkan mikroskop elektron yaitu mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya listrik.
Salah satu contoh objek yang biasanya diamati menggunakan mikroskop adalah sel. Dalam
mengamati sel menggunakan mikroskop tidaklah mudah karena pada dasrnya sel dan
jaringan tidak berwarna. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan teknik
pewarnaan sel dan jaringan. Pewarnaan sel dan jaringan dilakukan agar berbagai unsur sel
dan jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan.

Anda mungkin juga menyukai