Jurusan : Mekatronik 19
WARGA NEGARA DAN
Matkul : Kewarganegaraan
KOBNSTITUSI
TEORI TERJADINYA
UUD 1945 SEBAGAI UUD 1945 SEBAGAI
NEGARA
KONSTITUSI KONSTITUSI
NEGARA NEGARA
BENTUK NEGARA
BENTUK NEGARA
Negara dan Konstitusi
A. Negara
1. Pengertian Negara
Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat ini. Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf Yunani
Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara lain:
• Teori Teokrasi
Menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham ini muncul bahwa
keyakinan keagamaan bahwa Tuhanlah maha pencipta di langit dan bumi,
pemegang kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di dunia ini yang tidak berasal
dari tuhan, termasuk negara. Penganut teori ini Thomas Aquinas, Agustinus, FJ.
Sthal, maupun Hegel.
• Teori Organik
Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh Plato bahwa negara organik bukanlah
rakyat semata yang menjadi badan politik, juga bukan orang yang tinggal di
wilayah geografis saja, tapi negara harus ada ikatan yang muncul yaitu keadilan.
Negara muncul karena ada kebutuhan yang sangat banyak dan beragam.
• Teori Perjanjian
Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara karena adanya
perjanjian masyarakat.
• Teori Kekuasaan
Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan
atau berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya memegangg pucuk pemerintahan.
• Teori Kedaulatan
Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena adanya
kekuasaan tertinggi yang mampu mengatur kehidupan bersama masyarakat
(negara).
3. Bentuk Negara
4. Negara Indonesia
Berdasarkan berbagai teori terjadinya negara, kedaulatan Negara, serta bentuk dan tujuan
Negara, maka Negara Indoneia yang di proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, dapat
dijelaskan secara teoristis sebagai berikut:
Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945. Kita dapat mempelajari serta menelaah dokumen kenegaraan
Indonesia, diantaranya adalah Pembukaan UUD 1945 terutama pada alenea satu sampai tiga
yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Alinea I, menjelaskan tentang latar belakang
terbentuknya negara dan bengsa Indonesia, yaitu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat segala
bangsa di dunia yang sadar dan bangkit melawan penjajah, dan penjajahan itu tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus dihapuskan. Alinea ke II
menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan
kemerdekaan, alinea III menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia Indonesia sebagai
bangsa yang religious yang kemudian pernyataan kemerdekaan.
b) Kedaulatan Indonesia
Pernyataan bangsa Indonesia terkait dengan kedaulatan Indonesia dapat diketahui dalam
pembukaan UUD 1945 pada alenea empat. Adapun alinea IV, menjelaskan tentang
terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia, pemerintahan negara
Indonesia yang disusun berdasarkan Undang-Undang Dasar negara, wilayah negara serta dasar
filosofis negara yaitu Pancasila (Notonagoro, 1975). Ketentuan lain dapat dijumpai pada pasal
1 ayat (1) UUD 1945
Amandemen, Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilakukan menurut Undang0Undang
dasar. Pasal ini dengan tegas menyebut, bahwa Kedaulatan Negara bersumber pada kedaulatan
rakyat, dan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, yang pelaksanannya dilakukaan
berdasarkan Undang- Undang Dasar.
Dengan memperhatikan pasal tersebut maka, bangsa Indonesia menyatakan dirinya secara
langsung dalam UUD 1945 bahwa Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat, yang
pelaksanaannya kembali diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Disamping
pengakuan kedaulatan rakyat, bangsa Indonesia juga dipengaruhi pada teori kedaulatan hukum,
dimana dalam tujuan pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945, sebagaimana pernah
dimuat dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandemen, menyatakan, Indonesia adalalah Negara
hukum.
Dilihat dari bentuk Negara, Indonesia termasuk pada Negara kesatuan dengan bentuk
pemerintahan republik. Bentuk kesatuan tercantum pada Pasal UUD 1945, dengan system
desentralisasi dimana daerah-daerah dalam wilayah Negara diberikan hak otonomi, dengan
titik berat otonomi pada daerah kabupaten dan kota. Pembagian wilayah Negara seperti
tercantum dalam Pasal 18 UUD 1945, yang menyatakan. Istilah republic sebagai kelanjutan
dari Negara kesatuaan yang berbentuk republic menunjuk pada system pemerintah Negara
yang dipimpim oleh Presiden.
B. Konstitusionalisme
Setiap Negara modern ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang dijabarkan
dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem
institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Dengan
lain perkataan untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan diperlukan perlakuan sedemikian
rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan (Hamilton, 1931:255). Gagasan ini muncul karena adanya kebutuhan untuk
merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern ini pada umumnya
dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau Konsensus, sebagai berikut:
1 Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or
general acceptance of the same philosophy of government).
2 Kesepakatan tentang the rule of low sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government).
3 Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan
(the form of institusions and procedures). (Andrews 1968: 2)
Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat menentukan
tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah
yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan melahirkan kesamaan-
kesamaan kepentingan diantara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus
hidup di tengah- tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu, pada suatu masyarakat
untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan
tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai falsafah kenegaraan
atau staatsidee (cita Negara) yang berfungsi sebagai philosofhiscegronslaag dan common
platforms, di antara sesame warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara.
Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah dasar fisafat Negara pancasila.
Lima prinsip dasar merupakan dasar filosofis bangsa negara tersebut adalah:
Kelima prinsip dasar filsafat negara tersebut merupakan dasar filosofis-ideologis untuk
mewujudkan cita-cita ideal dalam bernegara yaitu:
Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan
hokum dan konstitusi. Kesepakatan ini sangat principal karena dalam setiap negara harus ada
keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan
atas rule of law. Dalam istilah The Rule of Low berbeda dengan istilah The Rule by Low. Dalam
istilah terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau
hanya sebagai alat sedangkan kepemimpinan tetap berada di tangan orang atau manusia yaitu
The Rule of Man by Law. Dalam pengertian demikian hukum dapat dipandang sebagai suatu
kesatuan sistem uang puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang yang disebut
konstitusi, baik itu dalam arti naskah yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dari pengertian
ini kita kenal istilah Constitusional State yang merupakan salah satu ciri penting Negara
demokrasi modern. Oleh karena itu kesepakatan tentang sistem aturan sangat peting sehingga
konstitusi tidak berguna karena ia sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen yang mati hanya
bernilai sematik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
C. Konstitusi Negara
Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar
(UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara
bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.
Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis adalah
Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-lembaga
kenegaraan dan semua hak asasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga tersebar di
berbagai dokumen, baik dokumen yang relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti
Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi manusia
rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai dokumen
atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris masuk dalam kategori
negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.
Beberapa sarjana mengemukakan pandangannya mengenai jenis tugas atau kewenangan itu,
salah satu yang paling terkemuka adalah pandangan Montesquieu bahwa kekuasaan negara itu
terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara ketat. Ketiga jenis kekuasaan
itu adalah :
Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau dipisahkan di dalam
konstitusi dikemukakan oleh van Vollenhoven dalam buku karangannyaStaatsrecht over Zee.
Ia membagi kekuasaan menjadi empat macam yaitu :
1 Pemerintahan (bestuur)
2 Perundang-undangan
3 Kepolisian
4 Pengadilan.
Van Vollenhoven menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan karenanya perlu dipecah
menjadi dua jenis kekuasaan lagi yaitu kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan kepolisian.
Menurutnya kepolisian memegang jenis kekuasaan untuk mengawasi hal berlakunya hukum
dan kalau perlu memaksa untuk melaksanakan hukum.
Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa jenis kekuasaan negara yang diatur dalam suatu konstitusi itu umumnya terbagi atas
enam dan masing-masing kekuasaan itu diurus oleh suatu badan atau lembaga tersendiri yaitu:
Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-
hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang
lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan
penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat
membawa perubahan yang besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara
yang demokratis berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi merupakan suatu hal
yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan negara yang
diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat.
Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi
itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi
adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena dan bersifat
sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka.
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek ketatanegaraan di
dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah bahwa apabila suatu
konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku secara keseluruhan
(penggantian konstitusi). Sistem ini dianut oleh hampir semua negara di dunia. Sistem yang
kedua ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli tetap berlaku.
Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi yang asli tadi.
Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kalidisahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18Agustus 1945. Dalam tata susunan
peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan tertinggi. Menurut
jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada
dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar
1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang diIndonesia telah
berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai berikut:
1 Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri
dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan paralihan, 2
ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
2 Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS terdiri
atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
3 Oeriode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146 pasal,
dan beberapa bagian.
4 Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.
• Amandemen konstitusi
• Pembaruhan konstitus
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau
sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian yang
diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaruhi konstitusi
negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip negara demokrasi. Dengan adanya
amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita diharapkan semakin baik dan lengkap
meyesuikan dengan tuntutan perkembangan dan kehidupan dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia juga haus mampu
menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu dilakukan perubahan
terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa pemerintahan presiden soeharto belum
pernah dilakukan perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh MPR pada siadang umum
MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999. Amandemen atas UUD 1945
dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali.
Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta 3 pasal aturan
peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya beberapa
ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku adalah ketentuan-
ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan 12 bagian yang tak terpisahkan dari UUD
negara republik indonesia tahun 1945.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945 menjadi lebih
lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan pasal yang diubah dari
perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun jumlah nomor pasal tetap yaitu 37 tidak
termasuk aturan peralihan dan aturan tambahan. Perubahan diakukan dengan cara menambahkan
huruf A, B, C, dan seterusnya setelah nomor pasal (angkanya). Misalnya pasal 28, kemudian
pasal 28A, pasal 28B dan seterusnya.
Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara Indonesia adalah
kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD
1945 yang menyatakan “ Negara Indnesia ailah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah republic bukan monarki
atau kerajaan. Yang tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Negara
Indonesia ialah Negara Kesaruan, yang berbentuk republik”. Berdasarkan pasal tersebut dapat
diketahui bahwa “ kesatuan” adalah bentuk Negara, sedang “republik” adalah bentuk pemerintah.