Disusun oleh:
dr. Nur’aini Fatmawati
Pendamping:
dr. Nanda Permatasari
dr. Nur Lailaturriza
Alergi -, diare-
4. Riwayat Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : -
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Status generalis:
– Keadaan umum: lemas, tampak sakit sedang
– Kesadaran: Compos mentis
Vital Sign:
– TD= 100/60 BB: 11 kg
– Suhu= 37.9
– Nadi = 106x/menit
– Respirasi = 21x/menit
Bentuk : Normocephali
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Icterik (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (-), faring hiperemis (-),
Telinga : Normal
Leher : deviasi (-), pembesaran KGB (-),
thorax
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris,
Auskultasi
Jantung : S1S2 reguler,murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler / vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus menigkat
Palpasi : Nyeri tekan (-). Hepar dan
lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani
Ekstermitas
Akral HKM
Oedem (-/-)
CRT < 2’
8. Lain-lain :
Daftar Pustaka :
Simadibrata M. Diare akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD
FKUI; 2006;408-13.
Setiawan B. Diare akut karena infeksi. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat
Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and Constipation. Dalam: Kasper, Braunwald, Fauci,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
Carter E, Bryce J, Perin J, and Newby H. Harmful practices in the management of childhood
diarrhea in low and middleincome countries: a systematic review. BMC Public Health.
2015; 15:788.
WHO, 2009. Buku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit
Karen, et al, 2018. NELSON Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi Update Keenam. Elsevier
Singapore.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan
Indonesia 2017.
Traveller's Diarrhea. Bull Soc Pathol Exot 1998;91(5 Pt 1- 2):452-5. Diakses pada
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id pada tanggal 1-11-2018 pukul 13.00
Subagyo B, dkk. Buku Ajar Gartroenterologi Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010.
Sukardi, Iskandar J., William, 2013. Manifestasi Klinis Diare Akut Pada Anak Di RSU Provinsi
IDAI, 2014 Diagnosis Dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. UKK Alergi Imunologi UKK
Hasil Pembelajaran :
1. Memahami Diagnosis Penyakit Diare
2. Memahami Tatalaksana Penyakit Diare
BAB 1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. Q
No. RM : 200680
Umur : 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status :-
Pekerjaan :-
Alamat : Blimbing Gudo Jombang
Tanggal Pemeriksaan : 9 Desember 2019
II. SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama : BAB cair
III. OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Status generalis:
– Keadaan umum: lemas, tampak sakit sedang
– Kesadaran: Compos mentis
Vital Sign:
– TD= 100/60 BB: 11 kg
– Suhu= 37.9
– Nadi = 106x/menit
– Respirasi = 21x/menit
– Bentuk : Normocephali
– Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Icterik (-/-)
– Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
– Mulut : Bibir kering (-), faring hiperemis (-),
– Telinga : Normal
– Leher : Deviasi (-), pembesaran KGB (-),
Thorax
– Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris,
– Auskultasi
Jantung : S1S2 reguler,murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler / vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus menigkat
Palpasi : Nyeri tekan (-). Hepar dan lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani
Ekstermitas
Akral HKM
Oedem (-/-)
CRT < 2’
Objektif
Pemeriksaan Fisik
Status generalis:
– Keadaan umum: lemas, tampak sakit sedang
– Kesadaran: Compos mentis
Vital Sign:
– TD= 100/60 BB: 11 kg
– Suhu= 37.9
– Nadi = 106x/menit
– Respirasi = 21x/menit
– Bentuk : Normocephali
– Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Icterik (-/-)
– Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
– Mulut : Bibir kering (-), faring hiperemis (-),
– Telinga : Normal
– Leher : Deviasi (-), pembesaran KGB (-),
Thorax
– Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris,
– Auskultasi
Jantung : S1S2 reguler,murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler / vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus menigkat
Palpasi : Nyeri tekan (-). Hepar dan lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani
Ekstermitas
Akral HKM
Oedem (-/-)
CRT < 2’
V. ASSESTMENT
Diare Cair Akut
VI. PLANNING
a. Diagnostik (PDx) : DL
b. Terapi (PTx)
o Farmakologis :
Pemasangan infus set
Medikamentosa :
Inf. KAEN 3B 250cc/2 jam 500cc/6 jam 750 cc/24 jam
Inj. Ondancetron 3x1/3 amp
Oral:
Zink 1x1
L bio 1x1
o Non Farmakologis :
Edukasi orangtua pasien dan keluarga tentang penyakitnya, penyebabnya, pencegahan
kekambuhan, prognosisnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat akibat makanan dan
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam).7
2.1.2 Etiologi
infeksi virus pada usus besar. Jenis-jenis virus tersebut meliputi rotavirus, norwalk,
Alergi makanan.
Intoleransi fruktosa (pemanis alami pada madu dan buah-buahan) dan intoleransi
laktosa (zat gula yang terdapat pada susu dan produk sejenisnya).
meliputi:
Radang pada saluran pencernaan, seperti pada penyakit Crohn, kolitis ulseratif, atau
kolitis mikroskopik.
2.1.3 Epidemiologi
informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2017 dari Kemenkes RI, jumlah kasus diare
seluruh Indonesia adalah sekitar 7 juta, dan paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat
2.1.4 Patofisiologi
1. Diare sekretorik :
Rangsangan tertentu misalnya salah satu contohnya adalah toksin pada dinding usus akan
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus sehingga dapat
meningkatan isi rongga usus dan hal tersebut menyebabkan diare sekretorik
2. Diare osmotik :
Makanan atau zat tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
akan meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Kemudian isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
absorbsi pada usus akan berkurang dalam menyerap makanan sehingga makanan belum
terserap dengan sempurna yang akan menyebabkan terjadinya diare. Dan apabila
peristaltik pada usus menurun akan memicu pertumbuhan bakteri tumbuh berlebihan
Diare Akut
Diare Kronik
• Imunodefesiensi /Imunosupresi
2.1.7 Pemeriksaan
Cari: 7
- Letargis/kesadaran berkurang
- Mata cekung
- Haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
- Perut kembung
11
Sumber : http://sehatnegeriku.kemkes.go.id
Diare Cair
Tanda dan Rotavirus ETEC Vibrio cholerae
Gejala
Mual dan + + +
muntah
Panas + + +
Nyeri perut + + +
Gejala lain Tanpa disertai
tenesmus, dehidrasi
FESES
Cotrimoxazole
Trimtroprin
10mg/kgBB/hari dan
Sulfametoksazol
50mg/kgBB/hari dibagi
2 dosis selama 5 hari
Disentri (diare lendir darah)
Etiologi Gejala, tanda, diagnosis Terapi
2.1.9 Terapi7
Berikan zink
Lanjutkan ASI/makanan
Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 - 200 ml air
Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
Berikan tablet Zinc selama 10 hari. Setelah 3 jam: Ulangi penilaian dan klasifikasikan
Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang
Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah untuk
Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak:
Pemberian Makan
Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen yang penting
dalam tatalaksana diare. ASI tetap diberikan meskipun nafsu makan anak belum membaik,
pemberian makan tetap diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau lebih. Jika anak biasanya
tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi (yaitu memulai lagi pemberian ASI
setelah dihentikan) atau beri susu formula yang biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan
atau lebih atau sudah makan makanan padat, beri makanan yang disajikan secara segar
Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan kacang-
kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2 sendok teh minyak sayur
Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk penambahan
kalium. Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari.
Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per harinya
selama 2 minggu.
Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba. Periksa kembali anak
setiap 15 - 30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat.
Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum: biasanya sesudah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet Zinc sesuai dosis dan jadwal yang
dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan
Dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan
penanganan.
Rujuk segera untuk pengobatan intravena. Jika anak bisa minum, beri ibu larutan
oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan. Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut:
beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg). Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
Jika anak muntah terus menerus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat.
Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan intravena
Catatan:
Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan
bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral.
Campylobacter jejuni
2.1.11 Komplikasi7
1. Hipokalemi
2. Kejang
3. Syok hipovolemik
4. Gagal ginjal
5. Demam tinggi
6. Sindroma hemolitik-uremik
2.1.12 Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan tergantung pada
2.1.13 Pencegahan
Untuk mengatasi penyakit diare, berikut tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa
3. Memberikan obat Zinc yang tersedia di apotek, Puskesmas, dan rumah sakit.
Diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti.
Zinc dapat mengurangi parahnya diare, mengurangi dursi dan mencegah berulangnya
4. Memberikan cairan rumah tangga, seperti sayur, kuah sup, dan air mineral.
7. Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari (pagi, siang, maupun malam hari). Jangan berikan makanan atau minuman
8. Bayi berusia 6-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, mulai memberikan Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, dan pisang.
9. Balita umur 9 sampai 12 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan MP ASI lebih padat
11. Balita umur 12 sampai 24 bulan: teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga
makan orang dewasa. Berikan pula makanan selingan kaya gizi 2x sehari di antara
waktu makan.
Etiologi:
Klasifikasi:
BAB cair,bau asam, pantat merah, ampas sedikit, tinja berbuih, BAB nyemrpot, perut
kembung, muntah.
Apabila terjadi defisiensi laktase baik primer maupun sekunder, laktosa tidak bisa
dipecah menjadi bentuk yang bisa diserap, sehingga laktosa akan menumpuk. Laktosa
merupakan sumber energi yang baik untuk mikroorganisme di kolon, dimana laktosa akan
difermentasi oleh mikroorganisme tersebut dan menghasilkan asam laktat, gas methan (CH4)
dan hidrogen (H2). Gas yang diproduksi tersebut memberikan perasaan tidak nyaman dan
distensi usus dan flatulensia. Asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme tersebut aktif
secara osmotik dan menarik air ke lumen usus, demikian juga laktosa yang tidak tercerna
juga menarik air sehingga menyebabkan diare. Bila cukup berat, produksi gas dan adanya
diare tadi akan menghambat penyerapan nutrisi lainnya seperti protein dan lemak. 15
molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan enzim proteolitik. Pada pemurnian
alergen pada ikan diketahui allergen-M sebagai determinan walaupun jumlahnya hanya
sedikit. Pada telur ovomukoid diketahui merupakan alergen utama. Betalaktoglobulin (BLG),
Alflalaktalbumin (ALA), Bovin Serum albumin (BSA) dan Bovin gama globulin (BGG)
merupakan alergen utama dalam susu sapi diantaranya BLG adalah alergen yang paling kuat.
Protein kacang tanah yang terpenting sebagai alergen adalah arachin dan conarachin,
sedangkan pada pemurnian ditemukan alergen yang disebut sebagai Peanut-1 suatu
glikoprotein dengan berat molekul 180.000 dalton. Pemurnian pada udang mendapatkan
Allergen-1 dan Allergen-2 masing-masing dengan berat molekul 21.000 dalton dan 200.000
dalton. Albumin, pseudoglobulin dan euglobulin adalah alergen utama pada gandum.
Umumnya Susu sapi adalah alergen pertama pada bayi, sekali respons IgE terhadap
susu sapi terjadi Proses akan berlanjut dalam kehidupan bayi Sensitisasi terhadap protein
Pada paparan awal, alergen makanan akan dikenali oleh sel penyaji antigen untuk
selanjutnya mengekspresikan pada sel-T secara langsung atau melalui sitokin. Sel-T
tersensitisasi dan akan merangsang sel-B menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai sel-sel
pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang pada kebanyakan
Pada anak-anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak selanjutnya mengadakan
sensitisai sel mast pada saluran cerna, saluran nafas dan kulit. Bayi yang sangat atopi juga
mendapat sensitisasi melalui susu ibu terhadap makanan yang dikonsumsi ibu. Bayi-bayi
dengan alergi awal terhadap satu makanan misalnya susu, juga mempunyai resiko yang tinggi
untuk berkembang menjadi alergi terhadap makanan lain. Pembuatan antibodi IgE dimulai
sejak paparan awal dan rupanya berlanjut walaupun dilakukan diet eliminasi.
Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin mempunyai
berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya netrofil
dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya
komplek imun akan menarik netrofil. Kombinasi alergen dengan IgE pada sel mast bisa
terjadi pada IgE yang telah melekat pada sel mast atau komplek IgE-Alergen terjadi ketika
IgE masih belum melekat pada sel mast atau IgE yang telah melekat pada sel mast diaktifasi
oleh pasangan non spesifik, akan menimbulkan degranulasi mediator. Gejala klinis yang
timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan jaringan yang ditimbulkannya.
Intoleransi Laktosa
Definisi Gejala klinis akibat tidak terhidrolisnya laktosa secara optimal di
dalam usus halus akibat enzim laktase yang berkurang.
Riwayat Laktosa merupakan kandungan terbanyak pada ASI dan susu
formula, sehingga riwayat perubahan pola pemberian ASI/susu
formula penting ditanyakan.
Etiologi Primer (idiopaatik) atau sekunder (riwayat diare terutama akibat
rotavirus).
Gejala dan Tanda Diare, perut kembung, nyeri perut, muntah, sering flatus, merah
disekitar anus, tinja berbau asam, berbuih.
Pemeriksaan penunjang Hidrogen breath test
Tatalaksana Pencegahan dehidrasi
ASI tetap dilanjutkan
Hentikan susu formula, pertimbangkan pemberian susu formula
bebas laktosa
Sumber: rekomendasi IDAI 2010. 12
M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
2. Setiawan B. Diare akut karena infeksi. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat
7. WHO, 2009. Buku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi
8. Karen, et al, 2018. NELSON Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi Update Keenam.
Elsevier Singapore.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Pusat Data dan Informasi. Profil
12. Subagyo B, dkk. Buku Ajar Gartroenterologi Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2010.
13. Sukardi, Iskandar J., William, 2013. Manifestasi Klinis Diare Akut Pada Anak Di
16. IDAI, 2014 Diagnosis Dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. UKK Alergi Imunologi