Tengs bagi rekan pengunjung… Kunjungan anda adalah berkah bagi blog saya. Silhkan
coment pada kolom yang disediakan untuk perbaikan blog.
DASAR HUKUM
Jawab :
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG HIMPUNAN SEMINAT
1. Himpunan seminat dibentuk di tingkat Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI)
dan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI), melalui musyawarah himpunan
seminat di tingkat pusat dan daerah
2. Himpunan seminat mempunyai tugas untuk menjaga ,meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi anggotanya.
3. Penyebutan nama Himpunan seminat adalah Nama Himpunan Seminat diikuti nama
Pengurus Pusat IAI atau Pengurus Daerah IAI dan nama Propinsinya. Contohnya untuk
Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit penyebutannya adalah Himpunan Seminat Farmasi
Rumah Sakit Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia disingkat HISFARSI PP IAI dan
untuk daerah misalnya Jawa Tengah HISFARSI PD IAI Jawa Tengah.
4. Untuk sementara Himpunan Seminat dibentuk untuk
Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 3 Mei 2010
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. M Dani Pratomo, MM, Apt (Ketua Umum)
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt (Sekretaris Jenderal)
Jawab :
Organisasi ini adalah merupakan kelanjutan dari organisasi sebelumnya yaitu Gabungan
Perusahaan Sejenis Farmasi (GPS-FARMASI), yang juga merupakan kelanjutan dari
organisasi sebelumnya yaitu Gabungan Pengusaha Pharmasi (GAPERHARM) semuanya
berkantor pusat di Ibukota Jakarta.
Pada saat yang sama juga telah ada organisasi-organisasi farmasi, yaitu :
Dalam rangka pernertiban di bidang organisasi sesuai dengan maksud Pemerintah, maka pada
tanggal 21 september 1961 secara resmi diadakan penggabungan organisasi-organisasi
kefarmasian tersebut dibawah satu nama organisasi, yaitu Gabungan Pengusaha Pharmasi
Indonesia (GAPEPHARM).
Sesuai dengan perkembangan pada saat berlangsung Musyawarah Nasional GPS-FARMASI
tanggal 709 Agustus 1969 di Lembang, Jawa Barat, secara resmi dinyatakan GPS-FARMASI
dibubarkan dan diganti organisasi yang diberi nama : GABUNGAN PERUSAHAAN
FARMASI INDONESIA yang pada mulanya bersifat federasi, beranggotakan persatuan
Apotik, persatuan PBF, persatuan Industri Farmasi dan persatuan Toko Obat.
Keberadaan G.P. FARMASI INDONESIA ini telah dinyatakan dalam surat keputusan
Menteri Kesehatan R.I nomor 222/kab/B. VII/69 tanggal 3 Oktober 1969 sebagai satu-
satunya wadah induk organisasi perusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia.
Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia merupakan wadah komunikasi dan konsultasi antar
pengusaha farmasi dan antar pengusaha dengan pemerintah dan juga pihak-pihak lain yang
terkait mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah produksi obat, distribusi obat
dan pelayanan obat.
5. Tuliskan isi
Jawab :
REGISTRASI
STRA dan STRTTK berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang
selama memenuhi persyaratan.
Apoteker WNA
Apoteker WNA lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia dalam rangka alih teknologi atau bakti sosial harus memiliki STRA Khusus.
STRA khusus dikeluarkan oleh KFN untuk jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun.
Untuk dapat menjalankan pekerjaan kefarmasian, Apoteker yang telah memiliki
STRA Khusus tidak memerlukan SIPA atau SIKA, tetapi wajib melapor kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Apoteker lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia harus melakukan adaptasi pendidikan.
Adaptasi pendidikan dilakukan pada institusi pendidikan Apoteker yang terakreditasi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi pendidikan diatur oleh Menteri.
Persyaratan Registrasi
d) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik; dan
a) memiliki surat keterangan telah melakukan adaptasi pendidikan Apoteker dari institusi
pendidikan yang terakreditasi; dan
b) memiliki surat izin tinggal tetap untuk bekerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dan keimigrasian bagi Apoteker warga
negara asing.
b) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik;
c) memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA,
atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian; dan
Sertifikat kompetensi profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji
kompetensi.
Sertifikat kompetensi profesi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan uji
kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya.
Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji
kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung.
Permohonan sertifikat kompetensi diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif 1
(satu) bulan sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah Apoteker baru.
Organisasi profesi harus memberitahukan kepada KFN mengenai sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan paling lama 2 (dua) minggu sebelum pelantikan dan
pengucapan sumpah Apoteker.
Uji kompetensi dilakukan oleh organisasi profesi melalui pembobotan Satuan
Kredit Profesi (SKP).
Pedoman penyelenggaraan uji kompetensi ditetapkan oleh KFN.
d)surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
Permohonan STRA dpt diajukan dgn menggunakan tekn. informatika atau secara
online melalui website KFN.
KFN harus menerbitkan STRA paling lama 10 hari kerja sejak surat permohonan
diterima dan dinyatakan lengkap menggunakan Formulir 2
Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan dapat memperoleh STRA secara langsung.
Permohonan STRA diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif setelah
memperoleh sertifikat kompetensi profesi 2 (dua) minggu sebelum pelantikan dan
pengucapan sumpah Apoteker baru dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 3 terlampir.
– a. fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atau
Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
– b. surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
– e. pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3
cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Registrasi Ulang
– b. pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental
untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter;
SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA
hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas
dapat menjadi Apoteker pendamping di luar jam kerja.
SIPA bagi Apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian.
SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas kefarmasian.
SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.
SIPA, SIKA, atau SIKTTK masih tetap berlaku sepanjang:
– b. tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPA, SIKA, atau
SIKTTK.
Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kpd Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dgn
menggunakan Formulir 6 terlampir.
Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
– b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau
distribusi/penyaluran;
– d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua)
lembar;
– a. fotokopi STRTTK;
– d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua)
lembar.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPA, SIKA atau SIKTTK
karena:
– c. yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin;
– d. yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan ditetapkan
dengan surat keterangan dokter;
Pencabutan dikirimkan kepada pemilik SIPA, SIKA, atau SIKTTK dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan organisasi profesi
atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pelaporan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian
SIPA, SIKA, dan SIKTTK serta pencabutannya setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi wajib melaporkan rekapitulasi pemberian SIPA,
SIKA, dan SIKTTK serta pencabutannya setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
Direktur Jenderal.
Jawab :
Jawab :
– Diare
– Demam berdarah
– Demam tifoid
– Hipertensi esensial
– pneumonia
– Usus buntu
– Gangguan lambung.
10 besar penyakit rawat jalan di rumahsakit di Indonesia
– Gangguan refraksi
– Hipertensi esensial
– Penyakit telinga
– Kongjungtivitis
Jawab :
1. Obat Baru
Zat Berkhasiat Baru
Indikasi Baru
Bentuk Sediaan/Cara Pemberian Baru
2. Produk Biologi
3. Obat Kopi
Pra Registrasi
Untuk pertimbangan jalur evaluasi dan kelengkapan dokumen
registrasi
Obat Baru (Jalur I: 100 HK, Jalur II: 150 HK, Jalur III: 300
HK)
Obat Copy (Jalur I: 100 HK, Jalur III: 80 HK atau 150 HK)
Konsultasi kelengkapan dan persyaratan dokumen registrasi
Registrasi
Penyerahan dokumen registrasi dengan persyaratan sbb:
Mengisi form permintaan disket sesuai hasil Pra Registrasi atau surat
permohonan
Membayar biaya evaluasi
Mengisi disket
Menyerahkan berkas lengkap sesuai tujuan registrasi
9. Sebelum obat itu diproduksi, maka harus melalui tahap pre market. Apa itu pre
market :
Jawab :
Pengawasan pre-market itu artinya produk makanan dan obat-obatan sebelum diedarkan
harus diawasi dulu melalui pre-market evaluation. Kita evaluasi dulu produk tersebut, apakah
memenuhi syarat terhadap mutu dan keamanan produk, juga melakukan pengawasan ke
sarana produksi apakah memenuhi syarat internasional Good Manufacturing Practices (GMP)
apa nggak. Kalau produksi obat ada CPOB (cara pembuatan obat yang baik). Kalau makanan
ada CPPB (cara pembuatan pangan yang baik). Kalau sarana produksinya sudah memenuhi
syarat, produk yang dihasilkan juga harus dievaluasi melalui uji laboratorium, kalau hasil
ujinya memenuhi syarat maka akan diberikan izin edar. Ini bentuk pengawasan pre-market
dari Badan POM. Kode nomor izin edar tergantung apakah produk dalam negeri atau luar
negeri. Kalau produk Makanan dalam negeri kodenya MD sedangkan kalau makanan luar
negeri kodenya ML. Kalau obat tradisional dalam negeri kodenya TR dan Obat tradisional
luar negeri kodenya TI. Sementara untuk kosmetik dalam negeri kodenya CD dan CL untuk
kosmetik luar negeri. Kode CD dan CL hanya berlaku sampai dengan Oktober 2013, karena
mulai Januari 2011 mulai diterapkan harmonisasi ASEAN di bidang kosmetik dan kode
registrasi kosmetik adalah NA.
Jawab :
HARMONISASI ASEAN Bidang Kosmetik adalah penyeragaman persyaratan teknis
peredaran kosmetik di wilayah ASEAN. Harmonisasi bidang kosmetika (ASEAN
Harmonized Regulatory Scheme/AHCRS) telah disepakati oleh 10 negara anggota ASEAN
untuk diterapkan di Indonesia sejak 1 Januari 2011. Harmonisasi bidang kosmetika itu
mengharuskan adanya sistem pengawasan produk kosmetika setelah beredar di pasaran (post
market surveillance).
AHCRS itu sebenarnya telah ditandatangani pada 2 September 2003 oleh 10 negara anggota
ASEAN. Harmonisasi itu bertujuan untuk meningkatkan kerja sama penjaminan mutu,
keamanan, dan klaim manfaat semua produk kosmetika yang dipasarkan di ASEAN.
Selain itu, AHCRS itu diharapkan mampu menghapus hambatan perdagangan melalui
harmonisasi persyaratan teknis. Tujuannya, untuk meningkatkan efisiensi ekonomi,
produktivitas, dan daya saing produk ASEAN di pasar global.
Namun, berbagai pertimbangan terutama terkait kesiapan industri dalam negeri yang wajib
memenuhi syarat pada ASEAN Cosmetic Directive, Indonesia baru bisa menerapkan
harmonisasi AHCRS pada 1 Januari 2011.
Sebelum harmonisasi ASEAN berlaku, produsen atau importir hanya wajib mendaftarkan
produk di BPOM sebelum mengedarkan kosmetika di Indonesia. Sistem pengawasan yang
berlaku pun menganut kontrol produk sebelum beredar (pre market control).
Setelah era harmonisasi ini berjalan, produsen atau importir harus mengajukan permohonan
pengajuan notifikasi pada Kepala BPOM sebelum mengedarkan produknya. Notifikasi itulah
nanti yang akan menjadi alat pengawasan pascaperedaran produk.
Registrasi VS Notifikasi
1. Menyiapkan DIP sesuai dengan pedoman ASEAN yang sewaktu – waktu akan diaudit
oleh Badan POM
2. SDM memiliki kemampuan dalam pengisian dan penyusunan template notifikasi.
3. Memiliki safety assessor yang akan memberikan jaminan keamanan produk sebelum
dinotifikasi dan selama diedarkan;
4. Mengikuti persyaratan label dan klaim;
5. Mengikuti perkembangan peraturan terbaru dari ASEAN.
6. Menerapkan CPKB ⇒ kesepakatan ASEAN: setiap produsen yang tidak CPKB tidak
dapat memproduksi produk kosmetika baru;
7. Produk yang dapat diperdagangkan adalah produk yang diproduksi sesuai CPKB;
8. Melakukan MONITORING EFEK SAMPING kosmetika beredar dan melaporkan ke
Badan POM apabila terjadi efek samping serius dan/atau fatal
11. Di dalam notifikasi kosmetik ada istilah DIP. Apa itu DIP ?
Jawab :
Pemohon notifikasi harus memiliki Dokumen Informasi Produk (DIP) sebelum melakukan
notifikasi
kosmetika. DIP harus disimpan dan siap ditunjukkan apabila sewaktu-waktu diperiksa/diaudit
oleh
petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pedoman DIP merupakan panduan bagi industri kosmetika, importir kosmetika atau usaha
perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksi dalam menyiapkan dan menyusun
DIP
bagi kosmetika yang akan dinotifikasi. Selain itu Pedoman DIP juga merupakan panduan
bagi
petugas dalam melakukan pemeriksaan/audit.
FORMAT DIP
Dokumen DIP terdiri atas 4 bagian, yaitu:
Bagian I : Dokumen Administrasi dan Ringkasan Produk
Bagian II : Data Mutu dan Keamanan Bahan Kosmetika
Bagian III : Data Mutu Kosmetika
Bagian IV : Data Keamanan dan Data Kemanfaatan Kosmetika
Penggolongan obat ini terdiri dari : obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
a. Obat Bebas
Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12 Tahun1994 tentang izin
Pedagang Eceran Obat memuat pengertian obat bebas adalah obat yang dapat
dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar
narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di
Depkes RI.Contoh : Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B
Compleks, E dan Obat batuk hitam
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan untuk obat
bebas terbatas.Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan
garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :
c. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-
obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-
obat yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa
obat itu hanya boleh diserahkan denagn resep dokter.
2. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parenteral.
3. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan
manusia.Contoh :
v Andrenalinum
v Antibiotika
v Antihistaminika, dan lain-lain.