Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan ciptaan allah yang maha esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal
pikiran untuk berkarya dimuka bumi.Manusia juga makhluk yang paling menakjubkan,makhluk yang
unik multi dimensi,serba meliputi,sangat terbuka,dan mempunyai potensi yang agung. Al-Quran
tidak menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang selama manusia mempergunakan
akalnya dan karunia tuhan lainnya.Namun kalau manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai
potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya yakni pemikiran (rasio), kalbu,jiwa,raga,serta
panca indera secara baik dan benar,ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan seperti
yang dinyatakan Allah didalam Qur’an: “Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah),punya mata tapi tidak dipergunakan untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah ),punya telinga tapi tidak mendengar (ayat-ayat ALLAH).Mereka
(manusia yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari
binatang.”(QS. AL-A’raf:179).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu hakekat manusia?


2. Bagaimana caranya agar kita dapat menjadi manusia yang Bermartabat sesuai dengan ajaran
islam?
3. Hal apa yang harus kita jadikan pedoman dalam memikul suatu tanggung jawab?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang ilmu
keagamaan, mengenai HAKEKAT,MARTABAT DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA dimuka bumi ini
dan juga salah satunya untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan Agama Islam
Tahun Akademik 2019/2020.

1.4 Pendahuluan

A.Pemabahasan

1. HAKEKAT MANUSIA

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Allah yang paling sempurna di antara makhluk
lainnya.Manusia mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:

1.Manusia mampu bergerak dalam berbagai ruang,baik di darat dan di laut maupun di udara;
2.Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik (akal) dan berbuat yang tidak baik (nafsu)

3.Manusia memegang amanah sebagai khalifah di bumi;

4.dan sebagainya.

Kelebihan-kelebihan manusia dari makhluk lainya disebutkan oleh allah dalam AL QUR’AN surah
At-Tin/95:4

Firman Allah dalam ayat AL qur’an tersebut, dapat diketahui dan dipahami bahwa manusia lebih
sempurna bila dibandingkan makhluk lainnya. Hal itu, berarti manusia mempunyai proses
penciptaan dan karakteristik yang berbeda dari makhluk lainnya.Karena itu,akan diuraikan proses
penciptaan manusia sebagai berikut.

Proses penciptaan manusia disebutkan didalam AL qur’an di antaranya: surah AL-Mu’minun: 12-16
Ayat Al qur’an dimaksud,menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah Swt dari intisari tanah yang
dijadikan nutfah dan disimpan di tempat yang kokoh. Kemudian, nutfah dijadikan darah beku, darah
beku dijadian mudghah. Mudghah dijadikan tulang, tulang dibalut dengan daging dan kemudian
berproses menjadi suatu makhluk yang disebut embrio manusia.

Selain itu, Al qur’an surah al-sajadah: 7-9 mengungkapkan bahwa sesudah proses embrio kejadian
manusia mempunyai bentuk, Allah Swt meniupkan ke dalamnya ruh dan dijadikan baginya
pendengaran, dan perasaan selanjutnya, Nabi Muhammad menjelaskan bahwa ruh itu dihembuskan
oleh Allah Swt ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nutfah, 40 hari darah beku,
dan 40 hari mudghah.

Konsep manusia berdasarkan ayat-ayat Al qur’an dan Alhadis di atas, menunjukkan bahwa manusia
terdiri dari dua unsur,yaitu unsur materi dan unsur non materi. Tubuh manusia berasal dari tanah
dibumi dan roh berasal dari subtansi non materi di alam gaib. Yang menarik perhatian dari
perkembangan penciptaan manusia seperti dijelaskan oleh ayat-ayat Al qur’an dan Al hadist tersebut
adalah masuknya roh atau jiwa ke dalam kandungan (alam rahim). Roh atau jiwa masuk setelah janin
berumur empat bulan

Janin Selama empat bulan di dalam kandungan belum mempunyai roh. Karena itu, janin baru
merupakan tubuh yang hidup dan belum merupakan manusia yang sebenarnya. Bila konsep pengertian
manusia adalah makhluk berfikir, maka sebelum masuknya roh yang mempunyai daya berfikir, janin
selama empat bulan itu, baru merupakan calon manusia. Selama empat bulan itu, baru merupakan
calon manusia. Selama empat bulan itu janin belum dapat disebut manusia yang sebenarnya, melainkan
hanya dapat disebut embrio manusia selain itu, dapat diketahui bahwa yang membuat janin hidup dan
berkembang dalam kandungan bukanlah roh sebenarnay telah ada, melainkan hayat atau kehidupan
yang berasal dari hayat yang terdapat dalam nutfah. Hayat inilah yang membuat janin berkembang di
dalam kandungan.Dengan demikian manusia dalam konsep ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Saw yang sebenarnya tersususn dari tiga unsur,yaitu: tubuh, hayat, dan roh .Bila hayat telah tak ada,
tubuh juga mati, dan roh meninggalkan tubuh yang mati itu. Disini menunjukkan bahwa roh berpisah
dari tubuh dan pergi kea lam gaib atau biasa disebut alam barzah menunggu hari perhitungan di
lapangan Allah Swt.
Karakteristik manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling sempurna, yang membedakkan makhluk
lainnya adalah roh manusia yang mempunyai dua daya,yaitu daya fikir yang disebut akal dan daya rasa
yang disebut kalbu (dalam Bahasa arab disebut qalbu). Ke dua daya itu dapat dikembangkan dan
dipertajam melalui prosedur hukum yang telah ditetapkan oleh dipertajam melalui prosedur hukum
yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al qur’an dan Al hadist sebagai kewajiban yang mesti
dilaksanakan oleh manusia.

Daya rasa dipertajam melalui ibadat khusus dan ibadah umum berdasarkan ajaran agama islam. Daya
fikir yang berpusat di kepala yang biasa disebut akal akan dapat dipertajam melalui perenungan,
diantaranya: terhadap terjadinya pergantian siang dan malam, penciptaan makhluk lainnya di alam ini,
kehidupan makhluk dalam bentuk ekologi.

Setiap makhluk di dunia ini telah dibekali oleh Allah bentuk dan fungsi orgn tubuh yang diperlukan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupanya. Menyesuaikan diri dimaksud, merupakan
salah satu sifat makhluk hidup untuk mempertahankan eksistensinya. Sedangkan keberhasilanya
ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki makhluk tersebut.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisme, dieprlukan adanya hubungan timbal balik
(interaksi) antara kelompok-kelompok organisme dan interaksi antara organisme dengan lingkungan
hidupnya. Ilmu yang mempelajari interaksi antara makhlkuk hidup dengan lingkungan hidup disebut
ekologi. Di dalam ekologi, kelompok-kelompok organisme mempunyai perbedaan beberapa tingkatan
sebagai berikut.

1) Spesies,adalah kelompok organisme yang memiliki struktur dan funsgi yang sama serta dapat
menghasilkan keturunan yang sifatnya sama dan subur (fertil)
2) Populasi, adalah kumpulan spesies yang sam dan hidup di suatu tempat tertentu
3) Komunitas, adalah kumpulan populasi spesies yang berbeda, hidup bersama-sama disuatu
tempat tertentu, dan saling mengadakan interaksi.Dalam hal ini dapat diambil contoh sebuah
komunitas sawah yang terdiri atas populasi burung pipit, dan populasi tanaman padi,populasi
belalang,populasi belalang,populasi burung pipit, dan populasi mikro organisme pembusuk atau
perombak yang hidup di sawah tersebut.

Tingkatan-tingkatan organisme tersebut,tampak beberapa populasi organisme yang hidup


dalam satu komunitas yang dinamakan komunitas biotik; artinya komunitas yang terdiri atas
berbagai jenis makhluk hidup. Selain itu,dalam komunitas terdapat pula zat-zat yang tidak
memiliki sifat-sifat kehidupan (abiotik) tetapi diperlukan oleh makhluk hidup, seperti :
air,tanah,garam,udara,cahaya,dan sebagainya.

Interaksi yang terjadi antara populasi organisme (faktor biotik) yang dinamakan ekosistem.
Kelangsungan eksistensi ekosistem dari suatu komunitas, dikontrol oleh system umpan balik
antara komponen yang terdapat dalam komunitas tersebut.Apabila system umpan balik ini
mengalami gangguan, misalnya oleh zat-zat yang dapat menimbulkan pencemaran,maka
ekosistem komunitas akan terganggu pula keseimbanganya.

Manusia sebagai makhluk Allah yang diberi akal dan memiliki kebijaksanaan,merupakan pula
bagian dari ekosistem di tempat hidupnya. Didalam aktivitas kehidupan sehari-hari,manusia
bukan saja mempengaruhi pula oleh lingkungan hidupnya.Karena itu,bila aktivitas kehidupan
manusia tidak menyebabkan terputusnya rantai interaksi di antara komponen-komponen
ekosistem lingkungan,maka keadaan ini akan menguntungkan kehidupan manusia dan makhluk
lain yang hidup bersama dalam satu lingkungan, terdapat kehidupan yang sifatnya saling
membtuhkan. Bila keadaan ini terjadi pada suatu komunitas, maka komunitas tersebut akan
memiliki ekosistem yang stabil dan atau hubungan timbal balik antara makhluk-makhluk Allah
berlansung secara harmonis. Hal itu, diungkapkan oleh Allah berlangsung secara harmonis. Hal
itu, diungkapkan oleh Allah dalam surah A basa ayat 24 sampai 32 sebgai berikut.

Ayat Al qur’an tersebut,menunjukkan bahwa manusia yang hidup di tengah-tengah alam semesta
terdorong untuk memikirkan dan merenungkan eksistensinya sebagai bagian dari system kehidupan
alam dalam suatu keyakinan kepada eksistensi Tuhan sebagai sumber pencarian hakekat Tuhan
bukan suatu hal yang baru dipikirkan oleh manusia,baik melalui perenungan filosofis maupun
melalui bimbingan wahyu. Namun, pemaknaan dan penempatan pemikiran kepada Tuhan dapat
menyebabkan manusia cenderung kepada rasionalisme, irrasioalisme,modernisme,
tradisionalisme,dan fatalisme.

Pendekatan terhadap tuhan dikalagan masyarakat muslim sering mengusik kesadaranya. Artinya
dalam situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan,Tuhan dianggap hanya sebagai
pelarian.Karena itu, pengenalan terhadap tuhan dianggap hanya sebagai pelarian. Karena itu,
pengenalan terhadap tuhan, bahkan terhadap agama secara umum, sering kali menjadi persoalan
yang hanya bersangkutan dengan makna rohaniah atau ritual budaya; Tuhan hanya menjadi
persoalan yang bersifat pribadi Hal itu, mengandung implikasi terhadap pola berfikir.Tuhan dianggap
sebagai satu segi dari sekian segi kehidupan manusia yang sama sekali terpisah dari keseluruhan
konteks kehidupannya.

Uraian tersebut, dapat dipahami bahwa kedudukan Allah adalah sebagai sumber; manusia
sebagai susunan ruang subyek dan obyek kehidupan ; dana lam semesta sebagai susunan ruang
gerak manusia yang tertata dalam suatu struktur pemikiran komporehensip yang membentuk pola
dasar pemikiran yang Islami berdasarkan Al qur’an dan Alhadis.

Allah ditempatkan sebagai titik berangkat yang memberi warna bagi perjalanan yang hendak
ditempuhnya. Manusia sebagai pelaku hidup yang memiliki makna fisial dan spiritual yang
mempunyai peran dan tugas yang dipikulnya, senantiasa berdiri dalam konsep keilahian. Lain halnya
alam semesta adalah bagian dari kehidupan manusia yang memberi ruang, alat dan sarana bagi
pencapaian tujuan kehidupan manusia di alam dunia menuju titik akhirnya, yaitu keridhaan Allah
Swt. Karena itu, segala aktivitas perilaku manusia di dalam kehidupanya merupakan suatu totalitas
antara kehidupan di dunia dengan kehidupan di akhirat.

B.Hakekat dan Martabat Manusia


Hakekat dan martabat manusia dalam ajaran agama tauhid tersususn dari dua unsur, yaitu materi
dan non materi, jasmani dan ruhani. Tubuh manusia mempunyai daya fisik atau jasmani, yaitu
mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak, baik ditempat seperti
menggerakan tangan, kepala, kaki, mata dan sebagainya, maupun pindah ketempat, seperti pindah
tempat duduk, keluar rumah dan sebgainya. Sedangkan roh atau jiwa yang berasal dari non materi
yang biasa disebut al-nafs mempunyai tiga daya, yaitu: (1) daya fikir yang disebut akal berpusat
dikepala, (2) daya rasa didada berpusat di kalbu, dan (3) daya nafsu berpusat di perut. Ketiga daya
dimaksud akan mengalami perkembangan dan penurunanya sesuia kemampuan manusia mengolah
daya-daya dimaksud. Hal itu, diuraikan sebagai berikut.

Pertama, (1) daya pikir atau akal yang berpusat di dalam ajaran islam dipertajam melalui
perenungan alam semesta dan kejadian-kejadian yang ada di dalam ini.Karena itu, di dalam sejarah
islam daya pikir dipertajam oleh candekiawan dan filosof islam melalui dorongan ayat-ayat kauniah:
ayat-ayat mengenai kosmos, yang mengandung perintah kepada manusia agar memikirkan dan
meneliti alam sekitarnya. Ulama-ulama klasik banyak melaksanakan perintah ini dan mengembara
ke tempat-tempat jauh untuk meneliti dan mencari pengetahuan yang bukan hanya di bidang
agama saja, melainkan juga dalam bidang-bidang lain. Pemikiran dan penelitian mereka
menghasilkan ilmu pengetahuan keagamaan yang diwarisi oleh generasi-generasi sesudahnya dan
ilmu pengetahuan keduniaan yang sekarang disebut dengan naama sains. Berdasarkan hasil
penemuan mereka maka munculah peradaban islam yang berkembang dengan baik antara abad ke
delapan dan abad ke tiga belas Masehi.

Al qur’an membicarakan mengenai akal dan hati nurani manusia. Kepada akal diperintahkan untuk
berfikir, selain melalui ayat-ayat kosmos, juga melalui ajaran-ajaran yang argumentasinya terdapat
dalam ayat-ayat Al qur’an. Hal inilah yang membuat penulis perancis Edward Montet menyatakan:
“Islam adalah agama yang pada dasarnya rasionalistis dalam arti seluas-luasnya. Rasionalistis dalam
arti system yang berdasarkan keyakinan-keyakinan pada prinsip-prinsip yang ditunjang oleh rasio

Kedua (2) daya rasa pada kalbu yang berpusat di dada dipertajam melalui ibadah (shalat, puasa,
zakat, dan haji). Hal itu berarti intisari kepada Allah yang Mahasuci. Ibadah adalah latihan untuk
mensucikan ruh atau jiwa. Karena itu, makin banyak manusia melakukan ibadah secara ikhlas, makin
suci pula ruh atau jiwanya.
Selain ibadah untuk mempertajam hati nurani di atas, Al qur’an juga berbicara ajaran-ajaran moral
yang juga terdapat di dalam hadis. Ajaran yang dibawa oleh Al qur’an menurut Tor Andre, seorang
penulis Barat, mempunyai corak kesediaan menolong orang, serta berterima kasih kepada orang
tua, sikap damai, sikap tidak kikir, tidak melakukan zina, tidak bersumpah palsu, tidak tuli dan buta
terhadap teguran-teguran untuk kebaikan, menjadi teladan yang baik bagi manusia dan cinta
sesame manusia. Karena itu, peradaban islam tidaklah berdasar hanya pada penalaran akal,
melainkan juga pada hati nurani dengan budi pekerti luhur dan akhlak mulia

Ketiga (3) daya nafsu yang berpusat di perut akan meningkat kekuatanya bila nafsu itu diikuti
kemauanya. Manusia yang mengikuti hawa nafsu demikian, akan jatuh derajatnya lebih rendah dari
makhluk binatang. Sebaliknya, manusia yang daya nafsunya mendapat bimbingan dari hati
nuraninya melaui keimananya atau manusia yang mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi lebih
tinggi dearajatnya dari makhluk lainnya termasuk malaikat karena malaikat tidak mempunyai hawa
nafsu sehinngga tidak ada yang membangkan dan/atau melanggar laranagan Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga daya tersebut, yaitu daya pikir di kepala bila dilatih dengan baik akan mempertajam
penalaran. Daya rasa di dada yang berpusat pada kalbu bila di asah dengan baik akan mempertajam
hati nurani. Daya nafsu di perut bila mendapat bimbingan dari hati nurani melalui keimanan akan
menjadi makhluk yang termulia, tetapi bila tidak mendapatkan bimbingan keimanan akan menjadi
makhluk terhina di dunia ini.
Konsep manusia menurut pandangan islam yang disebutkan diatas, berbeda dari konsep
manusia menurut ajaran sekularisme. Konsep manusia menurut ajaran sekuler adalah tersusun dari
tubuh dan roh. Roh dalam konsep ini adalah daya yang berfikir dalam diri manusia. Daya rasa di
dada yang erat hubuganya dengan hati nurani tidak menonjol dalam pengertian ini. Daya fikir di sini
banyak bergantung pada panca indera dan panca indera hubunganya ialah dengan ha-hal yang
bersifat materi karena otak yang berbentuk fisik. Karena itu, dengan matinya manusia maka
selesailah riwayatnya seluruhnya. Yang penting ialah apa yang ada di dunia materi ini. Maka dalam
masyarakat yang memakai filsafat ini kesenangan materilah yang selalu dicari sebanyak mungkin.
Berdasarkan konsep manusia menurut pandangan seluler tersebut. Pendidikan dalam masyarakat
serupa ini memusatkan perhatian pada perkembanfan fisik dan intelek anak didik sehingga akan
muncul manusia-manusia sehat tubuhnya dan tajam penalaranya. Tetapi lemah hati nuraninya.
Terwudulah dalam masyarakat demikian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
yang membawa perubahan-perubahan besar lagi cepat dalam segala aspek kehidupan termasuk
didalamnya aspek agama ddan aspek moral. Hal itu terjadi karena yang dipakai sebagai pembimbing
dan penunjuk jalan hanyalah akal, yang norma kebenaran baginya berbeda dari norma kebenaran
menurut hati nurani. Akibatnya adalah terjadinya kekacauan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Manusia yang demikian telah hilang keseimbangan dan menjadi bingung. Tiap orang dengan
meminjam ungkapan Aldous Huxley telah merupakan pulau dalam dirinya sendiri dan tidak
mempunyai hubungan dengan pulau-pulau lain yang terpencar di samudera kehidupan sosial
masyarakat lainya.
Ke tiga tiga daya atau potensi yang dimiliki oleh manusia dimaksud membutuhkan agama dalam
kehidupanya atau manusia membutuhkan pedoman hidup dalam kehidupanya. Baik kehidupan di
dunia maupun kehidupan di akhirat. Pedoman hidup dimaksud adalah agama. Agama adalah
kebtuhan asasi manusia pernyataan itu didasari oleh firman Allah dalam Al qur’an surat Ar-Rum ayat
30.
Setiap manusia yang lahir di dunia membawa fitrah, bakat, dan instink. Yang paling pertama
dibawa oleh manusia ketika ia lahir adalah fitrah agama, yaitu unsur ketuhanan. Unsur ketuhanan ini
di luar ciptaan akal budi manusia dan merupakan sifat kodrat manusia. Kejadian manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah telah dilengkapi dengan unsur-unsur kemanusiaan, keadilan, kebajikan, dan
sebagainya. Karena itu, sifat-sifat asli, kejadian, kebajikan, dan sebagainya. Karena itu, sifat-sifat asli
kejadian manusia adalah mempunyai kemampuan untuk mengetahui kedudukanya, mengerti
tentang hikmah, kebajikan, dan kekuasaan Allah di dunia.
Kemmpuan pengetahuan manusia dimaksud, ia tidak dapat menjalani kehidupan yang baik atau
mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban manusia, tanpa memiliki
keyakinan-keyakinan yang ideal dan keimanan. Karena itu, tak ada seorang manusia yang tidak
membutuhkan agama dan tidak membutuhkan aturan-aturan sebagai penuntunnya dan pengatur
kepentingan-kepentinganya.
Uraian di atas, menunjukkan bahwa setiap manusia yang tidak memiliki keyakinan yang ideal dan
keimanan, akan menjadi manusia yang sepenuhnya mementingkan diri sendiri, yang tidak melihat
sesuatu kecuali kepentingan-kepentingan pribadinya belaka ataupun akan menjadi seseorang yang
bersifat ragu-ragu, dan tidak mengetahui tugas-tugasna di dalam kehidupan atau moral, sosial, dan
tidak tanggap terhadapnya Jika seorang manusia terkait dengan suatu aliran pemikiran, ideology
dan keyakinan tertentu, maka posisinya sudah jelas. Tetapi bila manusia itu tidak terdisiplinkan oleh
suatu aliran pemikiran atau agama tertentu, ia akan terus menerus bersikap tidak tegas,dan pada
saat-saat tertentu akan ditarik ke berbagai jurusan. Ia akan menjadi perilakunya tak bertujuan sudah
menjadi pengetahuan kebanyakan orang bahwa ada kaitan antara kebutuhan untuk menggaungkan
suatu aliran pemikiran dengan suatu ideologi.
Bila manusia dilihat dari hubunganya dengan agama maka dapat dikatakan bhwa agama yang
dapat membuat manusia menjadi orang beriman yang sebenarnya. Hanya agama yang
memungkinkan mengatasi sifat mementingkan diri sendiri, egoism. Untuk menciptakan sejenis
kesalehan dan keyakinan di dalam pribai-pribadi, yang denganyan mereka menerima sepenuhnya
issu-issu kecil tentang ideology. Pada saat yang sama seorang manusia akan memeluk agama yang
didasari oleh keimananya sehingga menghargai dan mematuhi ajaran agama-nya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa keyakinan keagamaan menyebabkan
pengaruh pengaruh positif yang luar biasa bila dipandang dari kemampuanya untuk menciptakan
kebahagiaan dan kegembiraan atau memperbaiki hubungan-hubungan sosial, atau mengurangi,
bahkan menghapuskan sama sekali kesulitan-kesulitan yang sebelumnya tak terhindarkan di dalam
system kehidupan di dunia ini. Karena itu, pengaruh-pengaruh keyakinan keagamaan yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1) Keyakinan keagamaan mampu menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan. Penciptaan yang
dimaksud adalah sesuatu yang memiliki sasaran yang dirahmati oleh Allah. Karena itu, manusia
memanfaatkan teknologi selama tidak merusak norma-norma llahiyah yang berlaku pada
manusia. Sebagai contoh dapat disebut misalnya ‘bayi tabung’. Bayi tabung tidak melaggar
noma-norma agama bila sperma laki-laki dan sel ovun perempuan berasal dari suami-isteri.
2) Keyakinan keagamaan mampu mewujudkan kemasyarakatan yang sehat, yaitu menghargai hak-
hak asasi manusia, menghargai aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan,menganggap
keadilan sebagai sesuatu yang suci dan menawarkan cinta kepada orang lain.
3) Keyakinan keagamaan mampu memujudkan dalam diri manusia, kekuatan untuk bertahan dan
menjelmakan kepahitan menjadi rasa manis. Seorang beriman tahu bahwa segala sesuatu di
dunia ini berada di dalam suatu pola aturan tertentu yang disebut sunnatullah atau hukum
alam. Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya maqam
merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga merupakan
sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan
spritual dalam beribadah kepada Allah Swt. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau
tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada
tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini
jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba
yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang
paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan
sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada
riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam
tersebut.
4) Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai
berikut:
5) Taubat;
6) Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
7) Merasa miskin diri dari segalanya;
8) Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha
esa;
9) Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
10) Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
11) Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
12) Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
13) Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan
kepadaNya;
14) Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
15) Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang hamba
akan muncul sifat berikut :
16) Ketenangan jiwa;
17) Harap kepada Allah Swt;
18) Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
19) Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
20) Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui beberapa tingkatan maqam
di bawah ini, tetapi melaluinya adalah amalan dzikir pada maqam yang 7 (tujuh), adapun
hasilnya akan dapat di uraikan dengan beberapa maqam sifat, yaitu :
21) Taubat;
22) Zuhud;
23) Sabar;
24) Syukur;
25) Khauf (takut);
26) Raja’ (harap);
27) Tawakkal;
28) Ridha;
29) Muhibbah.

2. BERBAGAI PIKIRAN TENTANG HAKIKAT MANUSIA

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu kala sampai zaman modern sekarang ini
juga belum berakhir dan tak akan berakhir.

Ternyata orang yang menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandangan. Ilmu yang menyelidiki
dan memandang manusia dari segi fisik “ Antropologi Fisik”. Yang memandang manusia dari sudut
pandangan budaya disebut “ Antropologi Budaya”. Sedang yang memandang manusia dari segi “ada”
nya atau dari segi “hakikat”nya disebut “Antropologi Filsafat”. Memikirkan dan membicarakan mengenai
hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu Apa, dari mana dan ke mana
manusia itu.

Berbicara mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yaitu aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran
dualism (gabungan dari kedua aliran pertama dan kedua) dan aliran eksistensialisme.

Aliran serba zat mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat
atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia adalah unsur dari
alam. Maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.

Manusia sebagai makhluk materi, maka pertumbuhanya berproses dari materi juga. Sel telur dari
sang ibu bergabung dengan sperma dari sang ayah, tumbuh menjadi janin, yang akhirnya ke dunia
sebagai manusia. Adapun apa yang disebut ruh atau jiwa pikiran, perasaan (tanggapan, kemauan,
kesadaran, ingatan, khayalan, asosiasi, penghayatan dan sebagainya) dari zat atau materi maka
keperluan-keperluanya juga bersifat materi, ia mendapatkn kebahagiaan,kesenangan dan sebagainya
juga dari materi, maka terbentuklah suatu sikap pandangan yang materialistis. Oleh karena materi itu
adanya di dunia ini, maka pandangan materialistis itu identic dengan pandangan hidup yang bersifat
duniawi, sedagkan hal-hal yang bersifat ukhrawi (akhirat) dianggap sebagai khayalan belaka.

Aliran serba ruh berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah “Ruh”. Juga
hakikat manusia adalah “ruh”. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada ruh di atas dunia ini.

Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati ruang, sehinnga tak dapat disentuh atau dilihat oleh
panca indra. Jadi berlawanan dengan zat yang menempati ruang betapapun kecilnya zat itu.

Istilah-istilah lain dari ruh yang artinya hamper semua ialah jiwa, sukma, nyawa, semangat dan
sebagainya. Materi hanyalah penjelmaan ruh, Fichte berkata “bahwa segala sesuatu yang lain (selain
ruh) yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis, perupaan, perubahan atau penjelmaan daripada
ruh.”

Dasar pikiran dari aliran ini ialah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi.
Hal ini dapat kita buktikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang wanita atau seorang
pria yang kita cintai, kita tak mau pisah dengannya.Tetapi kalau ruh dari wanita atau pria yang kita cintai
tadi tidak ada pada badanya, berarti dia meninggal duna, maka mau tak mau kita harus melepaskan dia
umtuk dikuburkan. Kecantikan, kejelitaan, kemolekan, kebagusan yang dimiliki oleh wanita atau pria
tadi tak akan ada artinya tanpa ruh. Meskipun badanya masih utuh, masih lengkap anggota badanya,
tetapi kita mengatakan “dia sudah tak ada, dia sudah pergi, dia sudah menghadap Tuhanya.

Demikian aliran ini menganggap bahwa ruh itu ialah hakikat, sedang badan adalah penjelmaan atau
tanggunganya saja.

Aliran dualism mencoba untuk mengawinkan kedua aliran tersebut diatas. Aliran ini menganggap
bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh.
Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain.
Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan. Hanya dalam
perwujudanya, manusia itu serba dua, jasad dan ruh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang
disebut manusia. Antara badan dan ruh terjalin hubungan yang bersifat kausal, sebab akibat. Artinya
antara keduanya saling pengaruh mempengaruhi. Apa yang terjadi di satu pihak akan mempengaruhi di
pihak yang lain. Sebagai contoh, orang cacat jasamaninya akan berpengaruh pada perkembangan
jiwanya. Sebaliknya orang yang jiwanya cacat atau kacau, akan berpengaruh pada fisiknya.

Pembicaraan mengenai hakikat manusia ternyata terus menerus berjalan dan tak kunjung berakhir.
Orang belum merasa puas dengan pandangan-pandangan di atas, baik dari aliran serba zat, serba ruh
maupun aliran dualism. Ahli-ahli filsafat modern dengan tekun berpikir lebih lanjut tentang hakikat
manusia mana yang merupakan eksistensi atau wujud sesungguhnya dari manusia itu. Mereka yang
memikirkan bagaimana eksistensi manusia atau wujud manusia itu sesungguhnya, disebut kaum
eksistensi dan aliranya disebut aliran eksistensialisme.

Jadi mereka ini mencari inti hakikat manusia yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh.
Dengan demikian aliran ini memandang manusia tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme
dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu cara beradanya
manusia itu sendiri di dunia ini.

Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa pemikiran tentang apa, darimana dan kemana manusia itu
tidak ada henti-hentinya.

Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu mempunyai badan jasmani dan mempunyai roh, jiwa
atau rohani. Berbicara mengenai badan manusia itu saja kita menemukan paling tidak empat macam
pandangan, yaitu sebagai berikut:

Pandangan idealitas tentang badan manusia.

Pandangan ini mengatakan bahwa badan adalah sinar dari roh. Dalam hal ini roh diibaratkan seperti
listrik, badan adalah cahaya. Badan dan roh tak pernah bertentangan satu sama lain. Badan seolah-olah
tak ada, yang ada hanya roh.

Pandangan materialistis tentang badab manusia.

Pandangan materialistis ini dengan tegas mengatakan bahwa yang ada hanya badan. Orang tak perlu
berpikir lebih lanjut apa di balik badan itu. Yang Nampak pada kita ialah bahwa manusia berbadan yang
bersifat materi, yang terdiri dari darah, daging, tulang dan sebagainya seperti makhluk- makhluk hidup
yang lain. Dengan begitu, kesenangan, kebahagiaan atau sukarianya tak dapat dilepskan dari barang
materi. Jadi seluruh manusia itu adalah jasmani.

Pandangan ketiga ini berpendapat bahwa badan adalah merupakan musuh dari roh. Antara badan dan
roh selalu bertentangan satu sama lain. Badan dianggap menarik ke bawah kejahatan. Pandangan ini
biasanya juga dualistis artinya tidak memandang badan dan jiwa sebagai satu hal yang ada, melainkan
sebagai dua hal yang berdiri sendiri.

Pandangan keempat ini memandang badan manusia sebagai jasmani yang di “rohani” kan, atau rohani
yang di “jasmani” kan badan bukan hanya materi. Daging kita tidak sama dengan daging sapi atau
kambing. Pancaindera kita tidak sama dengan segala-galanya, jika dilihat kedudukanya dari keseluruhan
manusia, tidak sama dengan kejasmanian hewan. Sebab jasmani manusia adalah jasmani yang
dirohanikan atau dalam jasmani manusia itu ruh-lah yang menjasmani.

Dengan pandangan ini maka antara badan dan ruh adalah menyatu dalam pribadi manusia yaitu yang
disebut “aku”, Ini berarti sudah termuat badanku. Hubungan antara aku dan badan seperti hubungan
antara pikiran dan suara (kata-kata) berarti kita menangkap pikiran. Kalau orang melihat badanku
berarti aku yang dilihatnya. Meskipun demikian, aliran ini tetap menganggap bahwa antara ruh dan
badan tetap berbeda.

Demikianlah sebagai gambaran bahwa berbicara tentang hakikat meskipun yang dibicarakan itu
benda kongkret, seperti badan manusia, ternayata selalu menarik perhatian ahli-ahli pikir dan mereka
tak henti-hentinya memikirkanya. Apalagi berbicara tentang hakikat sesuatu yang bersifat gaib, abstrak
seperti ruh atau jiwa, atau rohani. Apa yang telah dicapai oleh pemikiran manusia, antara lain berupa
ilmu jiwa ternyata belum juga menyentuh hakikat Tuhan, sedang manusia hanya sedikit diberi ilmu
tentang itu.

PANDANGAN ISLAM TENTANG HAKIKAT MANUSIA.

Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu merupakan perkaitan antara badan
dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung
adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan bahwa kedua substansi (subtansi= unsur asal
sesuatu yang ada) dua-duanya adalah substansi alam. Sedang alam adalah makhluk. Maka keduanya
juga makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.

HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta.
Potensi jasmaniah manusia itu meliputi kekuatan yang terdapat di dalam batin manusia, yakni akal,
kalbu, nafsu, roh, fitrah. Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia itu memiliki potensi yang meliputi
badan,akal, dan roh, ketiga-tiganya persis seperti segitiga yang sama panjang sisi-sisinya (Asy-
Syaibani:92). Sedangkan Hasan Langgulung menyebutkan potensi manusia itu: fitrah,roh,kemauan
abebas, dan akal (Hasan Langgulung:57-58). Potensi ini semua telah ada pada batin manusia sejak
manusia itu lahir ke dunia dan ianya telah built in dalam diri pribadi manusia. Atas dasar itulah apabila
dikaitkan hakikat pendidikan yang berperan untuk mengembangkan potensi manusia maka sudah pada
tempatnyalah seluruh potensi manusia itu dikembangkan semksimal mungkin. Bertolak dari potensi
manusia tersebut di atas maka paling tidak ada beberapa aspek pendidikan ketuhanan dan akhlak,
pendidikan akal dan ilmu pengetahuan, pendidikan kejasmanian, kemasyarakatan, kejiwaan, keindahan,
dan keterampilan. Kesemuanya diaplikasikan secara seimbang.

Menurut Nurcholish juga, masyarakat madani itu adalah masyarakat yang mengacu kepada
masyarakat Madinah yang berada di bawah pimpinan Rasulullah ketika Rasulullah hijrah ke Madinah.
Beliau membangun tatanan kehidupan masyarakat yang berperadaban. Jika masyarakat Madinah di
bawah pimpinan Rasulullah yang menjadi acuan bagi masyarakat madani itu
C. Tanggung jawab Manusia

Tanggung jawab manusia dalam ajaran agama (Islam) adalh amanah Allah Swt yang harus diemban
atau dilaksanakan oleh manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Amanah dimaksud, adalah
sebagai khalifah di bumi. Kekhali-fahan dipahami bahwa kenyataan yang ideal, bukan kehendak akhir
dari Allah swt. Sungguh masih teramat banyak kelemahan, kekurangan, dan kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam menata dan menjalani tata aturan Allah swt. Di dunia ini dalam mempersiapkan masa
depan, yakni kehidupan sesudah hari ini dan kehidupan akhirat.

Tidak dapat diingkari oleh manusia yang menyandang predikat takwa bahwa pelanggaran hak-hak
asasi manusia melalui kedzaliman, kemaksiatan, kesewenang-wenangan, ketidak adilan, kerakusan,
keserakahan, kecongkakan, penyalahgunaan kewenang-wenangan, ketidak adilan kerakusan, serta
kemungkaran masih merajalela dalam masyarakat yang mendiami negara Republik indonesia termasuk
masyarakat yang mendiami negara Republik Indonesia termasuk masyarakat yang mendiami wilayah
Sulawesi Tengah. Aktor dari semua kejahatan itu mungkin saja adalah dari kita sendiri, dan mungkin juga
orang lain. Sadar atau tidak, kita pun acapkali terlibat dan melakukan hal-hal tersebut.

Disamping itu, segala aktifitas yang kita lakukan baik itu aktifitas ibadah maupun aktifitas keseharian
kita dimanapun berada di rumah, di kampus di jalan dan dimanapun haruslah hanya dengan niat yang
baik dan lillahi ta’ala, tanpa ada motivasi lain selain ALLAH, sebagai missal beribadah dan bersedekah
hanya ingin dipuji oleh orang dengan sebutan “alim dan dermawan”; ingin mendapatkan pujian dari
orang lain; ingin mendapatkan kemudahan dan fasilitas dari atasan selama bekerja dan studi dengan
menghalalkan segala cara dan lain sebagainya.Sekali lagi jika segala aktifitas berdasarkan niatnya karena
Allah, dan dilakukan dengan peraturan yang diturunkan maka hal ini disebut sebagai ibadah yang
sesungguhnya Di dalam Adz Dzariyat 56: “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-ku.”

Kita beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita, Allah sama sekali tidak
membutuhkan kita. Bagi Allah walaupun semua orang di dunia ini menyembah-Nya, melakukan sujud
pada-Nya, taat pada-Nya, tidaklah hal tersebut semakin menyebabkan meningkatnya kekuasaan
Allah.Demikian juga sebaliknya jika semua orang menentang Allah, maka hal ini tak akan mengurangi
sedikitpun kekuasaan Allah. Jadi sebenarnya yang membutuhkan Allah ini adalah kita, yang tergantung
kepada Allah ini adalah kita, yang seharusnya mengemis minta belas kasihan Allah ini adalah kita. Yang
seharusnya mengemis meminta belas kasihan Allah ini adalah kita.Yang seharusnya menjadi hamba yang
baik ini adalah kita. Allah memerintahkan supaya kita beribadah ini sebenarnya adalah untuk
kepentingan kita sendiri, sebagai tanda terima kasih kepadanya, atas nikmat yang diberikanya, agar kita
menjadi orang yang bertaqwa, Allah SWT berfirman: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,agar kamu bertaqwa”[2:21] kewajiban dibagi
menjadi dua, yaitu:
Kewajiban terbatas

Kewajiban tidak terbatas

Tanggungjawab

Tanggungjawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehinnga bertanggungjawab


adalah kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan
jawaban dan menaggung akibatnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita jelaskan macam-macam dari bentuk tanggungjawab
sebagai berikut:

Tanggungjawab terhadap diri sendiri

“if it is to be, it is up to me” maksud dari pepatah lama tersebut adalah hanya diri kita yang sepenuhnya
bertanggungjawab terhadap kehidupan atau nasib diri kita sendiri. Ada beberapa ketentuan untuk dapat
melaksanakan tanggungjawab kehidupan ini dengan baik. Ketentuan pertama adalah mengenali dan
mengembangkan potensi yang ada dalam diri sendiri. Selain itu, memahami tujuan hidup supaya
langkah untuk dikerjakan lebih terfokus. Yang terpenting dari semua itu adalah berpikir dan bersikap
positif walau apapun yang terjadi. Kesuksesan dimasa depan tidak terkait erat dengan latar belakang
maupun latar depan keadaan dalam merespon keadaan menentukan tingkat keberhasilan. Suatu
keadaan yang sama, tetapi bila direspon secara berbeda maka akan memberikan hasil yang berbeda
pula. Sebagai contoh adalah kehidupan mengenai sepasang saudara kembar di Amerika Serikat.
Kejadian ini berlangsung sekitar tahun 1950-an. Keluarga pasangan saudara kembar ini di berantakan.
Sang kakak merespon keadaan itu secara positif, dan bertekad untuk sukses dalam kehidupan. Berkat
usaha keras dalam belajar dan tekadnya yang besar,maka ia berhasil menjadi senator ternama di
Amerika serikat. Sedangkan saudara kembarnya sendiri melihat kekacauan dalam keluarganya itu secara
negatif. Sehingga ia kehilangan kendali dan selalu berusaha menghancurkan dirinya sendiri. Akibatnya,
ia kehilangan kendali dan selalu berusaha menghancurkan dirinya sendiri. Akibtnya, ia harus mendekam
di penjara seumur hidup karena melakukan tindakan kejahatan yang sangat fatal. Tidak ada orang lain
yang harus dipersalahkan. Kesalahanya sendiri merupakan penyebab dari nasib buruknya itu. Dalam
kisah tersebut terdapat perbedaan rasa tanggungjawab hidup yang besar. Faktor pembeda yang
pertama adalah kepahaman terhadap potensi dalam diri masing-masing individu. Sang kakak merasa
memiliki potensi yang cukup untuk ia kembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung
jawab untuk dapat meraih kehidupanya yang lebih baik. Sedangkan sang adik sama sekali tidak memiliki
tujuan hidup yang pasti. Sehingga, ia merasa tidak perlu bertanggungjawab terhadap kehidupan ini.
Sementara sang kakak selalu menyikapi keadaan secara positif dari bencana yang menimpa keluarga
mereka. Perbedaan tingkat rasa tanggungjawab hidup diantara mereka berdua telah menyebabkan
perbedaan nasib yang sangat besar pula. Dari contoh diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
hanya diri kita sendirilah yang bertanggungjawab menentukan kehidupan seperti apa yang kita
harapkan. Sedangkan orang lain tidak bertanggungjawab terhadap nasib ataupun kesuksesan kita. Peran
dari orang lain hanya bersifat sebagai instrumen yang melengkapi usaha diri kita sendiri.
Tanggung jawab terhadap Keluarga

Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling memberikan tanggungjawabnya. Si
orang tua bertanggungjawab kepada anaknya, anggota keluarga saling tanggungjawab. Aggota keluarga
saling membantu dalam keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam keadaan sakit. Ini
terlepas dari apakah kehidupan itu berbentuk perkawinan atau tidak. Di lihat dari segi tanggungjawab,
orang tua adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anak. Anak dilahirkan dan
dibesarkan oleh orang tua, orang yang pertama kali dijumpai anak adalah orang tuanya, jadi secara tidak
langsung ayah dan ibu adalah guru pertama bagi anak, disadari atau tidak oleh orang tua itu sendiri

Tanggungjawab terhadap masyarakat

Manusia bertanggungjawab terhadap tindakan mereka. Manusia menaggung akibat dari


perbuatanya dan mengukurnya pada berbagai norma. Ini merupakan bentuk dari tanggungjawab
terhadap masyarakat, dimana didalam masyarakat tertentu. Dalam negara-negara modern aturan-
aturan atau huku-hukum yang dibutuhkan suatu masyarakat tertentu. Dalam negara-negara modern
aturan-aturan, hukum-hukum tersebut termaktub dalam sebuah system hukum dan sama bagi semua
warga. Apabila aturan-aturan ini dilaggar yang bersangkutan harus memperoleh hukuman atau sanksi.
Jika ia misalnya merugikan hak milik orang lain maka pengadilan dapat menghukum sikap yang bersalah
dapat menghukum sikap yang bersalah (pelanggaran) berdasarkan KUHP.

Tanggungjawab kepada Bangsa / Negara

Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam
berfikir dan bertindak, berbuat, bertingkah laku, manusia terikat oleh norma-norma atau aturan-aturan
yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat membuat semua sendiri. Bila perbuatan manusia itu
salah, maka ia harus bertanggungjawab kepada negara.

Contoh:

Dalam novel “ jalan tak Ada ujung” karya mochtar lubis. Guru Isa yang terkenal sebagai guru yang yang
baik terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah, demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus
dipertanggungjawabkan kepada pemerintah. Kalau perbuatan ini diketahui pihak berwajib, ia harus
berurusan dengan pihak kepolisian dan keadilan.

Tanggung Jawab Kepada Tuhan

Tanggung jawab kepada tuhan menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi kewajiban dan
pengabdianya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhlluk ciptaan Tuhan, manusia harus bersyukur
kepada tuhan atas karunianya, menciptakan manusia dan memberi rezeki kepadanya. Karena itu
manusia wajib mengabdi kepada Tuhan.

Firman Allah: “Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka itu menyembah kepadak
ku”. ( Q.S AZ-Zariyat, 51:56)
Menyembah itu mengabdi kepada Tuhan, sebagai wujud tanggung jawab erat kaitanya dengan
kewajiban. Kewajiban adalah merupakan suseuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Namun Allah
hanya membrikan beban kepada sesorang sesuai dengan kemampuanya.kewajiban merupakan
bandingan terhadap hak dan dapat juga tidak mengacu pada hak. Manusia mempunyai kewajiban
terhadap Allah dengan menyembahnya, kewajiban terhadap sesame dengan cara berbuat baik. Orang
yang bertanggung jawab dapat memperoleh haknya berupa kebahagiaan. Sebab ia dapat memperoleh
haknya berupa kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibanya. Kebahagiaan tersebut dapat
dirasakan oleh dirinya atau oleh orang lain.Manusia ada bukan dengan sendirinya. Tetapi merupakan
ciptaan tuhan. Karena itu manusia berkewajiban terhadap tuhan. Kelalaian akan kewajibanya terhadap
tuhan harus dipertanggungjawabkan kepada tuhan. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai
makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya di
bebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.

Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah.
Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik
bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada
dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan
tanggung jawab.

Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda, Tanggung jawab
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Anda mungkin juga menyukai