Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Dengan Campak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Dahulu, selama berabad-abad, campak (rubeola, morbili), merupakan penyakit menular
masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di Negara yang
memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara Negara maju dan Negara lain yang
kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan
lebih dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di
Negara berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT  (1996) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000. angka
tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program imunisasi campak dimulai,
yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik
untuk menurunkan insiden campak.Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak
cenderung turun pada ssemua umur.Pada bayi (< 1 tahun) dan anak umur 1-4 tahun terjadi
penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relative landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan
jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap
eradikasi.Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat dieradikasi,
karena satu-satunya penjamunya adalah manusia.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan dari penyakit
campak itu sendiri.

1.2  TUJUAN PENULISAN
a.       Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis campak.
b.      Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
2.      Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
3.      Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien campak.
4.      Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah dibuat pada pasien
campak.
5.      Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.
1.3  MANFAAT PENULISAN
a.       Agar kita dapat mengetahui penyebab Campak
b.      Agar kita dapat mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
penyakit Campak.

1.4  METODE PENULISAN
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, dimana
penulis telah merangkum dari berbagai sumber buku dan internet

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

2.1        ANATOMI FISIOLOGI
1.      Anatomi Kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat
dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa
sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai
0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal
terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
a.       Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng
bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda
pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis
hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
a)      Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
b)      Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
c)      Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang
mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
d)     Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan
stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
e)      Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung
jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari
untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis
sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan
dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
b.      Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”.Terdiri
atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
a)      Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b)      Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia.
Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit
manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling
bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi
kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit
tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis: struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces
dan respon inflamasi
c.       Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini
terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol
bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Gambar 1 : penampang kulit.

2.      Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan
retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.Cabang kecil meninggalkan
pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu
cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis
3.      Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol
suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik,
ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.Sensasi telah diketahui
merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran
saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer
mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan
mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.
Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit
akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

2.2        PENGERTIAN
a.       Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular
selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk,
pilek, dan mata merah. (WHO)
b.      Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. (ilmu kesehatan anak 2:624)
c.       Penyakit campak (rubeola, campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata /
konjungtiva ) dan ruam kulit.

2.3        ETIOLOGI
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus. Penyakit pada
anjing, rinderpest (plak ternak) dan hewan pemamah biak peste des petiis adalah morbillovirus
lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan
adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang
spesifik (anjing, ternak, kambing, manusia).
Gambar 2 : virus campak.

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein yang tertutup
oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik, dengan diameter antara
100-250 nm. Enam protein structural telah ditemukan  dan fungsinya terlibat dalam beberapa
sifat  khas virus yang telah diketahui (table 2-1). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup
dalam jangka waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam
berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari
manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa
kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai dengan pembentukan sel
raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi sinsitium dan eusinofil didalam
nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan yang diamati di specimen sitologi yang
diambil dari secret traktus respiraturius dan banyak jaringan penderita campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau hewan
percobaan.Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi komplemen dengan
antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya
perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini
berkaitan dengan sangat jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini.
Table 2-1.protein virus campak

L Protein interna ( Large )


P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

2.4        PATOFISIOLOGI
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi mulai saat
orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret nasofaring pasien
campak.Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran
terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan
kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di
jaringan limfoid.Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal
klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu  (kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi) sampai
permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus
respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan
mulainya awitan ruam (kira-kira 14 hari setelah infeksi awal), perbanyakan virus berkurang dan
pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa
hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang
beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya
ruam.Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa
hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi
barisan sel epitel traktus respiraturius.Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder
akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis dan 50%
memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit. Namun, hanya 0,1%
yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut,
terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi
dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun.Pada pasien SSPE, hilangnya virus
campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer
menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat,
baik secara akut maupun kronis.SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi campak
akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan
selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai
bayi (khususnya yang berusia dibwah 5 bulan) yang menderita campak. Seseorang yang pernah
menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.

2.5        MANIFESTASI KLINIS
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu :
a.       Stadium Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk (Cough),
fotofobia, konjungtivitis dan koriza(pilek). Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang
dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh
eritema.Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.Jarang ditemukan
dibibir bawah tengah atau palatum.Kadang-kadang terdapat macula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi.Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan
leucopenia.Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis
sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan
penderita pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu  2 minggu terakhir.
b.      Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah.Timbul eritema atau titik merah di palatum durum dan
palatum mole.Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik.Terjadinya eritema yang berbentuk
macula papula disertai menaiknya suhu badan.Diantara macula terdapat kulit yang normal.Mula-
mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah.Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah
leher belakang.Pula terdapat sedikit splenomegali.Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi
dari campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu campak yang disertai perdarahan pada
kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
c.       Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama
kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula
kulit yang bersisik.Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak.Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi.Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.

2.6        PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode
antibody fluoresensi tidak langsung.
b.      Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum yang
besar, sel Warthin-Finkeldey (sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki
nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik
sampak). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c.       Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d.      Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e.       Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah dan
analisis gas darah ), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto
dada dan analisis gas darah).

2.7        KOMPLIKASI
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak atau segera sesudah
itu.Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius, tetapi gastroenteritis berat juga
terjadi.Laringotrakeobronkitis berat (croup) bisa menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga
memerlukan trakeostomi, terutama pada anak berusia dibawah 3 tahun.Bronkiolitis bisa
menimbulkan sumbatan jalan napas bagian bawah yang berat.Pneumonia yang jarang tetapi
selalu fatal, yaitu pneumonia interstisialis (pneumonia sel raksasa) telah ditemukan pada anak
dengan tanggap imun lemah, termasuk pada anak yang menderita AIDS, yang menderita infeksi
campak persisten progresif tanpa eksantema yang khas dan disertai kegagalan yang unikuntuk
membentuk antibody campak yang spesifik.Gambaran radiografi yang menunjukkan gambaran
interstisial yang jelas keluar dari kedua daerah hilus.Virus campak dapat diambil berulang kali
dari sputum atau dari hapusan nasofaring diwarnai.Usaha untuk mengobati atau mencegah
komplikasi ini belum berhasil.
Keratokonjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat memetap selama 4 bulan ;
lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah. Terjadi lesi kornea yang lebih berat
pada pasien campak yang kurang gizi.Kelainan elektrokardiografi yang sementara umum terjadi,
tetapi jarang terjadi miokarditis yang sebenarnya.Limfadenopati difus yang menyertai campak
mengenai nodus mesenterium dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang umum
terjadi.Gejala dan tanda penyakit yang identik dengan apendiksitis akut bisa mengakibatkan
intervensi operasi selama periode prodromal.
Komplikasi akibat bakteri terutama akibat invasi traktus respiraturius menyebabkan
bronkopneumonia.Infeksi ini bisa disebabkan oleh streptokokus β-hemolitikus,
pneukokokus, H.influensa tipe B, atau stafilokokus.Peribronkitis dan pneumotitis interstisial
terjadi pada hampir semua pasien campak dan sembuh dengan cepat setelah timbulnya ruam dan
turun demam.Puncak demam kedua atau kegagalan turunnya puncak demam pertama setelah
erupsi mencapai puncak menandakan infeksi bakteri sekunder.Terlihatnya leukositosis perifer
yang bergeser kekiri memastikan hal itu.Radiografi dada dapat menunjukkan bronkopenumonia
atau gambaran pneumonia segmental atau lobar. Apusan atau biakan sputum, aspirasi trakea,
cairan pleura, darah, atau bahan sesuai lainnya, akan membantu menemukan penyebab dan
memilih obat antimikroba yang tepat. Usaha mencegah infeksi bakteri sekunder dengan
memberikan antibody “profilaksis” dalam stadium kataralis tidak memberikan hasil.Komplikasi
bakteri lebih sering terjadi dan lebih berat pada anak yang kekurangan protein.
Dari sindrom yang dapat timbul sesudah campak, yang paling menakutkan adalah berbagai
komplikasi system saraf pusat.sejauh ini yang paling umum adalah ensefalomielitis, tetapi
ensefalopati toksik, neuritis retrobulbar, tromboflebitis vena serebralis, hemiplegic akibat infark
vaskuler dan paralisis asending dengan polineuropati juga pernah ditemukan.
Ensefalopati toksik muncul dengan kecepatan tinggi pada puncak demam dan ruam, tetapi
manifestasi system saraf pusat lainnya yang lebih umum menjadi tampak setelah serangan
penyakit akut, setelah periode penyembuhan yang berakhir dalam 2 hari atau lebih.Kejang,
perubahan kesadaran, dan perubahan tiba-tiba menjadi koma, sering menandai awitan
ensefalomielitis; demam kembali timbul, dan terjadi leukositosis perifer yang jelas. Angka
kematian berkisar antara 10 sampai 25% dan sekuele yang bermakna berupa kelainan motorik,
intelek dan emosi terjadi pada 20 sampai 50% penderita yang selamat dari kematian.
Selama vase viremia campak awal, terjadi trombositopenia yang tidak cukup berat untuk
menyebabkan perdarahan spontan, tetapi hal itu memperlihatkan kerusakan megakariosit oleh
virus. Komplikasi pasca infeksi lain yang jarang dan tidak dapat diterangkan adalah purpura
trombositopenik, yang terjadi 4 sampai 14 hari setelah ruam dan bisa menimbulkan purpura kulit
yang hebat, perdarahan genitourinarius dan gastrointestinalis, serta epistaksis. Kortikosteroid
memberikaan kesembuhan segera dengan berhentinya perdarahan dan kembalinya dengan
mantap hitung trombosit menjadi normal.Respon ini menguatkan konsep bahwa komplikasi ini
mungkin suatu fenomena autoimun.
Efek buruk campak terhadap beberapa penyakit dasar tidak diketahui dengan jelas.Keaktifan
kembali atau eksaserbasi tuberculosis selama serangan campak beberapa kali ditemukan. Satu
hal yang menyebabkan kekurangan kekebalan seluler adalah hilangnya hipersensitivitas kulit
terhadap tuberkuloprotein (dan antigen lain) yang terjadi karena campak dan menetap selama
beberapa minggu setelah itu, jadi reactor positif sebelumnya bisa menghasilkan test kulit
negative. Kerusakan traktus respiraturius dapat menjelaskan memburuknya keadaan pasien yang
sedang menderita fibrosis kistik.Bayi dengan defisiensi protein dalam dietnya bisa jatuh ke
kwashiorkor berat saat diserang campak sebagai akibat menurunnya asupan melalui oral,
meningkatnya kehilangan melalui gastrointestinal dan keseimbangan nitrogen negative dari
infeksi.Berbeda dengan efek samping yang tidak disukai ini, campak kadang-kadang dapat
memicu dieresis yang baik pada anak yang menderita sindrom nefrotik refrakter.
Campak saat masa gestasi, walaupun jarang bisa mengindusi kelahiran premature, bayi lahir mati
atau abortus tetapi tidak dengan meningkatnya insiden malformasi congenital.

2.8        PENATAALAKSANAAN
a.       Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang tidak mengalami
komplikasi.Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak invitro, tidak terlihat hasil
yang nyata pada pemberian invivo.Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi
dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik.Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati
komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan tingginya
insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO menganjurkan
supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement
vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus respiraturius bersilia.
Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih
tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak.Dosis
kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1
sampai 4 minggu kemudian.
b.      Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular.Selain itu sering
menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah sekali
mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia
perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan perawatan yang memadai (kadang perlu infuse
atau oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan  ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh,
gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
1.      Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia.Anak sering mengeluh mulut pahit
sehingga tidak mau makan atau minum.Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan
lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan
menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.
2.      Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini pada akhirnya
akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi
demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan
antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.

3.      Gangguan rasa aman nyaman


Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing, mulut terasa pahit
dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk
bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan
sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar
anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk
mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya (atas resep
dokter).Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
4.      Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun.Hal ini dapat dibuktikan dengan
uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative.Ini menunjukkan bahwa antigen
antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi.Oleh karena itu
resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti
pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya.

2.9        PENCEGAHAN
a.       Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah gambaran klinis dan efek
antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB,
untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat
diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang
dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas
memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai
sumber penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat
kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan
setelah itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk pencegahan atau
pengobatan sejumlah gangguan (misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki, trombositopenia imun,
hepatitis B dan profilaksis varisela) interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus
campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang
diberikan.
b.      Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan tidak ada
hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%.Vaksin yang dilemahkan
menimbilkan reaksi ringan.Respon demam yang terjadi pada 5 sampai 15% anak memberikan
sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau ketidakmampuan.Eksantem yang dimodifikasi dengan
berbagai bentuk bisa terjadi setelah serangan demam pada kurang dari 5% pasien yang
divaksinasi. Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai 25
tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang lebih baik
dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami.
1.      Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a)      Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B).
b)      Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan
formalin yang dicampur dengan garam aluminium)
2.      Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID 50 atau
sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat
memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian
dapat diberikan secra intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai
macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka
kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi.
3.      Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang pada
seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan valsin campak dari
virus yang dimatikan.Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakanya
vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yan lebih dari 39,50c yang terjadi
pada 5-15% kasus, demam mulaidijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun demikian
peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.
 Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan modified measles akibat imunisasi
yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami.
Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan
ensefalopati pasca diimunisasi.
4.      Imunisasi Ulangan
Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes Depkes & Kesos mengenai kadar
IgG pada 200 anak sekolah per provinsi pada tahun 1998, menunjukkan status antibody campak
hanya mencapai 71,9% sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi
campak cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut ulangan imunisasi campak
diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7 tahun ) melalui program BIAS.
Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya :
a)        Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti bahwa potensi vaksin
yang digunakan kurang baik (tampak peningkatan insiden kegagalan vaksinasi). Pada anak-anak
yang memperoleh imunisasi ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi
imunisasinya tetapi hal ini bukan merupakan kontra indikasi.
b)       Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak SD, SLTP dan
SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
c)        Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah dimatikan (vaksin
inaktif).
d)       Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
e)        Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.
5.      Kontra Indikasi
Kontra indikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi,
sedang memperoleh pengobatan imunosupresif, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang
memperoleh pengobatan immunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.

BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

3.1        PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1.      Pengumpulan Data
a.       Anamnese
a)      Identitas Penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang
dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku
bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b)      Keluhan Utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian
atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik
merah) dipalatum durum dan palatum mole.
c)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang
kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya
yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d)     Riwayat Kesehatan Dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
e)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f)       Riwayat Imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan
campak.

g)      Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-
1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi 
Klasifikasinya sebagai berikut :
  Gizi buruk kurang dari 60%
  Gizi kurang 60 % - <80 %
  Gizi baik 80 % - 110 %
  Obesitas lebih dari 120 %
h)      Riwayat  Tumbuh Kembang Anak.
1)      Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6
tahun  yaitu umur (tahun) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4
tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan
berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada
usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung
bertambah tinggi.
2)     Tahap perkembangan.
  Perkembangan psikososial (Eric Ercson): Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari
pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi
anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan
bahasanya.
  Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud): Berada pada fase oedipal/ falik (3-5
tahun).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek (laki-
laki lebih dekat dengan ibunya) dan Elektra komplek (perempuan lebih dekat ke ayahnya).
  Perkembangan kognitif (Piaget) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual (2- 4
tahun) dan fase pemikiran intuitive (4-7 tahun). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna,
konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
  Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial:
sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
  Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar
yang benar-salah untuk menghindari hukuman.
  Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain
sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
  Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “Individuation-Separation”. Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi
perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
  Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar
seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan
perintah sederhana.
  Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul,
mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.
  Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang
mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat dan bersepeda dengan roda tiga.

b.      Pemeriksaan fisik (had to toe)


1)      Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
2)      Kepala dan leher
o   Inspeksi:
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
o   Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
3)      Mulut
o   Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum
durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
4)      Toraks
o   Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit
campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
o   Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5)      Abdomen
o   Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
o   Auskultasi
Bising usus.
o   Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.

6)      Kulit
o   Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
o   Palpasi :
Turgor kulit menurun

2.      Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta sintesa
data.Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang
masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

3.2        DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2.      Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret
pada nasofaring.
3.      Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4.      Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5.      Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6.      Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.

4        INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx I: Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan (mempertahankan) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan kriteria hasil :
a.       Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b.      Anak bebas dari demam.

Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap adanya
denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.
2 Lakukan tindakan yang dapat Upaya – upaya tersebut dapat membantu
menurunkan suhu tubuh sperti menurunkan suhu tubuh pasien serta
lakukan kompres, berikan pakaian meningkatkan kenyamanan pasien.
tipis dalam memudahkan proses
penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam perawatan Meningkatkan rasa nyaman anak.
serta ajari cara menurunkan suhu
dan mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.
4 Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi dari
keluarga dan anak tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan
hypertermia pasien dengan hypertemia.
5 Kolaborasi dengan dokter dengan Antipiretik menurunkan/mempertahankan
memberikan antipiretik dan suhu tubuh anak.
antibiotic sesuai dengan ketentuan.

Dx II:Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan
secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan kriteria hasil :
a.       Tidak mengalami aspirasi
b.      Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.

Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi secret/
bunyi napas, kecepatan, irama dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
kedalaman dan penggunaan otot napas yang dapat menimbulkan penggunaan
aksesori. otot aksesori pernapasan dan peningkatan
kerja pernapasan.
2 Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat
efektif. tebal (mis. Efek infeksi dan atau tidak adekuat
hidrasi).
3 Berikan posisi semi fowler tinggi. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
Bantu klien untuk batuk dan latihan paru dan menurunkan upaya pernapasan.
napas dalam.
4 Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi. Pengisapan
trakea ; pengisapan sesuai keperluan. dilakukan bila klien tidak mampu
mengeluarkan secret.
5 Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu untk
mengencerkan secret.
6 Berikan lingkungan yang aman Meningkatkan kenyamanan untuk anak

Dx III: Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.


Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan kriteria hasil:
a.       Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b.      Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari adanya: ruam dan Mengetahui perkembangan penyakit dan
lecet, warna dan suhu, kelembaban mencegah terjadinya komplikasi melalui
dan kekeringan yang berlebih, area deteksi dini pada kulit.
kemerahan dan rusak.
2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebeersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma kulit.
menggaruk dan menepuk kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi dengan Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga / memberi Mengetahui terjadinya infeksi / komplikasi
asuhan tentang tanda kerusakan lebih cepat.
kulit, jika diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar dari
makanan tinggi protein, mineral, infeksi karena kulit dapat menjadi barier
kalori dan vitamin. utama yang dapat memperberat kondisi anak.

Dx IV: Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.


Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga oral,
volume konsentrasi urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan perubahan
pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan
terjadinya gagal ginjal akut pada respon
terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane mukosa Hipovolemia, perpindahan cairan dan
untuk kekeringan, turgor. kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari lingkungan Menurunkan rangsangan pada gaster dan
respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering, berikan Adanya gangguan sirkulasi cenderung
perawatan kulit dengan sering dan merusak kulit.
pertahankan tempat tidur kering dan
bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum banyak.
a.       Bentuk-bentuk cairan yang menarik
(sari buah, sirup tanpa es, susu)

Dx V: Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.


Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan kriteria hasil :
a.       Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b.      Rewel berkurang.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki dengan bedak Mengurangi rasa gatal.
salisil 1% atau lainya (atas resep
dokter)
2 Tidurkan anak ditempat yang agak Mencegah silau dan menambah kenyamanan
jauh dari lampu (jangan tepat anak.
dibawah lampu)

Dx VI: Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.
Dengan kriteria hasil :
a.       Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b.      Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi risiko kontaminasi silang.
kontak perawatan dilakukan.
Intruksikan klien / orang terdekat untik
memcuci tangan sesuai indikasi
2 Berikan lingkungan yang bersih dan Mengurangi pathogen pada system imun
berventilasi baik. dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan rasional isolasi Meningkatkan kerja sama dengan cara
pencegahan dan mempertahankan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
kesehatan pribadi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data dasar,
awian atau peningkatan suhu secara
berulang-ulang dari demam yang terjadi
untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi.
5 Kaji frekuensi /kedalaman pernapasan, Kongesti / distress pernapasan dapat
perhatikan batuk spasmodic kering mengindikasikan perkembangan PCP,
pada inspirasi dalam, perubahan penyakit yang umum terjadi.meskipun
karakteristik sputum dan adanya mengi demikian, TB paru mengalami peningkatan
atau ronchi. Lakukan isolasi dan infeksi jamur lainnya, viral, dan
pernapasan bila etiologi batuk produktif bakteri yang dapat terjadi yang
tidak diketahui. membahayakan system pernapasan.
6 Ubah sikap baring beberapa kali sehari Mencegah penyebaran infeksi bertambah
dan berikan bantal utnuk meninggikan parah dan mencegah terjadinya dekubitus.
kepala
7 Dudukkan anak pada waktu minum Mencegah aspirasi
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah
9 Bawa berobat kembali jika anak terlihat Untuk menentukan tindakan pengobatan
selalu tidur, tidak mau makan minum, selanjutnya.
semakin lemah, suhu tetap tinggi,
kesadaran menurun.

4.1        IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi

4.2        EVALUASI
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
BAB IV
PENUTUP

4.1        KESIMPULAN
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk makulo
popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 380c atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang telinga,
dahi, dan menjalar keseluruh tubuh.Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai mata berair dan
kemerahan (konjungtivitis). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan
tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.Dengan
istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak (pada kasus ringan) dapat sembuh
dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak dalam kondisi
yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu
antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan
lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi campak pada
balita usia 9 bulan ke atas (imunisasi aktif).

4.2        SARAN
1.      Perawat
a.       Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang angka
mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua perawat jika menemukan
kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
b.      Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan
keperawatan secara tepat.

2.      Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan anak serta
memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak akan berdampak buruk
bagi kondisi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : Bagian Ilmu  Kesehatan Anak Fakultas


Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Rodolfh.Dkk. 2006.Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I. Jakarta :EGC Santosa,B.
2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.Jakarta :     Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi  NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai