Anda di halaman 1dari 7

Rasa yang Terungkap

Oleh : Indah Wahyuni

Sidoarjo, 11 Januari 2019

Namaku Zahra Ayudia biasa dipanggil Zahra. Aku gadis remaja yang sangat
suka berjelajah. Pada 8 Mei 2017 lalu, aku bersama dengan teman-teman sekolahku
mengunjungi tempat bersejarah. Di tempat itu pun aku bertemu dengan rombongan dari
sekolah lain yang juga mengunjungi tempat tersebut. Tak disangka rombongan lain itu
bergabung dengan rombongan sekolahku. Kita pun saling membantu dan bertukar
pikiran untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Kemudian, kita semua saling
berkenalan satu sama lain. Ketika aku sudah berkenalan dengan semuanya, aku pun
tertuju untuk berkenalan dengan remaja laki-laki yang lucu dan tegas itu.

“Halo, namaku Zahra.” ucapku.

“Hai namaku Kevin.” jawabnya.

“Oh iya, salam kenal ya. Dari sekolah mana?.” tanyaku.

“Iya salam kenal juga. Aku dari SMPN 15 Surabaya. Kalau kamu?.”

“Kalau aku dari SMPN 16 Surabaya. Senang bertemu denganmu Kevin.”

“Senang bertemu denganmu juga Zahra.”

Setelah selesai dari tempat itu kami pun sempat saling menukar nomor telepon
satu sama lain. Mungkin saja lain waktu bisa berkumpul kembali di acara lain. Di
rumah, aku dan Kevin pun saling mengobrol di WhatsApp. Obrolan itu pun hanya
membahas tentang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan jelajah alam. Seiring
dengan waktu, kita pun sudah tidak saling mengobrol di WhatsApp kembali karena
mungkin ada kesibukan satu sama lain ataupun nomornya Kevin ganti baru.

*****

Satu tahun kemudian, pada tahun 2018 aku mau memasuki Sekolah Menengah
Atas, aku memilih untuk mendaftar di SMAN 16 Surabaya meskipun jarak dari
rumahku cukup jauh. Tak disangka si Kevin pun juga daftar di sekolah tersebut. Dan
akhirnya kita pun diterima di sekolah yang sama. Seperti biasanya pada awal masuk
sekolah baru pasti mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah yang pemandunya
adalah senior OSIS. Masa MPLS pun berakhir, dan saatnya pengumuman pembagian
kelas yang terbagi atas MIPA, IPS, dan Bahasa. Saat pengumuman itu pun aku berharap
untuk masuk di kelas IPS saja karena minatku dari awal di IPS. Dan ternyata aku pun
masuk di Kelas X IPS-3. Aku pun sangat senang masuk di IPS. Kata orang, IPS itu
anaknya nakal-nakal, tapi menurutku belum tentu, karena anak MIPA dan Bahasa pun
belum tentu baik semua.

Kemudian, hari itu pun aku masuk di kelas baruku yaitu di kelas X IPS-3. Tak
disangka si Kevin yang pernah aku jumpai itu satu kelas denganku. Aku bertemu
dengan banyak teman-teman baru, cerita baru, dan kita semua pun saling berkenalan
satu sama lain agar terciptanya rasa kekeluargaan di kelas kami. Katanya sih masa SMA
adalah masa sekolah yang paling indah ya? hehe. Aku dan Kevin pun sudah kenal sejak
setahun lalu, ketika kita satu kelas jadi semakin akrab dan semakin dekat. Kedekatanku
dengan Kevin sangat lah dekat sampai-sampai dikira teman-temanku, aku dan Kevin
dulunya satu sekolah di SMP padahal tidak.

Aku dan Kevin mempunyai hobi yang sama, sama-sama suka berhubungan
dengan alam. Hari ini saatnya untuk mengisi formulir keikutsertaan dalam kegiatan
Ekstra Kurikuler di SMAN 16 Surabaya. Di kelasku setiap anak mengisi formulir sesuai
minatnya masing-masing. Aku memilih untuk ikut Ekstra Jurnalistik. Tetapi, aku juga
mendaftarkan diri di organisasi sekolah yaitu di Pencinta Alam. Si Kevin juga
mendaftar di Pencinta Alam, sama denganku. Dengan mengikuti organisasi yang sama,
aku dan Kevin malah semakin akrab karena sering berkegiatan bersama. Kemudian,
dengan terlihat begitu alaminya, aku dan Kevin pun mulai bersahabat. Ke mana-mana
selalu bersama. Kita tak pernah malu meskipun bersahabat dengan lawan jenis. Kita pun
saling mendukung dan memberi semangat satu sama lain.

Lalu, ketika sekolah pulang pagi, aku diajak makan bersama dengan Kevin.
Ajakan pertama untuk kita keluar bareng. Kita pun makan di Kedai mi ayam Sabar
Menanti, tempatnya sih sederhana dan harganya pun juga murah meriah. Sambil makan,
kita saling mengobrol satu sama lain. Aku dan Kevin sering mengajak keluar bareng.
Setiap kali kita keluar bareng selalu saling cerita tentang hal apa pun satu sama lain, dan
kita pun tak pernah malu untuk bercerita hal sepele dan malah membuat kita tertawa.
Saat itu si Kevin punya pacar yang bernama Marsha dan aku sedang dekat dengan
Andy. Kedekatanku dengan Andy itu sejak lulusan SMP-ku, tetapi di tengah jalan
hubunganku dengan Andy pun berakhir. Si Kevin dengan si Marsha masih ada
hubungan pacaran di antara mereka. Akan tetapi, di saat itu Kevin bercerita padaku
tentang hubungannya dengan si Marsha itu tetap dilanjut atau berhenti. “Pikirkan dulu
sebelum ambil keputusan ya.” kataku.

Semua orang melihat persahabatanku dengan Kevin di kiranya sedang


berpacaran padahal tidak. Jadi, selama aku dan Kevin punya orang terdekat atau pacar,
mereka selalu cemburu melihat kedekatan kita. Tetapi kita pun tidak pernah merespon
hal itu, intinya kita bersahabat. Seiring berjalannya waktu, aku menemukan teman-
teman cewek yang sering bersamaku di kelas dan kita pun menjadi sahabat. Di
persahabatan ini, kita mempunyai karakter yang berbeda satu sama lain sehingga kita
pun saling melengkapi. Dengan adanya hal itu, kita pun saling mempererat persahabatan
kita dengan saling mendukung satu sama lain.

*****

Pada saat Kevin mengajakku untuk bergabung menjadi panitia di suatu acara
yang diadakan di Mojokerto. Aku pun menerima tawaran itu dengan senang hati.
Karena Kevin tahu kalau aku suka dengan alam dan suka kerja di lapangan. Sebelum
berangkat aku pun pamit kepada orang tuaku. Seseringnya aku diajak Kevin bergabung
di kepanitiaan suatu acara, aku selalu diizinkan oleh pihak keluargaku karena sudah
tahu Kevin itu anaknya seperti apa dan dengan ikut serta aku bisa menambah
pengalaman baru. Aku sebenarnya kagum dengan sosok Kevin. Aku anggap dia
sahabat, tapi ketika dia dekat dengan cewek lain aku terlihat cemburu. “Apakah Kevin
juga merasakan hal itu ke aku ya?.” gumamku. Kalau Aku cemburu, apakah itu
tandanya aku suka dengan dia ya?

Ketika aku dan teman-teman bermain di rumahnya Kevin, aku pun bersalaman
dengan ibunya.

“Oh, ini ya yang namanya Zahra?.” ibunya Kevin bertanya.

“Iya tante, saya Zahra. Ada apa ya tante?.” jawabku.

“Ini si Kevin sering banget cerita tentang kamu loh”. ucap ibunya.
“Iya tante, mereka cocok banget, jodoh mungkin”. kata temanku.

“Bisa saja kalian ini”. jawabku sambil tersenyum.

Setelah Kevin putus dengan Marsha, kemudian Kevin berpacaran dengan


Neisya. Dan aku pun sedang didekati dengan temannya Kevin. Entah kenapa ketika aku
sedang dekat dengan cowok lain rasanya lebih nyaman dengan si Kevin. Hubunganku
pun tak berlangsung lama. Tiap kali aku didekati dengan cowok lain, selalu saja Kevin
melarangnya karena dianggap cowok yang mendekatiku anaknya tidak baik atau inilah
itulah.

“Kau jangan dekat-dekat lagi dengan Rendy.” kata Kevin.

“Kenapa sih selalu saja kamu melarangku dekat dengan cowok lain?.” tanyaku.

“Dia itu cowok tidak baik, dia suka mempermainkan wanita, dan dia cowok
playboy juga. Aku tidak mau kamu sakit hati” jawabnya.

“Selalu saja bilang begitu, terus aku bolehnya dekat dengan siapa loh?.”
tanyaku.

(Seketika itu Kevin pun langsung terdiam mendengar pertanyaanku)

Kemudian pada hari di mana kita pulang sekolah sore menjelang petang
dikarenakan habis ada acara organisasi di sekolah. Di perjalanan pulang, kita pun
berboncengan naik motor menikmati surya perlahan menghilang. Di saat itu si Kevin
terinspirasi oleh suasana dengan mengatakan kata-kata mutiara. Dan aku pun disuruh
untuk mencatat perkataan tersebut. “Merah merekah menyambut gelapmu. Tak terasa
bernostalgia dengan senyumanmu. Merindukan kenangan kita yang dulu. Bertelepon ria
sambil menyambut mentarimu.” ucap Kevin. Aku suka sekali dengan kata-kata mutiara
yang sering diucap olehnya. Terkadang aku berpikir kata-kata itu merujuk kepadaku,
tapi tak mungkin hal itu terjadi. Kata-kata mutiara yang sering diucap olehnya sering
kali perihal cinta ataupun perasaan yang sedang dialaminya.

Lalu, sering kali kalau kita pulang sekolah bareng mampir dulu ke tempat makan
langganan kami. Tempat sederhana yang penting bersama, hehe. Ketika aku pulang
mengantar dia ke rumah, selalu saja ibunya mempersilahkan aku untuk masuk. Obrolan
hangat bersama ibunya Kevin, kami pun sudah akrab sampai-sampai ibunya Kevin
mengatakan “Anggap saja ini rumah sendiri”. Aku pun tersipu malu dengan ucapan
ibunya Kevin. Aku memang sudah akrab dengan keluarganya begitu pun juga dengan
Kevin yang sudah akrab dengan keluargaku.

Aku sebenarnya punya rasa kepada sahabatku ini yaitu si Kevin, tapi aku malu
untuk mengungkapkannya. Jika terungkap, aku takut merusak hubungan persahabatanku
dengan dia. Apa iya nanti Kevin akan menyudahi persahabatan ini demi sebuah
perasaan?. Berhubung belum terjadi, maka, aku lebih memilih untuk tetap bersahabat
dengan dia dan juga memendam rasa dengan dia. “Apakah dia juga mempunyai rasa
lebih dari sahabat denganku?.” gumamku. Teman-temanku banyak yang mengharapkan
kalau aku dan Kevin itu berjodoh. “Inginku juga seperti itu, hehe.” gumamku. Banyak
yang mengira kalau kita berdua itu cocok. “Dekat dengan siapa pun kamu sekarang
ujung-ujungnya nanti bakalan nikah sama si Kevin. Ditunggu undangannya ya.” kata
teman-temanku. Aku dan Kevin pun selalu tertawa melihat dan mendengar betapa
senangnya mereka kalau kita bersama.

*****

Persahabatan antara aku dan Kevin pun berlangsung sepuluh tahun lamanya.
Dan akhirnya kita saling mengungkapkan perasaan satu sama lain.

“Ra, kalau aku suka kamu gimana?.” kata Kevin.

“Hhhhhh.” jawabku yang terheran.

“Aku suka sama kamu sejak dulu, tapi aku memendamnya.” Kevin berkata.

“Aku juga sebenarnya merasakan hal yang sama.” jawabku sambil tersenyum
malu.

Tak lama Kevin pun memutuskan.

“Maukah kamu menjadi pendamping hidupku?.” ucap Kevin.

Aku pun kaget seketika Kevin mengatakan seperti itu. Dan aku memutuskan
untuk menjawab

“Iya, aku mau.” jawabku sambil tersipu malu.


“Alhamdulillah, aku tidak sia-sia mempertahankan sahabatku yang satu ini yang
bakalan aku nikahin, hehe. Terima kasih banyak ya selalu ada buat aku dan selalu
dukung aku.” ucapnya.

“Sama-sama, Vin. Terima kasih juga sudah mau jadi sahabatku dan bakal jadi
suamiku. I Love You.” jawabku.

“I Love You too.” Jawabnya

Dan akhirnya aku dan Kevin hidup bahagia bersama.

Biodata Narasi Penulis

Indah Wahyuni, lahir di Sidoarjo tepat pada 06 September 2002. Saya seorang
siswi di SMAN 1 PORONG lebih tepatnya masih duduk di kelas 11. Saya sekarang
bertempat tinggal di Jl. KH. Mujtahid No. 55 Ketegan rt. 04 rw 02 , Tanggulangin,,
Sidoarjo. Jika ingin menghubungi saya dapat melalui Wa : 081556870269. Jejak saya
dapat dilihat melalui akun Instagram / LINE / Twitter di : @indaahwhyn. Dapat juga
melalui e-mail di : indah.whyn692@gmail.com.

Saya mempunyai hobi menulis, membaca puisi dan cerpen, berpetualang, serta
traveling. Sedari duduk di bangku Sekolah Dasar, saya aktif di kegiatan organisasi
Pramuka. Dan sampai sekarang di bangku SMA pun jiwa saya tetap melekat di Pramuka
dan menyangkut hal tentang alam saya suka. Sejak SD saya mulai menulis puisi tapi
belum bisa menghasilkan karya yang maksimal, akan tetapi saya tetap berusaha dan
berusaha lagi. Saya suka ikut serta dalam lomba baca puisi tapi dengan karya orang lain
yang saya bacakan. Entah kenapa baru sekarang saya memberanikan diri untuk ikut
serta melombakan hasil cipta puisi saya ke publik.

Tak hanya puisi, saya juga mulai menulis cerpen semenjak SMA. Dan belum
pernah saya lombakan/publikasi hasil karya cerpen saya. Semoga saja saya bisa menjadi
penulis yang kreatif dan inovatif. Dan semoga saja karya-karya saya dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai