Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN


(PELAFALAN, PEMAKAIAN HURUF, DAN PEMISAHAN SUKU KATA)

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1) melafalkan bahasa Indonesia secara tepat;
2) menggunakan huruf-huruf dalam bahasa Indonesia secara tepat;
3) memisahkan kata atas suku kata secara tepat.

1. Pendahuluan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi
ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai
untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat
menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran
dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan
ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa
Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa
Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu
satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih terdapat
kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan
dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan
dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam
penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.

2. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia
dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam
melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai
dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain,
terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa
tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan
dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain
halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup
sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang
tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut!
Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
teknik tehnik teknik [t e k n i k]
tegel tehel tegel [t e g e l]
energi enerhi, enersi, enerji energi [e n e r g i]
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan
huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah
dibakukan dalam ejaan.
Perhatikan pelafalan berikut!
TulisanLafal yang salah Lafal yang benar
TV [tivi] [t e ve]
MTQ [emtekyu] [em te ki]
[emtekui]
Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan
nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya
disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan
yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan
memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi,
pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada
pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-
obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa
dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan
kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikut!
Tulisan Lafal yang benar
coca cola [ko ka ko la]
HCI [Ha Se El]
CO2 [Se O2]
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/
ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama
harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang
terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran,
seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan
bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut
karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir,
kohesi.

3. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya,
yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf
/f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara
resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan
jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh:
fakta tidak boleh diganti dengan pakta
aktif tidak boleh diganti dengan aktip
valuta tidak boleh diganti dengan paluta
pasif tidak boleh diganti dengan pasip
ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah

Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita
ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah
khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/
dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan
kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh:
Quran tetap ditulis Quran (nama)
aquarium harus ditulis dengan akuarium
quadrat harus ditulis dengan kuadrat
taxi harus ditulis dengan taksi
complex harus ditulis dengan kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan
bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda
‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
ta’zim harus diganti dengan taksim
ma’ruf harus diganti dengan makruf
da’wah harus diganti dengan dakwah
ma’mur harus diganti dengan makmur

4. Pemisahan Suku Kata


Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita
dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna
bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari
kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan.
Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
Disempurnakan seperti berikut ini.
1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal
tersebut.
Contoh:
Main ma-in, taat ta-at
1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di
antara kedua konsonan tersebut.
Contoh :
ambil am-bil undang un-dang
2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vocal pemisahannya dilakukan
sebelum konsonan.
Contoh:
bapak ba-pak sulit su-lit
3. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di
antara konsonan pertama dan konsonan kedua
Contoh:
bangkrut bang-krut instumen in-stru-men
4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya
ditulis serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan.
Contoh:
minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah
5. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik
vokal maupun konsonan.
Contoh:
Salah Benar
… ikut j- … ikut ju-
uga ga
… masalah i- … masalah
tu … itu …
6.Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak
boleh berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.
Contoh:
Salah Benar
… pengam … pengam-
bilan……. bilan ……….
… bela - … bela-
jar jar
TUGAS/LATIHAN

Pilihlah salah satu jawaban soal yang Saudara anggap paling tepat di antara empat pilihan yang
tersedia!
1. Ejaan bahasa Indonesia menganut sistem ejaan fonemis, artinya ….
A. sesuai dengan EyD C. mudah dilafalkan
B. lafal dan tulisannya sama D. Satu bunyi dilambangkan satu tanda
2. Pelafalan huruf/kata yang sesuai dengan EyD ialah di bawah ini.
A. teknik /tehnik/ C. HCl /Ha Ce El/
B. MTQ /em te kui/ D. coca cola /ko ka ko la/
3. Kaidah pemisahan suku kata yang tepat ialah berikut ini.
A. Jika terdapat konsonan di antara dua vokal, pemisahan dilakukan sebelum
konsonan.
B. Jika terdapat dua vokal berurutan di tengah kata, pemisahan dilakukan
sebelum konsonan.
C. Jika terdapat dua konsonan berurutan di antara dua vokal, pemisahan
dilakukan sebelum konsonan.
D. Jika terdapat kata bersuku satu pada akhir baris, pemisahan dilakukan
sebelum vokal.
4. Cara pemisahan suku kata yang tepat ialah berikut ini.
A. trans-krip-si C. tran-spor-ta-si
B. de-skrip-si D. di-sku-si
5. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemisahan
dilakukan ... .
A. sebelum huruf vokal C. di antara kedua huruf konsonan itu
B. sebelum huruf konsonan D. di antara huruf vokal dan konsonan
BAB II
PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN
(PENULISAN HURUF)

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. menggunakan huruf besar secara tepat;
2. menggunakan huruf miring secara tepat.

5. Pendahuluan
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang Disempurnakan, yaitu
aturan penulisan huruf besar atau huruf kapital dan aturan penulisan huruf miring. Kedua aturan
tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.

6. Kaidah Penulisan Huruf Kapital


Kaidah-kaidah penulisan yang tertera pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan masih sering diabaikan penggunaannya pada berbagai tulisan.Kesalahan
dalam penulisan terjadi karena pengguna bahasa tidak mau berusaha memahami kaidah-kaidah
yang tercantum dalam buku pedoman ejaan. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini akan
dijelaskan secara singkat kaidah-kaidah penulisan huruf kapital yang sering menimbulkan
kesalahan yang cukup tingi. Kaidah yang jarang ditemukan kesalahan penggunaannya tidak perlu
dibicarakan atau dijelaskan pada uraian berikut ini.
Kaidah nomor 3 pada buku pedoman itu menyebutkan bahwa ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital, termasuk kata-kata
ganti untuk Tuhan. Kata-kata seperti Quran, Maha Pengasih, Maha Esa sebagai ungkapan yang
berhubungan dengan keagamaan dan nama Tuhan ditulis dengan huruf kapital. Adapun ungkapan
yang berhubungan dengan nama diri cukup ditulis dengan huruf kecil. Dengan demikian, kata-kata
seperti jin, iblis, surga, neraka, malaikat, nabi, rasul, meskipun bertalian dengan keagamaan tidak
ditulis dengan huruf kapital
Kata ganti Tuhan, yaitu Engkau, Nya, dan Mu, huruf awalnya harus ditulis dengan huruf
kapital. Antara kata ganti dan kata yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung karena tidak
boleh ada huruf kapital diapit oleh huruf kecil. Sebagai contoh, untuk kata ganti hamba yang
dirangkaikan dengan kata ganti untuk Tuhan (Nya) harus ditulis hamba-Nya. Demikian juga
penulisan bahwa gelar, jabatan, atau pangkat yang diikuti nama orang, nama daerah atau negara,
huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital. Tegasnya, jika tidak diikuti nama orang, daerah
atau negara, maka gelar pangkat, dan jabatan ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
Presiden Republik Indonesia
Gubernur Sulawesi Selatan
Pertemuan itu dihadiri oleh Presiden Megawati.
Tugas presiden tidak ringan, tetapi cukup berat.

Seorang presiden tetap dihormati oleh rakyat.


Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

Kaidah lain yang sering menimbulkan kesulitan menuliskan huruf kapital ialah kaidah
nomor 6, 7, dan 8. Kaidah ejaan mengatakan bahwa yang ditulis dengan huruf kapital pada huruf
awalnya hanyalah yang menyangkut nama dan yang bukan nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Penulisan yang Salah Penulisan yang Benar
Bangsa Indonesia bangsa Indonesia
Bahasa Indonesia bahasa Indonesia
Suku Dayak suku Dayak
Bulan Ramadan bulan Ramadan
Hari Sumpah Pemuda hari SumpahPemuda
Kaidah selanjutnya yang sering juga menimbulkan kesalahan penulisan ialah penulisan
huruf kapital yang menunjukkan hubungan kekerabatan yang digunakan sebagai kata ganti sapaan.
Kata-kata penunuk kekerabatan sebagai sapaan huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Buku Saudara sudah saya kembalikan
Apa kabar, Kak ?
Kapan Bapak berangkat?

7. Penulisan Huruf Miring


Penulisan huruf miring hanya dapat dipakai pada tulisan (karangan) yang menggunakan
mesin cetak atau mesin tulis yang memiliki huruf miring. Tulisan (karangan) berupa tulisan tangan
atau pengetikan dengan menggunakan mesin tulis biasa yang tidak memiliki huruf miring dapat
dilakukan dengan cara lain, yaitu kata yang akan dicetak miring dengan menggunakan huruf miring
dapat diberi garis bawah sebagai gantinya. Dengan kata lain, semua kata yang akan dicetak miring
diberi garis bawah dalam tulisan tangan atau ketikan biasa.
Huruf miring dapat dipakai (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan, (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
surat kabar Pedoman Rakyat
weltanschauung diterjemahkan menjadi padangan dunia
TUGAS/LATIHAN

1. Berilah tanda (V) di muka bentuk yang betul penulisannya menurut Ejaan yang
Disempurnakan!
1) ( ) Kitab 11) ( ) semua departemen
2) ( ) Alkuran 12) ( ) ke-Belanda-Belandaan
3) ( ) Qiamat 13) ( ) kerajaan Inggris
4) ( ) hamba Allah 14) ( ) pepaya Cibinong
5) ( ) Ke-Tuhanan 15) ( ) tugas Pemerintah
6) ( ) terusan Suez 16) ( ) pak Amin Syam
7) ( ) gunung Kelud 17) ( ) tiga orang Menteri
8) ( ) agama Islam 18) ( ) Tahun Masehi
9) ( ) perang Malvinas 19) ( ) sebelah barat Nias
10) ( ) sang Kancil 20) ( ) Fakultas Non Gelar
2. Lingkarilah butir pilihan (huruf) di depan kalimat yang penulisannya sesuai dengan kaidah
Ejaan yang Disempurnakan!
1) a. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah suku Dayak.
b. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah Suku Dayak.
c. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah suku dayak.
d. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah suku-Dayak.
2) a. Bimbinglah hambaMu kejalan yang benar!
b. Bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang benar!
c. Bimbinglah hamba Mu ke-jalan yang benar!
d. Bimbinglah hambamu ke jalan yang benar!

3) a. Ia sangat mengagumi haji Agus Salim.


b. Ia sangat mengagumi haji Agus-Salim.
c. Ia sangat mengagumi Haji Agus Salim.
d. Ia sangat mengagumi haji Agussalim.
4) a. Tahun ini Pemerintah Bali merayakan hari-Galungan.
b. Tahun ini Pemerintah Bali merayakan Hari Galungan.
c. Tahun ini Pemerintah Bali merayakan Hari-Galungan.
d. Tahun ini pemerintah Bali merayakan hari Galungan.
5) a. Pencuri itu lari ke arah barat.
b. Pencuri itu lari kearah barat.
c. Pencuri itu lari kearah Barat.
d. Pencuri itu lari ke-arah Barat.
6) a. Bahasa Persatuan kita ialah bahasa Indonesia.
b. Bahasa persatuan kita ialah bahasa Indonesia.
c. Bahasa Persatuan kita ialah Bahasa Indonesia.
d. Bahasa persatuan kita ialah Bahasa-Indonesia.
7) a. Berdoalah kepada Tuhan Yang Mahakuasa!
b. Berdoalah kepada Tuhan yang Maha kuasa!
c. Berdoalah kepada Tuhan yang mahakuasa!
d. Berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa!

8) a. Buku Berjudul Sejarah Periklanan di Indonesia dikarang oleh Razif.


b. Tidak semua orang suka makan Pepaya Cibinong.
c. Fungsi garam Inggris itu telah mencuci perut A.S. Marzuki, sauadara saya.
d. Dosen yang mengajarkan mata kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Pertanian akan
diganti.
9) a. Departemen itu sekarang dipimpin DR.Hamid Awaluddin.
b. Pembimbing kerja lapangan itu ialah Drs. Bachtiar, S.H.
c. Mata kuliah Pancasila diajarkan oleh Dr. Ali Maskur MSc.
d. Pesta perkawinan Choiri, SH, sarjana hokum yang baru itu, di hotel Rosalina.
10) a. Setiap Bulan Agustus kita rayakan hari proklamasi kemerdekaan.
b. Setiap bulan Agustus kita rayakan hari proklamasi Kemerdekaan.
c. Setiap bulan Agustus kita rayakan hari Proklamasi Kemerdekaan.
d. Setiap bulan-Agustus kita rayakan hari Proklamasi Kemerdekaan.
BAB III
PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN
(PENULISAN KATA)

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
4) menuliskan secara tepat kata dasar, kata turunan, kata ulang, bentuk kombinasi, dan kata
gabung;
5) menuliskan secara tepat kata depan, kata ganti, kata sandang, partikel, kata bilangan, dan
angka.

1. Pendahuluan
Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan berjumlah 22 kaidah. Kaidah-kaidah tersebut perlu mendapat perhatian kita.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang sering tidak dipatuhi dalam penulisan. Kesalahan
penulisan muncul karena kurangnya pengetahuan pengguna bahasa mengenai kaidah ejaan. Oleh
sebab itu, pengguna bahasa perlu diberikan penjelasan secukupnya mengenai cara penulisan kata.

2. Penulisan Kata Turunan


Unsur-unsur imbuhan pada kata turunan, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran
(sufiks), dan kombinasi awalan dan akhiran (konfiks) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kalau
bentuk yang mendapat imbuhan itu merupakan gabungan kata, awalan atau akhiran itu ditulis
serangkai dengan kata yang berhubungan langsung saja, sedangkan bentuk dasarnya yang berupa
gabungan kata itu tetap ditulis terpisah tanpa tanda hubung. Gabungan kata yang sekaligus
mendapat awalan dan akhiran penulisannya dirangkaikan dengan tanda hubung.
Contoh:
sebar tanggung jawab
disebar bertanggung jawab
sebarkan tanggung jawabnya
disebarkan pertanggungjawaban

3. Penulisan Kata Ulang


Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian angka 2
untuk menyatakan bentuk pengulangan hendaknya dihindari. Penggunaan angka (2) hanya dapat
dipakai pada tulisan cepat atau pencatatan. Pada tulisan resmi, penulisan kata ulang harus ditulis
secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Sayur-mayur bersahut-sahut
Sayur-sayuran sahut-menyahut
bersahut-sahutan
Ada juga bentuk pengulangan yang berasal dari bentuk dasar kata gabung atau lazim
disebut kata majemuk. Pada pengulangan bentuk seperti ini, yang diulang hanya bagian yang
pertama; sedangkan bagian yang kedua tidak diulang.

Contoh:
Bentuk Dasar Bentuk Pengulangan
mata pelajaran mata-mata pelajaran
rumah sakit rumah-rumah sakit
kereta api kereta-kereta api

4. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah bagian-bagiannya. Kalau
salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri dan hanya muncul dalam bentuk kombinasi,
penulisannya harus dirangkaikan.
Kata Gabung Bentuk Kombinasi
Duta besar Pancasila
Daya beli tunanetra
Rumah bersalin antarkota
Bentuk kata dasar seperti dayabeli, rumah bersalin, ditulis terpisah bagian-bagiannya,
sedangkan panca-, tuna- yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata lepas ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya. Sejalan dengan penjelasan di atas, mahakuasa, mahamulia ditulis
serangkai karena maha- sebagai unsure terikat diikuti oleh bentuk dasar (kecuali bentuk Maha
Esa). Kalau yang mengikutinya bukan bentuk dasar, melainkan bentuk turunan maka penulisannya
dipisahkan
Contoh:
Mahasatu Mahakasih
Maha Mengetahui Maha Pengasih
Maha Mendengar Maha Melihat
Gabungan kata yang sudah sebagai satu kata dan dianggap sudah padu ditulis
serangkai,seperti manakala, matahari, sekaligus, daripada, hulubalang, dan bumiputra. Gabungan
kata yang dapat menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan menggunakan tanda hubung
diantara bentuk yang menjadi unsurnya. Pemberian tanda hubung pada kata tersebut diletakkan
dibelakang unsur yang menjadi inti kata gabung tersebut.
Contoh :
Buku sejarah baru buku-sejarah bau
Buku sejaah-baru

5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya


Kata ganti ku-kau-, mu, dannya yang ada pertaliannya dengan aku, engkau, kamu dan dia
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini: bukuku,
bukumu, bukunya, kuambil, kauambil. Adapun kata aku,engkau, kamu, dan dia ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya atau yang mendahuluinya.

6. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di,ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Sering pengguna
bahasa masih kabur menerapkan kaidah tersebut karena tidak dapat membedakan antara bentuk
awalan di- dan ke- yang penulisannya dirangkaikan,dan kata depan di dan ke yang penulisannya
dipisahkan. Awalan di yang penulisannya dirangkaikan selalu berhubungan dengan kata kerja dan
mempunyai pasangan atau dapat dipertukarkan dengan awalan me-, misalnya, dibeli dapat
dipertukarkan dengan awalan membeli. Adapun kata depan did an ke selalu menunjukkan arah
atau tempat dan tidak mempunyai pasangan tetap seperti awalan di-, cara lain yang dapat dipakai
untuk mengetahui kata depan adalah dengan menggunakan kata Tanya di mana atau ke mana.
Semua jawaban pertanyaan di mana dan ke mana mengacu pada kata depan.
Contoh:
Di mana Pingkan berada? (jawabannya di sana atau di sini)
Ke mana Saudara pergi? (jawabannya ke sana atau ke sini)

7. Partikel lah, kah, tah, pun, dan per


Partikel -lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Adapun partikel
pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya, kecuali pada kata adapun, meskipun,
walaupun, dan yang sejenisnya sudah dianggap padu benar. Partikel pun ditulis terpisah karena
bentuknya hampir sama dengan bentuk kata lepas. Bentuk pun seperti itu mempunyai makna juga
sehingga penulisannya dipisahkan.
Contoh:
Persoalan itu pun dikemukakannya
(persoalan itu juga dikemukakannya)
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus
(Apa juga yang dimakannya, ia tetap kurus)
Kalau gratis, aku pun ikut menonton.
(Kalau gratis, aku juga ikut menonton)
Di samping partikel pun terdapat juga partikel per dalam bahasa mendampinginya. Partikel
per ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya. Partikel per ditulis terpisah
karena per bentuknya sama dengan kata dan mengandung arti mulai, demi, dan setiap.
Contoh:
Gaji buruh dinaikkan per 1 Januari 2004,(mulai)
Mobil-mobil yang melalui jembatan itu harus masuk satu per satu (demi)
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (setiap)

8. Pemakaian Angka Bilangan


Kesalahan yang sering muncul dalam pemakaian ejaan adalah pemakaian bilangan tingkat.
Kadang-kadang pengguna bahasa tidak dapat membedakan cara menggunakan angka romawi
dengan angka biasa (angka arab). Kalau kita menggunakan angka romawi,penulisannya tidak
menggunakan awalan ke-.Kalau kita menggunakan angka biasa atau angka arab maka angka arab
tersebut disertai awalan ke-. Di samping kedua cara di atas, masih ada cara lain yang dapat
digunakan, yaitu semua bilangan tingkat itu ditulis dengan huruf (kata).
Contoh:
Salah Benar
Perang Dunia ke II Perang Dunia II
Perang Dunia Kedua
Abad ke 20 abad ke-20
Abad kedua puluh
Di tingkat kedua di tingkat ke-2
Ditingkat kedua
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satuatau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambing bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian atau
pemaparan. Jadi, kalau dalam kalimat itu terdapatsuatu bilangan yang dapat denyatakan dengan
satu atau dua angka dan tidak berurutan, bilangan tersebut harus ditulis dengan kata, bukan
dengan angka.
Contoh:
Amir belajar sampai tiga kali sehari (benar)
Amir belajar sampai 3 kali sehari (salah)
Yang hadir dalampertemuan itu ada sejumlah empat puluh lima orang, yaitu dua puluh
tujuh orang dari kalangan pria dandelapan belas orang dari kalangan wanita (salah)
Yang hadir dalam pertemuan itu ada sejumlah 45 orang, yaitu 27 orang dari kalangan pria
dan 18 orang dari kalangan wanita (benar).
TUGAS/LATIHAN

TL (dikerjakan di kelas)
Berilah tanda (V) di muka bentuk yang betul penulisannya menurut Ejaan yang Disempurnakan!
1. uang 5000 an 11. purna jual
2. ku ambil 12. ekstra kurikuler
3. kau ambil 13. antar kota
4. tuna netra 14. supermodern
5. didalam 15. kehadirat
6. satu persatu 16. sipengirim
7. pertanggungan jawab 17. bagaimana pun
8. pertanggungjawaban 18. kendatipun
9. dianak tirikan 19. barang kali
10. diperjualbelikan 20. audio gram

TL (dikerjakan di luar kelas)


Pilihlah salah satu jawaban yang Saudara anggap paling tepat di antara empat pilihan yang
tersedia!
1. Penulisan angka atau lambang bilangan yang mengikuti EyD terdapat pada
A. Pada akhir semester ke empat mahasiswa dievaluasi studinya.
B. Sultan Yogyakarta pada saat ini ialah Sri Sultan Hamengkubuwono ke X.
C. Dokter baru mengetahui penyakitnya setelah hari yang ke 7 di rumah sakit.
D. Ulang tahunnya yang ketujuh belas diperingati dengan memberi sumbangan bahan
makanan di Panti Asuhan Anak Yatim.
2. Rangkaian kata yang bersinonim ialah … .
A. reklame, iklan, pengumuman, berita duka
B. stabil, kuat, tak goyah, kukuh
C. besar, kecil, panjang, pendek
D. bergembira, berbahagia, sukacita, mantap
3. Penggunaan kata ulang yang tidak efektif terdapat pada … .
A. Banyak remaja sekarang ini bergaya kebarat-baratan
B. Angan-anganku terlampau tinggi
C. Kepura-puraanku kini sudah terbuka
D. Banyak karya-karyaBasuki Abdullah telah direstonasi
4. Deretan kata di bawah ini seluruhnya merupakan kata khusus ialah
A. kuda, kerbau, hewan, ayam, unggas
B. bunga, melati, ros, mawar, matahari
C. celana, sarung, pakaian, baju, kemeja
D. sedan, bus, becak, sepeda, perahu, kapal
5. Penulisan di sebagai kata depan yang benar ialah … .
A. Berdirilah disamping saya!
B. Jangan kauambil buku yang ada di laci meja!
C. Disini saya menyelesaikan pekerjaan itu.
D. Dimana Anda simpan buku itu?
6. Lambang bilangan yang dapat dieja dengan satu atau dua kata dalam kalimat, sebaiknya
A. ditulis dengan angka arab C. ditempatkan di awal kalimat
B. ditulis dengan huruf D. ditulis dengan angka romawi
7. Kata-kata di bawah ini tergolong baku, kecuali
A. analisa C. teoretis
B. November D. insyaf
8. Ia menjabat sebagai direktur.
Kata yang ditulis dengan huruf miring dalam kalimat di atas termasuk ... .
A. populer C. abstrak
B. umum D. khusus
9. Kata bercetak miring yang merupakan kata baku terdapat pada kalimat berikut.
A. Tidak perlu tergesa-gesa karena peristiwanya sendiribaru dianalisis.
B. Orang itu sulit dikasih tahu.
C. Pada saat ini komunikasi melalui telefon dipandang praktis.
D. Nampaknya, proses peradilan itu akan panjang.
10. Kesalahan pemakaian kata terdapat pada kalimat berikut, kecuali … .
A. Mereka melempari jala itu ke sunagi.
B. Presiden menganugerahkan beliau bintang jasa.
C. Pak Guru menugasi penyelesaian pekerjaan itu kepada murid-murid.
D. Cintya dihadiahkan sebuah tas plastik oleh paman.
BAB IV
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
( PENULISAN UNSUR SERAPAN)

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1) menuliskan secara tepat setiap unsur serapan yang digunakan;
2) melafalkan secara tepat setiap unsur serapan yang digunakan;
3) mengidentifikasikan penulisan unsur serapan yang ditemukan dalam tulisan yang disusun
sendiri atau yang dibaca;
4) menggunakan tanda-tanda baca sesuai dengan kaidah ejaan;
5) menempatkan secara tepat tanda-tanda baca pada berbagai jenis tulisan.

1. Pendahuluan
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar juga ditentukan oleh kecermatan
penulisan unsur serapan dan ketepatan pemakaian tanda baca. Ketidakcermatan penulisan unsur
serapan dan ketidaktepatan pemakaian tanda baca dapat mengakibatkan pembaca atau lawan
bicara tidak dapat mengerti maksud (isi) pembicara. Sehubungan dengan itu, pengguna bahasa
juga harus cermat dan tepat menggunakan kedua aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui
kaidah penulisan unsur serapan dan tanda baca, berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang
bertalian dengan kedua aspek ejaan tersebut.

2. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap unsur dari bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integritasinya, unsur serapan itu
ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapanya maupun
penulisannya, dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan kaidah
penyerapan yang disertai dengan sejumlah contoh.

2.1 Penyerapan secara Alamiah


Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan
dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan. Penyerapan seperti ini dikategorikan sebagai
penyerapan secara alamiah.
Contoh :
Abjad mode badan potret
Ilham sehat perlu arloji
sirsak hikayat meja listrik
abad radio kitab imitasi
kabar orator minggu supir
2.2 Penyerapan seperti Bentuk Asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dapat dipakai
dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi,
pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak terlalu
banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
shuttle cock outside
cum laude bridge
de facto hockey
curriculum vitae status quo

2.3 Penyerapan dengan Terjemahan


Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui
penerjemahan kata-kata asing tersebut. Penerjemahan ini dilakukan dengan cara memilih kata-
kata asing tertentu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dapat berupa satu kata
asing dipadankan dengan satu kata atau lebih dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
kata asing terjemahan Indonesianya
vulcano gunung api
feed back umpan balik (balikan)
medical pengobatan
take off lepas landas
point butir
in put masukan
out put keluaran

2.4 Penyerapan dengan Perubahan


Unsur-unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia ada yang penulisan dan
pelafalannya di sesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian
bentuk asalnya akan mengalami perubahan setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam
penyerapan ini, perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing (asal) hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini dilakukan
agar bahasa Indonesia dalam perkembangannya memiliki ciri umum (Internasional).
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan
dengan perubahan seperti ini diatur dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan
mengenai perubahan dan penyusunan bunyi dari kata asing ke kata Indonesia. Contohnya dapat
dilihat pada bentuk serapan berikut.

Bentuk Asal Bentuk Serapan Bentuk Asal Bentuk Serapan


octaaf oktaf caisson kaison
haematite hematit structure struktur
construction konstruksi circulation sirkulasi
accomodation akomodasi acclamation aklamasi
accent aksen charisma karisma
technique teknik check cek
effective efektif system sistem
idealist idealis station stasiun
geometry geometri fossil fosil
effect efek central sentral
komfoor kompor phase fase
zoology zoologi aquarium akuarium
geuverneur gubernur rhetorik retorik
cholera kolera institute institut
television televisi exclusive ekslusif

2.5 Penyerapan Akhiran Asing


Di samping penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia juga
mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran-akhiran asing itu disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ketentuan itu telah diatur dalam
kaidah Ejaan yang Disempurnakan. Akhiran asing itu ada yang diserap sebagai bagian kata yang
utuh, seperti kata standardisasi di samping kata standar, kata implementasi di samping kata
implemen, dan kata objektif di samping kata objek. Akhiran-akhiran itu antara lain –is, -isme, -al,
dan –ik, dan –ika, -wan, -wati, -log, dan –ur.

2.6 Unsur Serapan Diberi Imbuhan Bahasa Indonesia


Unsur serapan yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dapat diberi
imbuhan bahasa Indonesia. Pemberian imbuhan pada unsur serapan ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu proses pengimbuhannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia atau proses
pengimbuhannya tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Apabila unsur serapan itu sudah
dirasakan seperti bahasa Indonesia, maka proses pengimbuhannya mengikuti bahasa Indonesia.
Jika unsur serapan itu masih dirasakan seperti bahasa asing, maka proses pengimbuhannya dapat
saja tidak mengikuti aturan bahasa Indonesia.
Contoh :
kontak mengontak
opname diopname
kritik mengkritik
terjemah menerjemahkan
sukses menyukseskan
protes memprotes
TUGAS/LATIHAN

1. Tugas Latihan di kelas


a. Jelaskan pengertian unsur serapan!
b. Sebutkan jenis-jenis unsur serapan!
c. Sehubungan dengan butir c, tulis/berilah sekurang - kurangnya 3
contoh unsur serapan!

2. Tugas latihan di luar kelas


Tulis/seraplah kata-kata berikut ke dalam bahasa Indonesia:
accommodation accent aquarium
effect efficient executive
excavation excess exclusive
cartoon komfoor baal
phase rhetoric rhythm
method orthography synthesis
informant provoost economisch
system effective activity
standard standardization kwality

TUGAS/LATIHAN DI KELAS

Bacalah EyD yang berkaitan dengan penulisan unsur serapan, kemudian tulis/seraplah kata-
kata berikut ke dalam bahasa Indonesia!

accommodation accent aquarium


effect efficient executive
excavation excess exclusive
cartoon komfoor baal
phase psychiatry physiology rhetoric
rhythm repertoire
method orthography synthesis
hydraulic hockey charisma
informant provoost economisch
system effective activity
standard standardization kwality
structure station circulation
BAB V
PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA

Sasaran belajar
Setelah mempelajari meteri bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. membentuk kata secara tepat sesuai dengan kaidah pembentukan kata;
2. memilih kata sacara tepat dalam menyusun gagasan;
3. memilih dan menggunakan kata baku dalam berbahasa Indonesia;
4. menghindari penggunaan kata mubazir.

1. Pendahuluan
Dalam tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pembentukan dan pemilihan kata yang tepat
sangat menentukan kualitas tulisan. Kata-kata atau istilah haruslah dipilih dan digunakan secara
tepat agar secara tepat pula dipahami oleh pembaca. Sehubungan dengan itu, penulis selalu harus
menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut dan harus pula mengetahui
kaidah pembentukan kata, kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah karang-
mengarang.
Dalam bab ini dikemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah
pembentukan kata dan kaidah makna yang kiranya dapat membantu pengguna bahasa dalam
membentuk, memilih, dan menggunakan kata secara tepat.

2. Bentuk Kata
Bentuk kata adalah wujud visual kata yang digunakan dalam suatu bahasa berikut proses
pembentukannya. Dalam bahasa Indonesia, proses pembentukan kata dapat dilakukan dengan
pengimbuhan. Yang dimaksud pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan
menambahkan imbuhan pada kata dasar tertentu.
Bentukan kata yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan kata dalam bahasa Indonesia
sering ditemukan dalam penggunaan bahasa. Karena itu, perlu dibahas pembentukan kata dengan
imbuhan meng- (-kan) dan peng- (-an).
Kaidah pembentukan kata dengan imbuhan meng- (-kan) dan peng- (-an) dapat dirangkum
berikut ini.
a. Imbuhan meng- (-kan) dan peng- (-an) berubah menjadi me- dan pe- jika
dirangkaikan dengan kata dasar yang berfonem awal /r, l, w/.
ramal meramal, peramal
rumus merumuskan, perumusan
lafal melafalkan, pelafalan
lamar melamar, pelamar
waris mewarisi, pewaris

Latihan:
merubah merobah
mengresmikan pengresmian
mengrumuskan pengrumusan
pengrusakan pengrajin
penglihatan penglepasan
menglafalkan penglafalan
menglampiaskan penglampiasan
mengwarisi pengwaris
b. Imbuhan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan
dengan kata dasar yang hanya terdiri dari satu suku kata.
cat mengecat, pengecat
bom mengebom, pengebom
las mengelas, pengelas
cek mengecek, pengecek
pel mengepel, pengepel
tes mengetes, pengetes

Latihan:
membom, mentik, membor, merem
mencek, mencat, mentes, mencap
c. Fonem /c/ pada kata dasar tidak luluh jika dirangkaikan dengan imbuhan meng-.
cuci mencuci
campur mencampuri
contoh mencontohi

Latihan:
menyolok, menyontoh, menyubit, menyopet, menyuri
d. Fonem /k, p, t, s/ pada awal kata dasar luluh jika mendapatkan imbuhan meng- dan
peng-
koleksi mengoleksi, pengoleksi
kontrak mengontrak, pengontrak
parkir memarkir, pemarkir
pesona memesonakan, pemesonaan
politisi memolitisi
teror meneror, peneror
taat menaati, penaat
sukses menyukseskan, penyuksesan
survai menyurvai, penyurvai

Latihan:
mengkategorikan pengkategorian
mengkaitkan mengkorupsi
mengkonsolidasi mengkonkretkan
mengkontrol menteror
mengkupas menterjemahkan, penterjemah
mengkomunikasikan mentabulasi
mengkudeta mentafsirkan
mengkondisikan mentargetkan
mengkoordinasi mentelantarkan
mengkoleksi mensurvai
memposisikan mensubsidi
mempopulerkan mensejajarkan
mempublikasikan menseminarkan
memparafrasekan mensukseskan
memperalelkan mensandera
mempabrik mensuplai
mempatroli mensuporter
mempedomani mensosialisasikan

3. Pemilihan Kata
Pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketepatan dan kecermatan pemilihan kata
sebagai lambang objek pengertian atau konsep yang meliputi berbagai aspek.

Penggunaan Kata Berpasangan


Ada sejumlah kata yang penggunaannya berpasangan (disebut juga konjungsi korelatif),
seperti:
baik…maupun…
bukan…melainkan…
tidak…tetapi…
antara…dan…
Pasangan kata-kata tersebut merupakan pasangan tetap, yang unsur-unsurnya tidak dapat
diceraikan atau diganti dengan unsur lain. Di dalam contoh-contoh berikut terdapat pemakaian
kata berpasangan secara tidak tepat.
(1) Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak
terjadi transaksi jual beli.
(2) Unsur-unsur halogen tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, melainkan
terdapat sebagai garam-garam halida yang larut dalam air laut.
Perbaikan
(1a) Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak
terjadi transaksi jual beli.
(2a) Unsur-unsur halogen tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, tetapi terdapat
sebagai garam-garam halida yang larut dalam air laut.
Kesalahan serupa terdapat dalam kalimat-kalimat berikut.

Latihan:
(3) Dukungan ini bukan hanya dari keluarganya dan masyarakat, tetapi juga dari seluruh
sistem pelayanan kesehatan.
(4) Sebagian pedagang tidak menaikan harga, melainkan menimbun sebagian barang
dagangannya sampai ada ketentuan beberapa persen kenaikan harga dapat
dilakukan.
(5) Antara kemauan konsumen dengan kemauan pedagang terdapat perpedaan dalam
penentuan kenaikan harga.
(6) Besok akan berlangsung pertandingan final Piala Eropa antara kesebelasan Perancis
melawan kesebelasan Brazil.
(7) Inilah suasana pertempuran antara pasukan laskar rakyat melawan tentara Belanda.
(8) Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak selalu merupakan
hubungan kausal.
Penggunaan Preposisi secara Konsisten
Dalam kenyataan penggunaan bahasa, penulis sering meniadakan unsur preposisi yang
menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu kebanyakan berupa verba intransitif. Berikut
dikemukakan beberapa contoh verba tanpa preposisi.
(9) Mereka pergi luar kota beberapa hari yang lalu.
(10) Mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terdiri 20 pria dan 25 wanita.
(11) Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas tersedia.
(12) Penambahan daya tampung tergantung fasilitas yang tersedia.
(13) Kami tertarik kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon
mahasiswa baru.
Verba pengisi predikat kalimat-kalimat tersebut perlu dilengkapi dengan preposisi sehingga
menjadi lebih jelas pertalian maknanya dan kalimat itu menjadi gramatikal.
(9a) Mereka pergi ke luar kota beberapa hari yang lalu.
(10a) Mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terdiri atas 20 pria dan 25 wanita.
(11a) Jumlah itu sesuai dengan keadaan dan fasilitas tersedia.
(12a) Penambahan daya tampung tergantung kepada fasilitas yang tersedia.
(13a) Kami tertarik pada kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon
mahasiswa baru.
Di samping kelima verba dalam kalimat tersebut, berikut dikemukakan contoh verba
berpreposisi. Ada sejumlah preposisi yang tidak dapat ditiadakan.
terbuat dari terpikat oleh/dengan
berasal dari cocok dengan
terletak di/pada sesuai dengan
bergantung pada/kepada/di terdiri atas
berdasarkan pada berbeda dengan
tertarik pada/oleh/akan bermukim di
berbicara tentang/mengenai

Menghindari Penggunaan Kata Tidak Baku


Kata tidak baku adalah kata-kata yang tidak berterima secara resmi karena tidak menuruti
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Agar tidak menggunakan kata-kata nonbaku,
beberapa ketentuan berikut ini perlu kita perhatikan.
(a) Tidak mengubah fonem /v/ dan /f/ menjadi /p/
Baku Tidak Baku
November Nopember
Provinsi Propinsi
advertensi adpertensi
nafsu napsu
(b) Tidak mengubah fonem /i/ menjadi /e/
Baku Tidak Baku
nasihat nasehat
kaidah kaedah
hakikat hakekat
risiko resiko
(c) Tidak mengubah fonem, /ie/ menjadi /i/
Baku Tidak Baku
karier karir
varietas varitas
hierarki hirarki
konduite kondite
(d) Tidak mengubah fonem /z/ menjadi /j/ atau /s/
Baku Tidak Baku
zaman jaman, saman
ijazah ijajah, ijasah
lazim lajim, lasim
(e) Tidak mengubah /-sis/ menjadi /-sa/
Baku Tidak Baku
analisis analisa
hipotesis hipotesa
metamorfosis metamorfosa
fotosisntesis fotosintesa
(f) Tidak mengubah fonem /a/ menjadi /e/
Baku Tidak Baku
survai survei
akta akte
frasa frase
esai esei
(g) Tidak menambahkan fonem /h/ pada kata tertentu
Baku Tidak Baku
utang hutang
imbau himbau
isap hisap
silakan silahkan
(h) Tidak mengubah fonem /p/ menjadi /f/
Baku Tidak Baku
pasal fasal
pikir fikir
pihak fihak
(i) Tidak mengubah akhiran /-er/ menjadi /-ir/
Baku Tidak Baku
atmosfer atmosfir
ionosfer ionosfir
importer, eksporter importir, eksportir

(j) Tidak mengubah akhiran /-al/ menjadi /-il/


Baku Tidak Baku
tradisional tradisionil
struktural strukturil
rasional rasionil
formal formil
(k) Tidak mengubah /kui/ menjadi /kwi/ dan /kua/ menjadi /kwa/
Baku Tidak Baku
kuitansi kwitansi
kuintal kwintal
kualitas kwalitas
(l) Tidak menggandakan konsonan tertentu
Baku Tidak Baku
isu issu
misi missi
umat ummat
tamat tammat

Latihan:
aktip, aktipitas Pebruari
pisik prasa
malaekat praktek
horizontal ijin, isin
materei sekedar
halangan hiba
faham nafas
statosfir biosfir
kwantitas frekwensi
kosekwensi kwandrat
wassalam thema
atheis theologi
bathin bakti
hadits manajement

Menghindari Penggunaan Kata Mubazir


Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata yang sama maknanya digunakan
bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir. Penggunaan dua kata secara serempak itu
tidak efisien. Karena itu, pemakai bahasa harus mampu memahami secara cermat kata-kata yang
mubazir. Dengan memahami kata-kata mubazir, pemakai bahasa dapat menghindarinya dalam
penggunaan kata yang tidak diperlukan.
Untuk menghindari penggunaan kata yang tidak diperlukan, hal-hal berikut ini perlu kita
perhatikan.
(a) Kata-kata yang sudah menyatakan makna jamak, seperti sejumlah, para, banyak,
sebagian besar, daftar, tidak sedikit, berbagai, semua, seluruh, segala, segenap
hendaknya tidak diikuti bentuk ulang yang juga menyatakan makna jamak. Atau, jika
bentuk ulang itu digunakan, kata-kata yang sudah menyatakan makna jamak itu harus
dihindari pemakaiannya.
(14) Sejumlah desa-desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
(15) Para guru-guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
(16) Banyak rumah-rumah akan dibangun pemerintah.

Perbaikan:
(14a) Sejumlah desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
(14b) Desa-desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
(15a) Para guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
(15b) Guru-guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
(16a) Banyak rumah akan dibangun pemerintah.
(16b) Rumah-rumah akan dibangun pemerintah.
(b) Dua kata yang mempunyai kemiripan makna, seperti adalah merupakan, demi untuk,
agar supaya, sejak dari, disebabkan karena, seperti misalnya, tidak digunakan secara
serempak.
Contoh penggunaan dua kata yang tidak benar
(17) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban
kita semua.
(18) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi
untuk masa depan bangsa Indonesia.

Perbaikan:
(17a) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia merupakan kewajiban kita
semua.
(18a) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi
masa depan bangsa Indonesia.

Latihan:
(19) Kita harus bekerja keras agar supaya dapat mencapai cita-cita.
(20) Sejak dari kecil dia sudah dibiasakan bersikap jujur.
(21) Dia tidak masuk kuliah disebabkan karena kesehatannya terganggu.
(22) Peningkatan mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai
bidang ahli, seperti misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan, ahli komunikasi,
dan lain-lain.
(23) Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali.
(24) Karburator adalah merupakan bagian mesin motor di mana gas bahan bakar
minyak bercampur dengan udara.
(25) Maksud daripada kedatangan saya ke sini adalah untuk bersilaturahmi.
(26) Seluruh Negara-negara sahabat hadir dalam acara itu.
(27) Ia rajin berbuat kebajikan sehingga dengan demikian selamat dunia dan akhirat.
(28) Senjata ini adalah merupakan alat pertahanan yang canggih.
(29) Ekonomi terpuruk disebabkan karena factor nonekonomi.
(30) Berhubung karena data tidak lengkap, analisis tidak dapat dilakukan.
(c) Kata saling tidak diikuti bentuk ulang yang menyatakan tindakan berbalasan.
Sebaliknya, kalau bentuk ulang sudah digunakan, kata saling tidak perlu lagi
disertakan.
Contoh pemakaian yang mubazir.
Saling pengaruh-mempengaruhi
Saling pinjam-meminjam
Saling lirik-melirik
Saling pukul-memukul
Saling tolong-menolong
Perbaikan:
Saling mempengaruhi atau pengaruh-mempengaruhi
Saling meminjam atau pinjam-meminjam
Saling melirik atau lirik-melirik
Saling memukul atau pukul-memukul
Saling menolong atau tolong-menolong
Menghindari Penggunaan Kata maka Sesudah Penghubung Antarkalimat
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antarkalimat, seperti sehubungan
dengan itu maka, oleh karena itu maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian
maka, sebagaimana terlihat pada contoh-contoh berikut.
(31) Sehubungan dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya
simpulannya terandalkan.
(32) Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.
(33) Dengan demikian maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
(34) Jika demikian maka penelitian tidak akan menemukan hambatan.
(35) Setelah itu maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Penggunaan kata maka pada kalimat-kalimat di atas seharusnya ditiadakan dan digunakan
tanda koma karena kata maka tidak mengandung fungsi. Dengan begitu, susunan kalimat menjadi
gramatikal.
(31a) Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya
simpulannya terandalkan.
(32a) Oleh karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.
(33a) Dengan demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
(34a) Jika demikian, penelitian tidak akan menemukan hambatan.
(35a) Setelah itu, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Ungkapan penghubung yang mengawali kalimat-kalimat itu adalah unsur penghubung yang
menyatakan pertalian dua kalimat seperti pada contoh berikut.
(36) Kebanyak hasil penelitian tidak dapat diandalkan karena terlampau luas cakupan
analisisnya. Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas
supaya simpulannya terandalkan.

Membedakan Kata Mirip


Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi bentuk
atau maknanya. Kata sesuatu dan suatu, sekali-kali dan sekali-sekali, sedang dan sedangkan
termasuk kata-kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata kebijakan dan
kebijaksanaan, tiap-tiap (setiap) dan masing-masing, jam dan pukul, dan dari dan daripada
termasuk kata-kata yang mempunyai kemiripan makna. Kata-kata tersebut sering dikacaukan
penggunaannya sehingga melahirkan kalimat-kalimat yang tidak tepat, tidak baku, dan tidak
efektif.
a. Dalam penggunaannya, kata sesuatu tidak diikuti kata benda, sedangkan kata suatu
diikuti kata benda, misalnya suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian, suatu malam.
(37) Ia mencari sesuatu di sini kemarin.
(38) Pada suatu malam dia datang dengan wajah berseri-seri.
Latihan:
(39) Ia mencari sesuatu benda di halam rumahnya.
(40) Sesuatu masalah harus diselesaikan sebelum kita menggarap masalah yang lain.
(41) Pak Guru memberikan sesuatu hadiah kepada muridnya yang menjadi bintang
kelas.
b. Kata tiap-tiap (setiap) harus diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak
diikuti kata benda karena kata benda sudah disebutkan lebih dahulu.
(42) Tiap-tiap (setiap) anggota mengemukakan pendapatnya.
(43) Kelompok itu masing-masing terdiri atas tiga puluh orang.

Latihan:
(44) Masing-masing peserta pelatihan membayar uang pendaftaran sebesar lima
belas ribu rupiah.
(45) Maisng-masing kelompok terdiri atas sepuluh orang.
(46) Masing-masing pelaksana harus menyelesaikan dan bertanggung jawab atas
pekerjaannya.
(47) Tuliskan maksud dan artinya di bawah masing-masing gambar.
(48) Masing-masing calon mendapat suara yang hamper sama.
c. Kata pukul menunjukkan ‘waktu/saat’, sedangkan kata jam menunjukkan ‘jangka
waktu’ atau ‘masa’
(49) Rapat itu akan diselenggarakan pada pukul 10.00.
(50) Para pekerja di Indonesia rata-rata bekerja selama delapan jam sehari.

Latihan:
(51) Paman bekerja selama 7 jam setiap hari, yaitu mulai jam 08.00 sampai dengan
jam 15.00.
(52) Pegawai itu selalu tiba di kantor tepat jam 08.00.
(53) Kami mengharapkan kehadiran Saudara dalam pertemuan yang akan
diselenggarakan pada hari Selasa, 6 September 2005, jam 14.00-16.00
d. Kata dari dipakai untuk menunjukkan ‘asal’ sesuatu, baik ‘asal tempat’ maupun ‘asal
bahan’.
(54) Mereka baru pulang dari Bima.
(55) Meja ini terbuat dari marmer.
Kata daripada dipakai untuk menyatakan perbandingan.
(56) Indonesia lebih luas daripada Malayasia.

Latihan:
(57) Kota Makassar lebih besar dari Kota Semarang.
(58) Disiplin kerja merupakan pangkal daripada produktivitas.
(59) Seluruh biaya daripada pembangunan mesjid itu ditanggung oleh masyarakat.
e. Kata kebijakan digunakan untuk menyatakan hal-hal yang menyangkut masalah
politik atau strategi kepemimpinan, sedangkan kata kebijaksanaan untuk menyatakan
kearifan menggunakan akal budinya.
(60) Kebijakan pemerintah mengenai moneter perlu dibahas sebagai garis bersama.
(61) Berkat kebijaksanaan orang tuanya, akhirnya Yuli diizinkan mengikuti kursus
komputer.
BAB VI
PEMBENTUKAN KALIMAT

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1) menyebutkan unsur-unsur/bagian-bagian kalimat;
2) memberi contoh kalimat yang benar;
3) menyusun kalimat yang benar dalam bentuk tulisan singkat.

1. Pendahuluan
Dalam berbahasa unsur bahasa yang terkecil yang digunalakan adalah kalimat, bukan kata.
Kata hanya merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat. Sebagai unsur pembentuk kalimat,
kata-kata itu terangkai sesuai dengan kaidah sehingga membentuk rangkaian yang dapat
mengungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran. Rangkaian kata yang demikian disebut kalimat.
Dengan kata lain, kalimat adalah rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang secara
relatif dapat berdiri sendiri dan intonasinya menunjukkan batas antara sesama kalimat. Agar
seseorang dapat membentuk kalimat, hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan kalimat perlu
diperhatikan, yang diuraikan berikut ini.

2. Unsur-unsur/Bagian-bagian Kalimat
Pada bagian 1 telah dijelaskan bahwa kalimat adalah rangkai-an kata yang menyatakan
pikiran tertentu yang secara relatif dapat berdiri sendiri dan intonasinya menunjukkan batas
antara sesama kalimat. Kata atau kelompok kata yang dipakai membentuk kalimat meduduki
fungsi-fungsi tertentu dalam struktur kalimat. Sebagai unsur yang terintegrasi ke dalam suatu
struktur, kata-kata tersebut merupakan unsur kalimat.
Bagian inti yang harus terdapat pada kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P). Bagian inti
kalimat adalah bagian yang tak dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat berfungsi
seba-gai inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penje-lasan terhadap subjek,
yang dapat dilengkapi dengan objek (O), keterangan (K), atau pelengkapan (Pel.).

2.1 Subjek dan Predikat


Setiap kalimat sebagai bentuk pernyataan pikiran mem-punyai subjek dan predikat, baik
yang dinyatakan secara ter-surat maupun yang dinyatakan secara tersirat. Subjek sebagai inti
pembicaraan barulah menyatakan pikiran jika dijelaskan oleh predikat. Hubungan antara subjek
dan predikat dalam kalimat turut menentukan isi pikiran yang dimaksud. Kata-kata yang
digarisbawahi pada contoh berikut berfungsi sebagai subjek (S) dan predikat (P) kalimat.
Contoh :
(1) Saya sebaiknya beristirahat sejenak.
S P
(2) Perusahaannya makin berkembang akhir-akhir ini.
S P

(3) Kami telah bekerja keras selama ini.


S P

(4) Engkau belajar dengan tekun.


S P

(5) Persoalannya akan diselesaikan dalam waktu singkat.


S P
Kalimat-kalimat di atas masing-masing menggunakan kata-kata yang berfungsi menjelaskan
predikat, yaitu:
Keterangan sebaiknya dan sejenak pada kalimat (1), akhir-akhir ini pada kalimat (2), selama ini
pada kalimat (3), dengan tekun pada kalimat (4), dan dalam waktu singkat pada kalimat (5).
Kata-kata yang tergolong keterangan tersebut melengkapi penjelasan predikat terhadap
subjek kalimat.
Ada bermacam-macam keterangan yang dapat dipakai untuk melengkapi fungsi predikat
menjelaskan subjek kalimat dan digolongkan sebagai bagian bukan inti kalimat.
Isi pikiran yang terdapat pada kalimat tercermin pada hubungan antara subjek dan
predikat. Tanpa adanya subjek, pokok pembicaraan dalam setiap kalimat menjadi tidak jelas.
Sebaliknya, tanpa adanya predikat, keadaan subjek atau situasi yang meliputi subjek tidak jelas.
Subjek Predikat
Bagaimana saya? (sebaiknya) beristirahat
(sejenak)
Bagaimana perusahaannya? makin maju
Mengapa kami? telah bekerja keras (selama ini)
Bagaimana engkau? belajar (dengan tekun)
Bagaimana persoalannya? akan diselesaikan
(dalam waktu singkat)

Predikat Subjek
Siapa yang sebaiknya beristirahat sejenak? saya
Apa yang makin berkembang? perusahaannya
Siapa yang telah bekerja keras selama ini? kami
Siapa yang belajar dengan tekun? engkau
Apa yang akan diselesaikan dalam waktu
singkat? persoalannya
Pikiran yang dinyatakan pada setiap kalimat selalu utuh atau lengkap, tetapi bentuk
pernyataannya (pengungkapan-nya) tidak selalu lengkap. Dalam situasi tertentu, pemakai bahasa
kadang-kadang tidak menyebutkan secara lengkap bagian kalimat tanpa mengganggu makna
kalimat.
Unsur kalimat yang tidak disebutkan itu harus dipahami secara tersirat dalam struktur
kalimat. Struktur kalimat yang demikian disebut kalimat elips.
Karya kalimat ilmiah sebaiknya tidak menggunakan kalimat elips seperti pada contoh
kalimat (6) sampai dengan kalimat (10).
Contoh:
Bentuk Pengungkapan Isi Pikiran
(6) Datanglah ke rumah nanti Datanglah engkau ke rumah
siang! nanti siang!

(7) Saya di pabrik itu sejak Saya bekerja di pabrik itu


tahun 1987. sejak tahun 1987.

(8) Kemarin ia ke sana. Kemarin ia pergi ke sana.

(9) Diminta datang segera. Anda/ia diminta olehnya


datang segera.

(10) Duduklah! Duduklah engkau!

(11) Ke mana? Kemana Saudara akan pergi?

2.2 Objek dan Keterangan


Objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat yang sering muncul dalam kalimat untuk
melengkapi predikat. Hubungan antara objek (O) dan predikat (P) ternyata lebih erat daripada
hubungan antara keterangan (K) dan predikat.
Objek kalimat selalu terletak di belakang predikat yang tergolong kata kerja aktif transitif
(frasa verba transitif) dan tempatnya tetap/terikat (P/O) karena menjadi bagian inti kalimat. Objek
kalimat dapat berupa –nya, -ku, dan –mu, serta dapat menjadi subjek (S) dalam kalimat pasif.
Keterangan yang mempunyai hubungan yang agak longgar dengan predikat dapat dipindahkan
tempatnya atau dihilangkan pada struktur kalimat tanpa merusak makna kalimat karena bukan inti
kalimat.
Contoh :
(12) Ia membaca buku itu beberapa kali.
S P O K

a. Ia beberapa kali membaca buku itu.


b. Beberapa kali ia membaca buku itu.
c. Membaca buku itu ia beberapa kali.
d. Membaca buku itu beberapa kali ia.
(12c dan 12d tidak gramatikal)

(13) Kami merayakan hari ulang tahunnya kemarin.


S P O K

a. Kemarin kami merayakan hari ulang tahunnya.


b. Kami kemarin merayakan hari ulang tahunnya.
c. Merayakan hari ulang tahunnya kemarin kami.
d. Kemarin merayakan hari ulang tahunnya kami.
(13c dan 13d tidak gramatikal)

(14) Saya mengunjungi orang tuanya di desa itu.


S P O K

a. Orang tuanya saya kunjungi didesa itu.


b. Di desa itu saya mengunjungi orang tuanya.
c. Saya berkunjung ke orang tuanya di desa itu.
d. Mengunjungi orang tuanya saya di desa itu.
(14d tidak gramatikal)
Objek pada kalimat (12), (13), dan (14) di atas dapat bertukar fungsinya sebagai
subjek pada kalimat pasif. Jika pada kalimat aktif subjek berperan melakukan
perbuatan, maka pada kalimat pasif subjek dikenai perbuatan yang disebutkan pada
predikat kalimat.
Kalimat yang predikatnya bukan pada kata kerja transitif tidak dapat diubah menjadi
kalimat pasif seperti pada kalimat (22) dan kalimat (24).
Kalimat Aktif Bentuk Pasif
(15) Ia membaca buku itu Buku itu dibacanya
O S
beberapa kali beberapa kali.
(16) Kami merayakan hari Hari ulang tahunnya kami
S
ulang tahunnya kemarin. rayakan kemarin.
O

(17) Saya menulis surat. Surat saya tulis.


O S

Surat kutulis.
S
(18) Kita akan membantu mereka. Kita akan bantu mereka.
(tidak gramatikal)

(19) Saya ingin menjelaskan hal Saya ingin jelaskan hal itu
lebih lanjut kepadanya. lebih lanjut kepadanya.
(tidak gramatikal)

(20) Paman pulang ke desa. ____________

(21) Mari kita berjalan-jalan ke ____________


danau itu!

(22) Ia dapat mengangkat peti itu. Peti itu dapat diangkat.


Peti itu terangkat olehnya.

(23) Ayah tertawa mendengar _____________


ceritanya.

(24) Penulis itu cukup terkenal. _____________

Keterangan yang menyertai predikat kalimat bervariasi sesuai dengan fungsinya


untuk melengkapi predikat. Hubungan yang agak longgar antara keterangan dan
predikat memungkinkan penempatan keterangan dalam struktur kalimat. Jenis-jenis
keterangan yang bermacam-macam itu dapat dilihat pada contoh berikut.

(25) Ia berdiri di tempat itu sejak tadi.


K (tempat)

(26) Ujian berlangsung selama dua jam.


K (waktu)

(27) Anak itu lulus ujian karena rajin belajar.


K (sebab)

(28) Orang itu terlalu sibuk bekerja sehingga jatuh sakit.


K (akibat)

(29) Saya melempar anjing itu dengan batu.


K (alat)

(30) Pemerintah melaksanakan pembangunan untuk meningkat-kan kesejahteraan


masyarakat.
K (tujuan)

(31) Semua anggota keluarga hadir kecuali dia.


(pembatasan)

(32) Orang itu berjalan cukup cepat.


K (keadaan)

(33) Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah.


K (perlawanan)

(34) Saya bersedia datang asal diundang.


K (syarat)

(35) Giginya putih bagai mutiara.


K (perbandingan)

(36) Mereka tentu datang menemuimu.


K (modalitas) *)
(37) Ibu bersama tamunya menyaksikan peristiwa itu.
K (sertaan)

*)
Keterangan modalitas menyatakan sikap atau sarana pembicara/penulis
terhadap hal yang dibicarakan, yang meliputi keadaan, peristiwa, tindakan, atau
sifatnya (mungkin, boleh, barangkali, dan sebagainya).
TUGAS/LATIHAN

1. Tugas Latihan di kelas


Bacalah bacaan/kutipan berikut dengan teliti! Catatlah kalimat-kalimat berikut,
kemudian tandailah unsur-unsurnya!

(1) Internet sebagai jaringan global telah menciptakan cyberpace, sebuah ruangan
maya dalam jaringan komputer global. (2) Dalam ruangan ini manusia saling
berhubungan lewat e-mail, bermain game, konferensi jarak jauh, bertukar informasi
mutakhir dalam sains dan teknologi, atau bahkan sekedar mengobrol. (3) Informasi
dalam sekejap dapat diper-oleh dalam jarak yang hamper tidak mungkin. (4) Jauh
berabad-abad yang lalu ketika kertas ditemukan dan buku diciptakan, sebuah dunia
maya juga telah tercipta dengan sendirinya. (5) Dari ruang-ruang perpustakaan, ruang-
ruang kelas, dari abad ke abad, buku telah menciptakan dialog, menghadirkan gagasan,
dan menjembatani sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. (6)
Komunitas yang terjalin pun sangat melampaui ruang dan waktu. (7) Namun, tidak
semua buku dapat ditempatkan pada rak-rak buku, dibahas dalam ruang-ruang diskusi,
dan diulas hangat oleh media massa. (8) Hanya buku-buku bermutu yang berhak
mengisi benak para penggemar buku. (9) Penerbit yang mengutamakan mutu
senantiasa mempersiapkan penulis, desain sampul, desain isi, keakuratan editor, atau
kualitas fisik buku. (10) Lalu, sebuah buku tercipta dan dengan sendirinya tercipta dunia
maya yang memungkinkan Anda on-line dengfan tokoh-tokoh nasional, bahkan ratusan
nama terkemuka dunia.

2. Tugas Latihan di kelas


Pilihlah satu topik yang berhubungan dengan kekhusus-an Anda. Selanjutnya,
buatlah tulisan sepanjang 2 halaman de-ngan menggunakan kalimat yang benar.
BAB VII
KALIMAT EFEKTIF

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan pentingnya kepaduan bagian kalimat;
2. menunjukkan logis tidaknya hubungan antar bagian kalimat;
3. memilih cara pemusatan perhatian dalam kalimat;
4. menentukan cara penggunaan kata yang hemat dalam menyusun kalimat;
5. memperbaiki kalimat salah menjadi kalimat efektif;
6. menggunakan kalimat efektif dalam menulis karya ilmiah.

1. Pendahuluan
Setiap gagasan/konsep yang dimiliki seseorang harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat
yang jelas. Kalimat yang jelas dan baik akan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang
demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif harus secara tepat dapat mewakili pikiran
dan keinginan penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk
mencapai daya informasi yang diinginkan oleh penulis terhadap pembacanya. Bila hal ini tercapai
diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa
yang disampaikan itu.
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau
penulis. Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu agar kejelasan kalimat dapat
terjamin.
Kalimat yang efektif ditandai oleh adanya kepaduan unsur kalimat, kelogisan hubungan
antarbagian kalimat, kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang dipakai, kehematan penggunaan
kata, dan kefokusan pada bagian-bagian tertentu.

2. Kepaduan Unsur Kalimat


Kepaduan unsur kalimat berkaitan dengan hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara
unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Hubungan itu harus logis dan
jelas agar gagasan yang dituangkan dalam kalimat itu dapat dipahami oleh pembaca secara tepat.
Uraian berikut ini menjelaskan ketidakpaduan hubungan antara unsur-unsur kalimat
tersebut disertai dengan sejumlah contoh kalimat.

Subjek Kalimat Tidak Didahului Kata Depan


Sebuah kalimat harus memiliki subjek yang jelas. Kalimat yang tidak bersubjek biasanya
terjadi karena penempatan kata depan di, dalam, di dalam, bagi, kepada, pada, untuk, dari,
dengan, tentang, mengenai di depan subjek. Dengan menempatkan kata depan yang salah seperti
itu, subjek kalimat menjadi kabur.
(1) Dengan penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa.
(2) Berdasarkan uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang
dewasa.
Perbaikan:
(1a) Penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa.
(2a) Uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa.
Latihan:
(3) Di dalam pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anak didik dan pendidik.
(4) Untuk kehidupan modern menuntut cara berpikir dan bertindak yang
efektif dan efisien.
(5) Bagi peneliti memerlukan kecermatan memilih sampel.
(6) Dari hasil penelitian di laboratorium membuktikan bahwa serum ini tidak
berbahaya.
(7) Menurut ahli geologi itu menyatakan bahwa perembesan air laut telah
sampai di wilayah Jakarta Pusat.
(8) Dengan Operasi Zabra membuktikan bahwa kemacetan lalu lintas dapat
kita atasi.
(9) Melalui penelitian ini akan membuktikan manfaat yang besar bagi
pengembangan pariwisata di tanah air.
(10) Pada bacaan anak-anak harus memberikan contoh atau teladan yang baik.
(11) Pada tabel itu memperlihatkan bahwa jumlah karyawati lebih banyak
daripada jumlah karyawan.
(12) Berdasarkan uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang
dewasa.
(13) Dengan penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa.
(14) Bagi peneliti memerlukan kecermatan memilih topik.

Antara Predikat dan Objek Tidak Disisipkan Kata Depan


Kesalahan lain terjadi karena penempatan kata depan di antara predikat dan objek kalimat.
Penempatan kata depan seperti itu dapat merusak kepaduan unsur predikat dan objek kalimat.
Karena itu, kata depan, seperti tentang, mengenai, daripada, bagi, pada, akan tidak boleh
ditempatkan di antara predikat dan objek kalimat.
(15) Tesis ini akan menitikberatkan pada penelitian dimensi sintaktik awalam
meng-.
(16) Seminar ini akan membahas mengenai masalah lingkungan hidup.
(17) Orangtua wajib mengawasi tentang perilaku anaknya.
Penggunaan kata pada, mengenai, dan tentang dalam kalimat-kalimat di atas merusak
kepaduan unsur predikat dan objek kalimat. Karena itu, kata-kata tersebut harus ditiadakan dalam
kalimat-kalimat tersebut.
Perbaikan:
(15a) Tesis ini akan menitikberatkan penelitian dimensi sintaktik awalan meng-.
(16a) Seminar ini akan membahas masalah lingkungan hidup.
(17a) Orangtua wajib mengawasi perilaku anaknya.
Latihan:
(18) Penelitian ini membahas tentang efektivitas penggunaan pupuk tablet.
(19) Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan pentingnya kesehatan
lingkungan.
(20) Keajaiban menyinari ke angkasa dan ke seluruh penjuru dunia.
(21) Orangtua wajib mengawasi langsung kepada putra-putrinya.
(22) Tulisan ini menyoroti tentang hakikat manusia.
(23) Majelis hakim menjelaskan tentang faktor-faktor yang memberatkan
Mawardi.
(24) Kita harus selalu memperhatikan daripada keinginan anggota.
Predikat Kalimat Harus Jelas
Kalimat yang tidak berpredikat tidak tepat disebut kalimat efektif karena unsur-unsurnya
menjadi tidak lengkap.
(25) Pikiran yang kacau pada bahasa yang kacau.
(26) Kecelakaan itu karena supir kurang waspada.
(27) Penentuan informan dan responden secara purposif.

Perbaikan:
(25a) Pikiran yang kacau tercermin pada bahasa yang kacau.
(26a) Kecelakaan itu terjadi karena supir kurang waspada.
(27a) Penentuan informan dan responden dilakukan secara purposif.

Latihan:
(28) Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hubungan antara diklat
dengan peningkatan keterampilan teknis pegawai.
(29) Metode analisis yang digunakan, yaitu metode analisis deskriptif dan
analisis represi lincar berganda.
(30) Pembuatan makalah ini untuk memenuhi syarat mengakhiri mata kuliah
ekonomi moneter.
(31) Penemuan bangunan kuno itu hasil kerja keras para arkeologi
(32) Pengumpulan data melalui metode survai dan penulisan laporan dengan
menggunakan analisis deskriptif.
(33) Pengembangan sistem angkutan massal yang perlu disertai dengan
penelitian untuk menghasilkan angkutan yang efisien.
Kalimat Tidak Bersubjek Ganda
Ketidakefektifan kalimat juga terjadi karena terdapat subjek ganda (dua subjek) dalam
sebuah kalimat.
(34) Penyusunan laporan penelitian ini saya dibantu oleh tenaga-tenaga
penyuluh pertanian lapangan.
(35) Perluasan usaha ini kami menggunakan pinjaman modal dari bank.
Perbaikan:
(34a) Dalam menyusunan laporan penelitian ini, saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh
pertanian lapangan.
(35a) Untuk perluasan usaha ini, kami menggunakan pinjaman modal dari bank.

Latihan:
(36) Peningkatan hasil produksi pertanian kami dibantu oleh para petugas
penyuluh lapangan.
(37) Penempatan pupuk P dalam alur di baris tanaman kedelai, produksi
kedelai akan tinggi.

Bagian Kalimat Majemuk Tidak Dipenggal


Dalam pemakaian bahasa tulis sering ditemukan bagian kalimat majemuk yang ditulis
terpisah dari bagian sebelumnya dengan menggunakan tanda titik.
(38) Pembangunan gedung itu belum dapat dilaksanakan. Karena dana yang
diusulkan belum turun.
(39) Pengamatan terhadap objek itu tidak cermat. Sehingga deskripsi objek
tersebut kurang jelas.

Perbaikan:
(38a) Pembangunan gedung itu belum dapat dilaksanakan karena dana yang diusulkan belum
turun.
(39a) Pengamatan terhadap objek itu tidak cermat sehingga deskripsi objek tersebut kurang
jelas.
Latihan:
(40) Orangtua selalu meributkan masalah kenakalan remaja. Sedangkan anak
remaja sendiri tidak pernah memasalahkan hal itu.
(41) Banyak orang yang pandai membangun gedung bertingkat. Tetapi soal
memeliharanya tidak demikian.
(42) Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
(43) Mereka tetap bekerja seperti biasa. Walaupun diperlakukan tidak adil oleh
pimpinannya.
(44) Buku bacaan yang banyak diterbitkan adalah buku fiksi. Baik karangan para
sastrawan Indonesia maupun hasil terjemahan sastra dunia.
Subjek Kalimat Harus Ditempatkan Pada Induk Kalimat
Dalam kalimat majemuk bertingkat, subjek kalimat harus ditempatkan pada induk kalimat.
Ketidakpaduan unsur kalimat dapat terjadi karena subjek kalimat ditempatkan pada anak kalimat.
(45) Setelah penjahat itu ditahan beberapa kali, kembali ke jalan yang benar.
(46) Meskipun kita tidak menghadapi musuh harus selalu waspada.

Perbaikan:
(45a) Setelah ditahan beberapa kali, penjahat itu kembali ke jalan yang benar.
(46a) Meskipun tidak menghadapi musuh, kita harus selalu waspada.

Latihan:
(47) Ketika dia diangkat sebagai pimpinan cabang tidak memperlihatkan
kelebihan dari yang lain.
(48) Ketika hakim itu menjawab pertanyaan wartawan mengatakan bahwa
sidang akan dilanjutkan bulan depan.
(49) Agar pelaksanaan pendidikan di TK dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip ini.
(50) Karena kami sudah lelah, ingin pulang.

Subjek yang Tidak Sama dalam Induk Kalimat dan dalam Anak Kalimat Harus Eksplisit
Jika dalam kalimat majemuk bertingkat subjek induk kalimat berbeda dengan subjek anak
kalimat, kedua subjek itu harus dinyatakan secara eksplisit. Ketidakefektifan kalimat majemuk
seperti ini sering terjadi karena menghilangkan salah satu subjeknya.
(51) Karena sering kebanjiran, pemimpin proyek tidak menyetujui lokasi itu.
(52) Sejak didirikan sampai sekarang, paman saya sudah berkali-kali mengubah
bentuk rumahnya.
Perbaikan:
(51a) Karena lokasi itu sering kebanjiran, pemimpin proyek tidak menyetujui lokasi itu.
(52a) Sejak rumahnya didirikan sampai sekarang, paman saya sudah berkali-kali mengubah
bentuk rumahnya.
Latihan:
(53) Karena terbukti bersalah, hakim ketua memberi hukuman empat tahun
penjara untuk terdakwa.
(54) Sambil beristirahat dari pekerjaan yang berat itu, buku cerita silang
dibacanya sampai selesai.
(55) Sebelum berlabuh, barang-barang sudah dibawa orang di pinggir kapal.
(56) Setelah dibahas secara mendalam, peserta seminar itu menyetujui
keputusan rapat.
(57) Setelah memenuhi semua persyaratan, kami akan segera mengirimkan
karya ilmiah itu.

Penggunaan Pasangan Konjungsi yang Tidak Sesuai


Konjungsi (kata penghubung) digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk
kalimat. Dengan kata lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat
tidak didahului konjungsi. Konjungsi yang menandai anak kalimat, antara lain, ialah ketika,
sesudah, setelah, sebab, sehingga, maka, jika, apabila, meskipun, walaupun, agar, supaya, untuk,
dan dengan.
Ketidakpaduan unsur kalimat dapat terjadi karena penggunaan pasangan konjungsi yang
tidak sesuai, seperti pasangan kata karena … maka, berhubung … maka, untuk … maka, jika …
maka, dengan … maka, apabila … maka, setelah … maka, karena … sehingga.
Dalam contoh beriku kedua unsur kalimat majemuk bertingkat didahului konjungsi
sehingga tidak jelas unsur mana sebagai induk kalimat.
(58) Karena nilai yang didapatkan lebih besar dari batas penolakan, maka
hipotesis nol ditolak.
(59) Berhubung objek penelitian terlampau luas, maka pengumpulan data
dibatasi pada daerah perkotaan.
(60) Karena lokasi penelitian tidak mudah dijangkau sehingga tidak semua data
dapat dikumpulkan.
Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Akan tetapi, kedua unsur
kalimat majemuk tersebut masing-masing dimulai dengan konjungsi sehingga kaliat-kalimat
tersebut tidak mempunyai induk kalimat. Dengan demikian, satu konjungsi harus ditiadakan
supaya satu dari dua unsur itu menjadi induk kalimat.
(58a) Nilai yang didapatkan lebih besar dari batas penolakan maka hipotesis nol ditolak.
(58b) Karena nilai yang didapatkan lebih besar dari batas penolakan, hipotesis nol ditolak.
(59a) Objek penelitian terlampau luas maka pengumpulan data dibatasi pada daerah perkotaan.
(59b) Berhubung objek penelitian terlampau luas, pengumpulan data dibatasi pada daerah
perkotaan.
(60a) Lokasi penelitian tidak mudah dijangkau sehingga tidak semua data dapat dikumpulkan.
(60b) Karena lokasi penelitian tidak mudah dijangkau, tidak semua data dapat dikumpulkan.

Latihan:
(61) Meskipun kita tidak menghadapi musuh, tetapi kita harus selalu waspada.
(62) Walaupun peluh membasahi tubuhnya, namun petani itu tetap
mengayunkan cangkulnya di bawah terik matahari.
(63) Biarpun matahari telah condong ke Barat, akan tetapi petani desa itu
masih asyik bekerja di sawah.
(64) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas.
Kata Penghubung Penanda Anak Kalimat Harus Dinyatakan Secara Eksplisit
Kata penghubung penanda anak kalimat, seperti ketika, karena, agar, dalam, bagi harus
dinyatakan secara eksplisit. Ketidakefektifan sebuah kalimat dapat terjadi karena peniadaan kata
penghubung penanda anak kalimat tersebut.
(65) Mendengar vonis hakim, terdakwa menjerit-jerit.
(66) Pengembangan sektor wisata, Borobudur mempunyai arti yang sangat
penting.

Perbaikan:
(65a) Setelah mendengar vonis hakim, terdakwa menjerit-jerit.
(66a) Dalam mengembangkan sektor wisata, Borobudur mempunyai arti yang sangat penting.
Latihan:
(67) Memasuki masa pensiun ia merasa mempunyai waktu yang cukup untuk
menolong orang banyak.
(68) Devaluasi rupiah 12 September lalu, harga barang-barang mengalami
kenaikan.
(69) Menderita penyakit jantung ia terpaksa berurusan dengan dokter.
(70) Sejumlah binatang ternak, rumput merupakan makanan yang utama.

3. Kesejajaran
Kesejajaran atau keparalelan adalah kesamaan bentuk dan makna kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Kalimat efektif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran
makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur klausa, sedangkan kesejajaran makna
berkaitan dengan kejelasan informasi yang diungkapkan.

Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Artinya, jika
dalam sebuah kalimat terdapat beberapa unsur yang dirinci, rinciannya itu harus diutamakan
sejajar. Jika unsur pertama menggunakan kata benda, unsur berikutnya juga berupa kata benda;
jika unsur pertama menggunakan bentuk di-kan, meng- (-kan), atau peng-an, unsur berikutnya
juga berbentuk di-kan, meng- (-kan), atau peng-an.
(71) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan mengatur tata ruang.
Kalimat (71) tidak mempunyai kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu pengecatan, memasang, pengujian, dan mengatur. Agar kalimat sejajar
bentuknya, keempat kata itu dijadikan nomina semua atau dijadikan verba semua, seperti berikut.
(71a) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
(71b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan mengecat tembok, memasang
penerangan, menguji sistem pembagian air, dan mengatur tata ruang.
Latihan:
(72) Harga minyak dibekuk atau kenaikan secara luwes.
(73) Kegiatan proyek itu memerlukan tenaga yang terampil, biayanya banyak,
dan harus cukup waktunya.
(74) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.
(75) Program kerja itu dibicarakan dalam rapat panitia khusus, kemudian dalam
rapat anggota membahas program tersebut.
(76) Secara tegas dan konsekuen pemerintah menindak para pelaku
penyelundupan karena mereka menjatuhkan industri dalam negeri, aparatur pemerintah
dirusak, dan mereka rongrong kewibawaan pemerintah.
(77) Pemerintah Orde reformasi telah merencanakan untuk merevisi undang-
undang politik, pemberantasan KKN, mengusut kekayaan Soeharto, dan pelaksanaan Pemilu
yang Jurdil.
(78) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
memahami tugas yang diembannya, dosen saya telah berhasil mengakhiri masa jabatannya
dengan baik.
(79) Langkah-langkah dalam wawancara ialah
(a) pengaturan pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai.
(b) utarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur jadwal wawancara.
(80) Peningkatan mutu dan disiplin pegawai dapat dilakukan dengan
(a) menyediakan sarana kerja yang memadai.
(b) atasan memberi contoh atau teladan, dan
(c) penciptaan suasana kerja yang menyenangkan.

Kesejajaran Makna
Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat.
(81) Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah
itu.
Kalimat tersebut terdiri atas dua pernyataan, yaitu pernyataan negatif (tidak
memperhatikan) digabungkan dengan pernyataan positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya,
makna kalimat tersebut tidak jelas. Seharusnya, pernyataan negatif digabungkan dengan
pernyataan negatif pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalimat di atas dapat diubah sebagai
berikut.
(81a) Saya tidak memperhatikan dan tidak mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(81b) Saya memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Latihan:
(82) Mereka tidak paham dan mengerti masalah politik.
4. Kelogisan
Kalimat yang diucapkan atau dituliskan haruslah kalimat yang benar. Artinya, kalimat
tersebut harus dilandasi pemikiran yang jernih dan harus ditunjang oleh bahan bukti atau data
yang benar. Sebaliknya, jika kalimat yang dituliskan berawal dari pemikiran yang kusut, kalimat
yang lahir adalah kalimat yang tidak logis atau salah nalar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam pembentukan kalimat yang logis, yaitu:
(a) Pemahaman makna kata secara cermat, dan
(b) Penempatan kata secara tepat dalam struktur kalimat.
Kedua hal tersebut saling menunjang untuk menghasilkan kalimat yang logis sebagai salah satu
tanda kalimat efektif.
Contoh-contoh berikut akan menjelaskan kedua hal tersebut.
(83) Acara berikutnya adalah sambutan Gubernur Sulsel, waktu dan tempat
kami persilakan.
(84) Penjahat itu berhasil ditangkap petugas keamanan.
Kalimat (83) tidak logis karena waktu dan tempat bukan subjek yang dapat memberikan
sambutan. Kalimat (84) juga tidak logis karena yang berhasil menangkap (penjahat) adalah petugas
keamanan. Jadi, kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut.
(83a) Acara selanjutnya adalah sambutan Gubernur Sulsel. Bapak Gubernur kami silakan.
(84a) Penjahat itu berhasil melarikan diri.
(84b) petugas keamanan berhasil menangkap penjahat itu.

Latihan:
(85) Untuk mempersingkat waktu, marilah kita lanjutkan pada acara keempat.
(86) Dia lebih terampil merangkai bunga daripada jamur.
(87) Dia lebih suka makan daging ayam daripada kambing.
(88) Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan maka selesailah
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
(89) Karena sering tidak masuk sekolah, kepala SMA itu terpaksa mengeluarkan
siswa tersebut dari sekolahnya.
(90) Setelah diketahui tidak memiliki SIM, polisi segera menangkap pengemudi
taksi gelap itu.
(91) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering terlihat mondar-
mandir di sekitar kompleks tersebut.
(92) Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta harus mampu merumuskan
konsep untuk mengejar ketinggalan dalam bidang ilmu dan teknologi.

5. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunakan kata, frasa atau bentuk lainnya
yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang
dapat menambah kejelasan makna kalimat. Kehematan di sini mempunyai arti penghematan
terhadap kata yang memang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Penghematan penggunaan kata itu dapat dilakukan dengan cara menghindari pengulangan subjek
yang sama, menghindari pemakaian bentuk ganda, menghindari pemakaian superordinat pada
hiponim kata, dan menghindari penjamakan kata-kata yang berbentuk jamak.

Menghindari Pengulangan Subjek


Kaidah ini berlaku bagi kalimat majemuk bertingkat yang subjek anak kalimatnya sama
dengan subjek induk kalimat. Subjek yang harus dihilangkan adalah subjek anak kalimat,
sedangkan subjek induk kalimat wajib dinyatakan.
(93) Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan
pemimpin perusahaan itu.
(94) Walaupun dia bukan dokter, dia banyak mengetahui resep obat-obatan.

Perbaikan:
(93a) Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.
(94a) Walaupun bukan dokter, dia banyak mengetahui resep obat-obatan.

Menghindari Pemakaian Bentuk Ganda


Di dalam pemakaian bahasa sering ditemukan pemakaian bentuk ganda atau bentuk
bersinonim yang mendukung fungsi yang sama, seperti adalah merupakan, sejak dari, demi untuk,
agar supaya, seperti misalnya, menurut … mengatakan, hanya … saja, sangat … sekali.
(95) Bantuan untuk orang miskin adalah merupakan wujud kepedulian sosial
masyarakat yang mampu.
(96) Kita perlu bekerja keras agar supaya tugas ini dapat berhasil.

Perbaikan:
(95a) Bantuan untuk orang miskin merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(95b) Bantuan untuk orang miskin adalah wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(96a) Kita perlu bekerja keras agar tugas ini dapat berhasil.
(96b) Kita perlu bekerja keras supaya tugas ini dapat berhasil.

Menghindari Pemakaian Superordinat pada Hiponimi Kata


Di dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata. Di dalam makna kata
tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata yang bersangkutan. Kata merah sudah
mengandung makna kelompok warna. Kata merpati sudah bermakna burung. Kata Mei sudah
bermakna bulan. Karena itu, kata warna, burung, dan bulan tidak dipakai di depan kata merah,
merpati, dan Mei.
(97) Ati memakai baju warna merah.
(98) Ati suka memelihara burung merpati.
(99) Kapal itu berlabuh hari Senin kemarin.
Perbaikan:
(97a) Ati memakai baju merah.
(98a) Ati suka memelihara merpati.
(99a) Kapal itu berlabuh Senin kemarin.

Menghindari Penjamakan Kata-Kata Bermakna Jamak


Untuk menyatakan makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan mengulang kata atau
dengan penambahan kata yang menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, semua,
sejumlah, banyak, atau segala. Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara
bersama-sama.
(100) Semua data-data itu dapat diklasifikasikan dengan baik.
(101) Karyawan harus menaati segala ketentuan-ketentuanm yang berlaku di
kantor.

Perbaikan:
(100a) Semua data itu dapat diklasifikasikan dengan baik.
(101a) Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.

Latihan:
(102) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling
depan, lalu dia asyik membaca novel.
(103) Sejak saya berhenti dari jabatan itu, saya mempunyai banyak waktu luang.
(104) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki
ruangan.
(105) Meskipun kedua orang itu tidak mempunyai hubungan darah sama sekali,
mereka selalu saling tolong-menolong dalam setiap kesulitan.
(106) Kalau saya menggelarkan wayang maka saya senantiasa selalu menghitung
waktu yang diperlukan.
(107) Sebelum Anda mengarang terlebih dahulu Anda harus menentukan tema
karangan.
(108) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakan agar supaya tidak
terjadi banjir.
(109) Menurut ahli botani itu mengatakan bahwa protease adalah merupakan
enzim yang dapat diabsorpsi oleh daun.
(110) Dampak positif pembuatan waduk itu cukup banyak sekali seperti misalnya
mencegah banjir dan meningkatkan produksi daripada pertanian.
(111) Sejarah daripada perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi
dasar dan arah dari politik kita yang bebas dan aktif.
(112) Anak daripada tetangga saya hari Senin ini akan dilantik menjadi dokter.
(113) Di sini hujan turun tidak berhenti sejak dari pagi hingga petang.
(114) Pada hari Senin tanggal 18 bulan April, tahun 2005 mereka melangsungkan
pernikahan.
(115) Menurut Gorys Keraf (1996:45) dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia
berpendapat bahwa bahasa adalah merupakan alat komunikasi atau alat penghubung
antarmanusia.
(116) Dalam pertemuan itu para mahasiswa-mahasiswa dapat saling tukar-
menukar informasi.
(117) Jembatan layang itu belum selesai seperti yang sudah direncanakan
disebabkan karena dananya belum dapat dicairkan semua.
6. Pemfokusan
Pemfokusan adalah pemusatan perhatian pada bagin kalimat tertentu. Pemfokusan itu
dilakukan melalui berbagai cara, seperti berikut ini.
1) Meletakan unsur kalimat yang difokuskan pada awal kalimat.
(118) Harapan presiden agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(119) Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat ini.
(120) Secara bringas mereka menyerbu pertokoan itu.
2) Melakukan pengulangan kata (repetisi)
(121) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi
masa depan.
(122) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang merupakan
modal utama seorang pialang.
(123) Saya suka akan kecantikannya, saya suka akan kelembutannya, dan saya
suka akan kehangatannya.
3) Membuat urutan kata yang bertahap
(124) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
(125) Para ahli bertugas mengamati, mengumpulkan data, menganalisis, dan
menyimpulkan.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
(126) Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
BAB VIII
PEMBENTUKAN PARAGRAF

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian paragraf;
2. menjelaskan tujuan pembentukan paragraf;
3. membedakan jenis-jenis paragraf;
4. membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas;
5. menjelaskan syarat-syarat pembentukan paragraf.
1. Pendahuluan
Pikiran utama atau gagasan utama yang dikembangkan dalam tulisan disusun melalui
seperangkat kalimat yang saling berhubungan dalam kesatuan yang lebih besar, yaitu paragraf
atau alinea. Paragraf merupakan wadah pengembangan pikiran dalam tulisan, yang memberikan
kesempatan bagi penulis untuk merinci pikirannya secara logis dan sistematis dalam seperangkat
kalimat yang saling berhubungan secara fungsional. Penyusunan dan pengembangan pikiran dalam
paragraf dapat membantu pengungkapan pikiran penulis secara bertahap dan tertib sehingga
maksud penulis mudah dipahami dan diterima oleh pembaca.
2. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat. Paragraf
merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk
menjelaskan sebuah pikiran utama. Melalui paragraf gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian
tambahan, yang tujuannya untuk menonjolkan pikiran utama secara lebih jelas.
Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan utama.
Contoh (1):
Sampah selamanya memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan
berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki tetap menjadi sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu seminar
berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita
karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah
pencemaran air. Selama pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan sampah itu
belum dapat dikelola dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah.
Paragraf ini terdiri atas enam kalimat. Semua kalimat itu membicarakan masalah sampah.
Oleh sebab itu, paragraf ini mempunyai pikiran utama “masalah sampah”. Uraian dimulai dengan
kalimat pertama yang mengemukakan masalah sampah (memusingkan) disusul dengan
serangkaian penjelasan pada kalimat 2-6 tentang sampah yang selalu memusingkan.

3. Tujuan Pembentukan Paragraf


Apabila kita membaca sebuah tulisan yang tidak tersusun atas kesatuan paragraf, maka kita
akan sulit memahami isinya. Kita dituntut untuk memeriksa lebih cermat pikiran penulis dari awal
sampai akhir secara menyeluruh tanpa petunjuk yang jelas. Hal ini tidak akan terjadi pada tulisan
yang tersusun atas serangkaian paragraf yang baik. Sesudah kita membaca sebuah paragraf, kita
dapat berhenti sebentar dan berkonsentrasi terhadap pikiran utama yang terkandung dalam
paragraf tersebut sebelum melangkah pada paragraf berikutnya.
Ada dua tujuan utama pembentukan paragraf. Pertama, pembentukan paragraf bertujuan
memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan pikiran utama yang satu dari
pikiran utama yang lain. Oleh sebab itu, setiap paragraf hanya boleh memuat satu pikiran utama.
Apabila terdapat dua pikiran utama, maka paragraf tersebut harus dipecah menjadi dua paragraf
atau lebih. Kedua, pembentukan paragraf bertujuan memisahkan dan menegaskan perhentian
secara wajar dan formal untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada
akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini, konsentrasi terhadap pikiran utama pada
setiap paragraf lebih terarah.
Contoh (2):
Bidang pendidikan merupakan wadah dan lingkungan formal yang harus
menerima anak didik dari semua suku bangsa Indonesia. Sebab itu, sesuai dengan
pokok kebijaksanaan pendidikan dan kebudayaan dan GBHN, maka kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan pendidikan nasional adalah (1)
sebagai mata pelajaran dasar dan pokok, dan (2) sebagai bahasa pengantar di semua
jenjang sekolah. Bahasa daerah dapat dipakai untuk membantu bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar di kelas satu sampai kelas tiga SD di daerah-daerah yang
masih memerlukannya. Di samping itu, bahasa daerah dapat pula diajarkan sebagai
satu mata pelajaran.
Paragraf di atas berisi dua pikiran utama, yaitu (1) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia,
dan (2) kedudukan dan fungsi bahasa daerah. Sebab itu, paragraf tersebut haruslah dijadikan dua
buah seperti yang terlihat pada contoh berikut :
Contoh (2a):
Bidang pendidikan merupakan wadah dan lingkungan formal yang harus
menerima anak didik dari semua suku bangsa Indonesia. Sebab itu, sesuai dengan
pokok kebijaksanaan pendidikan dan kebudayaan dan GBHN, maka kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan pendidikan nasional adalah (1)
sebagai mata pelajaran dasar dan pokok, dan (2) sebagai bahasa pengantar di semua
jenjang sekolah.
Bahasa daerah dapat dipakai untuk membantu bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar di kelas satu sampai kelas tiga SD di daerah-daerah yang masih memerlukannya.
Di samping itu, bahasa daerah dapat pula diajarkan sebagai satu mata pelajaran.
4. Jenis-jenis Paragraf
Paragraf-paragraf yang membangun suatu tulisan dilihat dari segi sifat dan wujudnya dibagi
atas (1) paragraf pembuka, (2) paragraf penghubung, dan (3) paragraf penutup. Ketiga jenis
paragraf tersebut akan dijelaskan secara singkat.
Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka atau paragraf pendahuluan berfungsi sebagai pengantar atau pembuka
tulisan untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Oleh sebab itu, paragraf pembuka
harus dapat mengundang minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran
pembaca menghadapi masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka jangan terlalu panjang agar
tidak membosankan.
Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung ialah semua paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan
yang terakhir sekali (paragraf penutup). Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf ini.
Jadi, paragraf penghubung berisi pembahasan inti persoalan yang dikemukakan oleh si penulis.
Oleh sebab itu, antara paragraf yang satu dan yang lain harus saling berhubungan secara logis.
Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir tulisan atau yang mengakhiri
sebuah tulisan. Biasanya, paragraf penutup ini berisi simpulan dari semua pembahasan yang telah
dipaparkan pada paragraf penghubung. Paragraf penutup dapat berisi penegasan kembali
mengenai masalah-masalah yang dianggap penting dalam paragraf penghubung. Paragraf penutup
yang berfungsi mengakhiri sebuah tulisan tidak boleh terlalu panjang, tetapi tidak berarti bahwa
paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf
penutup ini diusahakan dapat menimbulkan kesan yang dalam bagi pembaca. Isi paragraf penutup
banyak ditentukan oleh sifat karangan.
5. Tanda Paragraf
Tanda sebuah paragraf dapat dilihat pada permulaan baris yang agak menjorok ke dalam
kira-kira lima ketukan dari batas tulisan sebelah kiri. Penandaan paragraf dapat juga dilakukan
dengan cara memberikan jarak yang agak renggang dari paragraf sebelumnya atau sesudahnya.
Dengan cara demikian, pembaca mudah melihat dengan jelas batas-batas setiap paragraf.
6. Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan dan hanya
boleh mengandung satu pikiran utama yang dijelaskan oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran
utama dituangkan dalam kalimat utama dan pikiran-pikiran penjelas atau perincian dituangkan
dalam kalimat-kalimat penjelas.
Contoh (3):
(1) Dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila yang mengandung sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, takwa kepada Tuhan menurut agama dan kepercayaan
masing-masing adalah mutlak. (2) Semua agama menghargai manusia. (3) Karena itu,
semua umat beragama wajib saling menghargai. (4) Hal ini mengandung arti kewajiban
di antara umat beragama untuk saling menghormati agama dan kepercayaan yang
dianut. (5) Dengan itu, antara umat beragama yang berlain-lainan akan terbina
kerukunan hidup dan dari kerukunan ini dapat berkembang usaha bersama untuk
menangani pembangunan masyarakat. (6) Dengan demikian, kita akan mencapai
kemajuan dan hal tersebut berarti akan mendapat makna yang indah karena
bimbingan Tuhan Yang Maha Esa.
Paragraf di atas terdiri atas enam buah kalimat. Kalimat (1) mengungkapkan pikiran utama,
sedangkan kalimat (2), (3), (4), (5), dan (6) mengungkapkan pikiran penjelas. Kalimat dalam
paragraf yang membicarakan pikiran utama disebut kalimat utama atau kalimat topik seperti yang
terlihat pada kalimat (1). Kalimat-kalimat yang mengungkapkan pikiran penjelas disebut kalimat
penjelas seperti terlihat pada kalimat (2) – (6). Jadi, dalam paragraf tersebut hanya terdapat satu
kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas.
7. Keterkaitan Kalimat
Keutuhan paragraf harus dijaga dengan berusaha supaya semua kalimat dalam paragraf
hanya menjelaskan satu pikiran jelas. Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf saling terkait. Tidak
boleh ada satu pun kalimat yang menyimpang dari hal yang sedang dijelaskan.
Contoh (4):
Pada tahun lalu diselenggarakan pameran lukisan anak-anak di Taman Ismail
Marzuki, Jakarta. Kagum kita melihatnya karena hampir semuanya bagus-bagus.
Betapa pandainya anak-anak sekarang melukis. Lukisan mereka mencerminkan sifat
jujur, murni, dan kesungguhan hati. Pantas saja anak-anak Indonesia ada yang
mendapat penghargaan tertinggi dan medali pada perlombaan melukis yang diikuti
oleh anak-anak sedunia. Berkat latihan yang tekun dan bimbingan guru yang
memahami jiwa anak-anak, anak-anak kita sekarang menjadi kreatif dan mampu
bermain-main dengan kuas dan cat. Di sekolah anak-anak sekarang bahkan juga diajari
terampil menukang, memasak, membuat alat elektronika dan lain-lain yang banyak
gunanya dalam kehidupan modern sehari-hari. Gembira kita melihat calon-calon raden
Saleh, Basuki Abdullah, bermunculan dalam pameran di Taman Ismail Marzuki itu.
Paragraf di atas membicarakan pameran lukisan anak-anak yang sangat mengagumkan.
Uraian tentang pelajaran keterampilan menukang, memasak dan yang lain-lain itu tidak sesuai
dengan pikiran utama paragraf dan mengganggu pikiran tentang suasana pameran lukisan yang
mengagumkan itu. Kalimat yang tidak sesuai itu harus dikeluarkan dari paragraf (4) karena
menyimpang dari pikiran utama yang dibicarakan dalam paragraf tersebut.
8. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Sama halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Paragraf yang baik atau efektif harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat syarat-syarat yang dimaksud.
Kesatuan Pikiran
Kalimat-kalimat dalam satu paragraf harus menggambarkan pikiran yang saling
berhubungan dan menunjukkan ikatan untuk mendukung satu pikiran sebagai pikiran utama.
Kesatuan pikiran dalam paragraf berarti adanya hubungan tentang masalah yang menjadi pikiran
utama. Jadi, tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan pikiran
utama tersebut. penyimpangan uraian akan menyulitkan pembaca memahami maksud penulis.
Contoh (5):
Industri perkapalan siap memproduksi jenis kapal untuk mengganti kapal yang
akan dibesituakan. Akan tetapi, kemampuan mereka terbatas. Kalau dalam waktu yang
singkat harus memproduksi kapal sebanyak yang harus dibesituakan, jelas industri
dalam negeri tidak mampu. Peningkatan kemampuan ini memerlukan waktu.
Sebaiknya hal ini dilakukan bertahap. Kalau bentuk peremajaan ini pemerintah sampai
mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang begitu besar untuk industri dalam
negeri tidak termanfaatkan.
Pada contoh (5) kita lihat bahwa paragraf ini hanya mengandung satu pikiran utama, yaitu
penggantian kapal yang akan dibesituakan. Pikiran utama ini kemudian dirinci dengan beberapa
pikiran penjelas, yaitu 1) kesiapan industri perkapalan dalam negeri, 2) kemampuan terbatas, 3)
pelaksanaan secara bertahap, dan 4) impor dapat menghilangkan kesempatan. Penjelasan atau
perincian itu diurutkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara satu kalimat dan kalimat yang
lain membentuk kesatuan yang bulat.
Koherensi atau Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah bahwa paragraf itu harus
mengandung koherensi atau kepaduan. Kepaduan itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara
kalimat-kalimat yang membina paragraf itu baik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan
mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa ada sesuatu yang menghambat atau yang
memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya. Uraian yang tersusun baik tidak menunjukkan
loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan
memperlihatkan adanya kepaduan. Kepaduan dalam paragraf dapat dibangun dengan cara-cara
tertentu dalam penggunaan bahasa berupa repetisi, kata ganti, dan kata transisi.
Pengunaan repetisi
Repetisi adalah pengulangan kata kunci, yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah
paragraf. Kata kunci yang mula-mula timbul pada awal paragraf kemudian diulang-ulang pada
kalimat berikutnya. Pengulangan itu berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat.
Perhatikan kata-kata yang digarisbawahi berikut.
Contoh (6):
Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah
menentukan tujuan mengajarkan sesuatu. Tanpa adanya tujuan yang sudah
ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita
susun tidak akan banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil
proses belajar mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat
menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita gunakan, dan
bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penggunaan kata ganti
Kata ganti adalah kata-kata yang mengacu kepada manusia atau benda. Untuk menghindari
kebosanan, kata-kata yang mengacu kepada manusia atau benda itu diganti dengan kata ganti.
Pemakaian kata ganti dalam paragraf berfungsi menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat yang
membangun paragraf. Kata ganti dapat bertugas menunjukkan kepaduan suatu paragraf. Yang
biasa dipakai menjadi penanda hubungan paragraf ialah 1) kata ganti orang (ia/dia, beliau, mereka,
-nya), 2) kata ganti milik (-nya, beliau, mereka), dan 3) kata ganti penunjuk (ini dan itu).
Contoh (7):
Dengan segala senang hati Pak Hasan memandangi padi yang tumbuh dengan
subur. ternyata usahanya tidak sia-sia. Tinggal beberapa minggu lagi ia akan memetik
hasilnya. Sekarang telah terbayang di matanya, orang sibuk memotong, memikul padi
berkarung-karung, dan menimbunnya di halaman rumah. Tentu anaknya Ida dan calon
menantunya Adi akan ikut bergembira. Hasil padi yang cukup baik ini tentu akan
mengantarkan mereka ke mahligai perkawinan.
Penggunaan kata transisi
Kata transisi adalah kata atau frasa yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain untuk menjaga kepaduan paragraf. Sifat hubungan antarkalimat
akan menentukan pilihan kata/frasa transisi yang dipakai dalam paragraf. Beberapa contoh
paragraf berikut dapat menjelaskan hal tersebut.
Contoh (8):
Pukul lima pagi saya bangun. Sesudah itu saya ke kamar mandi, lalu saya
mandi. Sesudah itu saya berpakaian. Setelah berpakaian, saya makan pagi. Sesudah itu
saya pamit pada Ayah dan Ibu, lalu saya berangkat sekolah.
Kalau kita perhatikan contoh paragraf (8), seluruh hubungan kalimat dikuasai oleh kata
transisi yang mengatur hubungan waktu. Penggunaan kata transisi yang sama seperti pada contoh
di atas kurang baik, karena dapat membosankan membacanya.
Peralihan dari kalimat yang satu ke kalimat yang lain dalam paragraf dapat dipertalikan
dengan kata-kata atau frasa transisi. Sesuai dengan jenis hubungan yang ditunjukkan, pengguna
bahasa dapat memilih kata-kata atau frasa transisi berikut ini :
1) hubungan yang menyatakan penambahan, dengan menggunakan kata/frasa lebih-
lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula,
berikutnya, akhirnya, tambahan pula, kedua, ketiga, demikian juga;
2) hubungan yang menyatakan pertentangan dengan menggunakan kata/frasa tetapi,
namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, meskipun, biarpun;
3) hubungan yang menyatakan perbandingan dengan menggunakan kata/frasa lain
halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana;
4) hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, dengan menggunakan kata/frasa
sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya;
5) hubungan yang menyatakan tujuan, dengan menggunakan kata/frasa kata
penghubung untuk maksud itu, dengan maksud tersebut, agar, supaya;
6) hubungan yang menyatakan singkatan, dengan menggunakan kata/frasa
pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata
lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya;
7) hubungan yang menyatakan waktu, dengan menggunakan kata/frasa sementara itu,
segera, beberapa saat kemudian, kemudian, sesudah itu;
8) hubungan yang menyatakan tempat, dengan menggunakan kata/frasa di sini, di
sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan.
TUGAS/LATIHAN

A. Tulislah gagasan pokok dari kalimat topik paragraf contoh (5), (6), (7), (8) dalam bab
pembentukan paragraf modul ini!

B. Susunlah kalimat-kalimat dibawah ini sehingga menjadi paragraf yang baik. Pilihlah salah satu
susunan yang tepat!
1. a. Pemerintah lebih menekankan faktor pemerataan daripada spekulasi
b. Jika membeli saham di pasar modal, maka masyarakat hanya akan memperoleh dividen
yang jatuh lebih rendah.
c. Masyarakat yang memiliki dana akan lebih suka menabung di bank karena suku
bunganya tinggi.
d. Pasar modal kini kurang menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan tabungan.
e. Selain itu, saham yang dibelinya tidak bisa segera dijual dengan harga yang jauh lebih
tinggi walaupun perusahaan terus memperoleh keuntungan.
f. Faktor ini menyebabkan pasar modal kurang menarik
a. c b e a f g
b. d c b e a f
c. a f d c b e
d. d a f c b e
2. a. Maksudnya, selalu tergantung dari pasaran produk-produk agraris tersebut
b. Hal ini kadang-kadang diciptakan oleh negara-negara yang kuat ekonominya
c. Perekonomian agraris memang mempunyai banyak kelemahan
d. Perekonomian agraris antara lain tidak dapat mandiri
e. Kalau pasaran lesu, perekonomian agraris ikut lesu
f. Padahal, kelesuan ini tidak selalu merupakan siklus ekonomi yang alamiah wajar.
a. c d a e f b
b. e f b c d a
c. c e f b d a
d. e b c d a f
3. a. Ini dapat berakibat pemaksaan atas orang lain
b. Agama adalah masalah keyakinan
c. Lupa yang demikian sudah menimbulkan penganiayaan dan peperangan dalam sejarah
dunia
d. Pemeluk suatu agama yakin bahwa agama yang dipeluknyalah yang benar dan yang lain
salah
e. Tetapi usaha meyakinkan orang lain itu menjadi tidak wajar dan tidak baik apabila
diawali dengan lupa, bahwa agama adalah masalah keyakinan
f. Karena kebaikan, pemeluk agamapun sedapat-dapatnya meyakinkan orang lain akan
kebenaran agamanya.
a. d f e a c b
b. b e a c f g
c. d a c b f e
d. b d f e a c
4. a. Dilihat dari tingkat pendidikannya pun, penduduk Jakarta sangat heterogen,
dan di Jakartalah kita dapat melihat perbedaan yang sangat menyolok antara si kaya
dengan si miskin.
b. Tidak hanya terdiri dari warga yang berasal dari satu suku dengan latar belakang
kebudayaan yang sama.
c. Penghuni Jakarta tidak hanya terdiri dari rakyat biasa, tetapi juga terdiri dari pejabat-
pejabat dan orang-orang kuat di berbagai bidang, yang kuat uang, kuat kuasa, dan kuat
pengaruh.
d. Mengelola Jakarta memang tidak mudah.
e. Jakarta sungguh suatu “melting pot”
a. e a d c b
b. d a c b e
c. e c b a d
d. d c b a e
BAB IX
TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menunjukkan unsur-unsur yang membangun suatu paragraf;
2. Menjelaskan cara penempatan kalimat utama dalam paragraf;
3. Membedakan pengurutan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam kesatuan paragraf;
4. Mengembangkan paragraf dengan teknik yang bervariasi;

1. Pendahuluan
Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan. Kalimat-
kalimat tersebut diikat oleh satu pikiran utama dan dijelaskan secara terinci oleh beberapa
pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas masing-masing tertuang dalam kalimat
utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu kalimat utama dan
beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara penempatan kalimat utama dalam sebuah
paragraf yang sesuai dengan jalan pikiran penulisnya.

2. Cara Penempatan Pikiran Utama


Pikiran utama pada posisi awal paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang tertuang dalam satu
kalimat. Penjelasan tentang pikiran utama tersebut diberikan melalui sejumlah kalimat
penjelas. Penempatan kalimat utama pada awal paragraf menunjukkan adanya pikiran
utama yang mudah terbaca oleh pembaca dan dapat mengundang perhatian yang
bersangkutan untuk mengikuti penjelasan selanjutnya. Cara ini sering diterapkan dalam
penyusunan karya tulis karena mudah dilakukan dan dapat segera mengundang perhatian
pembaca. Paragraf yang demikian mengikuti cara berpikir deduktif (dari umum ke khusus)
sehingga disebut pula paragraf deduktif.
Contoh (1) :

Menteri lebih lanjut mengemukakan perbedaan mahasiswa zaman dulu dan


sekarang. Pada zaman dulu, kehidupan mahasiswa dikekang oleh penjajahan. Pada
zaman sekarang mereka dapat merasakan hawa kebebasan dan dapat hidup dalam
iklim pembangunan, selain itu, syarat-syarat untuk mengembangkan diri mereka
pada masa sekarang ini cukup terbuka, hanya bergantung kepada kegiatan mereka
masing-masing.

Pikiran utama pada akhir paragraf


Pikiran utama sebuah paragraf dapat juga ditempatkan pada akhirnya paragraf.
Paragraf jenis ini disusun dengan lebih dahulu mengemukakan kalimat-kalimat penjelas,
kemudian disudahi dengan kalimat utama yang memuat pikiran utama. Pengembangan
pikiran utama dilakukan secara bertahap dan mencapai klimaks pada akhir paragraf.
Paragraf seperti ini disebut paragraf induktif.
Contoh (2) :

Kebudayaan suatu bangsa dapat dikembangkan dan dapat diturunkan


kepada generasi-generasi mendatang melalui bahasa. Semua yang berada di
sekitar manusia, misalnya peristiwa-peristiwa, hasil karya manusia, dapat
diungkapkan kembali melalui bahasa. Orang sadar bahwa kegiatan dalam
masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa : Memang, bahasa adalah alat komunikasi
yang penting, efektif, dan efisien.

Pikiran utama pada awal dan akhir paragraf


Kalimat utama dapat diletakkan pada awal paragraf dan diulang pada akhir
paragraf. Maksud pengulangan ini adalah memberikan tekanan pada pikiran utama
paragraf dan sebagai penegasan kembali isi pernyataan yang dikemukakan pada awal
paragraf. Kalimat utama yang diulang tidak harus dengan kalimat utama yang terdapat
pada awal paragraf. Pengulangan tersebut dilakukan dengan mengubah bentuk kata-
katanya dan struktur kalimatnya, tetapi pikiran utamanya tetap sama. Paragraf yang
demikian merupakan perpaduan paragraf deduktif dan induktif.
Contoh (3) :
Bagi manusia, bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sunggu penting.
Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya.
Dengan bahasa itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan
memberikan segala pengalamannya kepada sesamanya. Jelaslah bahwa bahasa
merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Paragraf dengan pikiran utama tersirat
Ada paragraf yang tidak secara tersurat mengandung pikiran utama tertentu.
Semua kalimat yang menyusun paragraf sama pentingnya dan bekerja sama
menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf. Kalimat-kalimat itu merupakan
satu kesatuan isi.
Paragraf tanpa kalimat utama dipakai dalam tulisan deskriptif dan naratif.
Contoh (4) :
Pagi hari itu aku duduk di bangku yang besar di belakang rumah. Matahari
belum tinggi benar, baru sepenggallah. Sinarnya mengusir dingin. Di mukaku
bermekaranlah beraneka warna bunga. Angin pegunungan sepoi-sepoi basah
membelai wajah, membawa bau harum bunga dan rasa manis madunya. Kuhirup
udara padi sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan sehari
suntuk kemarin.
3. Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas dapat disusun menjadi paragraf yang baik
dengan menggunakan urutan tertentu. Urutan kalimat dalam paragraf dapat disusun menurut
urutan logis, urutan kronologis, dan urutan klimaks atau antiklimaks. Urutan-urutan tersebut
akan dijelaskan secara singkat dengan contohnya masing-masing.
Urutan Logis
Urutan logis ialah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal-hal yang umum,
kemudian ke hal-hal yang khusus atau sebaliknya. Jadi, boleh dikatakan bahwa kalimat-
kalimat yang memuat pikiran penulis diurut secara sintetis atau analitis.
Contoh (5) :
(1) Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan paling
berkuasa di bumi atau di dunia. (2) Dikatakan demikian sebab ia diizinkan oleh
Tuhan memanfaatkan semua isi alam ini untuk keperluan hidupnya. (3) Meskipun
demikian, manusia tidak diizinkan menyakiti, menyiksa atau menyia-nyiakannya.
Pada paragraf di atas urutan kalimat (1), (2) dan (3) menunjukkan jalan pikiran yang
masuk akal (logis) atau penalaran yang wajar. Apabila kalimat-kalimat tersebut diubah
urutannya, tentulah jalan pikiran itu tidak logis. Misalnya, kita ubah susunannya menjadi
(1), (3) dan (2) atau (3), (1), dan (2) atau (2), (1), dan (3). Susunan tersebut tidak logis,
bukan?

Urutan Kronoligis
Urutan kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu. Peristiwa yang
digambarkan dalam paragraf diurut menurut tingkat perkembangannya dari waktu ke
waktu. Urutan tersebut dipakai pada tulisan naratif.
Contoh (6) :
(1) Tepat pukul 08.00 upacara peringatan Hari Kemerdekaan dimulai. (2)
Bendera Merah Putih dikibarkan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3)
Peserta upacara kemudian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para
pahlawan yang telah gugur. (4) Dua mahasiswa tampil untuk membacakan teks
Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor
memberikan pidato sambutan tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. (6) Kira-kira pukul 10.00, upacara diakhiri
dengan pembacaan doa.

Urutan Klimaks dan Antiklimaks


Pada paragraf ini mula-mula disebutkan pernyataan/kejadian biasa, kemudian
lambat laun meningkat menjadi makin penting, makin menonjol/tegang, sampai pada yang
paling penting, paling menonjol.tegang.
Kalimat yang terakhir merupakan pernyataan yang paling penting dan menjadi
klimaks dari serangkaian pernyataan sebelumnya (contoh 7a). Hal yang sebaliknya bisa
juga dilakukan, yaitu paragraf dimulai dengan pernyataan yang paling penting atau paling
menonjol, kemudian menyusul pernyataan-pernyataan lain yang kadar kepentingannya
makin kurang. Kalimat akhir merupakan antiklimaks dari pernyataan sebelumnya (contoh
7b).
Contoh (7a) :
(1) Pancasila telah beberapa kali dirongrong. (2) Beberapa kali falsafah
negara RI hendak diubah ataupun dipreteli. (3) Setiap usaha hendak mengubah
dan mempreteli Pancasila ternyata gagal. (4) Betapa pun usaha itu telah
dipersiapkan dengan matang dan teliti, semuanya tetap dapat dihancurkan. (5)
Memang, Pancasila benar-benar sakti.
Contoh (7b)
(1) Kebahagiaan tidak semata-mata ditentukan oleh banyaknya uang yang
dimiliki oleh seseorang. (2) Uang memang penting, tetapi kebahagiaan seseorang
tidak bergantung kepada uang yang dimilikinya. (3) Jika kebahagiaan memang
bergantung kepada uang semata-mata, pastilah hanya orang-orang yang kaya saja
dapat menikmati kebahagiaan. (4) Kenyataannya tidak demikian. (5) Banyak orang
yang kaya harta, tetapi tidak berbahagia. (6) Sebaliknya, banyak orang yang miskin
harta, tetapi berbahagia hidupnya.
Contoh paragraf (7b) ini merupakan kebalikan dari contoh (7a). Urutan pernyataan
dapat dimulai yang paling penting atau paling menonjol. Kalimat-kalimat berikutnya
memuat pernyataan yang kadar isinya makin menurun dan diakhiri dengan pernyataan
biasa.

4. Pengembangan Paragraf
Sebuah paragraf mengandung satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Yang
merupakan pengecualian adalah paragraf naratif dan deskriptif. Dalam pengembangannya
pikiran utama dituangkan kedalam kalimat utama, sedangkan pikiran-pikiran penjelas
dituangkan kedalam kalimat-kalimat penjelas sebagai rincian kalimat utama.
Pola penjelasan paragraf tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh paragraf berikut :

Teknik Contoh
Sebuah generalisasi bertujuan memberikan penjelasan kepada pembaca. Uraian-
uraian itu, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh konkret yang bersumber dari
pengalaman penulis.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
Dalam rangka mengejar ketinggalan desa baik dalam bidang pembangunan
maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh
pemerintah. ABRI Masuk Desa (AMD) sudah lama kita kenal. Hasilnya pun lumayan,
misalnya perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemagaran kampung. Contoh lain
KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati
oleh desa yang bersangkutan, misalnya peningkatan pengetahuan masyarakat,
pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-
lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya
masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan program selanjutnya,
misalnya bahasa nasional (bahasa Indonesia) masuk desa.
Kalimat topik yang mengandung tentang usaha pemerintah dalam mengejar
ketinggalan desa, dijelaskan dengan beberapa contoh, yaitu ABRI Masuk Desa, mahasiswa
ber-KKN, Koran Masuk Desa, dan kemungkinan yang lain. Anda dapat melihat generalisasi
yang terlalu umum pada awal paragraf, dijelaskan dengan contoh-contoh dalam kalimat-
kalimat penunjang.

Teknik Perbandingan
Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha
membandingkan antara dua hal. Dalam hal ini, penulis berusaha menunjukkan persamaan
dan perbedaan antara dua hal tersebut.
Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatnya sama dan kedua hal itu
mempunyai persamaan dan perbedaan. Misalnya tentang dua wanita Inggris yang
memegang kekuasaan tertinggi di negerinya dewasa ini, atau antar kedua pemain bulu
tangkis terkenal, Rudy Hartono dan Liem Swie King.
Contoh :
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha
tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota
paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf.
Lain halnya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai
konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian
sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak
murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman, dan ke upacara
resmi misalnya ke parlemen.
Hal yang diperbandingkan dalam contoh di atas adalah cara berpakaian dua wanita
Inggris yang paling berkuasa di negerinya.
Contoh :
(1) Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2)
Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair,
keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris
ketiga dan keempat. (4) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair
berasal dari sastra Arab.

Teknik Pertentangan
Teknik pertentangan adalah suatu cara pengarang untuk menunjukkan perbedaan
antara dua orang, objek, atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.
Contoh :
(1) Berdagang dapat menjadikan seseorang kaya raya. Berbeda dengan
berdagang, mengajar dianggap pekerjaan yang mulia, tetapi ia tidak dapat
memperkaya seseorang.
Pola paragraf yang menggunakan teknik pertentangan berupa hubungan antara
pikiran yang berbeda dapat dinyatakan dengan perantaraan “kata-kata” yang
menunjukkan pertentangan dan yang memperlihatkan perbedaan pikiran yang jelas bagi
pembaca. Misalnya, tetapi, namun, meskipun, sebaliknya, dan walaupun.
Contoh :
(2) Penyair, dermawan, dan novelis bebas untuk mengembangkan daya
khayal seluas-luasnya menurut kehendak mereka. Akan tetapi, sejarawan tidak
dapat menunaikan tugasnya sebagai seniman hanya dalam batas tertentu, ia tidak
dapat mereka-reka apa yang terjadi dalam pikiran seorang tokoh, dan tidak dapat
menghapus tokoh-tokoh yang tidak menyenangkan dan menciptakan sendiri
tokoh-tokoh lain, seperti yang dilakukan oleh novelis.

Teknik Definisi
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis
menguraikannya dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf. Hal ini, dapat
dipelajari lebih mendalam dalam definisi.
Contoh :
Pompa hidran (hydraulicran) ialah sejenis pompa yang dapat bekerja secara
kontinu tanpa menggunakan bahan bakar atau energi tambahan dari luar. Pompa
ini bekerja dengan memanfaatkan tenaga aliran air yang berasal dari sumber air,
dan mengalirkan sebagian air tersebut ke tempat yang lebih tinggi. Bagian utama
sistem pompa ini ialah pipa pemasukan, katub limbah, katub pengantar, katub
udara, ruang udara, dan pipa pengeluaran. Pada dasarnya air dapat dipompakan
karena adanya perubahan energi kinetis air jatuh, yang menimbulkan tenaga yang
cukup tinggi dalam ruang udara, sehingga sanggup mengangkat dan mengalirkan
air ke tempat yang lebih tinggi permukaannya. Desain katub limbah dan katub
pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi bergantian.
Paragraf di atas berusaha menjelaskan apa yang dimaksud dengan pompa hidran,
bagaimana cara bekerjanya, dan bagian-bagian yang membangun pompa tersebut. Dengan
penjelasan ini, diharapkan pembaca mempunyai pengertian tentang pompa hidran.

Teknik Klasifikasi
Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang dikelompokkan hal-hal yang
mempunyai persamaan. Pengelompokan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Contoh :
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa
kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan
kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan
kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan
kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah
kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan,
subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang
sistematik.

Teknik Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan
untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu kejadian atau
peristiwa. Singkatnya, proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan-pertanyaan :
Bagaimana mengerjakan hal itu? Bagaimana bekerjanya? Bagaimana barang itu disusun?
Bagaimana hal itu terjadi?

Contoh :
(1) Tepat pukul 08.00 upacara peringatan Hari Kemerdekaan dimulai. (2)
Bendera Merah Putih dikibarkan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3)
Peserta upacara kemudian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para
pahlawan yang telah gugur. (4) Dua mahasiswa tampil untuk membacakan teks
Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor
memberikan pidato sambutan tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. (6) Kira-kira pukul 10.00, upacara diakhiri
dengan pembacaan doa.

Teknik Sebab – Akibat


Contoh :
(1) Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga.
(2) Ibu tidak selalu hidup merana karena setiap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak
pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
(4) Anak pun tidak terlantar hidupnya.
(1) Krisis minyak bumi menambah inflasi. (2) Dalam waktu singkat harga
minyak naik empat kali lipat. (3) Ongkos produksi pun naik karena pabrik banyak
menggunakan minyak bumi. (4) Tentu saja harga barang-barang pun menjadi
makin tinggi.

Teknik Akibat-Sebab
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat. Dalam
hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran penjelas.
Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini
dikemukakan sejumlah penyebab sebagai perinciannya.
Contoh :
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih dari
separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan kaki lima.
Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan
kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan
tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan pagar
ini terpaksa dilakukan mengingat Pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu
sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalulintas.

Teknik Umum Khusus (Deduktif)


Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan paragraf, baik dari umum
ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Dalam bentuk umum ke khusus, gagasan
utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian diikuti dengan perincian-perincian.
Sebaliknya, dari khusus ke umum, dimulai
dengan perincian-perincian dan diakhiri dengan kalimat topik. Karya ilmiah umumnya
berbentuk deduktif, artinya dari umum ke khusus.
Contoh :
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional.
Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskan sumpah pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa
Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama
berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini, ditunjang lagi oleh tidak
terjadinya “persaingan bahasa”. Maksudnya, persaingan bahasa daerah yang
satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai
bahasa nasional.

Teknik Khusus-Umum (Induktif)


Contoh :
(1) Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat
yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam
bahasa Indonesia. (2) Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan, ditulis dan
diucapkan dalam bahasa Indonesia. (3) Hanya dalam keadaan tertentu, demi
kepentingan komunikasi antar bangsa, kadang-kadang pidato resmi ditulis dan
diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. (4) Demikian juga
bahasa Indonesia dipakai oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan. (5) Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antar
pemerintah dengan masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa
Indonesia.

Teknik Angka
Contoh :
Misalkan 17 orang mahasiswa diminta pendapatnya mengenai “tinju masuk
kampus” ternyata 10 mahasiswa setuju dan 7 mahasiswa lagi tidak setuju. Setelah
diuji dengan menggunakan rumus khi-kuadrat, ternyata nilainya 1,33. Nilai tersebut
dibandingkan dengan nilai khi-kuadrat tabel pada taraf nyata tertentu dan dengan
derajat bebas tertentu. Misalkan taraf nyata 0,05 untuk derajat bebas 2 adalah 3,84.
Ternyata X2 = 1,33 < 3,84. 9Ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
proporsi yang setuju dengan yang tidak setuju terhadap “Tinju Masuk Kampus”.
Contoh :
Pada waktu pemilu 3 tahun yang lalu di suatu daerah pemilihan, partai A
memiliki 20% suara. Seorang politikolog menduga partai A sekarang lebih
populer, kalau diadakan pemilu akan memperoleh 40% suara. Misalkan hipotesis
Ho : P = 0,2 dan hipotesis Ha : p = 0,4 diuji dengan suatu sampel random
sederhana, n = 10. Kalau daerah kritik terdiri dari nilai X yang sama atau lebih
besar daripada 4, berapa besar α dan β.
TUGAS/LATIHAN

1. Kembangkanlah pikiran-pikiran utama dibawah ini menjadi paragraf dengan menggunakan


bahasa Indonesia yang baik dan benar!
a. Bentuk : Perbandingan dan Pertentangan
Pikiran Utama : dua pemimpin
b. Bentuk : Sebab – Akibat
Pikiran Utama : kurangnya tenaga guru
c. Bentuk : Umum – Khusus
Pikiran Utama : penanaman disiplin
d. Bentuk : Contoh
Pikiran Utama : merosotnya moral para remaja
2. Pilihlah satu pikiran utama / pokok pikiran yang berkaitan dengan jurusan / program studi
Anda. Kembangkanlah pikiran utama tadi menjadi sebuah paragraf sesuai dengan teknik
pengembangan paragraf yang sudah dipelajari!

Anda mungkin juga menyukai