Anda di halaman 1dari 4

RESUME PERBAIKAN KOREKSI HASIL PENELITIAN

No. Penguji/Pembimbing Koreksi Halaman/ Hasil Perbaikan TTD


Paragraf
1 Dr. Edward Ngii.  Koreksi bab 1 1/4 Jalan Malik Raya I merupakan kategori jalan lingkungan sekunder dengan
ST.,MT tambahkan volume lalu lintas rendah dan pergerakan lalu lintas yang minim. merupakan jalan
alasan me umum yang melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat,
makai metode Dengan meninjau perkembangan ekonomi dan penduduk yang sesuai dengan
NAASRA kondisi jalan maka perlu adanya pengkajian ulang perencanaan perkerasan kaku
1987 untuk memperoleh lapis perkerasan yang efektif dan efisien, awet sesuai umur
rencana, dan tetap hemat biaya.

Jalan Malik Raya I eksisting didesain menggunakan metode Bina Marga 2003,
umumnya ada banyak metode yang digunakan dalam perencanaan kaku selain
metode Bina Marga 2003, diantaranya metode MDPJ 2013, AASHTO metode
NAASRA 1987, dan lain sebagainya, namun penulis mencoba melakukan tinjauan
ulang dengan menggunakan desain perkerasan kaku (Rigid Pavement) NAASRA
2/3 1987 karena metode NAASRA 1987 banyak digunakan dalam perencanaan
perkerasan kaku untuk pembangunan jalan di Indonesia khususnya jalan dengan
volume lalu lintas yang tergolong rendah.

 Koreksi bab 4 Data yang diperoleh dari instansi terkait, perencanaan Jalan Malik Raya I
pembahasan existing metode Bina Marga 2003 tebal pelat sebesar 20 cm, tebal lantai kerja
sebesar 10 cm dan tebal lapis pondasi bawah agregat kelas B 15 cm. Sedangkan
78/1 perencanaan dalam penelitian ini menggunakan metode NAASRA 1987 diperoleh
tebal pelat minimum sebesar 18 cm, tebal lantai kerja sebesar 10 cm dan tebal
lapis pondasi bawah agregat kelas B 15 cm. Berdasarkan hasil perhitungan dari
masing–masing metode didapatkan selisih tebal pelat sebesar 2 cm. Perbedaan
disebabkan dari parameter input dari masing-masing metode.

Dalam metode NAASRA faktor yang paling mempengaruhi hasil dari tebal
pelat beton adalah nilai CBR yang mempengaruhi besaran nilai modulus tanah
79/1 dasar dan faktor mutu beton yang dipakai dalam penetuan tebal pelat beton dengan
faktor pertumbuhan lalu-lintas yang menghasilkan nilai Jumlah Sumbu Kendaraan
Niaga Rencana namun tidak terlalu berbeda jauh dari tebal pelat jalan beton dalam
penelitian ini dan memenuhi unsur-unsur penentuan tebal jalan beton minimum.
 Koreksi
tebal taksiran 70-72 grafik tebal pelat beton 180 mm
pelat beton, k 22 kPa, beban sumbu 5 ton,
tegangan 1,6 mpa.

Tabel Perhitungan analisis fatique =


0<100 memenuhi syarat tebal pelat beton
minimum.
Koefisien Beban Sumbu Beban Repetisi Tegangan Yang Perbandingan Jumlah Repetisi Presentase
Sumbu ton (kN) Rencana Beban Terjadi Tegangan Beban Yang Fatique
Fk = 1,0 (Mpa) di Izinkan (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 2 2 5520380,16 - - - -
STRT 3 3 58460,91 - - - -
STRT 5 5 1536686,76 1,6 0,44 0 0
STRG 4 4 5520380,16 - - - -
STRG 5 5 58460,91 - - - -
STRG 8 8 1536686,76 1,9 0,49 0 0
Jumlah 0

Selain JSKN, Mutu beton sangat menentukan tebal dari pelat minimum.

Tebal struktur perkerasan kaku existing ruas jalan Malik Raya I berdasarkan
 Koreksi 81 perhitungan Metode Bina Marga 2003 yaitu tebal pelat 20 cm, lantai kerja 10 cm,
Kesimpulan dan tebal lapis pondasi agregat kelas B 15 cm. Sedangkan tebal perkerasan kaku
rencana berdasarkan perhitungan Metode NAASRA 1987 tebal pelat 18 cm, tebal
lantai kerja sebesar 10 cm dan lapis pondasi bawah agregat kelas B 15 cm,
sedangkan perhitungan tulangan melintang diameter 10 mm dengan jarak
tulangan 250 mm, dan tulangan memanjang berdiameter 12 mm dengan jarak
tulangan 150 mm , untuk batang pengikat diameternya yaitu 12 mm, panjang tie
bar 720 mm, jarak tie bar 87 cm, dan untuk sambungan susut melintang diameter
ruji 30,66 mm, panjang ruji 450 mm, dan jarak ruji 300 mm.

2 Dr. Ir. La Ode Muh.  Tidak ada


koreksi - -
Magribi .,MT
3 H.Nasrul. ST.,MT  Koreksi
mengenai 66-67 = 45,8
pertumbuhan
lalu lintas Pertumbuhan lalu lintas dari rumus
dan tabel disamping

 Tambahkan
jarak 75-77
penulangan

Penulangan arah melintang dan memanjang Penulangan tiap segmen


4 Dr. H. Muh. Thahir
Azikin. ST .,MT  Tambahkan Persamaan :
persamaan 1) Sifat bahan perkerasan metode Bina Marga terletak pada koefisien kekuatan
,perbedaan relatif. Sedangkan metode NAASRA terletak pada lapisan perkerasan.
NAASRAA 2) Ketebalan pelat dipengaruhi oleh nilai CBR dimana untuk metode Bina Marga
1987 dan menggunakan nilai CBR minimum 6 %.Untuk metode NAASRA dipengaruhi
Bina Marga oleh CBR dan mutu beton.
2003dan 3) Beban lalu lintas yang diperhitungkan masing- masing metode dengan berat
kelebihan dari 54-56 minimal 5 ton.Jika berat kurang dari 5 ton tidak diperhitungkan.
metode 4) Susunan lapis permukaan metode Bina Marga yaitu lapis permukaan,lapis
NAASRA pondasi atas,dan lapis pondasi bawah biasanya menggunakan sirtu. Untuk
metode NAASRA yaitu terdapat dua susunan lapis permukaan dan lapis
pondasi bawah.

Kelebihan :
1) Metode NAASRA 1987 banyak dipakai sebagai acuan untuk desain
perkerasan kaku diluar Australia terutama dinegara – Negara Asia Tenggara
salah satunya digunakan diindonesia.Untuk metode Bina Marga 2003 banyak
dipakai di Indonesia.
2) Metode NAASRA 1987 dan metode Bina Marga 2003 tidak memerlukan
assessment yang berkaitan dengan iklim seperti kondisi beku.
3) Metode NAASRA 1987 dan metode Bina Marga 2003 Tidak memerlukan
parameter serviceability.
4) Parameter input penentuan tebal pelat beton metode NAASRA 1987 lebih
sederhana dibandingkan dengan bina marga salah satunya metode Bina Marga
karena menghitung nilai tegangan ekifalen dan erosi.

Dalam penentuan ukuran tulangan, hal yang perlu dipertimbangkan ialah


 Tambahkan ketahanan terhadap korosi dari tulangan,Penulangan digunakan jika kemungkinan
factor ukuran terjadinya retak melintang selama umur perkerasan tersebut cukup tinggi, akibat
tulangan 34/1 pergerakan tanah, atau temperatur/kadar air menimbulkan perubahan tegangan,
ada beberapa kriteria yang perlu dicermati, yaitu:

1) Panjang pelat yaitu jarak antara sambungan, hal ini penting karena pengaruhnya
terhadap tegangan tarik beton maksimum yang akan berpengaruh pada
kebutuhan tulangan.
2) Tegangan kerja pada tulangan diambil 75% dari kuat leleh baja (yield strength)
di mana untuk baja dengan grade 40 dan 60 tegangan kerja maksimum yang
diizinkan ialah 30.000 dan 45.000 psi (2400 dan 3600 kg/cm2). Untuk
tulangan dalam bentuk Welded Wire Fabrics dan Deformed Wire Fabric
(DWF), tegangan lelehnya yaitu sebesar 65.000 psi dan tegangan ijin nya
sebesar 48750 psi.
3) Faktor gesekan, yang menyatakan tahanan gesek antara bagian bawah
35
pelat dengan bagian atas dari subbase atau tanah dasar.
5 Ir. Baso  Koreksi
Mursidi.M.proc.,Mgnt penulisan 67 Koreksi perbaikan tulisan kata “satru” (satu)

78,79 dan kata “learn concreate” (lean concrete)

Anda mungkin juga menyukai