Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Klasifikasi
2.1.1 Pengertian Klasifikasi
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian klasifikasi. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia (2001 : 574) dinyatakan bahwa, “istilah klasifikasi berarti
penyusunan bersistem di kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang
ditetapkan”. Sulistyo-Basuki (1991 : 395) menyatakan bahwa, “klasifikasi adalah
proses pengelompokan artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta
memisahkan benda/entitas yang tidak sama”.
Dari dua pendapat di atas dapat diketahui bahwa pengertian klasifikasi adalah
proses pengelompokan/penyusunan benda berdasarkan persamaan. Dapat dinyatakan
bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata
urutan sistematis. Dalam dunia perpustakaan pengertian klasifikasi menjadi lebih
khusus sesuai dengan koleksi yang dimiliki. Klasifikasi yang dimaksud adalah
pengelompokan bahan perpustakaan berdasarkan ciri-ciri yang sama, bisa berupa
pengarang, warna, bentuk fisik atau isi. Namun pada akhirnya kegiatan klasifikasi di
perpustakaan lebih bersifat pengelompokan berdasarkan isi atau subjek.

2.1.2 Tujuan Klasifikasi


Dalam sistem penyusunan bahan perpustakaan dalam rak penyimpanan,
klasifikasi mempunyai beberapa tujuan. Menurut Kohar dalam Siregar (2007 : 5)
menyatakan bahwa ‘tujuan klasifikasi adalah :
1. Menentukan lokasi bahan perpustakaan di dalam jajaran koleksi perpustakaan.
Hal ini memungkinkan setiap bahan perpustakaan (library materials) yang
diterima perpustakaan akan dikelompokkan sesuai dengan subjeknya.
2. Mengumpulkan semua bahan perpustakaan yang memiliki subjek yang sama
dalam satu jajaran koleksi. Hal ini akan memudahkan pengguna perpustakaan
menelusur buku dengan subyek yang sama secara langsung pada jajaran
koleksi tanpa melalui penelusuran katalog.

Sedangkan menurut Upriyadi (2004 : 4) menyatakan bahwa “ tujuan


klasifikasi adalah :
1. Menentukan lokasi bahan pustaka di dalam jajaran koleksi perpustakaan
sehingga memudahkan temu kembali informasi.
2. Mengumpulkan semua bahan pustaka yang memiliki subjek yang sama dalam
satu jajaran koleksi.

Universitas Sumatera Utara


3. Memudahkan dalam penempatan buku baru serta untuk kepentingan
penyiangan”.

Dari tujuan di atas dapat dilihat bawa tujuan akhir klasifikasi adalah untuk
menemukan kembali bahan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan tanpa
memandang besar kecilnya.

2.1.3 Manfaat Klasifikasi


Klasifikasi sangat bermanfaat bagi perpustakaan dan pustakawan. Menurut
Siregar (2007 : 6) menyatakan bahwa,”manfaat klasifikasi dalam kegiatan
perpustakaan adalah :
1. Untuk mengetahui bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.
2. Untuk mengetahui cakupan ilmu pengetahuan.
3. Untuk mengetahui keseimbangan koleksi.
4. Penuntun berfikir sistematis.
5. Membantu dalam penyusunan bibliografi”.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa manfaat klasifikasi adalah


sebagai berikut :
1. Bagi perpustakaan, memudahkan pengaturan bahan perpustakaan di rak
sehingga memudahkan pengguna menelusur bahan perpustakaan.
2. Bagi pustakawan, membantu menentukan dan menyusun tajuk subjek buku
dengan proses indeks.

2.2 Jenis Klasifikasi


S.R. Ranganathan dalam bukunya : “Prolegomena to Library Classification”
sebagaimana dikutip oleh Khanna (1996 : 16-19) menyatakan bahwa “struktur
pengetahuan di dalam perpustakaan di bagi dalam 5 kategori yaitu :
1. Dichotomy (2 kelompok)
Dikotomi berarti pembagian kedalam dua (2) bagian. Ini disebut sebagai
klasifikasi biner. Dalam dikotomi ini kita memiliki mode percabangan ilmu
pengetahuan dengan percabangan dua yang tetap. Dibawah dua divisi yang dibentuk
dalam langkah pertama. Divisi kedua dari masing-masing divisi kedua ini dibentuk
dalam langkah ke dua, dan seterusnya.

Universitas Sumatera Utara


Pada awalnya manusia menemukan kecukupan dikotomi. Gambaran struktur
dikotomi itu adalah terlalu sederhana untuk universal subjek. Disini ada contoh yang
jarang dalam mengembangkan pembuktian yang cukup.
Kehidupan Mahluk Hidup

Tumbuhan Binatang

tumbuhan tidak tumbuhan binatang binatang


berbunga berbunga bertulang punggung bertulang belakang

Kita tidak dapat melanjutkan stuktur dikotomi di atas.


Immanuel Kant mendikotomasikan gambaran dari seluruh ilmu pengetahuan.
Jenis pengoperasian dikotomi terhadap kematian telah gagal bahkan dalam
pembentukan skema kelas untuk universal subjek.
2. Decachotomy (10 kelompok)
Dekakotomi berarti pembagian ke dalam sepuluh bagian. Decimal
Clasiffication) DC menggantikan dikotomi dengan dekakotomi. Ini menghasilkan
klasifikasi dari pembatasan pohon porphy. Dewey membagi universal ilmu
pengetahuan ke dalam sembilan (9) kelas utama dan kelas general dengan
penggunaan “0” (gabungan dokumen umum yang dimiliki beberapa kelas utama.
Masing-masing dipisahkan ke dalam sembilan (9) pembagian atau divisi khusus dan
(sepuluh pembentukan devisi umum). Divisi ketiga ini dibuat dalam 10 bagian;
subdivisi desimal ini akan diulangi hingga dapat memastikan bahwa ini adalah
merupakan suatu topik.
3. Polychotomy (banyak kelompok)
Polikotomi berarti pembagian ke dalam beberapa bagian yang jumlahnya
cukup banyak. Diantara tahun 1891-93, Charles A. Cutter melalui klasifikasi
perluasanya telah memperkenalkan banyak kelompok dengan membuat sepuluh divisi
pada setiap tahap, yang sifat membatasi. Di dalam setengah abad ini, laju
pertumbuhan dalam pengembangan, kedalaman dan proliferasi yang merupakan
percepatan dari kecepatan yang ada. Jumlah divisi maksimum diarahkan oleh
beberapa tahapan atau perkembangan yang tidak dapat diprediksikan. Polikotomi
haruslah tidak terbatas.

Universitas Sumatera Utara


4. Proliferation (pembiakan kelompok)
S. R. Ranganatan (1996 : 17) menuliskan bahwa berbagai cara dimana
universal subjek masuk dengan subjek dasar dapat dikembangkan. Untuk itu, subjek
yang kompleks dalam jagad raya dapat dibentuk dengan menekankan subjek lain
seperti fase. Dan juga mengarah pada subjek yang memang dibentuk dengan satu atau
lebih ide isolt yang dapat berkembang lebih besar. Universal ilmu pengetahuan
bersifat turbulen, dengan kelanjutan dinamika pertumbuhan.
5. Unlimited Proliferation (pembiakan kelompok tanpa batas)”
Sekarang ini kita akan menyaksikan nilai eksponensial dari perkembangan
diantara susunan kelas, susunan kolateral, rangkaian kelas dan lain-lain. Pendekatan
yang lebih sesuai adalah dengan pohon bayan berusia satu abad. Disini disamping
batang pohon asli maka akan ada batang pohon sekunder. Tidaklah mudah untuk
melihat bagian mana yang termasuk di dalamnya. Tetapi bahkan ada kesederhanaan
sebagai gambaran dari universal pengetahuan. Untuk itu, ada beberapa cabang yang
telah dibuat pada berbagai titik. Ranting dan juga graft pada cara yang sama.beberapa
cabang akan digraft dengan kondisi yang lain. Sangat sulit untuk menekankan suatu
percabangan. Batang pohon ini akan terlihat diantara yang lain. Meskipun gamabaran
dari pohon ilmu pengetahuan tidak dikatakan dengan lengkap. Jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan hal ini. Untuk pohon ilmu pengetahuan yang tumbuh ke dalam
lebih dari tiga dimensi, maka akan ada sesuatu yang harus dipelajari.
Beberapa komplikasi dari kelas yang dihubungkan pada pengetahuan yang
telah disebarkan dalam beberapa dimensi adalah domain klasifikasi ilmu pengetahuan
dan juga klasifikasi dokumen yang telah ada. Pertimbangan praktis ini adalah
membutuhkan susunan dokumen di atas rak, atau entri utama dalam daftar
dokumentasi dalam urutan linier, yang ada dalam satu dimensi. Kesesuaian pemikiran
manusia juga diarahkan pada pemikiran kelas pengetahuan dalam satu rangkaian.
Lebih lanjut, ada mutu pemikiran yang lebih baik sesuai dengan hubungan tetangga
yang ada.
Ringkasnya universal ilmu pengetahuan akan dikultivasi pada beberapa titik.
Ini mengarah ke dalam apa perubahan dan pertumbuhan serta konsekuensi untuk
struktur yang baru. Demikian juga peningkatan ukuran dan adanya juga perubahan
internal termasuk divisi dan fusi dari beberapa bagian dan pemanfaatan serta asimilasi
unsur dari lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


Masing-masing kategori di atas dipergunakan di perpustakaan, tetapi yang
paling umum digunakan adalah kategori decachotomy. Decachotomy membagi
informasi ke dalam 10 kelas atau kelompok. Dikenal ada 10 jenis sistem klasifikasi
yang pernah digunakan dalam klasifikasi bahan perpustakaan yaitu:

1. DDC (Decimal Dewey Classification)


Dibuat oleh Melvil Dewey, pertama sekali diterbitkan tahun 1876
2. EC (Expansive Classification)
Dibuat oleh C.A. Cutter dari USA. Pertama sekali dipublikasikan pada tahun
1893. Tidak di gunakan di Indonesia
3. UDC (Univesal Decimal Classification)
Dibuat oleh Paul Otlet dan Hendri La Fountain dari Belgia
4. LC (Library of Congress) Classification
Dibuat oleh institusi yaitu Library of Congress. Pertama sekali dipublikasikan
tahun 1902
5. SC (Subject Classification)
Dibuat oleh J.D. Brow dari Britain (Inggris). Dipublikasikan pertama sekali
pada tahun 1906. yang memakai Perpustakaan Kerajaan.
6. CC (Colon Classification)
Dibuat oleh S.R. Ranganatan dari India pada tahun 1933. Di Singapore banyak
memakainya. Klasifikasi ini merupakan kombinasi angka dan huruf
7. BC (Bibliographic Classification)
Dibuat oleh H.E. Bliss dari USA. Pertama sekali dipublikasikan pada tahun
1935
8. RIC (Rider International Classification)
Dibuat oleh R. Rider. Pertama sekali di publikasikan 1961
9. TC (Telescopie Classification)
Dibuat oleh Isaic dari USA. Pertama sekali terbit tahun 1970
10. BSO (Broad System of Ordering)
Dibuat institusi. Dipelopori oleh UNESCO. Pertama sekali terbit pada tahun
1978 (Hasugian, 2006).

Dari sepuluh (10) bagan klasifikasi di atas, ternyata Dewey Decimal


Classification (DDC) yang di buat oleh Melvil Dewey lebih luas digunakan karena :
1. menganut prinsip desimal yang berarti notasi tak terbatas (jika dibandingkan
dengan abjad hanya 27)
2. ada institusi yang mengembangkannya sehingga keberlangsungannya terjamin
3. terbuka menerima masukan dari berbagai pihak (individu maupun institusi)

2.3 Dewey Decimal Classification (DDC)


Sistem klasifikasi DDC diberi nama desimal karena sistem tersebut mengatur
semua pengetahuan sebagaimana tertuang dalam bahan perpustakaan menjadi sepuluh
kelas utama yang diberi nomor 000 sampai 900. desimal sama dengan persepuluh

Universitas Sumatera Utara


artinya setiap bilangan dibagi menjadi sepuluh lalu selanjutnya di bagi sepuluh lagi.
Misalnya kelas 400 di bagi menjadi 400, 410, 420, 430, 440, 450, 460, 470, 480, 490
kelas 490 dibagi lagi menjadi 490,491, 492, 493, 494, 495, 496, 497, 498, 499, kelas
491 dibagi menjadi 491.1 – 491.7, lalu dibagi lagi, demikian seterusnya.

Karena menggunakan angka Arab, maka DDC bersifat luwes sehingga


penambahan subjek baru dapat dilakukan dengan model linear yang secara teoritis
tanpa batas. Dimungkinkan dalam berbagai entri bibliografi dapat memuat nomor
DDC sampai 21 dijit dengan pertimbangan merinci subjek serinci mungkin, namun
dalam praktik hal tersebut jarang digunakan karena nomor DDC yang panjang sulit
ditulis pada punggung buku dan kartu katalog serta adanya peluang kekeliruan pada
waktu pengembalian buku ke rak dan pembacaan kartu.

2.3.1 Sejarah DDC


Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamphlet berjudul A Classification and
Subject Index for Cataloguing and Arranging the Books and Pamphlets of a Library.
Penerbitan pamflet memprakarsai terbitnya sistem Dewey Decimal Classification,
lebih dikenal dengan singkatan DDC.
Edisi pertama terbit tahun 1876 dengan ketebalan 44 halaman, terbit dengan
pengarang anonim, berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi
secara desimal menjadi 1000 kategori yang bernomor 000 – 900, serta indeks subjek
menurut abjad. Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem
klasifikasi yang dikembangkan oleh W.T. Harris pada tahun 1870. Harris sendiri
membagi bagan klasifikasinya atas klasifikasi pengetahuan menurut ilmuwan Francis
Bacon tetapi tata urutannya berbeda. Bacon membagi pengetahuan menjadi 3 kategori
dasar yaitu sejarah, sastra dan filsafat. Ketiga kategori ini sesuai dengan pembagian
pikiran manusia yaitu memori (ingatan), imaginasi dan nalar.
Pada tahun 1885 terbit edisi kedua disebut “revised and greatly enlarged
edition”. Pada edisi ini terjadi relokasi artinya pengeseran sebuah subjek dari sebuah
nomor ke nomor lain. Edisi ini merupakan basis pola notasi edisi selanjutnya. Dalam
edisi tersebut Dewey pertama kali mengemukakan prinsip integritas angka artinya
nomor dalam bagan Dewey dianggap sudah “mapan” walaupun mungkin terjadi
relokasi. Dewey menyadari rumitnya relokasi dari satu edisi ke edisi lainnya karena
perubahan, terutama relokasi dari satu edisi ke edisi lainnya karena perubahan,

Universitas Sumatera Utara


terutama relokasi menyebabkan perlunya reklasifikasi, padahal reklasifikasi tidak
disenangi pustakawan.
Integritas angka atau stabilitas angka tetap dipertahankan pada edisi-edisi awal DDC
walaupun perubahan angka tertentu tidak dapat dihindari. Hal ini terus berlanjut
sampai terbitnya edisi 12 yang terbit tahun 1942 merupakan edisi standar selama
bertahun-tahun. Dewey mengawasi revisi bagannya hingga edisis ke 13.
Edisi 14 terbit dikenal dengan edisi lengkap. Edisi ke 14 mempertahankan
kebijakan sebelumnya, rinciannya semakin melebar namun sedikit perubahan dalam
struktur dasar. Perluasannya tidak seimbang karena masih banyak bidang yang belum
di kembangkan. Pada tahun 1951 edisi ke 15 terbit, diambil kebijakan yaitu rincian di
beberapa bidang dipangkas sehingga terdapat keseimbangan dalam subdivisi. Kalau
pada edisi 14 terdapat sekitar 31.000 entri maka pada edisi 15 dipangkas menjadi
4.700 entri.
Juga disadari bahwa bagan DDC tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya sains dan teknologi. Ini terjadi mungkin karena kebijakan
integritas nomor. Pada edisi ke 15 diputuskan untuk relokasi sejumlah besar subjek.
Indeks juga diperbaiki, diringkas sedangkan ejaan yang disederhanakan yang
digunakan pada edisi sebelumnya kini ditinggalkan.perubahan yang dilakukan dalam
edisi ke 15 dianggap terlalu berat bagi pustakawan. Banyak pustakawan tetap
menggunakan edisi ke 14.
Edisi ke 15 gagal digunakan karena sebuah indeks eksperimental, maka tahun
1958 terbitlah edisi 16. Pada edisi ke 16 dimulai tradisi baru dengan kebijakan
siklurevisi tujuh tahunan yang artinya setiap tujuh tahun bagan Dewey akan keluar
dalam edisi baru. Banyak perubahan terjadi pada edisi ke 16. Sejak itu, setiap edisi
selalu memuat perubahan besar – besaran dalam subjek tertentu. Edisi ke 17 hingga
ke 19 tetap berpegang pada kebijakan di atas.
Edisi ke 20 terbit tahun 1989 dengan beberapa perubahan . warna edisi menjadi coklat
muda, dibagi menjadi 4 volume karena edisi sebelumnya (terutama bagan klasifikasi)
dianggap terlalu repot. Walaupun tetap mempertahankan prinsip integritas nomor,
dalam edisi ini prinsip tersebut sedikit dilanggar. Terjadi relokasi misalnya komputer
kini menempati 001 semula bagian dari elkektronika.
Pada tahun 1996 terbitlah edisi ke 21 sesuai dengan siklus 7 tahunan. Edisi
tersebut muncul dengan warna biru tua, juga terbagi atas 4 volume. Volume 1 memuat
tabel, volume 2 bagan dari 000 – 500, volume 3 bagan 600 – 900 sedangkan volume 4

Universitas Sumatera Utara


merupakan indeks. Selanjutnya pada tahun 2003 terbit edisi ke 23. Edisi ke 22 adalah
edisi mutakhir muncul dengan warna hijau bagian atas serta hitam bagian bawah, juga
di bagi atas 4 volume. Perubahan utama terdapat pada bagan 400 dan 800. Di samping
format cetak, muncul format elektronik dalam bentuk CD ROM (Compact Disc Read
Only Memory) merupakan sebuah keping berukuran garis tengah 12 cm dapat
memuat sekitar 250.000 lembar ukuran kertas A4. jadi sebuah CD ROM dapat
memuat 60.000 modul.
Sejak edisi awal hingga sekarang telah terbit ke 19 edisi lengkap. Selain edisi
lengkap juga terbit edisi ringkas/singkat (abridgment edition). Edisi ringkas
digunakan untuk keperluan perpustakaan kecil serta perpustakaan dengan laju
pertumbuhan lamban maka sejak tahun 1894 diterbitkan edisi ringkas. Edisi ringkas
ini memuat kira-kira 2/5 dari edisi lengkap. Edisi ringkas digunakan oleh
perpustakaan sekolah serta perpustakaan umum yang kecil dengan koleksi tidak lebih
dari 20.000 judul.
Pada awal mulanya, edisi ringkas direvisi bila dianggap perlu. Ketentuan ini
kemudian diubah, setiap edisi ringkas diterbitkan mengikuti pola edisi lengkap. Untuk
edisi lengkap 19 diterbitkan edisi ringkas 11. Dengan terbitnya edisi lengkap ke 20,
maka edisi 12 ringkas diharapkan terbit sekitar tahun 1991. Hingga edisi ringkas ke 9,
edisi tersebut merupakan ringkasan yang sebenarnya dari edisi lengkap. Namun sejak
edisi ringkas 10, dilakukan adaptasi sehinnga terdapat nomor untuk berbagai subjek
yang berbeda dengan edisi lengkapnya. Jadi bukan hanya ringkasan belaka. Jadi
kadang-kadang merupakan ringkasan, kadang-kadang merupakan adaptasi. Atas
permintaan pengguna, maka edisi ringkas ke 11 merupakan ringkasan sesungguhnya
dari edisi lengkap 19. edidi ringkas 12 merupakan singkatan dari edisi ke 20, edisis
ringkas ke 13 dari bagan lengkap edisi ke 21. Edisi ringkas ke 14 untuk edisi 22 terbit
pada tahun 2004.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Sitematika
Sebagai suatu sistem klasifikasi, DDC memiliki sistematika yang merupakan
persyaratan bagi sistem klasifikasi yang baik. Pengertian sistematika dalam hal ini
adalah pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan ke dalam suatau bagan yang
lengkap dan dilandaskan pada beberapa prinsip dasar tertentu.

2.3.2.1 Format Bagan Kalsifikasi


Pada bagan DDC unsur notasi mempunyai peranan penting. Notasi yang
terdiri dari serangkaian simbol berupa angka, mewakili serangkaian istilah yang
mencerminkan subjek tertentu dalam bagan. Dengan demikian setiap kelas, bagian
sub-bagian di dalam bagan DDC mempunyai notasi sendiri yang di sebut nomor
kelas.
Prinsip dasar pembagian DDC disebut desimal. Dengan prinsip desimal, DDC
menyajikan tiga (3) singkatan, masing-masing menunjukkan 10 kelas utama, 100
divisi dan 1000 seksi dari bagan dasar. Setiap kelas dari 100 sampai 900 terdiri dari
kelompok yang saling berkaitan. Kelas 000 dicadangkan untuk materi perpustakaan
yang terlalu umum untuk dimasukkan ke kelas lain. Adapun susunan singkatan 10
kelas utama DDC (first summarry atau ringkasan pertama) sebagai berikut :
000 Computer science, information & general works
100 Philosopy & psychology
200 Religion
300 Social sciences
400 Language
500 Science
600 Technology
700 Arts & recreation
800 Literature
900 History & geography (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : V)

Setiap kelas utama dibagi menjadi 10 divisi. Keseratus divisi ditunjukkan pada
ringkasan kedua (second summary) DDC. Contoh ringkasan divisi sebuah kelas 400 :
400 Language
410 Linguistics
420 English & Old English

Universitas Sumatera Utara


430 Germanic languages ; German
440 Romance languages ; French
450 Italian, Romanian & Related languages
460 Spanish & Portuguese languages
470 Italic languages ; Latin
480 Hellenic languages ; Classical Greek
490 Other languages (DDC and Relative Index Edition 22,2003 : xi)
Setiap divisi dibagi lagi menjadi 10 seksi. Pada ringkasan ketiga (third
summary)
1000 seksi dipaparkan. Contoh ringkasan seksi sebuah divisi kelas 410 :
410 Linguistics
411 Writing systems
412 Etymology
413 Dictionaries
414 Phonology & phonetics
415 Grammar
416 [Unassigned]
417 Dialectology & historical linguistics
418 Standard usage & applied linguistics
419 Sign languages (Anglo-Saxon) (DDC and Relative Index Eition 22,
2003 : xi)

Pada bagan lengkap DDC, keseribu seksi dimuat secara terpisah, kemudian
diikuti dengan pembagian subdivisi bilamana ada. Kadang-kadang terdapat subdivisi
yang bersifat asimetrik yang menunjukkan kenyataan bahwa fenomena di dunia selalu
dapat dirinci menjadi lebih kecil dan kemudian diresubdivisi menjadi 10 kelompok.
Contoh sebuah topic DDC dengan perluasan subdivisi desimal :
410 Linguistics
Standard subdivisions
410.11 Writing systems of standard forms of languages
410.12 Etymology of standard forms of languages
410.13 Dictionaries of standard forms of languages
410.14 Phonology and phonetics of standard forms of languages

Universitas Sumatera Utara


410.15 Grammar of standard forms of languages Syntax of standard
forms of languages.
410.17 Dialectology and historical linguistics.
410.18 Standard usage (Prescriptive linguistics) Applied
linguistics.
410.19 Sign languages (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 :
889).

Jika dilihat dari pembagian di atas, seharusnya sesudah notasi 410.15


menyusul notasi 410.16, namun pada tabel di atas yang muncul 410.17. hal tersebut
menunjukkan adanya sebuah asimetrik. Asimetrik yang kita ketahui dalam bahasa
sehari hari adalah suatu pembuatan notasi yang berulang-ulang atau tidak berurutan.
Dengan melihat uraian di atas, maka setiap notasi dapat diperluas menjadi
lebih rinci dengan menggunakan dijit decimal. Bila hal tersebut dilakukan maka kita
akan dapat melihat adanya stuktur piramida yang berarti bahwa dalam arti hubungan
subjek, maka apa yang benar bagi keseluruhan juga benar bagi bagian. Contoh
masalah dan pelayanan sosial merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial, lain-lain
masalah dan pelayanan sosial merupakan bagian dari masalah dan pelayanan sosial
dan sebaliknya program keamanan umum merupakan bagian dari lain-lain masalah
dan pelayanan sosial dan seterusnya..Contoh uraian hirarkis DDC :
400 Language
410 Linguistics
410.1 Standard subdivision
410.11 Writing systems of standard forms of languages

2.3.3 Catatan dan Instruksi


Berbagai catatan dan instruksi terdapat dalam bagan klasifikasi DDC. Hal ini
sangat penting diperhatikan oleh pengklasir. Beberapa catatan dan instruksi yang
penting dipedomani yaitu:
1) Include
Dikatakan include karena ada istilah/alasan yang berdekatan tetapi makna yang
berbeda dan memiliki jangkauan yang luas maka harus dibuat pendefenisian.
Include bertujuan memberi petunjuk kepada klasifer untuk memehami konsep
subyek/notasi yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara


Contoh : 401.41 Discourse analiysis
Including pragmatics discourse analisysis
Class pragmatics in psycholinguistics in 401.9; class
pragmatics in sociolinguistic and interdisciplinary works an
pragmatics in 306.44. class a semiotic study of a specific
subject with the subject, plus notation 014 from table 1, e.g., a
semiotic study of science 501.4.
419.1 Sign languages used primarily for purposes other than
communication of deaf people.
Including monastic sign languages, sign languages used as
lingua francas among hearing persons.
(option : to give local emphasis and a shorter number to a
specific sign language used primarily for purposes other than
communication of deaf people, class it in 419.3. prefer 419.1)
2) Pengguanaan “add to base number” ( penambahan ke notasi dasar)
add to base number ada karena sebuah subjek yang bisa bervariasi sampai tak
terhinnga akibatnya tidak mungkin notasinya disususn dalam bagan, yang dapat
disusun hanya notasi dasarnya saja sedangkan variasi tak terhingga dibuat dalam
suatu tabel khusus di dalam bagan itu sendiri.
Contoh: 449.01-8 Subdivisons are added for either or both topics in headings.
Add to base number 449 notation 01-8 from table 4,e.g.,
grammar of accitan 449.5 (DDC and Relative Index Edition 22,
2003 : 907).

3) Optional note (catatan pilihan)


DDC memberikan catatan pilihan bagi pengklasir untuk memilih salah satu nomor
kelas sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Biasanya “optional note” itu
terdapat pada karya-karya referensi atau dokumen yang berhubungan dengan
referensi. Misalnya bibliografi khusus.
Konsekuensi optional note :
a. Jika notasi kelas berada di depan kemudian diikuti optional note maka bentuk
penyajiannya berpencar mengikuti subjek dokumen.
b. Jika optional note berada di depan kemudian diikuti notasi kelas maka bentuk
penyajiannya terkumpul/tersusun walaupun dengan subjek yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara


Dalam situasi seperti ini, pihak perpustakaan lebih baik memilih notasi kelas
karena seluruh bahan perpustakaan yang sejenisnya bahasa akan berada dalam
satu tempat.
Optional dipilih sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Dan lebih baik memilih
bentuk penyajian karena sifatnya prefer to.

4) Centered headings (tajuk terpusat)


Tajuk terpusat adalah mencakup suatu konsep subjek yang tidak memiliki nomor
kelas khusus artinya dalam satu urutan notasi hanya menyatakan rentangan nomor
kelasnya.
Contoh : 420 – 491 Specific Indo – Europan languages (DDC and Relative
Index Edition 22, 2003 : 895).
5) Formerly (dahulu)
Formerly artinya adalah pergeseran sebuah notasi dari edisi sebelumnya bergeser
ke notasi lain.
Contoh : 439.827 009 Historical, geograpihic, persons treatment [formerly
439.827 09]
[439.817.009 01] to 449 A.D
Do not use ; class in 439.5 (DDC and Relative Index
Edition 22, 2003 : 902, 903)
Disamping formerly ada istilah yang tidak asing lagi dilihat dalam bagan DDC
yaitu Unassigned. Unassigned adalah notasi yang tidak digunakan lagi pada edisi
yang baru tetapi digunakan untuk edisi sebelumnya.
Contoh : [416] [Unassigned]
Most recently used in edition 18
[464] [Unassigned]
Most recently used in edition 16 (DDC and Relative Index
Edition 22, 2003 : 892, 910)

2.4 Mnemonics
Dalam notasi dikenal istilah mnemonics. Sulistyo-Basuki, 1991 : 400
menyatakan bahwa “pengertian mnemonics adalah alat bantu ingatan”. Mnemonics
tidak selalu angka atau huruf, hanya digunakan untuk memudahkan pengguana
mengingat kembali.

Universitas Sumatera Utara


Seringkali dalam DDC terdapat angka konsisten yang digunakan untuk
membentuk subjek. Angka tersebut mencerminkan subjek yang sama, misalnya Italia
memperoleh angka 5, maka notasi untuk surat kabar dalam bahasa Itali adalah 075.
Dalam subdivisi standard, notasi -03 selalu menunjukkan bentuk kamus dan
esiklopedi. Jadi kamus komputer 004.03. alat bantu ingatan ini membantu pemakai
mengingat atau mengenali nomor kelas serta memungkinkan mengembangkan sistem
enumeratif ke arah bagan sintesis analistis. Sistem enumeratif merupakan sistem yang
mendaftar topik atau bahasan yang ada sementara sistem sintesis analistis merupakan
sistem yang mampu mensintesiskan berbagai pokok/ bahasan secara analistis.
Pada edisi awal, mnemonics banyak sekali digunakan untuk divisi bentuk, divisi
geografis, bahasa dan sastra. Karena sifat sintesis analistis dari klasifikasi Dewey
semakin meningkat, maka pengguanaan mnemonics pun semakin meningkat pula.
Edisi pertama DDC dimulai dengan sistem enumeratif artinya subjek didaftar
(enumerasi) dalam bagan klasifikasi. Pada edisi ke 2, tabel bentuk mulai
dipergunakan serta nomor tertentu dalam bagan dibagi seperti nomor lain, khususnya
menyangkut subdivisi geografis. Jadi sejak edisi awal, sintesis atau pembentukan
nomor sudah ada.
Mulai edisi 17, tabel kawasan untuk subdivisi geografis mulai digunakan. Pada
edisi 18, diperkenalkan 5 tabel tambahan sehingga memperluas sifat sintesis analistis
sistem Dewey. Pada edisi ke 20 tetap digunakan 7 tabel seperti tambahan :
Tabel 1 Subdivisi standar
Tabel 2 Kawasan geografis, periode historis, personalia
Tabel 3 Subdivisi untuk sastra
Tabel 3-A Subdivisi untuk karya oleh atau tentang pengarang
perorangan
Tabel 3-B Subdivisi untuk karya oleh atau tentang lebih dari 1
pengarang
Tabel 3-C Notasi yang ditambahkan sesuai dengan instruksi dalam
Tabel 3-B dan notasi 808.809
Tabel 4 Subdivisi bahasa
Tabel 5 Ras, Etnis, Kelompok nasional
Tabel 6 Bahasa
Tabel 7 Kelompok Orang

Universitas Sumatera Utara


2.5 Revisi
Editor DDC adalah kepala Decimal Classification Division Library of Congress
bertugas membubuhkan notasi Dewey pada berkas katalog Library of Congress dan
bertanggung jawab atas revisi bagan DDC. Kantor penyunting DDC merupakan
bagian dari Processing Departement Library of Congress yang berada di
Washington, D.C., AS sedangkan penerbit DDC adalah Forest Press. Kedua badan
tersebut membentuk Decimal Classification Editorial Policy Committee dengan tugas
revisi DDC. Komisi tersebut memeriksa ususlan revisi serta mengajukan saran
perbaikan kepada Forest Press. Dengan demikian diharapkan terdapat ketaat azasan
setra koordinasi revisi dan aplikasi sistem.
Saat ini DDC memiliki siklus atau interval 7 tahun. Selama periode tersebut,
semua bagan dan tabel diperiksa ulang serta dilakukan revisi bilamana diperlukan.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pengertian revisi adalah penyempurnaan dari
edisi sebelumnya.
Ada beberapa bentuk revisi yaitu:
1. Perluasan
“Pengertian perluasan dalam hal ini adalah memperkenalkan subjek baru serta
memberikan subdivisi lebih spesifik dan terinci bagi subjek yang telah ada”
(Sulistyo-Basuki, 2004 : 8). Sistem notasi DDC memungkinkan penambahan subjek
baru cukup dengan menambahkan subdivisi baru. Subjek baru biasanya tumbuh
sebgai anak atau hasil perkembangan bidang ilmu yang ada, bagi pengetahuan yang
telah ada, rincian mendalam akan subdivisi yang ada dilaksanakan bila subjek bahan
perpustakaan tersebut semakin melebar.
2. Reduksi
Sulistyo-Basuki (2004 : 8) menyatakan bahwa “reduksi adalah subdivisi yang
jarang digunakan, maka pada edisi berikutnya subdivisi tersebut dihilangkan serta
dibiarkan kosong”. Sebagai penggantinya subtopik yang mencakup subdivisi yang
telah dihilangkan itu, kini diperluas dengan topik umum. Dalam praktek, jumlah
perluasan jauh lebih banyak daripada reduksi.
3. Relokasi
Pengertian relokasi adalah “ pergeseran sebuah subjek dari sebuah nomor ke nomor
lain “ (Sulistyo-Basuki, 2004 : 1). Dalam setiap edisi, sejumlah topik digeser ke
berbagai lokasi (dalam hal ini memperoleh nomor baru) dalam bagan. Relokasi
dilakukan karena berbagai alasan antara lain :

Universitas Sumatera Utara


1. Untuk memenuhi penempatan yang kurang tepat. Ini dilakukan dengan
menempatkan topik pada lokasi yang dianggap lebih tepat. Misalnya
komputer pada edisi 19 merupakan bagian dari elektronika pindah ke
lokasi baru dengan notasi 001 pada edisi 20.
2. Untuk menghilangkan dua angka atau lebih yang memiliki konsep yang
sama atau terjadi tumpang tindih.
3. Memberikan tempat bagi subjek baru bila tidak tersedia nomor, misalnya
pada edisi 18, Antarctica dipindahkan dari notasi kawasan -99 ke -989
untuk memberikan tempat -99 bagi “Extraterrestial worlds”. Lazimnya
sebuah nomor dikosongkan karena relokasi, maka nomor kosong
tersebut baru diisi pada edisi berikutnya.
4. Sebagai hasil penataan kembali bidang pengetahuan. Sebuah subjek baru
semula dianggap cocok dikelommpokkan pada subjek tertentu yang telah
ada, namun kemudian terbukti bahwa penempatan tersebut kurang
cocok. Maka subjek baru tersebut dialihkan ke subjek lain yang berbeda.

4. Phoenix schedules
Sulistyo-Basuki (2004 : 9) menyatakan bahwa “Phoenix schedules adalah bagan
yang direvisi secara besar-besaran ranpa memperhatikan edisi sebelumnya”. Hal
ini terjadi dengan notasi kelas 324 pada edisi ke 19.
Dengan revisi besar-besaran ini, maka editor DDC tidak terpaku pada penundaan
notasi maupun terikat pada notasi yang ada. Jadi hasilnya ialah relokasi besar-
besaran. Biasanya subjek yang memperoleh Phoenix schedules diberi tanda
segitiga besar.

Universitas Sumatera Utara


2.6 Perubahan Edisi DDC
Laju pertumbuhan ilmu pengetahuan tidak sma sehingga membuat struktur
ilmu pengetahuan tidak seimbang. Ada kelas yang dianggap statis seperti agama dan
filsafat, ada pula yang tumbuh secepat seperti kelas 400 (Bahasa) dan 800 (Sastra).
Melihat keadaan ini, maka editor DDc melakukan beberapa revisi terhadap edisi
DDC.

2.6.1 Perubahan Secara Ringkas


Dilatarbelakangi perkembangan ilmu pengetahan yang cukup pesat, maka
DDC juga terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat mulai dari edisi awal
hingga edisi mutakhir. Dibawah ini akan diutarakan secara ringkas perubahan setiap
esisi DDC.
Pada edisi awal terjadi relokasi relatif yaitu sistem penempatan buku yang
berkaitan subjeknya. Edisi kedua terjadi relokasi artinya pergeseran sebuah subjek
dari sebuah nomor ke nomor lain. Edisi ini merupakan dasar pola notasi sampai edisi
13. Pada edisi 14, struktur dasar mengalami sedikit perubahan di mana banyak bidang
belum dikembangkan. DDC tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan, maka pada edisi 15 terjadi relokasi besar untuk subjek dan indeks
diperbaiki. Edisi 15 gagal digunakan maka edisi 16 terjadi siklus revisi tujuh tahunan
dimana terjadi revisi besar-besaran pada notasi kelas 324 (The Political process).
Kebijakan perubahan pada subjek terus berlanjut hingga edisi 19. pada edisi 20 terjadi
relokasi di bidang komputer yang pada awalnya merupakan dari elektronika kemudian
menempati kelas 001 serta bagan dan notasi untuk Agama Islam mengalami
perubahan. Sesuai dengan siklus tujuh tahunan. Maka pada edisi 21 terjadi banyak
perubahan baik warna maupun penambahan entri subjek. Edisi mutakhir adalah edisi
22, muncul dengan perubahan warna, pengurangan dan penambahan entri. Disamping
format cetak muncul format elektronik dalam bentuk CD ROM.

Universitas Sumatera Utara


2.6.2 Unsur-unsur yang Berubah
Dari uaraian perubahan edisi di atas, dapat dilihat beberapa unsur yang
berubah. Adapun perubahan yang cukup penting pada DDC edisi 22 jika
dibandingkan dengan edisi 21 dalah:
1. Penambahan jumlah entri
Penambahan ini dianggap perlu mengingat perkembangan koleksi perpustakan
yang bervariasi. Dalam edisi 22 terdapat banyak penambahan entri terutama
pada kelas 400 dan 800.
2. Pengurangan notasi
Untuk edisi 22 pengurangan notasi dilakukan karena dianggap tidak layak lagi
dipergunakan.
3. Catatan dan instruksi
Ada beberapa catatan atau instruksi yang berubah di edisi 22 yaitu :
a. Perintah include
b. Penggunaan ‘add to base number’
c. Optional note
d. Centered headings
e. Perintah formerly
f. Unassigned

Universitas Sumatera Utara


2.6.3 Sikap Perpustakaan Merespon Perubahan DDC
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat adanya interval 7
tahunan mengakibatkan perubahan pada DDC edisi 22. Perubahan ini akan terasa bagi
perpustakaan terutama bagi pustakawan. Sikap perpustakaan dalam merespon
perubahan DDC edisi 22 ini adalah perpustakaan dituntut untuk mengambil kebijakan
dalam menyikapi perubahan yang terjadi. Pustakawan sendiri harus bekerja keras
untuk menyesuaikan kembali pengklasifikasian yang baru.
DDC edisi 22 ini sangat dibutuhkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan mengarah pada subyek yang semakin spesifik. Di samping hal tersebut
pustakawan juga dituntut untuk lebih memberi perhatian terhadap perubahan yang ada
dalam DDC edisi 22.
Dalam hal ini ada 2 hal pilihan yang dapat dilakukan oleh pustakawan untuk
merespon perubahan DDC tersebut yakni
1. Mengklasifikasi ulang semua subjek yang berubah terhadap koleksi yang
dimiliki.
2. Mempertahankan klasifikasi yang lama, tetapi harus membuat rujukan atau
penunjuk silang agar pengguna dapat melakukan penelusuran koleksi
walaupun ada perubahan atau pun sebaliknya.
Dari dua pilihan yang diajukan di atas, pustakawan dapat memilih mana yang lebih
mudah dan murah untuk dilaksanakan di perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai