Anda di halaman 1dari 43

SALINAN

BUPATI PONOROGO

PERATURAN BUPATI PONOROGO


NOMOR 29 TAHUN 2006

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH


KABUPATEN PONOROGO NOMOR 6 TAHUN 2006
TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN,
PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI PONOROGO,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo


Nomor 6 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan,
Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa, maka
dipandang perlu untuk menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah dimaksud dengan menuangkannya dalam suatu Peraturan
Bupati ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa
Timur;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 ;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme ;
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan ;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 yang telah
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 ;
-2-

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah ;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 6 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan,
Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONOROGO TENTANG PETUNJUK


PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO
NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN,
PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Ponorogo.
2. Bupati adalah Bupati Ponorogo.
3. Camat adalah Perangkat Daerah yang memiliki wilayah kerja di
Kecamatan dalam Kabupaten Ponorogo.
4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat
daerah di Kabupaten Ponorogo.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
-3-

8. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa


yang dipilih langsung oleh penduduk desa sebagai Pemimpin
Pemerintah Desa.
9. Perangkat Desa adalah mereka yang bertugas membantu Kepala
Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
10. Sekretaris Desa adalah Perangkat Desa yang mempunyai tugas
menjalankan fungsi administrasi pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan.
11. Perangkat Desa Lainnya adalah Perangkat Desa selain
Sekretaris Desa yang memenuhi syarat dan diangkat dengan
Keputusan Kepala Desa bertugas membantu Kepala Desa
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
12. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD
adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
13. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.
14. Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.
15. Tentara Nasional Indonesia adalah Tentara Nasional Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
16. Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya
disingkat APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa.
18. Kampanye adalah kegiatan dalam rangka untuk meyakinkan
kepada pemilih dengan menjelaskan visi dan misi serta program
kerja calon.
19. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat.
20. Panitia Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya disebut Panitia
Pemilihan adalah Panitia yang melaksanakan proses Pemilihan
Kepala Desa yang dibentuk oleh BPD.
-4-

21. Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya


disebut Panitia Pengawas adalah panitia yang mengawasi
proses Pemilihan Kepala Desa yang ditetapkan oleh Bupati.
22. Bakal Calon Kepala Desa adalah warga masyarakat desa
setempat yang mendaftarkan kepada Panitia Pemilihan untuk
menjadi Calon Kepala Desa.
23. Calon Kepala Desa adalah Bakal Calon Kepala Desa yang
setelah melalui penjaringan dan penyaringan, telah memenuhi
persyaratan dan ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
24. Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih adalah Calon Kepala
Desa yang telah ditetapkan oleh BPD atas usul Panitia
Pemilihan.
25. Calon Kepala Desa Terpilih adalah Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih yang mendapatkan dukungan suara terbanyak
dalam Pemilihan Kepala Desa.
26. Pemilih adalah warga desa yang bersangkutan yang memenuhi
syarat dan ditetapkan dalam daftar pemilih tetap dalam
Pemilihan Kepala Desa.
27. Daftar Pemilih Tetap adalah Daftar Pemilih Sementara dan
Pemilih Tambahan yang ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
28. Penjabat Kepala Desa adalah Pejabat Sementara Kepala Desa.

BAB II
PANITIA PEMILIHAN DAN PANITIA PENGAWAS
Bagian Pertama
Panitia Pemilihan

Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pemilihan

Pasal 2

(1) Sebelum diadakan pemilihan Kepala Desa, BPD mengadakan


rapat bersama Pemerintah Desa menyusun rencana
pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya
ditetapkan dalam Peraturan Desa.
(2) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur
tentang tata cara pembentukan Panitia Pemilihan, peraturan
tata tertib, biaya dan mekanisme pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa.
-5-

Pasal 3

(1) BPD mengadakan rapat untuk membentuk Panitia Pemilihan


yang keanggotaannya terdiri dari unsur Perangkat Desa,
Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat.
(2) Keanggotaan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diusulkan oleh masing-masing unsur Perangkat Desa,
Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat
kepada BPD.
(3) Anggota BPD dan Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa
tidak dibenarkan menjadi Anggota Panitia Pemilihan.
(4) Pembentukan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan dengan cara musyawarah mufakat.
(5) Apabila musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak mencapai mufakat, maka Pimpinan BPD memimpin rapat
guna mengadakan pemungutan suara.
(6) Susunan Panitia Pemilihan ditetapkan dengan Keputusan BPD.

Paragraf 2
Susunan, Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab
Panitia Pemilihan

Pasal 4

Susunan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


ayat (6) terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota ;
b. Wakil Ketua merangkap anggota ;
c. Sekretaris merangkap anggota ;
d. Bendahara merangkap anggota ;
e. Seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 5

Panitia Pemilihan mempunyai tugas dan wewenang :


a. mengumumkan adanya lowongan Kepala Desa ;
b. melaksanakan pendaftaran calon pemilih ;
c. meneliti, menyusun dan mengumumkan Daftar Pemilih
Sementara;
d. menerima pendaftaran calon pemilih tambahan ;
e. meneliti, menyusun Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih
Tambahan untuk ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap ;
-6-

f. mengumumkan Daftar Pemilih Tetap di papan pengumuman yang


terbuka ;
g. menerima berkas lamaran dari Bakal Calon Kepala Desa ;
h. melakukan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala
Desa ;
i. menetapkan Bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi syarat
menjadi Calon Kepala Desa ;
j. mengusulkan Calon Kepala Desa kepada BPD untuk ditetapkan
menjadi Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih ;
k. melaksanakan undian nomor urut Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih;
l. mengumumkan nama dan nomor urut Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih ;
m. menetapkan jadwal kampanye ;
n. mempersiapkan surat undangan dan surat suara sesuai dengan
Daftar Pemilih Tetap yang telah disahkan ;
o. mempersiapkan tempat Pemilihan Kepala Desa dan alat
kelengkapan lainnya ;
p. mengumumkan tempat dan waktu pelaksanaan pemungutan
suara ;
q. menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara ;
r. membuat Berita Acara Pemilihan Kepala Desa, Pemungutan
Suara, Penghitungan Suara serta menyampaikan serta
menyampaikan laporan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
kepada BPD ;
s. mengusulkan pembatalan Calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap larangan
Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih kepada BPD ;
t. mengambil langkah-langkah penyelesaian bersama Panitia
Pengawas apabila diperlukan.

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Panitia Pemilihan


bertanggung jawab kepada BPD.

Pasal 7

(1) Apabila terdapat anggota Panitia Pemilihan yang pada saat


penetapan Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih ternyata
mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kedua baik
vertikal maupun horizontal dengan Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih, maka kedudukan yang bersangkutan dalam
kepanitiaan dinyatakan batal demi hukum.

(2) BPD menetapkan pengganti Panitia Pemilihan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dengan mekanisme sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
-7-

Paragraf Ketiga
Tata Naskah Dinas Panitia Pemilihan
Pasal 8

Tata Naskah Dinas Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana


Format A Lampiran Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua
Panitia Pengawas
Pasal 9

(1) Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa terdiri atas :


a. Camat sebagai Ketua merangkap anggota ;
b. Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan sebagai Sekretaris
merangkap anggota ;
c. Komandan Rayon Militer, Kepala Kepolisian Sektor,
Sekretaris Kecamatan dan Kepala-kepala Seksi lainnya di
Kecamatan selaku anggota.

(2) Panitia Pengawas ditetapkan oleh Bupati.

(3) Panitia Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mempunyai tugas :
a. memberikan petunjuk teknis yang diperlukan kepada Panitia
Pemilihan ;
b. mengawasi proses Pemilihan Kepala Desa ;
c. menerima pengaduan pelanggaran atau penyimpangan
dalam proses Pemilihan kepala desa ;
d. menyelesaikan sengketa yang timbul dalam proses
Pemilihan Kepala Desa ;
e. mengambil langkah-langkah penyelesaian bersama Panitia
Pemilihan apabila diperlukan ;
f. meneruskan pengaduan yang tidak dapat diselesaikan
kepada instansi yang berwenang.

Pasal 10

(1) Apabila terdapat anggota Panitia Pengawas yang pada saat


penetapan Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih ternyata
mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kedua baik
vertikal maupun horizontal dengan Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih, maka kedudukan yang bersangkutan dalam
kepanitiaan dinyatakan batal demi hukum.

(2) Bupati menetapkan pengganti Panitia Pengawas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1).
-8-

BAB III
HAK MEMILIH DAN DIPILIH

Bagian Pertama
Hak Memilih

Paragraf 1
Syarat Pemilih

Pasal 11

Yang dapat memilih dalam Pemilihan Kepala Desa adalah penduduk


desa Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat sebagai
berikut :
a. terdaftar sebagai penduduk desa yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus pada saat
dimulainya pendaftaran pemilih yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) atau Surat
Keterangan Penduduk dari Kepala Desa setempat ;
b. sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun dan atau sudah pernah
menikah pada saat dimulainya pendaftaran pemilih ;
c. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap ;
d. terdaftar dalam daftar pemilih tetap yang telah disahkan.

Paragraf 2
Pendaftaran Pemilih

Pasal 12

(1) Pendaftaran pemilih dilaksanakan dari rumah ke rumah oleh


Panitia Pemilihan dengan mendaftar penduduk desa yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
huruf a, b dan c ;
(2) Pemilih yang telah didaftar oleh Panitia Pemilihan menerima
surat bukti pendaftaran sebagaimana Format B-1 Lampiran
Peraturan Bupati ini.
(3) Setelah pendaftaran pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) selesai, Panitia Pemilihan menyusun Daftar Pemilih
Sementara untuk masing-masing wilayah dukuh menurut abjad
yang ditetapkan oleh Panitia Pemilihan, sebagaimana Format B-
2 Lampiran Peraturan Bupati ini.
-9-

(4) Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diumumkan kepada masyarakat desa dengan ditempel pada
papan pengumuman di kantor Desa, RT, RW dan tempat-
tempat strategis selama 7 (tujuh) hari.
(5) Warga Desa yang memenuhi persyaratan, tetapi belum terdaftar
dalam Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dapat mendaftarkan diri kepada Panitia Pemilihan
untuk didaftar dalam Daftar Pemilih Tambahan selama 3 (tiga)
hari setelah pengumuman Daftar Pemilih Sementara berakhir,
sebagaimana Format B-3 Lampiran Peraturan Bupati ini.
(6) Daftar Pemilih Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dan diumumkan selama 2
(dua) hari atau sampai dengan ditetapkannya Daftar Pemilih
Tetap.
(7) Paling lambat 3 (tiga) hari setelah Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih ditetapkan, Panitia Pemilihan mengadakan rapat
penelitian terhadap Daftar Pemilih Sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan Daftar Pemilih Tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), bersama dengan BPD,
Panitia Pengawas dan Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih;
(8) Setelah rapat penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
maka Panitia Pemilihan menetapkan Daftar Pemilih Sementara
dan Daftar Pemilih Tambahan menjadi Daftar Pemilih Tetap,
sebagaimana Format B-4 Lampiran Peraturan Bupati ini.
(9) Daftar Pemilih Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
diumumkan kepada masyarakat desa dengan ditempel pada
papan pengumuman di Kantor Desa, RT, RW dan tempat-
tempat strategis lainnya.

Bagian Kedua
HAK DIPILIH
Pasal 13

(1) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk desa
Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan:
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
Pemerintah ;
c. terdaftar sebagai penduduk desa setempat sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus pada
saat dimulainya pendaftaran pemilih ;
- 10 -

d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat


Pertama dan / atau sederajat ;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat
pendaftaran Calon Kepala Desa ;
f. sehat jasmani dan rohani ;
g. berkelakuan baik ;
h. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun ;
i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang mempunyai kekuatan Hukum Tetap ;
j. sanggup tidak membuat keributan / keonaran sebelum,
selama dan sesudah pemilihan Kepala Desa ;
k. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10
(sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan ;
l. Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat dari
pekerjaan sebelumnya ;
m. memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat
istiadat yang diatur dalam Peraturan Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

(2) Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia,


Anggota Kepolisian Republik Indonesia, Kepala Desa, dan
Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa
harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan harus memiliki surat ijin dari pejabat yang berwenang.

(3) Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa


harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan harus memiliki surat ijin dari Bupati serta non aktif dari
keanggotaan BPD sejak mencalonkan sebagai Bakal Calon
Kepala Desa sampai proses Pemilihan Kepala Desa selesai ;

(4) Bagi Calon Kepala Desa Terpilih dan ditetapkan menjadi Kepala
Desa , terhitung mulai tanggal pelantikan sebagai Kepala Desa
harus bertempat tinggal di desa yang bersangkutan.

Pasal 14

Pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa mereka yang telah


memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 13 , mempunyai hak memilih dan dipilih, tidak boleh diwakilkan
kepada siapapun dan dengan alasan apapun.
- 11 -

BAB IV
PENJARINGAN, PENCALONAN DAN PEMILIHAN KEPALA DESA

Bagian Pertama
Penjaringan dan Pencalonan Kepala Desa

Pasal 15

(1) 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa,


BPD memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Desa
mengenai akan berakhir masa jabatannya.
(2) Setelah menerima pemberitahuan dari BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa yang bersangkutan harus
mengajukan permohonan berhenti kepada Bupati dengan
pengantar BPD melalui Camat.
(3) Paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatan
Kepala Desa, BPD memproses Pemilihan Kepala Desa yang
meliputi pembentukan dan penetapan Panitia Pemilihan,
penetapan Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih, penetapan
Calon Kepala Desa Terpilih dan pengusulan Calon Kepala Desa
Terpilih kepada Bupati untuk disahkan menjadi Kepala Desa.
(4) Apabila BPD belum dapat memproses Pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka 1 (satu) bulan
sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa, BPD
mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati
melalui Camat.
(5) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) ditetapkan dalam Keputusan Bupati yang sekaligus
menetapkan pengangkatan Penjabat Kepala Desa yang
diusulkan oleh Camat dengan memperhatikan aspirasi BPD dan
tokoh masyarakat .

Pasal 16

(1) Panitia Pemilihan mengumumkan adanya pendaftaran Bakal


Calon Kepala Desa melalui Ketua RT dan Ketua RW serta
ditempelkan pada tempat-tempat yang strategis.
(2) Pengumuman pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat tentang
ketentuan pendaftaran, antara lain meliputi syarat-syarat
pendaftaran, waktu dan tempat pendaftaran, tata cara
pendaftaran, dan ketentuan lainnya yang dipandang perlu
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- 12 -

Pasal 17

(1) Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa diajukan sendiri oleh


yang bersangkutan kepada Panitia Pemilihan dengan
menyerahkan berkas lamaran.
(2) Berkas lamaran Bakal Calon Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Surat Permohonan yang ditulis sendiri oleh Bakal Calon
Kepala Desa di atas kertas bermaterai cukup ;
b. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 6 (enam)
lembar;
c. Surat Pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sebagaimana Format C-1 Lampiran Peraturan Bupati ini ;
d. Surat Pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar
Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, serta Pemerintah dari Calon Kepala Desa
sebagaimana Format C-2 Lampiran Peraturan Bupati ini ;
e. foto copy KTP yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
f. foto kopi ijasah terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang, serendah-rendahnya ijazah Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dan / atau sederajat ;
g. Foto kopi Akta Kelahiran atau Surat Kelahiran yang
dilegalisir;
h. Surat Keterangan Kesehatan dari dokter pemerintah ;
i. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) ;
j. Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri yang menerangkan
bahwa tidak pernah dihukum penjara karena melakukan
tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5
(lima) tahun ;
k. Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri yang
menerangkan bahwa tidak dicabut hak pilihnya sesuai
dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap ;
l. Surat Pernyataan bersedia tidak membuat keributan /
keonaran sebelum, selama, dan sesudah Pemilihan Kepala
Desa, sebagaimana Format C-3 Lampiran Peraturan Bupati
ini ;
m. Surat Pernyataan belum pernah menjabat sebagai Kepala
Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa
jabatan, sebagaimana Format C-4 Lampiran Peraturan
Bupati ini ;
- 13 -

n. Surat Pernyataan tidak pernah diberhentikan tidak dengan


hormat dari pekerjaan sebelumnya, sebagaimana Format
C-5 Lampiran Peraturan Bupati ini ;
o. Syarat-syarat lain yang sesuai adat istiadat yang diatur
dalam Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (2);
p. Bagi Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional
Indonesia, Anggota Kepolisian Republik Indonesia, yang
mencalonkan diri sebagai Kepala Desa harus menyerahkan
surat ijin dari pejabat yang berwenang ;
q. Bagi Kepala Desa yang akan berakhir masa jabatannya dan
mencalonkan diri sebagai Kepala Desa untuk periode kedua
harus menyerahkan surat ijin dari Bupati ;
r. Bagi Anggota BPD yang akan mencalonkan diri sebagai
Kepala Desa harus menyerahkan surat ijin dari Bupati ;
s. Bagi Perangkat Desa yang akan mencalonkan diri sebagai
Kepala Desa harus menyerahkan surat ijin dari Kepala Desa
atau Penjabat Kepala Desa.

Pasal 18

(1) Waktu pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) ditetapkan Panitia Pemilihan
selama 7 (tujuh) hari.
(2) Apabila dalam jangka waktu pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tidak ada yang mendaftarkan diri
sebagai Bakal Calon Kepala Desa, maka Panitia Pemilihan
membuka pengumuman tahap kedua dengan waktu
pendaftaran selama 5 (lima) hari .
(3) Apabila dalam pendaftaran tahap kedua sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), tetap tidak ada yang mendaftarkan diri sebagai
Bakal Calon Kepala Desa, maka Panitia Pemilihan membuka
pengumuman tahap ketiga dengan waktu pendaftaran selama 3
(tiga) hari.
(4) Tenggang waktu antara pengumuman tahap pertama, kedua,
dan ketiga masing-masing selama 2 (dua) hari.
(5) Setiap tahap pengumuman pendaftaran dituangkan dalam
Berita Acara Penutupan Pendaftaran sebagaimana Format D
Lampiran Bupati ini.
(6) Apabila sampai dengan pengumuman tahap ketiga tidak ada
yang mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa,
maka Panitia Pemilihan melaporkan kepada BPD.
- 14 -

(7) Berdasarkan laporan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud


ayat (6), BPD menyatakan proses pemilihan Kepala Desa batal,
dan selanjutnya BPD melaporkan kepada Bupati melalui
Camat.

Pasal 19

(1) Panitia Pemilihan melakukan penelitian berkas lamaran Bakal


Calon Kepala Desa.

(2) Dalam hal terdapat kekurangan dan / atau keragu-raguan


tentang syarat yang telah ditetapkan, maka Panitia Pemilihan
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan
untuk melengkapi persyaratan paling lama 2 (dua) hari sejak
pemberitahuan oleh Panitia Pemilihan.

(3) Setelah proses penelitian berkas lamaran Bakal Calon Kepala


Desa selesai, maka Panitia Pemilihan membuat berita acara
pelaksanaan penelitian berkas, sebagaimana Format E
Lampiran Peraturan Bupati,

(4) Bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan sesuai


dengan Berita Acara Penelitian Berkas sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa dengan
Keputusan Panitia Pemilihan sebagaimana Format F lampiran
Peraturan Bupati ini .

Pasal 20

(1) Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


ayat (4) diusulkan kepada BPD dengan dilampiri berkas
persyaratan Calon Kepala Desa.

(2) BPD melakukan penelitian berkas Calon Kepala Desa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang hasilnya dituangkan
dalam Berita Acara Penelitian Calon Kepala Desa,
sebagaimana Format G Lampiran Peraturan Bupati ini.

(3) Berdasarkan Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat


(2), Calon Kepala Desa yang memenuhi syarat ditetapkan
sebagai Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dengan
menuangkan dalam Keputusan BPD, sebagaimana Format H
Lampiran Peraturan Bupati ini.

(4) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


disampaikan kepada Panitia Pemilihan dan Panitia Pengawas.
- 15 -

Pasal 21

(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan setelah Panitia Pemilihan


menerima penetapan Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih
dari BPD.

(2) Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan sebagai Calon Kepala
Desa Yang Berhak Dipilih tidak dibenarkan mengundurkan diri.

(3) Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih yang mengundurkan


diri sebagaimana dimaksud ayat (2) tanpa disertai alasan yang
jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dapat diberi
sanksi sebagaimana yang telah diatur dalam Tata Tertib
Pemilihan Kepala Desa.

Bagian Kedua
Pemilihan Kepala Desa

Paragraf 1
Undian Nomor Urut Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih

Pasal 22

(1) 10 (sepuluh) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara,


dilakukan penentuan nomor urut Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih melalui pengundian secara terbuka oleh Panitia
Pemilihan.

(2) Penentuan nomor urut Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh Calon
Kepala Desa Yang Berhak Dipilih, BPD dan Panitia Pengawas.

(3) Dalam hal pemilihan hanya diikuti 1 (satu) Calon Kepala Desa
Yang Berhak Dipilih, maka tidak dilaksanakan pengundian
nomor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Calon Kepala
Desa Yang Berhak Dipilih memperoleh nomor urut 1 (satu).

(4) Nama dan nomor urut Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih
yang telah ditetapkan, dituangkan dalam berita acara oleh
Panitia Pemilihan dan diumumkan kepada masyarakat di
tempat-tempat yang terbuka sesuai kondisi sosial budaya
masyarakat setempat, sebagaimana Format I Lampiran
Peraturan Bupati ini.
- 16 -

Paragraf 2
Surat Suara
Pasal 23

(1) Dalam pemungutan suara disediakan surat suara yang memuat


nama dan foto Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih sesuai
dengan nomor urut yang telah ditetapkan sebagaimana Format
J-1 Lampiran Peraturan Bupati ini.
(2) Dalam hal pemilihan hanya diikuti 1 (satu) Calon Kepala Desa
Yang Berhak Dipilih, maka dalam surat suara hanya disediakan
1 (satu) nama dan foto Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih
untuk suara yang mendukung dan 1 (satu) kotak kosong untuk
suara yang tidak mendukung sebagaimana Format J-2
Lampiran Peraturan Bupati ini.

Paragraf 3
Kampanye
Pasal 24

(1) Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dapat melaksanakan


kampanye.
(2) Kampanye adalah merupakan forum penyampaian visi, misi dan
program yang akan dilaksanakan apabila yang bersangkutan
terpilih menjadi Kepala Desa.
(3) Bentuk kampanye meliputi rapat umum, tatap muka dan dialog,
pemasangan alat peraga, melalui media cetak, elektronik dan
bentuk kampanye lainnya yang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan.
(4) Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dapat menunjuk
penanggung jawab pelaksanaan kampanye.

Pasal 25

(1) Kampanye diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan paling lama


4 (empat) hari, dan berakhir 2 (dua) hari sebelum dilaksanakan
pemungutan suara.
(2) Panitia Pemilihan menetapkan jadwal dan tempat kampanye
selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah penentuan nomor urut
Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 yang dituangkan dalam Keputusan Panitia
Pemilihan, sebagaimana Format K-1 Lampiran Peraturan Bupati
ini.
- 17 -

(3) Kampanye yang diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa rapat umum
dengan acara penyampaian visi, misi dan program dari Calon
Kepala Desa Yang Berhak Dipilih.
(4) Pelaksanaan Kampanye Calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih dituangkan dalam Berita Acara, sebagaimana Format K-2
Lampiran Peraturan Bupati ini.
(5) Waktu 2 (dua) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah merupakan masa
tenang.
(6) Dalam masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (5), alat
peraga kampanye harus dibersihkan.

Pasal 26

Dalam kampanye, Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih


mempunyai hak untuk mendapatkan informasi atau data dari
Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 27

Dalam pelaksanaan kampanye dilarang :


a. mempersoalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 ;
b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, dan Calon
Kepala Desa Yang Berhak Dipilih ;
c. menghasut atau mengadu domba perseorangan, dan /atau
kelompok masyarakat ;
d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan, atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada perseorangan,
dan/atau kelompok masyarakat ;
e. menggangu keamanan, ketenteraman dan ketertiban umum ;
f. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga calon lain ;
g. menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan atau Pemerintah Desa ;
h. menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan ;
i. melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan
berjalan kaki atau dengan kendaraan di jalan ;
j. memberikan dan atau menjanjikan akan memberikan sesuatu,
baik langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih
apapun dalam usaha untuk memenangkan dirinya dalam
pemilihan Kepala Desa ;
- 18 -

k. melibatkan Anggota Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas, Kepala


Desa atau Penjabat Kepala Desa, Perangkat Desa dan Anggota
BPD.
Pasal 28

(1) PNS, Anggota TNI , Anggota POLRI, Kepala Desa dan


Perangkat Desa yang menjadi Calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih dalam melaksanakan kampanye tidak dibenarkan
menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya
(2) PNS, Anggota TNI , Anggota POLRI, Kepala Desa dan
Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
melaksanakan kampanye harus mengajukan ijin dengan
ketentuan :
a. PNS, Anggota TNI , Anggota POLRI kepada Pejabat yang
berwenang ;
b. Kepala Desa kepada Bupati ;
c. Perangkat Desa kepada Kepala Desa.
(3) Pengajuan ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan
kampanye dengan tembusan Panitia Pemilihan.
(4) Ijin yang telah diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
wajib diberitahukan kepada Panitia Pemilihan dan Panitia
Pengawas selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum masa
kampanye.

Paragraf 4
Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pasal 29

Sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum pemilihan dilaksanakan,


Panitia Pemilihan mengumumkan tentang waktu dan tempat
pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.

Pasal 30

(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan pada tanggal dan tempat


yang telah ditentukan.
(2) Dalam hal terjadi bencana alam, kerusuhan, gangguan
keamanan, dan/atau gangguan lainnya di seluruh atau sebagian
wilayah desa bersangkutan yang berakibat pemilihan tidak
dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggal yang ditentukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilihan dapat ditunda
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
- 19 -

(3) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) pemilihan belum dapat dilaksanakan, maka BPD
melalui Camat mengusulkan kepada Bupati perpanjangan waktu
paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 31

(1) Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia,


jujur dan adil.
(2) Setiap orang yang mempunyai hak memilih hanya mempunyai 1
(satu) suara dan tidak boleh diwakilkan.
(3) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan di dalam desa yang
bersangkutan.

Pasal 32

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa,


pemungutan suara dapat dilaksanakan lebih dari 1 (satu)
tempat.
(2) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Tempat Pemungutan
Suara, maka ditetapkan Tempat Pemungutan Suara Induk dan
Tempat Pemungutan Suara Tambahan sesuai kebutuhan.
(3) Tempat Pemungutan Suara Induk dipergunakan untuk
melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara,
sedangkan Tempat Pemungutan Suara Tambahan hanya
dipergunakan untuk melaksanakan pemungutan suara.
(4) Wakil Ketua Panitia Pemilihan memimpin dan bertanggung
jawab terhadap pemungutan suara pada Tempat Pemungutan
Suara Tambahan dan dibantu oleh Panitia Pemilihan yang lain
sesuai kebutuhan.
(5) Proses pelaksanaan pemungutan suara di Tempat Pemungutan
Suara Tambahan sama dengan di Tempat Pemungutan Suara
Induk.
Pasal 33

(1) Sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum pemilihan


dilaksanakan, Panitia Pemilihan menyampaikan surat undangan
kepada Pemilih dengan mencantumkan waktu dan tempat
pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.
(2) Surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi
nomor urut sesuai nomor urut yang tercantum dalam Daftar
Pemilih Tetap sebagaimana Format L Lampiran Peraturan
Bupati ini.
- 20 -

(3) Penyampaian surat undangan kepada Pemilih harus dilengkapi


dengan tanda terima.
(4) Pemilih yang tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap, tetapi
belum menerima surat undangan dapat meminta kepada Panitia
Pemilihan paling lambat 1 (satu) hari sebelum penyelenggaraan
pemungutan suara.
(5) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak
dapat dilaksanakan oleh pemilih dengan alasan yang dapat
diterima oleh Panitia, maka pemilih masih diberikan kesempatan
menggunakan hak pilihnya.
(6) Dalam hal Pemilih telah didaftar namun tidak tercantum dalam
Daftar Pemilih Tetap dan Pemilih tersebut dapat menunjukkan
Tanda Bukti Pendaftaran Pemilih, setelah dilakukan penelitian
oleh Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan/atau Saksi maka
yang bersangkutan diberi kesempatan menggunakan hak
pilihnya, yang dituangkan dalam Berita Acara sebagaimana
Format M Peraturan Bupati ini.
(7) Surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dibawa oleh Pemilih pada waktu datang ke tempat pemilihan.

Pasal 34

(1) Selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum dilaksanakan


pemungutan suara, Panitia Pemilihan mempersiapkan tempat
Pemilihan Kepala Desa.
(2) Denah lokasi tempat pemungutan dan penghitungan suara
Pemilihan Kepala Desa serta rincian tugas Panitia,
sebagaimana Format N Lampiran Peraturan Bupati ini

Pasal 35

(1) Panitia Pemilihan menyiapkan bilik suara dengan ukuran


sebagaimana Format O-1 Lampiran Peraturan Bupati ini.
(2) Jumlah bilik suara disesuaikan dengan jumlah pemilih tetap.
(3) Dalam bilik suara disediakan perlengkapan yang terdiri dari :
- meja ;
- alas coblos (bantalan) ;
- dan alat coblos (paku yang diikat dengan tali).
(4) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
sebagaimana Format O-2 Lampiran Peraturan Bupati ini.
(5) Panitia Pemilihan menyiapkan Kotak Suara sebagaimana Format
O-3 Lampiran Peraturan Bupati ini.
- 21 -

Pasal 36

(1) Panitia Pemilihan berkewajiban untuk :


a. menjamin terlaksananya Pemilihan Kepala Desa secara
demokratis ;
b. menjamin pelaksanaan pemilihan Kepala Desa berjalan
secara tertib, aman, dan teratur.
(2) Panitia Pemilihan menjaga agar setiap orang yang berhak
memilih hanya memberikan 1 (satu) suara dan menolak
pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun.

Pasal 37

(1) Pada saat pemungutan suara, para Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih dapat berada di Tempat Pemungutan Suara
untuk mengikuti seluruh proses pemungutan suara ;
(2) Dalam hal Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih berhalangan
hadir, maka memberitahukan kepada Panitia Pemilihan, dan
sebagai gantinya dapat ditempatkan foto yang bersangkutan di
tempat duduk yang telah ditentukan.
(3) Dalam hal Tempat Pemungutan Suara lebih dari 1 (satu)
tempat, maka Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih berada di
Tempat Pemungutan Suara Induk dan pada Tempat
Pemungutan Suara Tambahan ditempatkan foto yang
bersangkutan ;
(4) Dalam hal salah satu Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih
berhalangan tetap sebelum dilaksanakan pemungutan suara,
maka pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa hanya diikuti oleh
Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih yang lain ;
(5) Dalam hal Pemilihan Kepala Desa hanya diikuti oleh 1 (satu)
Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih, dan yang
bersangkutan berhalangan tetap, maka Pemilihan Kepala Desa
dinyatakan batal dan dilakukan proses pemilihan dari awal.

Pasal 38

(1) Dalam proses pemungutan dan penghitungan suara, setiap Calon


Kepala Desa Yang Berhak Dipilih mengirimkan 2 (dua) orang
Saksi di setiap Tempat Pemungutan Suara.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus menyerahkan
surat mandat dari Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih
kepada Panitia Pemilihan dan selanjutnya dapat mengikuti
proses pemungutan dan penghitungan suara.
- 22 -

(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak untuk :


a. hadir pada persiapan pembukaan Pemungutan Suara ;
b. mengamati proses pemungutan suara, kecuali saat pemilih
mencoblos surat suara ;
c. mengajukan keberatan dan pertanyaan serta meminta
penjelasan pada Ketua Panitia Pemilihan terhadap kasus
yang terjadi ;
d. mengikuti proses penghitungan suara ;
e. menandatangani berita acara pemungutan dan
penghitungan suara ;
f. melaporkan adanya kejanggalan atau kecurangan kepada
Panitia Pengawas.

(4) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang :


a. mempengaruhi Pemilih atau mencoba mengintimidasi
Pemilih ;
b. memerintah Anggota Panitia Pemilihan ;
c. menyaksikan Pemilih saat mencoblos surat suara ;
d. mengatur perlengkapan pemungutan suara ;
e. mengganggu Anggota Panitia Pemilihan saat mereka
sedang melaksanakan tugasnya ;
f. mengganggu jalannya proses pemungutan suara dan
penghitungan suara atau menimbulkan kekacauan di tempat
pemungutan suara ;
g. menggunakan atribut Calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih.

Pasal 39

(1) Rapat pemungutan suara Pemilihan Kepala Desa dipimpin oleh


Ketua Panitia Pemilihan.

(2) Acara rapat pemungutan suara adalah sebagai berikut :


a. pembukaan ;
b. pengucapan sumpah / janji Panitia Pemilihan dipimpin oleh
Ketua Panitia Pemilihan ;
c. sambutan Ketua Panitia Pemilihan ;
d. penelitian alat kelengkapan oleh Panitia Pemilihan dengan
didampingi Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dan /
atau Saksi ;
e. pelaksanaan pemungutan suara ;
f. penandatanganan Berita Acara Pemungutan Suara ;
g. penutup.
- 23 -

(3) Dalam sambutan pada acara pembukaan, Ketua Panitia


Pemilihan mengumumkan tentang :
a. nomor urut dan nama Calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih ;
b. jumlah Pemilih tetap ;
c. waktu pemungutan suara ;
d. tata cara dan sahnya pemungutan suara ;
e. hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan
suara.
Pasal 40

Penelitian alat kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39


ayat (2) huruf d, meliputi :
a. penelitian kotak suara dengan membuka kotak suara,
mengeluarkan seluruh isinya, kemudian memperlihatkan kepada
Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih, Saksi dan para Pemilih
yang hadir bahwa kotak suara dalam keadaan kosong,
menutupnya kembali, mengunci dan menyegel dengan
menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau stempel Panitia
Pemilihan ;
b. menghitung jumlah surat suara ;
c. meneliti kelengkapan berkas pemungutan suara dan
penghitungan suara, serta alat tulis ;
d. meneliti bilik dan alat pencoblosan surat suara.

Pasal 41

(1) Panitia Pemilihan mencocokkan surat undangan yang dibawa


oleh Pemilih dengan Daftar Pemilih Tetap.
(2) Apabila surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
telah cocok maka Panitia Pemilihan memberikan nomor urut
kehadiran dan memberikan paraf pada surat undangan dan
diserahkan kembali kepada Pemilih untuk selanjutnya
dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan.
(3) Apabila Panitia Pemilihan meragukan kesesuaian antara nama
yang tercantum dalam surat undangan dengan Pemilih, maka
Panitia Pemilihan mencocokkan nama yang bersangkutan
dengan KTP atau bukti identitas diri lainnya.
(4) Apabila surat undangan telah cocok sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), maka Panitia Pemilihan memberikan nomor urut
kehadiran dan memberikan paraf pada surat undangan dan
diserahkan kembali kepada Pemilih untuk selanjutnya
dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan.
- 24 -

(5) Apabila surat undangan tidak cocok dengan Pemilih sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), maka Panitia Pemilihan menolak dan
menyita surat undangan tersebut.

Pasal 42

(1) Apabila surat undangan telah cocok sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 41 ayat (2) dan ayat (4), maka setiap surat
undangan ditukar dengan 1 (satu) lembar surat suara
berdasarkan urutan kehadiran.
(2) Surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani
terlebih dahulu oleh Ketua Panitia Pemilihan dan distempel
Panitia Pemilihan.
(3) Setelah menerima surat suara, Pemilih meneliti surat suara
tersebut, dan apabila surat suara cacat atau rusak, maka
Pemilih berhak meminta surat suara yang baru setelah
menyerahkan kembali surat suara yang cacat atau rusak
kepada Panitia Pemilihan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali.
(4) Surat suara yang cacat atau rusak yang dikembalikan oleh
Pemilih diberi tanda silang oleh Ketua Panitia Pemilihan dan
dicatat dalam Berita Acara Pemungutan Suara.

Pasal 43

(1) Pencoblosan surat suara dilaksanakan di dalam bilik suara


dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh Panitia
Pemilihan ;
(2) Apabila terdapat Pemilih yang keadaan fisiknya tidak
memungkinkan untuk memberikan suara, Pemilih yang
bersangkutan dapat meminta bantuan Panitia Pemilihan dan /
atau Panitia Pengawas.
(3) Pemilih yang salah mencoblos surat suara dapat meminta ganti
surat suara yang baru setelah menyerahkan surat suara yang
salah dalam keadaan terlipat.
(4) Penggantian surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
hanya dapat dilakukan sebanyak 1 (satu) kali ;
(5) Setelah surat suara dicoblos, Pemilih memasukkan surat suara
dalam keadaan terlipat ke dalam kotak suara yang telah
disediakan.
(6) Surat suara yang salah coblos sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), diberi tanda silang oleh Ketua Panitia Pemilihan dan dicatat
dalam Berita Acara Pemungutan Suara
- 25 -

Pasal 44

(1) Setelah pemungutan suara selesai, maka lubang kotak suara


disegel dengan menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau
stempel Panitia Pemilihan.
(2) Setelah pemungutan suara selesai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), selanjutnya Ketua Panitia Pemilihan bersama-sama
dengan Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dan / atau
Saksi menandatangani Berita Acara Pemungutan Suara,
sebagaimana Format P-1 Lampiran Peraturan Bupati ini.
(3) Pada Tempat Pemungutan Suara Tambahan, penandatanganan
Berita Acara Pemungutan Suara dilakukan oleh Wakil Ketua
Panitia Pemilihan dan Saksi, sebagaimana Format P-2
Lampiran Peraturan Bupati ini.
(4) Kotak suara pada Tempat Pemungutan Suara Tambahan
dikumpulkan ke Tempat Pemungutan Suara Induk.

Pasal 45

(1) Setelah pemungutan suara selesai dilanjutkan dengan rapat


penghitungan suara ;
(2) Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dapat berada di Tempat
Penghitungan suara ;
(3) Dalam hal terdapat Tempat Pemungutan Suara Tambahan, rapat
penghitungan suara dimulai setelah seluruh kotak suara
terkumpul di Tempat Pemungutan Suara Induk ;
(4) Rapat penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan susunan acara sebagai berikut :
a. pembukaan ;
b. penghitungan suara ;
c. penandatanganan Berita Acara Penghitungan Suara ;
d. pembacaan Berita Acara Penghitungan Suara ;
e. penutup.
Pasal 46

(1) Panitia Pemilihan membuka kotak suara, mengeluarkan satu


per satu surat suara dan menghitung sah tidaknya surat suara
dengan disaksikan oleh Saksi.
(2) Surat Suara dinyatakan sah apabila :
- 26 -

a. coblosan berada di dalam kotak tanda gambar yang memuat


nomor urut, foto dan nama Calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih ;
b. coblosan berada tepat pada garis kotak tanda gambar;
c. dalam 1 (satu) kotak tanda gambar terdapat lebih dari 1
(satu) coblosan dan paling banyak 3 (tiga) coblosan ;
d. coblosan harus menggunakan alat pencoblos yang telah
disediakan.
(3) Surat suara dinyatakan tidak sah apabila :
a. tidak terdapat coblosan;
b. mencoblos lebih dari 1 (satu) kotak tanda gambar ;
c. mencoblos lebih dari 3 (tiga ) coblosan ;
d. tidak memakai alat pencoblos yang telah disediakan ;
e. coblosan berada di luar kotak tanda gambar ;
f. pada surat suara ditambah tulisan, tanda tangan dan atau
tanda-tanda/catatan lain.

Pasal 47

(1) Panitia Pemilihan mencatat hasil penghitungan suara pada :


a. papan penghitungan suara sebagaimana Format Q-1
Lampiran Peraturan Bupati ini.
b. Blanko penghitungan suara sebagaimana Format Q-2
Lampiran Peraturan Bupati ini.
(2) Surat suara dipisahkan dalam :
a. surat suara sah;
b. surat suara tidak sah;
(3) Dalam hal Pemilihan Kepala Desa hanya diikuti 1 (satu) Calon
Kepala Desa Yang Berhak Dipilih, maka surat suara dipisahkan
dalam :
a. surat suara sah yang mendukung ;
b. surat suara sah yang tidak mendukung ;
c. surat suara yang tidak sah.

Pasal 48

(1) Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih yang dinyatakan terpilih
adalah Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih yang
mendapatkan dukungan suara terbanyak;
(2) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) orang Calon Kepala Desa
Yang Berhak Dipilih yang mendapatkan dukungan suara
terbanyak dengan jumlah yang sama, maka dilakukan pemilihan
ulang ;
- 27 -

(3) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat (2) hanya diikuti


oleh Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih yang
mendapatkan dukungan suara terbanyak yang sama dan
dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.
(4) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) hasilnya tetap sama, maka Pemilihan Kepala Desa
dimaksud dinyatakan batal dan dilakukan proses Pemilihan
Kepala Desa dari awal.
(5) Dalam hal Pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka Panitia Pemilihan
membuat Berita Acara dan melaporkan kepada BPD.
(6) Berdasarkan Laporan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), BPD melaporkan hasil Pemilihan Kepala Desa
kepada Bupati melalui Camat.

Pasal 49

(1) Dalam hal terjadi pelaksanaan pemilihan ulang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2), maka BPD mengadakan
rapat bersama Pemerintah Desa menyusun rencana
pelaksanaan pemilihan ulang.
(2) Hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dalam Peraturan Desa.
(3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya memuat :
a. penetapan jadwal pemilihan ;
b. biaya pemilihan;
c. mekanisme pelaksanaan pemilihan ;
d. hal-hal lain yang diperlukan berkaitan dengan pelaksanaan
pemilihan ulang.

Pasal 50

(1) Dalam hal pemilihan hanya diikuti oleh 1 (satu) calon, maka
Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dinyatakan terpilih
apabila mendapatkan dukungan suara sekurang-kurangnya ½
(setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah suara yang sah ;
(2) Apabila Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih tidak
mendapatkan dukungan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), maka pemilihan dinyatakan batal dan dilakukan proses
pemilihan Kepala Desa dari awal.
- 28 -

(3) Dalam hal Pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Panitia Pemilihan
membuat Berita Acara dan melaporkan kepada BPD.
(4) Berdasarkan Laporan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), BPD melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa
kepada Bupati melalui Camat.

Pasal 51

(1) Setelah penghitungan suara selesai, maka Panitia Pemilihan


membuat dan menandatangani Berita Acara Penghitungan
Suara bersama-sama dengan calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih dan / atau Saksi, sebagaimana Format R Lampiran
Peraturan Bupati ini.
(2) Ketua Panitia mengumumkan Berita Acara Penghitungan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 52

(1) Setelah pemungutan suara dan penghitungan suara selesai,


maka Ketua Panitia Pemilihan bersama-sama dengan Calon
Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dan / atau saksi
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa, sebagaimana Format S Lampiran Peraturan Bupati ini.
(2) Dalam hal Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih dan / atau
saksi tidak mau menandatangani berita acara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 51 ayat
(1) dan ayat (1) Pasal ini, maka pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa dinyatakan tetap sah.

Pasal 53

(1) Setelah selesai pemilihan Kepala Desa, maka Panitia Pemilihan :


a. selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah tanggal
pelaksanaan pemilihan segera mengajukan laporan dan
Berita Acara pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada
BPD ;
b. mempertanggungjawabkan biaya pemilihan kepada BPD.
(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah menerima laporan dan
Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan, BPD menetapkan
Calon Kepala Desa Terpilih dengan Keputusan BPD
sebagaimana Format T Lampiran Peraturan Bupati ini dan
selanjutnya mengusulkan Calon Kepala Desa Terpilih kepada
Bupati melalui Camat untuk disahkan ;
BAB IV
- 29 -

LARANGAN DAN SANKSI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

Bagian Pertama
Larangan Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih

Pasal 54

(1) Dalam proses Pemilihan Kepala Desa, Calon Kepala Desa


Yang Berhak Dipilih dilarang:
a. memberi uang, barang dan fasilitas lain pada Pemilih ;
b. melakukan perbuatan - perbuatan yang mengarah pada
perbuatan-perbuatan intimidasi ;
c. melanggar ketentuan-ketentuan kampanye sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27.
(2) Bagi Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih yang terbukti
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenakan sanksi berupa pembatalan sebagai Calon Kepala
Desa Yang Berhak Dipilih;
(3) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
oleh BPD atas usul Panitia Pemilihan setelah mendapat
Keputusan Panitia Pengawas,
(4) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dituangkan
dalam Format sebagai berikut :
a. Keputusan Panitia Pengawas sebagaimana Format U
Lampiran Peraturan Bupati ini ;
b. Keputusan Panitia Pemilihan tentang Pengusulan
Pembatalan Calon Yang Berhak Dipilih sebagaimana Format
V Lampiran Peraturan Bupati ini ;
c. Keputusan BPD tentang Pembatalan Calon Yang Berhak
Dipilih sebagaimana Format W Lampiran Peraturan Bupati
ini.

Bagian Kedua
Larangan Panitia Pemilihan

Pasal 55

(1) Panitia Pemilihan dilarang mencalonkan sebagai Kepala Desa.


(2) Panitia Pemilihan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
dilarang memihak kepada salah satu Calon Kepala Desa Yang
Berhak Dipilih.
- 30 -

(3) Panitia Pemilihan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang


menguntungkan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
(4) Anggota Panitia Pemilihan yang terbukti melakukan pelanggaran
terhadap larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan
(3) diberhentikan dari keanggotaan Panitia Pemilihan oleh BPD
dan / atau dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB V
MEKANISME PENGADUAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

Pasal 56

Barang siapa yang berupaya untuk menggagalkan Pemilihan Kepala


Desa akan dikenakan ancaman pidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Pasal 57

(1) Apabila terjadi pelanggaran atau penyimpangan dalam proses


pemilihan Kepala Desa, maka Calon Kepala Desa Yang Berhak
Dipilih, Saksi, dan/atau masyarakat dapat mengajukan
pengaduan kepada Panitia Pengawas ;
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
secara tertulis sejak terjadinya pelanggaran dan paling lambat 2
(dua) hari sejak selesainya penghitungan suara.

Pasal 58

(1) Panitia Pengawas mengkaji setiap pengaduan yang diterima ;


(2) Panitia Pengawas memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak
menindaklanjuti pengaduan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah pengaduan diterima ;
(3) Dalam hal pengaduan bersifat sengketa yang tidak
mengandung unsur tindak pidana, maka Panitia Pengawas
menyelesaikannya dengan membuat keputusan ;
(4) Dalam hal pengaduan bersifat sengketa yang mengandung
unsur pidana, maka Panitia Pengawas meneruskan pengaduan
kepada aparat penyidik ;
- 31 -

(5) Penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),


menunggu ditetapkannya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap ;
(6) Sambil menunggu ditetapkannya putusan pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), proses pemilihan Kepala
Desa tetap dilanjutkan ;
(7) Apabila putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), berakibat Calon Kepala Desa Terpilih tidak memenuhi
persyaratan, maka BPD menindaklanjuti dengan membatalkan
Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih.

Pasal 59

(1) Panitia Pengawas menyelesaikan sengketa sebagaimana


dimaksud pada Pasal 58 ayat (3) dilakukan melalui tahapan :
a. mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa untuk
melakukan musyawarah dalam rangka mencapai
kesepakatan ;
b. penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), paling lambat 3 (tiga) hari sejak pihak-pihak yang
bersengketa dipertemukan ;
c. dalam hal tercapai kesepakatan, maka pihak-pihak yang
bersengketa membuat pernyataan kesepakatan yang
diketahui oleh Panitia Pengawas ;
d. dalam hal tidak tercapai kesepakatan, Panitia Pengawas
membuat keputusan yang bersifat final dan mengikat ;
e. Pernyataan Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada
huruf c dan Keputusan Panitia Pengawas sebagaimana
dimaksud pada huruf d disampaikan kepada Panitia
Pemilihan.
(2) Dalam hal Keputusan Panitia Pengawas menyatakan bahwa
pengaduan yang diajukan terbukti kebenarannya, maka BPD
membatalkan proses pemilihan Kepala Desa dan melakukan
proses Pemilihan Kepala Desa dari awal.
(3) Dalam hal BPD tidak melakukan pembatalan paling lama 3
(tiga) hari setelah menerima Keputusan Panitia Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Panitia Pengawas
melaporkan Keputusan Panitia Pengawas kepada Bupati.
- 32 -

BAB VI
PENGANGKATAN DAN PELANTIKAN

Pasal 60

(1) Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengesahan


Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas)
hari terhitung sejak tanggal diterimanya penyampaian hasil
pemilihan dari BPD.
(2) Dalam hal Calon Kepala Desa Terpilih menjalani proses hukum
sebagaimana dimaksud pada Pasal 58 ayat (4), maka
pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menunggu
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
(3) Dalam hal Kepala Desa Terpilih berasal dari Perangkat Desa,
Anggota BPD, dan Anggota Lembaga Kemasyarakatan Desa
Lainnya, maka Yang Bersangkutan harus mengundurkan diri
dari jabatan sebelumnya.

Pasal 61

(1) Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal
ditetapkannya Keputusan Bupati.
(2) Dalam hal Kepala Desa Terpilih ditetapkan sebelum berakhirnya
masa jabatan Kepala Desa, maka pelantikan Kepala Desa
Terpilih menunggu berakhirnya masa jabatan Kepala Desa.
(3) Apabila pelantikan Kepala Desa Terpilih tidak dapat dilaksanakan
tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, atas persetujuan
Bupati dapat ditunda dengan ketentuan Kepala Desa yang lama
atau Penjabat Kepala Desa tetap melaksanakan tugasnya
selama masa penundaan tersebut.
(4) Pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan di desa bersangkutan di hadapan masyarakat.
(5) Dalam pelaksanaan pelantikan, Kepala Desa mengucapkan
sumpah / janji.
(6) Susunan kata-kata sumpah / janji sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) adalah sebagai berikut :
- 33 -

‘’Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah / berjanji “ :


- bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala
Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-
adilnya ;
- bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara ;
- bahwa saya akan menegakkan kehidupan Demokrasi dan
Undang – Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala
Peraturan Perundang-undangan dengan selurus-lurusnya
yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Pasal 62

(1) Tata Urutan Acara pada upacara pengambilan sumpah/janji dan


pelantikan Kepala Desa adalah sebagai berikut :
a. pembukaan ;
b. pembacaan Keputusan Bupati ;
c. pengambilan sumpah / janji jabatan oleh Bupati atau Pejabat
yang ditunjuk ;
d. penandatanganan Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji ;
e. kata pelantikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk ;
f. serah terima jabatan Kepala Desa dan penyerahan
Keputusan Pemberhentian dan Pengangkatan;
g. penyematan tanda jabatan oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk ;
h. sambutan ;
i. pembacaan do’a ;
j. penutup.
(2) Pakaian pada saat acara pelantikan ditentukan sebagai berikut :
a. Kepala Desa yang akan dilantik memakai Pakaian Dinas
Upacara Besar ( PDUB );
b. Isteri Kepala Desa yang dilantik memakai Seragam Resmi
PKK;
c. Suami Kepala Desa yang dilantik memakai Pakaian Sipil
Lengkap (PSL) ;
d. Penjabat Kepala Desa memakai Pakaian Sipil Lengkap
(PSL) ;
e. Undangan lain menyesuaikan.
- 34 -

Pasal 63

Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak


tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali
masa jabatan berikutnya.

BAB VIII
BIAYA PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 64

(1) Biaya pemilihan Kepala Desa diperoleh dari :


a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa);
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah ;
c. bantuan masyarakat desa yang tidak mengikat ;
d. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
(2) Biaya pemilihan Kepala Desa dipergunakan untuk:
a. belanja administrasi (pengumuman, undangan, pembuatan
kotak dan surat suara, pengadaan formulir dan sebagainya
yang sejenis);
b. pendaftaran pemilih ;
c. pembuatan bilik/kamar tempat pemilihan dan penyediaan
perlengkapan lainnya ;
d. honorarium Panitia Pemilihan , Panitia Pengawas, Petugas
Keamanan, BPD dan Kepala Desa atau Penjabat Kepala
Desa ;
e. rapat ;
f. konsumsi ;
g. lain-lain yang diperlukan.

BAB IX

PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN


PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Pasal 65

(1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui


usulan BPD apabila :
- 35 -

a. dinyatakan melakukan tindak pidana kejahatan yang


diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh
kekuatan hukum tetap ;
b. karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak
pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau
tindak pidana terhadap keamanan negara.
(2) Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan
BPD, apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana
dimaksud ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 66

(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1), setelah melalui proses
peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
maka paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan
pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan / atau mengaktifkan
kembali Kepala Desa yang bersangkutan sampai akhir masa
jabatan.
(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa
jabatannya, Bupati hanya merehabilitasi Kepala Desa yang
bersangkutan.

Pasal 67

(1) Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1), maka Bupati atas usul
Camat menunjuk Sekretaris Desa sebagai Pelaksana Harian
Kepala Desa.
(2) Apabila Sekretaris Desa kosong, maka Bupati atas usul Camat
setelah memperhatikan aspirasi dari BPD menunjuk Perangkat
Desa Lainnya sebagai Pelaksana Harian Kepala Desa.
(3) Pelaksana Harian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), melaksanakan sebagian tugas, wewenang
dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
- 36 -

Pasal 68

Apabila Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 65 ayat (2), Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa dengan
tugas pokok menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa paling lama
6 (enam) bulan terhitung sejak putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 69

(1) Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dilaksanakan


setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati.
(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan ;
b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana mati.
(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati
paling lama 3 (tiga) hari setelah dimulainya penyidikan.

Pasal 70

(1) Kepala Desa berhenti, karena :


a. meninggal dunia ;
b. permintaan sendiri ;
c. diberhentikan ;
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c karena :
a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang
baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam)
bulan ;
c. meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu 2 (dua)
bulan terus-menerus ;
d. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa ;
e. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan ;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Kepala Desa ; dan /
atau
g. melanggar larangan sebagai Kepala Desa.
- 37 -

Pasal 71

(1) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 70 ayat (1) huruf a, huruf b dan ayat (2) huruf a dan huruf
b diusulkan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat
berdasarkan keputusan musyawarah BPD.
(2) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (2) huruf c, d, e, f, dan g diusulkan oleh BPD
kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan
musyawarah BPD yang dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota BPD dan Keputusan ditetapkan
berdasarkan persetujuan sekurang-kurangnya ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir.
(3) Bupati mengadakan penelitian terhadap Usulan BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan .
(4) Penelitian yang dilakukan oleh Bupati diberi waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak usulan diterima.
(5) Apabila berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) terbukti, maka Bupati menetapkan pengesahan
pemberhentian Kepala Desa paling lama 30 (tigapuluh) hari
setelah proses penelitian.

BAB VIII
PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA

Pasal 72

(1) Setelah dilakukan pemberhentian Kepala Desa, Bupati


mengangkat Penjabat Kepala Desa.
(2) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa ditetapkan dengan
Keputusan Bupati atas usul Camat dengan memperhatikan
aspirasi dari BPD dan Tokoh Masyarakat.
(3) Dalam hal menyerap aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Pemerintah Desa mengadakan Musyawarah Desa yang
dihadiri oleh Anggota BPD, Ketua Rukun Tetangga, Ketua
Rukun Warga, Anggota Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh-
tokoh Masyarakat yang dipimpin oleh Camat.
- 38 -

(4) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagai


bahan pertimbangan bagi Camat dalam mengusulkan Penjabat
Kepala Desa.
(5) Pengusulan Penjabat Kepala Desa dimaksud pada ayat (4)
dituangkan dalam Keputusan Camat dengan dilampiri Berita
Acara Musyawarah dan Daftar Hadir Peserta Musyawarah.

Pasal 73

(1) Penjabat Kepala Desa diangkat dari :


a. Kepala Desa yang telah berakhir masa
jabatannya ;
b. salah seorang Perangkat Desa dari desa
yang bersangkutan ;
c. Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di
Kantor Kecamatan bersangkutan.

(2) Dalam hal Penjabat Kepala Desa diangkat dari Kepala Desa yang
telah berakhir masa jabatannya berstatus sebagai PNS,
Anggota TNI, Anggota POLRI harus memperoleh ijin dari
pejabat yang berwenang.

(3) Penjabat Kepala Desa tidak dibenarkan mencalonkan diri sebagai


Kepala Desa.

Pasal 74

(1) Sebelum melaksanakan tugas dan kewajiban Penjabat Kepala


Desa diambil sumpah/janji oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk.
(2) Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji Penjabat Kepala
Desa dapat bertempat di desa yang bersangkutan atau di
Kantor Kecamatan.
Pasal 75

(1) Tata Urutan Acara pada upacara dalam pengambilan


sumpah/janji dan pelantikan Penjabat Kepala Desa adalah
sebagai berikut :
a. Pembukaan ;
b. pembacaan Keputusan Bupati ;
- 39 -

c. pengambilan sumpah / janji jabatan oleh Bupati atau Pejabat


yang ditunjuk ;
d. penandatanganan Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji ;
e. kata pelantikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk ;
f. penyerahan Keputusan tentang pemberhentian dan
pengangkatan ;
g. sambutan ;
h. pembacaan do’a ;
i. penutup.

(2) Penjabat Kepala Desa yang akan diambil sumpah/janji dan


dilantik memakai Pakaian Sipil Lengkap.

Pasal 76

(1) Penjabat Kepala Desa melaksanakan tugas, wewenang dan


kewajiban Kepala Desa, kecuali melakukan pengalihan aset /
kekayaan desa.
(2) Disamping melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Penjabat Kepala Desa mempunyai tugas pokok untuk
menyusun rencana pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
bersama BPD.
(3) Masa jabatan Penjabat Kepala Desa ditetapkan paling lama 1
(satu) tahun dan / atau telah dilantik Kepala Desa Terpilih.
(4) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhir masa
jabatan Penjabat Kepala Desa harus melaporkan pelaksanaan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
kepada Bupati melalui Camat.
(5) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun belum dapat
dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa, maka Camat
mengusulkan pemberhentian dan pengangkatan Penjabat
Kepala Desa kepada Bupati setelah memperhatikan aspirasi
dari BPD dan Tokoh Masyarakat.

Pasal 77

(1) Penjabat Kepala Desa dapat diberhentikan sebelum habis masa


jabatannya apabila melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan
oleh Camat kepada Bupati dengan memperhatikan aspirasi dari
- 40 -

BPD dan tokoh masyarakat disertai dengan bukti-bukti


pendukung.
(3) Dalam hal menyerap aspirasi, Pemerintah Desa mengadakan
Musyawarah Desa yang dihadiri oleh Anggota BPD, Ketua
Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga, Anggota Lembaga
Kemasyarakatan dan Tokoh-tokoh Masyarakat yang dipimpin
oleh Camat.

BAB XI
LOWONGAN JABATAN KEPALA DESA
Pasal 78

(1) Jabatan Kepala Desa lowong karena Kepala Desa berhenti atau
diberhentikan oleh Bupati dan belum dapat dilaksanakan
Pemilihan Kepala Desa.
(2) Dalam hal terdapat lowongan jabatan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati atas usul Camat
setelah memperhatikan aspirasi dari BPD dan tokoh masyarakat
mengangkat Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 72.
(3) Selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa
jabatannya, Penjabat Kepala Desa harus sudah menyusun
rencana pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa bersama BPD.

BAB XII
LARANGAN DAN SANKSI

Pasal 79

(1) Kepala Desa dilarang :


a. menjadi pengurus partai politik ;
b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD,
dan Lembaga Kemasyarakatan di desa bersangkutan ;
c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD, DPR, dan DPD;
d. merangkap jabatan lain yang mengganggu tugas pokok
sebagai Kepala Desa ;
e. bekerja pada Instansi Pemerintah ;
f. terlibat dalam kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan
Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah ;
g. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan
masyarakat lain ;
h. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang,
barang dan / atau jasa dari pihak lain yang dapat
- 41 -

mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan


dilakukannya ;
i. menyalahgunakan wewenang ;
j. melanggar sumpah/janji jabatan ; dan / atau
k. tidak masuk kerja .
(2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakibat
yang bersangkutan dapat diberhentikan dari jabatan Kepala
Desa.
(3) Ketentuan tidak masuk kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf k tidak berlaku apabila Kepala Desa mengajukan ijin.

Pasal 80

(1) Ijin sebagaimana dimaksud Pasal 79 ayat (3) meliputi :


a. menunaikan ibadah umroh, haji dan pergi ke luar negeri ;
b. melahirkan ;
c. sakit dibuktikan dengan Surat Keterangan dari dokter ; dan
d. sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Dalam hal Kepala Desa mengajukan ijin sebagaimana ayat (1)
huruf a harus mengajukan ijin kepada Bupati melalui Camat .
(3) Dalam hal Kepala Desa mengajukan ijin tidak masuk kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf
d, selama kurang dari 7 (tujuh) hari maka Sekretaris Desa
melaksanakan tugas-tugas Kepala Desa yang menyangkut
pelaksanaan teknis administrasi penyelenggaraan pemerintahan
dengan menuangkan dalam Surat Tugas.
(4) Dalam hal Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tidak ada, maka Kepala Desa dapat menunjuk Perangkat
Desa Lainnya.
(5) Dalam hal Kepala Desa mengajukan ijin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d, selama lebih dari 7
(tujuh) hari maka Kepala Desa mengusulkan Sekretaris Desa
untuk diangkat sebagai Pelaksana Tugas Kepala Desa kepada
Camat.
(6) Dalam hal Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) tidak ada, maka Kepala Desa dapat mengusulkan Perangkat
Desa Lainnya untuk diangkat sebagai Pelaksana Tugas Kepala
Desa kepada Camat.
(7) Setelah menerima usulan sebagaimana dimaksud ayat (5) dan
ayat (6), maka Camat menerbitkan Surat Tugas.
(8) Tugas dan wewenang Pelaksana Tugas Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) adalah
- 42 -

melaksanakan teknis administrasi penyelenggaraan Pemerintah


Desa.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 81

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Kepala Desa yang ada


pada saat ini tetap melaksanakan tugas sampai habis masa
jabatannya.

Pasal 82

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang


mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Desa.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 83

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini maka Keputusan Bupati


Ponorogo Nomor 559 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 17 Tahun 2000
tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa dinyatakan dicabut dan tidak berlaku
lagi.

Pasal 84

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Ponorogo.

Ditetapkan di Ponorogo
pada tanggal 11 Desember 2006

BUPATI PONOROGO,

Cap. TTD.

H. MUHADI SUYONO, SH, M.Si


- 43 -

Diundangkan dalam Berita Daerah Kabupaten Ponorogo


Tahun 2006 Tanggal 11 Desember 2006 Nomor 31.

An. BUPATI PONOROGO


SEKRETARIS DAERAH

Cap. TTD.

Drs. H. LUHUR KARSANTO, M.Si


Pembina Utama Muda
NIP. 510 046985

Salinan sesuai dengan aslinya

An. BUPATI PONOROGO


SEKRETARIS DAERAH
Ub.
KEPALA BAGIAN HUKUM

KADERI, SH
Pembina
NIP. 010 085 131

Anda mungkin juga menyukai