Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI 2

SISTEM SARAF

PROSEDUR LUMBAL PUNGSI

DISUSUN OLEH:

SHERYN

C1814201042

TINGKAT 3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021

MAKASSAR
PEMBAHASAN

1. Tujuan, prosedur, penatalaksanaan pasien post lumbal punksi


2. Sertakan gambar dan keterangan lokasi tempat pengambilan cairan Lumbal Punksi. ( Lokasi
masuknya jarum)

Jawaban:
a. Tujuan prosedur lumbal pungsi
Lumbal pungsi (LP) dilakukan untuk mengukur tekanan cairan serebrospinal (CSS)
dan untuk memperoleh sampel CSS untuk mendiagnosis sklerosis multiple, atau
peningkatan tekanan intracranial akibat meningitis, hemoragi subaraknoid, tumor otak,
abses otak, ensefalitis dan infeksi virus. (Priscilla LeMone;dkk.2016)

b. Prosedur lumbal pungsi


1) Prosedur medis
a) Persiapan pasien
Persiapan awal pada pasien sebelum pungsi lumbal adalah pemeriksaan fisik
dan neurologis dan informed consent. Perlu dilakukan pula pemeriksaan
laboratorium untuk trombosit, waktu perdarahan dan waktu pembekuan.
CT Scan kepala sebaiknya dilakukan pada seluruh pasien yang dicurigai
memiliki perdarahan subaraknoid sebelum dilakukan pungsi lumbal untuk
mendiagnosis perdarahan intrakranial disertai efek massa signifikan yang dapat
ditemukan pada pasien yang masih sadar dan berespon baik dengan pemeriksaan
neurologis yang normal.

b) Peralatan
Alat-alat yang disiapkan untuk pungsi lumbal terdiri dari:
- Sterile dressing
- Sarung tangan steril
- Duk steril
- Cairan antiseptik (lebih disarankan menggunakan alcohol swab)
- Lidocaine 1% tanpa epinefrin
- Spuit 3 cc
- Jarum spinal berukuran 20-25 G (Pilih jarum berukuran terkecil jika
tersedia. Jarum atraumatik lebih dianjurkan)
- Three-way stopcock
- Manometer
- 4 buah test tube dari plastik yang diberikan nomor 1 hingga 4 dengan
tutupnya
- Spuit 10 cc

c) Posisi Pasien

Gambar 1. Lying postion

Pasien diposisikan telentang menghadap ke lateral (lateral recumbent) dengan


pinggang, lutut dan dagu fleksi ke arah dada untuk membuka rongga interlamina.
Bantal dapat digunakan untuk menopang kepala.

Gambar 2. Sitting postion


Alternatif yang lain adalah posisi duduk terutama pada pasien dengan obesitas
untuk mempermudah memastikan garis tengah. Untuk membuka rongga
interlamina, pasien sebaiknya membungkuk ke depan dan disarankan untuk
memeluk bantal dan ditopang oleh orang lain. Bila prosedur dilakukan pada posisi
duduk dan diperlukan tekanan pembuka (termasuk pada kasus pseudotumor
serebri), maka ganti stylet dan mintalah bantuan asisten untuk memposisikan
pasien telentang menghadap ke lateral kiri dan pastikan untuk tidak mengubah
orientasi dari jarum spinal saat manuver ini dilakukan.

d) Prosedural
Langkah-langkah untuk melakukan pungsi lumbal
- Gunakan sarung tangan nonsteril
- Lokasi intervertebra L3-L4 ditentukan dengan palpasi pada crista iliaca
superior kanan dan kiri dan menggerakkan jari ke arah medial menuju ke
tulang vertebra.

Gambar 3. Lokasi masuknya jarum

- Palpasi intervertebra L3-L4, L2-L3 dan L4-L5 untuk membandingkan dan


menentukan intervertebra yang terbesar
- Tandai daerah tersebut
- Untuk membantu membuka daerah interlamina, minta pasien untuk
membantu mencondongkan badan terutama pada daerah interlamina ke
arah dokter
- Dekatkan alat-alat yang digunakan untuk pungsi lumbal
- Ganti sarung tangan nonsteril dengan sarung tangan steril
- Buka keempat test tube dan posisikan tegak
- Desinfeksi pada lokasi penyuntikan dengan informasi pada pasien bahwa
cairan desinfektan akan terasa dingin
- Letakkan duk steril dan atur posisinya (beberapa duk steril memiliki
selotip)
- Dengan menggunakan spuit 10 cc berikan anestesi lokal, mula-mula
menggunakan jarum 25 G untuk membentuk wheal dan kemudian ganti
menjadi jarum berukuran 20 G untuk jaringan yang lebih dalam. Dorong
jarum terus ke arah dalam Aspirasi untuk memastikan jarum tidak berada
pada pembuluh darah. Injeksikan cairan anestesi sambil menarik jarum
pelan-pelan. Prosedur anestesi ini dilakukan pula pada sisi atas, bawah dan
kedua sisi lateral (proses ini menganestesi seluruh area sekitar vertebra
sehingga bila diperlukan untuk mengarahkan ulang jarum spinal, maka
daerah tersebut sudah teranestesi. Jarum 20 G juga digunakan sebagai
penuntun arah apakah jarum mengenai tulang atau tidak)
- Stabilkan posisi dari jarum 20 G dengan jari kedua dan dorong
menggunakan jempol ke arah umbilical
- Arahkan bevel jarum paralel dengan serabut dural longitudinal.
- Dorong pelan-pelan hingga jarum dirasa telah menembus duramater atau
tarik stylet bila telah masuk sedalam 4-5  cm
- Cairan serebrospinal akan keluar bila berada pada posisi yang benar. Bila
cairan tidak keluar, ganti stylet dan posisikan jarum maju atau mundur
beberapa milimeter hingga cairan serebrospinal keluar
- Untuk melakukan pengukuran tekanan keluar cairan serebrospinal pasien
harus berada dalam posisi telentang menghadap ke lateral dan manometer
dipasang pada three-way stopcock dan kemudian diukur besar tekanannya.
Pastikan pula kaki pasien dalam posisi lurus
- Tampung sekitar 10 tetes cairan serebrospinal pada masing-masing tube
dimulai pada tube pertama dan dilanjutkan sesuai urutan.
- Bila aliran teralu pelan, mintalah pasien untuk batuk atau minta bantuan
asisten untuk menekan abdomen pasien secara intermiten
- Bila cairan sudah cukup, tarik jarum pelan-pelan, tutup dengan sterile
dressing, posisikan pasien telentang

e) Follow Up
Bila cairan serebrospinal dikumpulkan dalam keadaan steril, studi mikrobiologi
dapat dilakukan. Umumnya pada cairan serebrospinal dilakukan pewarnaan,
kultur dan uji titer immunoglobulin. Pendekatan klasik yang sering dilakukan
yaitu:
- Tabung 1: hitung jumlah sel dan differensiasi
- Tabung 2: kadar glukosa dan protein
- Tabung 3: pewarnaan gram, kultur dan sensitivitas
- Tabung 4: hitung jumlah sel dan differensiasi

Beberapa pemeriksaan yang dapat dikerjakan dari cairan serebrospinal


terdiri dari: pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) virus, venereal
disease research laboratory  (VDRL), antigen Cryptococcus, kadar laktat,
pewarnaan tinta india dan kadar angiotensin-converting enzyme (ACE). Semua
spesimen harus dikirim dengan prosedur yang benar agar menjaga kualitas
sampel

2) intervensi keperawatan
- minta pasien untuk buang air kecil terlebih dahulu
- kaji dan dokumentasi tanda tanda vital
- siapkan baki untuk pungsi lumbar yang steril, cairan antiseptic, anastesi
local, sarung tangan steril dan perekat.
- Beri label pada tabung periksa 1,2,3 dan 4
- Posisikan pasien miring dengan posisi seperti bayi dengan punggung
membungkuk kepala fleksi ke dada dan lutut merapat ke perut atau
dalam posisi duduk
- Bantu pemberian asuhan kesehatan melakukan prosedur

c. Penatalaksanaan post lumbal pungsi


1) Penatalaksanaan medis
- Setelah prosedur selesai, pasien akan diminta untuk berbaring setidaknya
selama 1 jam di bawah pengawasan dokter. Pasien boleh bergerak selama
kepala tidak terangkat dari kasur. Biasanya pasien harus menggunakan
pispot jika ingin buang air kecil.
- Perban yang digunakan untuk menutupi lubang suntikan tidak boleh dibuka
selama 24 jam setelah prosedur. Pasien akan diperbolehkan pulang pada
hari yang sama setelah kondisi tubuh membaik atau dapat dirawat jika
terdapat kondisi penyakit yang tidak memungkinkan untuk pulang ke
rumah, misalnya dicurigai menderita radang otak.
- Pasien diminta untuk menghindari aktivitas berat selama 24 jam setelah
lumbal pungsi dilakukan. Pasien dapat langsung kembali bekerja jika
pekerjaan tersebut tidak mengharuskannya bergerak terlalu banyak.
- Pasien harus minum lebih banyak air putih untuk mengurangi risiko
timbulnya sakit kepala. Untuk membantu meredakan sakit kepala, pasien
disarankan untuk minum minuman yang mengandung kafein, seperti teh,
kopi, atau soda.
- Pasien juga dapat mengonsumsi obat pereda nyeri yang mengandung 
paracetamol untuk mengurangi rasa sakit di kepala dan punggung. Obat
tersebut harus digunakan sesuai dengan aturan pakai.

2) penatalaksanaan keperawatan
- Setelah LP , kaji dan dokumentasikan tanda tanda vital pada interval
tertentu
- Pantau adanya perubahan pada status neurologi (demam,
hipertensi,iritabilitas, kebas atau geli pada ekstermitas bawah, pupil non
reatif).
- Berikan analgesic yang diprogramkan untuk sakit kepala\
- Instruksikan pasien untuk berbaring lurus ditempat tidur dengan posisi
telentang atau telungkup selama 4 jam hingga 8 jam.
- Pantau area pungsi terhadap adanya kebocoran cairan serebrospinal atau
pembentukan hematoma
- Motivasi peningkatan kosumsi cairan (hingga 3000 dalam 24 jam)

Anda mungkin juga menyukai