Jurusan : Mekatronik 19
WARGA NEGARA DAN
NIM : D321911012
KEWARGANEGARAAN
WUJUD HUBUNGAN
PENENTUAN WARGA
WARGA NEGARA WASRGA NEGARA DENGAN
NEGARA
NEGARA
KETENTUAN UNDANG-
UNDANG MENGENAI
WARGA NEGARA
INDONESIA
Warga Negara Dan Kewarganegaraan
Negara sebagai suatu identitas adalah abstrak. Yang tampak adalah unsur-unsur
12egara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur 12egara adalah
rakyat. Rakyat yang tinggal di wilayah 12egara menjadi penduduk 12egara yang
bersangkutan. Warga 12egara adalah bagian dari penduduk suatu 12egara. Warga
12egara memiliki hubungan dengan negaranya. Kedudukannya sebagai warga 12egara
menciptakan hubungan berupa peranan, hak, dan kewajiban yang bersifat timbal balik.
A. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
1. WargaNegara
Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi
perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari suatu negara. Jadi, warga
negara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu negara.
Dengan memiliki status sebagai warga negara, orang memiliki hubungan
dengan negara. Hubungan itu nantinya tercermin dalam hak dan kewajiban. Rakyat
menunjuk pada orang-orang yang berada di bawah satu pemerintahan dan tunduk pada
pemerintahan itu. Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu
wilayah negara dalam kurun waktu tertentu. Orang yang berada di suatu wilayah negara
dapat dibedakan menjadi penduduk dan nonpenduduk. Adapun penduduk negara dapat
dibedakan menjadi warga negara dan orang asing atau bukan warga negara.
2. Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (citizenship) artinya keanggotaan yang menunjukan hubungan atau
ikatan antara negara dengan warga negara. Istilah kewarganegaraan dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis
1) Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara warga negara dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu.
2) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum,
tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, keturunan, nasib, sejarah,
dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari
penghayatan warga negara yang bersangkutan.
b. Kewarganegaraan dalam Arti Formil dan Materiil
1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat
kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan
berada pada hukum publik.
2) Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
B. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA
Hubungan dan kedudukan warga negara ini bersifat khusu, sebab hanya
mereka yang menjadi warga negaralah yang memiliki hubungan timbal balik dengan
negaranya. Orang-orang yang tinggal di wilayah negara, tetapi bukan warga negara dari
negara itu tidak memiliki hubungan timbal balik dengan negara tersebut.
1. Penentuan Warga Negara
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan
perkawinan. Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal
dengan dua asas yaitu:
a) Asas Ius Soli (Ius/hukum atau dalil, dan Soli/solum artinya negeri/tanah).
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari
tempat dimana orang tersebut dilahirkan.
b) Asas Ius Sanguinis (Sanguinis/sanguis artinya darah).
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan
berdasarkan keturunan dari orang tersebut.Berdasarkan pada aspek perkawinan
yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat, sebagai
berikut.
1) Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan
bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam
masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan status kewarganegaraan
suami danistri adalah sama dan satu.
2) Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk
menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi, mereka dapat berbeda kewarganegaraan
seperti halnya ketika belum berkeluarga.
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai asas yang
dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara
tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lain juga
tidak boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu negara.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat
menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem
kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Apatride adalah istilah
untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah
untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap (dua).
a. Tentang warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa yang menjadi warga negara
Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian
dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak 17 Agustus 1945, sudah warga negara
Republik Indonesia.
2) Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan
ayahnya, seorang warga negara Republik Indonesia, dengan pengertian bahwa
kewarganegaraan Republik Indonesia trsebut dimulai sejak adanya hubungan hukum
kekeluargaan ini diadakan sebelum orang itu berumur 18 tahun atau sebelum ia kawin
pada usia di bawah 18 tahun.
3) Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu
pada waktu meninggal dunia, warga negara Republik Indonesia.
b. Tentang cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Karena kelahiran dengan prinsip asas ius sanguinis, dan dipakai asas ius soli untuk
mencegah terjadinya apatride.
2) Karena pengangkatan anak, yaitu anak asing yang berumur liam tahun yang diangkat
oleh seorang warga negara Republik Indonesia, memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia apabila pengangkatan itu dinyatakan sah oleh pengadilan negeri
dari tempat tinggal orang yang mengangkat anak itu.
3) Karena permohonan, yaitu anak diluar perkawinan dari seorang ibu warga negara
Republik Indonesia atau anak dari perkawinan sah, tetapi dalam perceraian oleh hakim,
anak tersebut diserahkan pada asuhan ibunya seorang warga negara Republik
Indonesia, yang kewarganegaraannya turut ayahnya seorang asing, boleh mengajukan
permohonan pada Menteri Kehakiman untuk memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia tidak mempunyai kewarganegaraan lain atau menyertakan pernyataan
menanggalkan kewarganegaraan lain menurut cara yang ditentukan oleh ketentuan
hukum dari negara asalnya dan atau menurut cara yang ditentukan oleh perjanjian
penyelesaian dwikewarganegaraan antara Republik Indonesia dan negara yang
bersangkutan.
c. Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik
Indonesia hilang karena hal berikut.
1) Memperoleh kewarganegaraan lain karena kemauannya sendiri, dalam pengertian
bahwa jikalau orang yang bersangkutan pada waktu memperoleh kewarganegaraan lain
itu berada di dalam wilayah Republik Indonesia, kewarganegaraan Republik
Indonesianya baru dianggap hilang apabila Menteri Kehakiman dengan persetujuan
dewan menteri atas kehendak sendiri atau atas permohonan orang yang bersangkutan
menyatakannya hilang.
2) Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain sedangkan orang yang
bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu.
3) Diakui oleh orang asing sebagai anaknya, jika orang yang bersangkutan belum berumur
18 tahun dan belum kawin dan dengan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA
5) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 tentang hak dan kewajiban dalam membela negara.
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dn keamanan negara.”