Anda di halaman 1dari 3

TUGAS SEMINAR

DRAFT SINGKAT MAKALAH PENELITIAN


Dosen Pengampuh:
Dr. H. Asmadi M. Noer, M.Sc

Nama: Affan Hafidz


NIM: 1910246991

Pembelajaran sains diharapkan dapat menghantarkan peserta didik memenuhi Keterampilan abad
21. Salah satu Keterampilan yang diperlukan pada abad 21 adalah Keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis penting bagi perkembangan peserta didik dan merupakan keterampilan
yang berharga untuk hidup di tengah masyarakat (Danczak dkk., 2017). Perkembangan Keterampilan
berpikir kritis peserta didik perlu senantiasa dievaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan sebagai bahan telaah reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Materi ikatan kimia merupakan salah satu materi pada mata pelajaran Kimia di jenjang
SMA/SMK/MA yang diajarkan di kelas X Peminat IPA. Konsep dari materi ikatan kimia sendiri
merupakan konsep yang abstrak yakni konsep yang tidak memiliki contoh yang jelas sehingga sukar
menemukan contoh dan non-contoh [ CITATION Har13 \l 1057 ]. ditinjau dari reprentasi kimia, ikatan
kimia berada pada level submikroskopik, yakni pada tingkat dinamika partikel (dalam skala atom, ion)
dan dalam mempelajarinya membutuhkan multirepresentasi [ CITATION Chi07 \l 1057 ]. Hal ini
membutuhkan pemahaman dan Keterampilan berpikir peserta didik, sehingga dapat memahami materi
yang diajarkan, khususnya pada materi ikatan kimia. Bahan ajar merupakan salah satu fasilitas yang
mampu menjelaskan tentang konsep materi tersebut sebagai penuntun sehingga mudah difahami oleh
peserta didik, salah satunya adalah menggunakan E-LKPD.
. LKPD adalah semacam materi pembelajaran tercetak yang disiapkan dan sering digunakan
oleh pendidik untuk membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai dengan
memberikan respon yang bermanfaat tentang tujuan pembelajaran (Kaymakcı, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ganis Yoga dan Suparman (2019) mengindikasikan
bahwa minimnya guru dalam menggunakan bahan ajar E-LKPD dikarenakan ketersediaan E-LKPD
disekolah hanya berupa E-LKPD keluaran percetakan atau penerbit yang berisi soal-soal yang masih
bersifat konvensional, dimana peserta didik diberikan soal dan disuruh menjawab sesuai Keterampilan
peserta didik, dengan kata lain E-LKPD yang tersedia tidak mampu membuat aktif peserta didik dan
mencari informasi dalam belajar serta kurangnya menstimulus Keterampilan berpikir kritis peserta
didik.
Guru memerlukan model pembelajaran dan bahan ajar yang dapat menstimulus Keterampilan
berpikir kritis. Selain itu, berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Nurul hidayah dan suparman
dalam jurnalnya yang berjudul “ Analisis Kebutuhan E-LKPD untuk Menstimulus Keterampilan
Berpikir Kritis” menyimpulkan bahwa dibutuhkan bahan ajar berdasarkan karakteristik dan kehidupan
nyata sesuai dengan peserta didik yakni berupa E-LKPD yang dapat menstimulus Keterampilan berpikir
kritis peserta didik. Menurut Penelitian lain yang dilakukan oleh Candra Apriyanto dkk (2019) bahwa
banyaknya Lembar kerja peserta didik hanya tersedia di buku paket saja dan terkadang lembar kerja
tersebut hanya berupa penyajian yang sederhana. Berdasarkan masalah diatas, maka diperlukannya
pengembangan terhadap konten E-LKPD yang mempermudah pemahaman peserta didik dan menarik
serta mampu meningkatkan Keterampilan befikir kritis peserta didik, salah satunya yakni
mengembangkan E-LPKD berbasis program CoRT.

Program CoRT dianggap yang paling terkenal di antara program pemikiran di seluruh dunia.
Program CoRT menampilkan cara untuk membantu peserta didik dengan berbagai Keterampilan untuk
menggunakannya secara efektif dalam situasi akademik dan pribadi. Dengan kata lain, Program ini
membantu semua peserta didik termasuk peserta didik dengan kebutuhan khusus dan peserta didik yang
berisiko (De Bono, 1998). dalam program CoRT fokusnya adalah pada berkembang mudah penggunaan
keterampilan oleh latihan sering berpikir; dengan demikian, argumentasi tampaknya tidak menjadi
masalah besar bagi berkembang Keterampilan berpikir. Dingli (2001) menunjukkan bahwa mempelajari
keterampilan CoRT membantu peserta didik dengan Keterampilan berbeda untuk belajar untuk
mendapatkan prinsip-prinsip yang cocok untuk pendidikan jangka panjang dan juga untuk menghadapi
perubahan cepat pada abad ke-21. Selain itu, Moseley, Elliott, et al. (2005) menjelaskan bahwa program
CoRT mengajarkan seperangkat "proses" pemikiran yang didefinisikan oleh untuk berpikir kreatif dan
kritis.

Dalam pengembangan bahan ajar E-LKPD, diperlukannya media yang mendukung agar mampu
menyampaikan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Nugroho (2005), yakni ada beberapa
permasalahan yang dihadapi sekolah menengah di Indonesia dalam memanfaatkan TI sebagai media
pembelajaran salah satunya adalah Masih kurangnya guru dan sumber daya pengajar yang berkompeten
dalam memanfaatkan TI sebagai media pembelajaran . maka dalam pengembangan E-LKPD tersebut
perlu menggunakan media yang mampu menunjang kebutuhan isi yang ingin dibuat, yakni
menggunakan media Articulate Storyline.

Articulate Storyline dihadirkan sebagai software pembuat media pembelajaran interaktif yang
mudah dan menyenangkan. Tampilannya yang sederhana memungkinkan guru dengan proses
pembuatan media pembelajaran interaktif akan lebih mudah karena dalam pembuatannya tidak
memerlukan bahasa pemrograman. Articulate Storyline dapat digunakan untuk mempoduksi sebuah
media pembelajaran interaktif. Hasil penelitian oleh Frida Gjermeni (2018) menunjukkan bahwa media
articulate storyline salah satu platform yang paling baik dibangun dengan fitur yang tepat untuk
membuat jenis kursus e-learning.

Anda mungkin juga menyukai