Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI KANDUNGAN BORAKS DAN FORMALIN PADA BAHAN


PANGAN BERUPA TAHU PUTIH DAN CINCAU HITAM
WILAYAH DRIYOREJO GRESIK

Identification of Borax and Formalin Content in Food Material of White Tofu and
Black Grass Jelly Area Driyorejo Gresik Region

Disusun oleh:

Audria Intan Faradita 2240019088

Stevi Galandjindjinai 2240019078

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

SURABAYA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan
semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan Proposal
Penelitian. Penelitian ini berisi tentang “Identifikasi Kandungan Boraks dan Formalin pada
Bahan Pangan berupa Tahu Putih dan Cincau Hitam Wilayah Driyorejo Gresik. Maksud
penyusunan proposal ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
tahun ajaran 2019/2020.

Dalam penyusunan proposal ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada yang


turut serta membantu dalam penyelesaian proposal ini. Tidak lupa kami sampaikan
terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami, kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun proposal
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna sempurnanya proposal ini.

Surabaya, 17 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
RINGKASAN ..................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................................... 2

BAB IIKAJIAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori.................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Tahu Putih.......................................................................................3
2.1.2 Pengertian Cincau Hitam.................................................................................. 3
2.1.3 Pengertian Boraks ............................................................................................ 4
2.1.4 Pengertian Formalin..........................................................................................4

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN


3.1 Metode …........................................................................................................................ 5
3.2 Alat-Alat......................................................................................................................... 5
3.3 Bahan .............................................................................................................................. 5
3.4 Prosedur penelitian .........................................................................................................
6

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8

iii
RINGKASAN

Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dan
diambil sarinya.Tahu memiliki kandungan air yang banyak sehingga mudah ditumbuhi
mikroba.Cincau hitam adalah makanan yang dibuat dari daun serta batang Mesona palustris
(janggelan) yang dikeringkan.Bagian tanaman cincau hitam (Mesona palustris) yang
memiliki kegunaan ialah bagian daun dan batangnya yang dapat menghasilkan ekstrak gel
daun cincau (Widyaningsih, 2007:8).Cincau ini bewarna hitam pekat dan mengkilat,
teksturnya kenyal dan keras seperti agar agar.Sama halnya dengan tahu, cincau ini juga
memiliki kandungan air yang banyak.
Berdasarkan survei dari peneliti sebelumnya telah ditemukan banyak produk tahu dan
cincau hitam yang mengandung formaldehid sebagai bahan pengawet dan boraks untuk
memberikan tekstur padat, meningkatkan kekenyalan, bersifat tahan lama dan tentunya lebih
ekonomis sehingga diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tahu
merupakan produk makanan yang rentan rusak maka tak jarang produk tahu ditambahkan
pengawet seperti formalin agar lebih tahan lama (Puspitasari dan Hardjianto, 2014).
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dan laboratorium dengan tujuan untuk
mengidentifikasi adanya kandungan boraks dan formalin pada sampel dengan metode
kualitatif.Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan dokumentasi. Teknik
analisis data yaitu deskripsi kualitatif dengan menggunakan larutan penguji ekstrak kunyit
sebagai penguji boraks dan larutan Fehling A+B sebagai penguji formalin pada sampel.
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maraknya pemberitaan saat ini tentang penyalahgunaan bahan kimia berbahaya
sebagai bahan tambahan produk makanan da minuman telah membuat resah
masyarakat.Penggunaan bahan kimia seperti boraks dan formalin oleh beberapa produsen
agar produk olahannya menjadi lebih menarik, lebih tahan lama dan tentunya lebih ekonomis
sehingga diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.Namun dampak
kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan berbahaya tersebut sangatlah
buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang bersifat akut serta
dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen merupakan beberapa masalah
kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen (Aghnan, 2011).
Boraks adalah senyawa kimia berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada
suhu dan tekanan normal. Pemakaian boraks dalam makanan tidak diperbolehkan dalam
kadar apapun. Boraks dinyatakan dapat mengganggu kesehatan bila digunakan dalam
makanan.Asam borat pada boraks dapat menghambat pembentukan DNA didalam sel sperma
dan ovum sehingga dapat menurunkan fertilitas dan sterilitas.Pemberian asam borat yang
terus-menerus (kronik) dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusa, kelainan
kutaneus, dan memperlambat pertumbuhan.Formalin adalah salah satu jenis pengawet yang
sering disalah gunakan dan secara hukum dilarang keras digunakan untuk mengawetkan
produk pangan.Formalin adalah larutan yang tidak bewarna dan baunya sangat menusuk.
Lessi Diana Sari, dkk (2018) dalam penelitiannya mengenai Studi Kasus Kandungan
Boraks dan Formalin pada Cincau Hitam di Pasar Kota Lubuklinggau, melaporkan bahwa
dari 16 sampel cincau hitam didapat 4 sampel mengandung boraks dan 8 sampel
mengandung formalin. Untuk mendeteksi adanya kandungan boraks dilihat dari perubahan
warna kertas uji boraks apabila berubah menjadi warna merah bata, maka sampel positif
mengandung boraks.Sedangkan untuk formalin dilihat dari perubahan warna cairan menjadi
warna ungu.
Lilysia, dkk (2017) dalam penelitiannya mengenai Identifikasi Kandungan Boraks dan
Formalin pada Tahu di Pasar Tradisional Permiri Kecamatan Lubuklinggau Barat II Kota
Lubuklinggau, melaporkan bahwa dari 12 sampel tahu putih didapat 1 sampel positif
mengandung boraks dan 7 sampel positif mengandung formalin. Untuk mendeteksi adanya
kandungan boraks dilihat dari perubahan warna kertas kit boraks dari kuning menjadi merah
kecoklatan. Sedangkan untuk formalin dilihat dari perubahan warna cairan menjadi keunguan
atau biru kehitaman.Mengingat pentingnya masalah keamanan makanan, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kandungan zat- zat pengawet berbahaya seperti
boraks dan formalin pada bahan pangan tahu putih dan cincau hitam yang diperdagangkan
dipasar Driyorejo, Gresik.
1

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang menjadi latar belakang proposal ini adalah :
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah, apakah terdapat kandungan zat pengawet
berbahaya boraks dan formalin pada bahan pangan berupa tahu putih dan cincau hitam
wilayah Driyorejo, Gresik tahun 2019.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan zat pengawet berbahaya boraks dan
formalin pada bahan pangan berupa tahu putih dan cincau hitam wilayah Driyorejo, Gresik
tahun 2019.

1.5 Manfaat
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengidentifikasi ada tidaknya
kandungan zat pengawet berbahaya boraks dan formalin pada bahan pangan berupa tahu
putih dan cincau hitam wilayah Dryorejo, Gresik tahun 2019.Apabila saat penelitian terdapat
bahan berbahaya tersebut, maka hal tersebut dapat ditindak lanjuti, karena penggunaan bahan
berbahaya tersebut dapat merusak kesehatan konsumen.Dapat diketahui bersama bahwa
pengunaan bahan berbahaya boraks dan formalin sudah dilarang keras oleh pemerintah dalam
penggunaannya sebagai campuran bahan pangan.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Tahu putih
Tahu merupakan produk makanan dengan bahan baku kedelai (Glycine max),
berbentuk padatan dan bertekstur lunak. Dibuat melalui proses pengolahan kedelai dengan
cara mengendapkan protein. Tahu memiliki nilai gizi yang cukup tinggi karena kedelai
merupakan salah satu sumber protein nabati yang berasal dari jenis kacang-kacangan dan biji-
bijian dengan kualitas protein yang hampir mendekati protein hewani.Hal tersebut
dikarenakan kedelai banyak mengandung asam amino esensial yang sangat diperlukan oleh
tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan sel seperti arginin, fenilalanin, histidin,
isoluesin, leusin, metionin, treonin, dan triptopan.Kandungan protein pada kedelai sekitar
35% bahkan mencapai 40-43% pada varitas yang unggul.
Proses pembuatan tahu dilakukan dengan cara merendam kedelai selama 4 sampai 12
jam untuk memudahkan pengelupasan kulit. Kedelai yang telah dikupas kulitnya kemudian
direndam kembali selama 30 sampai 45 menit untuk memudahkan pemisahan kulit dan bahan
lain yang masih menempel pada kedelai. Kedelai yang bersih digiling dengan penambahan
air sebanyak 8 sampai 10 kali jumlah kedelai yang diolah.

2.1.2 Cincau Hitam


Cincau hitam adalah makanan yang dibuat dari daun serta batang Mesona palustris
(janggelan) yang dikeringkan.Bagian tanaman cincau hitam (Mesona palustris) yang
memiliki kegunaan ialah bagian daun dan batangnya yang dapat menghasilkan ekstrak gel
daun cincau (Widyaningsih, 2007:8).Cincau ini bewarna hitam pekat dan mengkilat,
teksturnya kenyal dan keras seperti agar agar.Cincau hitam memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi, warna hitamnya memiliki kandungan anti oksidan sehingga bias menurunkan
resiko diabetes.
Proses pembuatan cincau dilakukan dengan cara pencucian pada daun janggelan yang
sudah dikeringkan sebelumnya. Semua daun janggelan kering direbus yang telah berisi air 20
liter, tambahkan NaOh / Abu Qi agar zat pati yang keluar semakin optimal. Aduk sampai
mendidih. Saring zat pati yang keluar, tunggu hingga dingin. Campurkan dengan tepung
tapioka dalam wadah besar.Aduk hingga tercampur, lalu rebus kedua bahan tersebut. Biarkan
selama 10 jam hingga cincau yang berbentuk jelli benar-benar dingin.
3
2.1.3 Boraks
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat atau garam boraks.
Nama lainnya adalah bleng, pijer atau gendar. Jika terlarut dalam air akan menjadi natrium
hidroksida dan asam borat, dengan demikian bahaya boraks identic dengan bahaya asam
borat. Deskripsi asam borat yaitu serbuk padat bewarna putih, tidak berbau, rasa pahit, berat
molekul 61,83.
Asam borat pada boraks dapat menghambat pembentukan DNA didalam sel sperma
dan ovum sehingga dapat menurunkan fertilitas dan sterilitas.Pemberian asam borat yang
terus-menerus (kronik) dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusa, kelainan
kutaneus, dan memperlambat pertumbuhan.Karena efeknya yang sangat berbahaya bagi
kesehatan maka Pemerintah mengeluarkan peraturan larangan penggunaan boraks sebagai
bahan tambahan pangan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.033/Menkes/Per/2012
tentang Bahan Tambahan Makanan, mengatakan bahwa boraks termasuk bahan yang
berbahaya dan beracun (B3) sehingga tidak boleh digunakan sebagai bahan tambahan dalam
makanan.

2.1.4 Formalin
Formalin adalah cairan yang mengandung gas formalin.Formalin biasanya
mengandung 37-40% formaldehid.Jika formaldehid berbentuk gas, formalin adalah cairan tak
bewarna, dengan bau tajam menyengat akibat gas formaldehid yang dikandungnya.Salah satu
jenis pengawet yang sering disalah gunakan dan secara hukum dilarang keras digunakan
untuk mengawetkan produk pangan.Biasanya formaldehid digunakan dalam pembuatan lem
dan alat perekat, sebagai pelapis produk kertas, dan bahan bangunan seperti papan partikel,
tripleks dan material untuk insulasi.Formaldehid juga sering digunakan sebagai desinfektan
dan pembunuh kuman, serta sebagai bahan pengawet di kamar jenazah dan laboratorium
medis.
Konsusmsi formalin secara kronis dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa
dan bersifat karsinogenik.Formalin diketahui berbahaya untuk tubuh manusia karena telah
diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan
jaringan tubuh, korosif dan iritatif (Paratmanitya dan Aprilia, 2016:50).Formalin sendiri
sangat berbahaya jika terhirup oleh saluran pernapasan dan iritatif jika tertelan.Disamping itu
formalin juga dapat merusak persyarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat
racun untuk syaraf (neurotoksik), dan dapat mengganggu organ reproduksi seperti kerusakan
testis dan ovarium, gangguan menstruasi, infertilitas sekunder (Sajiman, dkk, 2015:3).
4

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode
Pengambilan sampel dilakukan dibeberapa pasar tradisional yang ada diwilayah
Driyorejo, Gresik yaitu pasar Petiken dan Mutiara.Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2019. Jenis penelitian ini merupakan studi deskriptif metode kualitatif yang proses
identifikasinya dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.

3.2Alat-Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam identifikasi kandungan boraks dan formalin
pada bahan pangan berupa tahu putih dan cincau hitam adalah sebagai berikut :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pembakar Bunsen
4. Pipet tetes
5. Plat tetes
6. Penjepit kayu
7. Mortal dan Alu
8. Spatula
9. Neraca analitik
10. Kaca arloji

3.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam identifikasi kandungan boraks dan formalin
pada bahan pangan berupa tahu putih dan cincau hitam adalah sebagai berikut :

1. Ekstrak kunyit
2. Reagen Fehling A+ Fehling B
3. Aquades
4. Sampel Tahu Putih
5. Sampel Cincau hitam
5

3.4 Prosedur penelitian


Adapun prosedur yang digunakan dalam identifikasi kandungan boraks pada bahan
pangan berupa tahu putih dan cincau hitam adalah sebagai berikut :

1. Buat bahan penguji berupa larutan kunyit.


2. Menimbang sampel tahu putih dan cincau hitam masing-masing sebanyak 5 gram
secara steril, kemudian haluskan dengan menggunakan mortal dan alu.
3. Sampel yang telah dihaluskan dapat diteteskan kedalam plat tetes.
4. Tambahkan masing-masing 3 sampai 4 tetes larutan kunyit.
5. Amati perubahan yang terjadi, apabila warna sampel lebih terang dibandingkan
sebelumnya, maka sampel positif mengandung boraks.

Adapun prosedur yang digunakan dalam identifikasi kandungan formalin pada bahan
pangan berupa tahu putih dan cincau hitam adalah sebagai berikut :

1. Menimbang sampel tahu putih dan cincau hitam masing-masing sebanyak 5 gram
secara steril, kemudian haluskan dengan menggunakan mortal dan alu.
2. Masukkan sampel kemasing-masing tabung reaksi.
3. Menambahkan aquades beberapa tetes untuk mengencerkan sampel agar tidak terlalu
kental.
4. Tambahkan masing-masing 4 tetes reagen Fehling A dan B.
5. Panaskan diatas nyala api bunsen, hingga mendidih.
6. Amati perubahan yang terjadi, apabila sampel terdapat endapan merah bata berarti
sampel tersebut positif mengandung formalin.
6
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa maraknya kecurangan produsen untuk mendapatkan
keuntunagan sebesar-besarnya dengan penambahan bahan kimia berbahaya berupa boraks
dan formalin pada bahan pangan sangat meresahkan masyarakat. Banyak hal negatif yang
didapat apabila tubuh terus menerus mengkonsumsi zat kasrsinogenik tersebut. Seperti asam
borat pada boraks dapat menghambat pembentukan DNA didalam sel sperma dan ovum
sehingga dapat menurunkan fertilitas dan sterilitas.Pemberian asam borat yang terus-menerus
(kronik) dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusa, kelainan kutaneus, dan
memperlambat pertumbuhan. Konsusmsi formalin secara kronis dapat mengakibatkan iritasi
pada membran mukosa dan bersifat karsinogenik.Formalin diketahui berbahaya untuk tubuh
manusia karena telah diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen yang menyebabkan
perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif (Paratmanitya dan Aprilia, 2016:50).
7
DAFTAR PUSTAKA

Repository.uinjkt.ac.id.identifikasi.kandungan.boraks.pada.tahu.pasar.tradisional.didaerah.cip
utat-institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Diambil pada hari Selasa 17 Desember 2019, pukul 22.13)

Mahasiswa.mipastkipllg.com.identifikasi.kandungan.boraks.dan.formalin.pada.tahu.dipasar.tr
adisional.permiri.kecamatan.lubuklinggau.barat.ii.kota.lubukling
(Diambil pada hari Selasa 17 Desember 2019, pukul 22.21)

Ida M.2016.Identifikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks dan Formalin pada Makanan
Jajanan dikantin UIN Alauddin Makassar.skripsi.Makassar:Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.repositori.uin-alauddin.ac.id.
(Diambil pada hari Selasa 17 Desember 2019, pukul 22.35)

Rana Z, dkk.2015.Identifikasi Boraks pada Cincau Hitam yang Diproduksi Beberapa


Produsen Cincau Hitam di Kota Padang.Jurnal Kesehatan Andalas.http://jurnal.fk.unand.ac.id
(Diambil pada hari Selasa 17 Desember 2019, pukul 23.04)

Indah I,dkk.2016.Analisis Kandungan Bahan Pengawet Formalin Pada Tahu yang


Diperdagangkan dipasar Tradisional Kota Kendari (Pasar Panjang, Pasar Anduonohu, Pasar
Basah dan Pasar Baruga).Jurnal Sains dan Teknologi Pangan.Vol 1,
No.2.http//uho.ac.id/index.php/JSTP.
(Diambil pada hari Selasa, 17 Desember 2019 pukul 23.37)

Mahasiswa.mipastkipllg.com.studi.kasus.kandungan.boraks.dan.formalin.pada.cincau.hitam.
dipasar.kota.permiri.lubuklinggau.
(Diambil pada hari Selasa 18 Desember 2019, pukul 00.07)
8
SURAT PENGANTAR

Surabaya, 17 Desember 2019

Hal : Permohonan Pemakaian Laboratorium Kimia

Kepada Yth.
Kepala Laboratorium Kimia
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Di Surabaya

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penelitian yang sedang saya lakukan guna menyelesaikan Tugas
Pembuatan Artikel Bahasa Indonesia, sesuai dengan kurikulum di Progam Studi D4 Analis
Kesehatan UNUSA, maka dengan ini :

Nama : Audria Intan Faradita


NIM : 2240019088
Fakultas / Jurusan : Kesehatan / D4 Analis Kesehatan
Hp : 083832184062
Judul Artikel : Identifikasi Kandungan Boraks dan Formalin Pada Bahan
Pangan Berupa Tahu Putih dan Cincau Hitam Wilayah
Driyorejo Gresik

Mohon agar dapat menggunakan fasilitas Laboratorium, pada :

Hari :

Tanggal :

Bulan : Desember

Tahun : 2019
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan
terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai