Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

COVID 19
Dosen : Serlina Sandi, Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

RISMA ANGGITA MONGAN

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STELLA MARIS MAKASSAR
2020
Definisi corona :
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia yang menyebabkan infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan sindrom pernapasan akut
berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Corona virus Disease 2019 (COVID-19) adalah peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh Severe acuterespiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sindrom gejala klinis yang
muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok
septik (berat).
PREDISPOSISI PRESIPITASI

Usia<5Tahu Usia>60Tahun Status gizi lingkungan Kebiasaan Penyakit


A.
n tdk komorbid
menjalankan
Ruang Masyarakat PHBS
Proses Pe Fungsi lembab yg terpapar
malnutrisi
Perkembnagan Organ COVID
Imun
Imunitas Tidak melemah
belum stabil Tempat menuci
Pe Fungsi tangan
berkemban Bersin/batuk
Imun Menghambat
pembentukan g virus Tubuh
Tempat
B. Menyentuh
antibodi mudah
C.
terjadinya mata,mulut,hi
Mudah terkena Mengeluarkan terinfeksi
D.
proses infeki dung
paparan virus droplet virus/bakter
E.
dan bakteri i

Menginfeksi
Menempe orang
l dibenda

Menginfeksi saluran pernapasan atas


DX : Ansietas
T&G : SLKI : Tingkat ansietas
COVID 19 Cemas SIKI : Reduksi ansietas

Menyebar

Saluran napas Lambung Sumsum tulang


usus
bagian bawah
Kerusakan Meningkatkan Terjadi proses Terjadi proses
alveolar asam lambung inflamasi inflamasi

T&G : Mual
dan muntah
Terjadi proses Iritasi pada mukosa Gangguan Terjadi gangguan
inflamasi lambung osmotik pada sistem sel

Merangsang sel
Aktivasi proses fagositosis mast Merangsang pengaktifan Proses pembentukan
oleh Neutrofil dan menghasilkan igE histamin, bradikinin dan Tekanan osmotic sel darah merah, sel
Makrofag prostaglandin rongga usus darah putih dan
trombositopenia
meningkat trombosit terganggu

Memproduksi indogeneus Merangsang


pyrogen Merangsang hipotalamus Merangsang
pengeluaran histamin melepaskan reseptor pergeseran air
dan bradikinin nyeri trombositopenia
dan elektrolit
dalam rongga
Merangsang hipotalamus usus
T&G : Nyeri
Menyebabkan
peningkatan
permeabilitas kapiler Sekresi air dan
Meningkatkan
prostaglandin dan DX : Nyeri Akut elektrolit meningkat
neurotransmitter SLKI : Tingkat nyeri
Cairan dan protein SIKI : Manajemen nyeri
Peningktan
masuk ke alveolar peristaltic usus
Neuron preoptic
memproduksi
peningkatan set poin Cairan masuk ke
T&G : Diare
interstitial

T&G : Demam Edema mukosa DX : Resiko


ketidakseimbangan cairan
SLKI : Keseimbangan
Dx : Hipertermia cairan
SLKI :Termoregulasi Peningkatan produksi
SIKI : Manajemen cairan
SIKI : Manajemen mukus
Hipertermia
Terjadi T&G : Akumulasi
sumbatan sputum di jalan napas

Obstruksi pd
Proses pertukaran O2 dan Sputum sulit di saluran
CO2 terganggu keluarkan pernapasan

DX : Bersihan jalan
Suplei O2 napas tidak efektif
peningkatan CO2 dalam
terganggu SLKI : Bersihan jalan Gagal napas
darah
napas
O2 menurun dalam SIKI : Manajemen
darah jalan napas
Asidosis respiratorik O2 dalam
darah menurun Kematian

Hiperventilasi
Dx : Gangguan pertukaran
gas hipoksia
SLKI : Pertukaran gas
SIKI : Terapi oksigen Dan retraksi dada
Metabolisme
anaerob meningkat

T&G : Sesak
Peningkatan asam
laktat
DX : Pola napas tidak
efektif
SLKI : Pola napas T&G : kelelahan,
SIKI : Manajemen jalan lemah
napas

DX : Intoleransi aktivitas
SLKI : Toleransi aktivitas
SIKI : Menejemen energi
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi: foto thorakx, CT-scan, USG thoraks. Pada


pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan
groundglass.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a. Saluran napas atas dengan swab tenggorokan (nasofaring dan
orofaring)
b. Saluaran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakela)
3. Pemeriksaan Rapid Test
Rapid test memeriksa virus menggunakan IgG dan IgM yang ada di
dalam darah. IgG dan IgM adalah sejenis antibodi yang terbentuk
ditubuh saat kita mengalami infeksi virus. Jadi, jika di tubuh terjadi
infeksi virus, maka jumlah igG dan igM di tubuh akan bertambah.
Jika hasilnya igM (+) artinya seseorang beru pertama kali terinfeksi
bakteri atau virus. Tetapi jika hasilnya igG (+) maka artinya bahwa
seseorang itu pernah terinfeksi sebelumnya.
4. Pemeriksaan kimia darah
a.Darah perifer lengkap
Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun, hitung jenis
limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP
meningkat.
b.Analisis gas darah
c. Gula darah sewaktu
d.Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
e.Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Isolasi dan Pemantuan
a. Rujuk ke rumah sakit ke ruang perawatan COVID-19/rumah sakit
darurat COVID-19
b. Isolasi di rumah sakit ke ruang perawatan COVID-19/rumah sakit
darurat COVID-19 selama 14 hari
2. Non farmakologis
a. Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit, status
hidrasi, saturasi oksigen dan pantau TTV (TD, suhu pernapasan
dan nadi)
b. Pemantuan laboratorum darah perifer lengkap berikut dengan
hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP,
fungsi ginjal, fungsi hati dan rongten dada secara berkala
3. Farmakologis
a. Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam diberikan secara drips intravena (IV) selama
perawatan
b. Klorokuin fosfat 500mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau
hidrosiklorokuin (sedian yang ada 200mg) hari pertama
400mg/12 jam/oral, selanjutnya 400mg/24 jam/oral (untuk 5-7
hari)
A. PENGKAJIAN POLA GORDON
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan kesehatan itu penting,
bila flu dan batuk pasien mengkonsumsi obat yang dibeli di Apotik.
b. Riwayat penyakit saat ini
1) Keluhan utama : Batuk berlendir
2) Riwayat keluhan utama : Biasanya pasien mengalami batuk lendir,
sesak disertai demam. Gejala lain yang dirasakan oleh pasien yaitu
mual, nyeri kepala, batuk, demam dan nyeri tenggorokan. Hasil
observasi TTV, TD : 150/90 mmHg, P: 28x/mnt, N: 100x/mnt, S:
38,2oC, terpasang O2 nasal kanul 3 liter dengan saturasi oksigen
96%.
3) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Biasanya pasien memiliki
riwayat alergi
4) Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya anggota keluarga memiliki
riwayat penyakit yang sama
2. Pola nutrisi dan metabolic
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya pasien makan 3x sehari dan
minum air putih 8 gelas sehari.
b. Keadaan sejak sakit : Biasanya pasien merasa tidak nafsu makan,
mual, BB turun
c. Observasi :
3. Pola eliminasi
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya pasien BAB 1x sehari dengan
konsistensi lunak bewarna kecoklatan dan BAK sekitar 3-6x sehari
bewarna kuning jernih.
b. Keadaan sejak sakit : Biasanya pasien mengalami gangguan
pencernaan seperti diare.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya pasien beraktivitas seperti bekerja,
berolahraga dan mempunyai waktu luang bersama kerabat.
b. Keadaan sejak sakit : Pasien tidak bisa melakukan aktivitas normal
seperti biasa dan harus mengisolasi diri. Kebutuhan hanya dibantu
oleh perawat yang lengkap dengan standar APD.
5. Pola tidur dan istirahat
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya pasien memiliki waktu istirahat
sekitar 7-8 jam sehari.
b. Keadaan sejak sakit : Biasanya waktu tidur pasien terganggu karena
sesak yang dialami
6. Pola persepsi kognitif
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya tidak ada masalah dalam
penglihatan dan pendengaran
b. Keadaan sejak sakit : Biasanya tidak ada masalah dalam penglihatan
dan pendengaran, dan pasien masih mengingat keluarga dan
mengetahui perawat dan dokter yang memeriksa pasien.
7. Pola persepsi dan konsep diri
a. Keadaan sebelum sakit : Pasien merasa baik-baik dengan dirinya dan
menerima keadaannya
b. Keadaan sejak sakit : Biasanya pasien merasa khawatir dan berharap
agar cepat sembuh dari sakit yang dialami.
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya pasien mempunyai hubungan yang
baik dengan keluarga dan tetangga
b. Keadaan sejak sakit : Keluarga pasien tetap memberi semangat
kepada pasien agar cepat sembuh walaupun keluarga pasien tidak
bisa merawat dan bertemu langsung pasien.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya tidak mengalami masalah
reproduksi
b. Keadaan sejak sakit : Biasanya tidak ada mengalami gangguan
reproduksi
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a. Keadaan sebelum sakit : Biasanya pasien menyelesaikan masalah
dengan baik dan tenang
b. Keadaan sejak sakit : Pasien membutuhkan dukungan dan motivasi
agar bisa sembuh
11. Pola sistem kepercayaan
a. keadaan sebelum sakit : Pasien beribadah sesuai kepercayaannya
b. keadaan sejak sakit : Pasien beribadah sesuai kepercayaannya
dengan kondisi terbatas (ibadah online)
ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS : Sekresi yang Bersihan jalan
DO :
tertahan napas tidak efektif
 Pasien tampak
batuk lendir
 Tampak pasien
sesak
 Auskultasi
terdengar ronchi
dan wheezing
2. DS : Ketidakseimbangan Gangguan
DO :
ventilasi-perfusi pertukaran gas
 Terdengar bunyi
napas tambahan
 Sianosis
3. DS : Agen pencedera Nyeri akut
DO :
fisiologis
 Tampak meringis
 Tampak gelisah
 Frekuensi nadi
meningkat
4. DS : Proses penyakit Hipertermi
DO :
 Kulit pasien teraba
hangat
 Tampak mukosa
bibir kering
 Suhu badan =
38,2°C
5. DS : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
DO :
antara suplai dan
 Tampak aktivitas
dibantu oleh kebutuhan oksigen
perawat
 Tampak pasien
kelelahan
 Tampak pasien
lemas
6. DS : Disfungsi intestinal Resiko
DO :
 Tampak mukosa ketidakseimbangan
bibir kering cairan
 Turgor kulit
kembali > 3 detik
 Warna urin kuning
pekat
7. DS : Krisis situasional Ansietas
DO :
 Tampak pasien
cemas
 Tampak pasien
gelisah
8. DS : Hambatan upaya Pola napas tidak
DO :
napas efektif
 Tampak pasien
sesak
 Tampak pasien
menggunakan O2
 P = 28x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
(D.0001)
II. Gangguan pertukaran gas b/d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003)
III. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (D.0077)
IV. Hipertermi b/d proses penyakit (D.0130)
V. Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
VI. Resiko ketidakseimbangan cairan dengan factor resiko disfungsi
intestinal (D.0036)
VII. Ansietas b/d krisis situasional (D.0080)
VIII. Pola napas tidak efektif b/d Hambatan upaya napas (D.0005)
INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
O
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan batuk efektif
(I.01006)
tidak efektif b/d sekresi 3x24 jam diharapkan Bersihan jalan
Observasi
yang tertahan (D.0001) napas meningkat dengan kriteria hasil  Identifikasi kemampuan batuk
(L.09067) :  Monitor adanya retensi sputum
Teraupetik
 Batuk efektif cukup meningkat  Atur posisi semi-fowler atau fowler
 Produksi sputum cukup menurun  Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
 Buang secret pada
tempat sputum

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
 Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi oksigen (I.01026)


Observasi
gas b/d 3x24 jam diharapkan Pertukaran gas
 Monitor kecepatan aliran
ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria hasil (L.01003) oksigen
ventilasi-perfusi :  Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
(D.0003)  Dipsnea cukup menurun  Monitor efektivitas terapi oksigen
(mis. Oksimetri, analisa gas darah),
jika perlu

Teraupetik
 Bersihkan secret pada mulut,
hidung, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu

Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur

3. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajamen Nyeri (I.08238)
Observasi :
pencedera fisiologis 3x24 jam diharapkan Tingkat nyeri
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) menurun dengan kriteria hasil (L.08066) : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Keluhan nyeri cukup menurun
 Identifikasi skala nyeri
 Meringis cukup menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri

Terapeutik :
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Fasilitas istirahat dan tidur

Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meradakan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgesic
jika perlu

4. Hipertermi b/d proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipetermia (I.14057)
penyakit (D.0130) 3x24 jam diharapkan Termoregulasi Observasi
membaik dengan kriteria hasil (L.14134) :  Monitor suhu tubuh
 Identifikasi penyebab hipetermia
 Menggigil cukup menurun
 Monitor tanda dan gejala akibat
 Suhu tubuh cukup baik hipetermia

Terapeutik
 Longgarkan pakaian
 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)

 Edukasi
 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
5. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nergy (I.05178)
Observasi
ketidakseimbangan 3x24 jam diharapkan Toleransi aktivitas
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh
antara suplai dan meningkat dengan kriteria hasil (L.05047) yang mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen :  Monitor kelelahan fisik dan
emosional
(D.0056)  Keluhan lelah cukup menurun  Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
 Perasaan lemah cukup menurun
melakukan aktivitas

Teraupetik
 Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan

6. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen cairan (I.03098)


Obsevasi
ketidakseimbangan 3x24 jam diharapkan Keseimbangan
 Monitor status hidrasi (mis,
cairan dengan factor cairan meningkat dengan kriteria hasil frekuensi nadi)
resiko disfungsi (L.03020) : Terapeutik
intestinal (D.0037)  Asupan cairan cukup meningkat  Berikan asupan cairan, sesuai
kebutuhan
 Dehidrasi cukup menurun  Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretic, jika
perlu
7. Ansietas b/d Krisis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas (I.09314)
Observasi
situasional (D.0080) 3x24 jam diharapkan Tingkat ansietas
 Identifikasi saat tingkat ansietas ber
menurun dengan kriteria hasil ubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
(L.09093) :  Monitor tanda-tanda ansietas
 Verbalisasi khawatir akibat kondisi (verbal dan nonverbal)
yang dihadapi cukup menurun Teraupetik
 Perilaku gelisah menurun  Ciptakan suasana teraupetik untuk
menumbuhkan kepercayaan
 Perilaku tegang menurun  Pahami situasi yang membuat
ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian

Edukasi
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih tehnik relaksasi

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

8. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas
(I.01011)
b/d Hambatan upaya 3x24 jam diharapkan Pola napas
Observasi
napas (D.0005) meningkat dengan kriteria hasil (L.01004)  Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
:
 Monitor bunyi napas tambahan
 Penggunaan otot bantu napas
menurun
Teraupetik
 Frekuensi napas membaik  Posisiskan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
 Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL EVALUASI SOAP PERAWAT
I. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan Risma
(D.0001)
S:
O:
 Pasien tampak batuk lendir
 Tampak pasien sesak
 Auskultasi terdengar ronchi dan
wheezing
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Ajarkan batuk efektif
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran

II. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane Risma


alveolus-kapiler (D.0003)
S:
O:
 Terdengar bunyi napas tambahan
 Sianosis
A : Masalah gangguan pertukaran belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Monitor kecepatan aliran
oksigen
 Bersihkan secret pada mulut, hidung,
jika perlu
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
III. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (D.0077) Risma
S:
O:
 Tampak meringis
 Tampak gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Identifikasi skala nyeri
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian analgesik
IV. Hipertermi b/d proses penyakit (D.0130) Risma
S:
O:
 Kulit pasien teraba hangat
 Tampak mukosa bibir kering
 Suhu badan = 38°C
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Monitor suhu tubuh
 Longgarkan pakaian
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
V. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (D.0056) Risma
S:
O:
 Tampak aktivitas dibantu oleh perawat
 Tampak pasien kelelahan
 Tampak pasien lemas
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
 Anjurkan tirah baring
VI. Resiko ketidakseimbangan cairan dengan factor risiko Risma
disfungsi intestinal (D.0036)
S:
O:
 Tampak mukosa bibir kering
 Turgor kulit kembali > 3 detik
 Warna urin kuning pekat
A : Masalah risiko ketidakseimbangan cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Monitor status hidrasi
 Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
 Kolaborasi pemberian diuretic
VII. Ansietas b/d krisis situasional (D.0080) Risma
S:
O:
 Tampak pasien cemas
 Tampak pasien gelisah
A : Masalah ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Monitor tanda-tanda ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Latih teknik relaksasi
 Kolaborasi pemberian obat anti ansietas
VIII. Pola napas tidak efektif b/d Hambatan upaya napas (D.0005) Risma
S:
O:
 Tampak pasien sesak
 Tampak pasien menggunakan O2
A : Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
 Berikan air hangat
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Discharge Planning
1. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima
dan system imunitas meningkat. Mencuci tangan secara teratur
menggunakan air dan sabun atau handrub berbasis alcohol.
2. Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut dengan tisu atau
lengan bagian atas dalam (bukan dengan telapak tangan).
3. Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.
4. Gunakan masker penutup mulut dan hidung ketika sakit atau berada di
tempat umum.
5. Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah lalu
mencuci tangan.
6. Menunda perjalanan ke daerah/Negara dimana virus ini ditemukan
7. Hindari bepergian keluar rumah saat merasa kurang sehat, terutama
jika merasa demam, batuk dan siulit bernapas. Segera hubungi
petugas kesehatan dan mintalah bantuan mereka. Sampaikan pada
petugas jika dalam 14 hari sebelumnya melakukan perjalanan ke
daerah lain atau pernah kontak erat dengan orang yang memiliki gejala
yang sama. Ikuti arahan dari petugas kesehatan setempat.
8. Selalu pantau perkembangan penyakit covid-19 dari sumber resmi dan
akurat. Informasi yang tepat membantu melindungi diri dari
penyebaran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

KementerianKesehatanRepublik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan


danPengendalianCoronavirusDisease(COVID-19).
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUK
Ewjbtejv5vXoAhWPgUsFHZB0BmkQFjAAegQIAxAB&url=https%3A%2F
%2Finfeksiemerging.kemkes.go.id%2Fdownload%2FREV-
04_Pedoman_P2_COVID1922MARET2020TTD1.pdf&usg=AOvVaw0Y1n
wxnLW0f8EYFuaA451z

Burhan,Erlina,dkk.2020.ProtokolTatalaksanaCOVID-19.
http://www.inaheart.org/perki/upload/files/Protokol%20Tatalaksana
%20COVID-19%205OP%20FINAL.pdf

Isbania, Fathiyah, dkk. 2020. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian


Coronavirus Disease(COVID-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI&
Direktorat Jenderal Pencegahan dan PengendalianPenyakit(P2P)

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis:


Pneumonia2019-nCoV.PDPI:Jakarta

PPNI(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai