Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1) melafalkan bahasa Indonesia secara tepat;
2) menggunakan huruf-huruf dalam bahasa Indonesia secara tepat;
3) memisahkan kata atas suku kata secara tepat.
1. Pendahuluan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi
ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai
untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat
menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran
dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan
ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa
Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa
Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu
satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih terdapat
kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan
dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan
dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam
penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
2. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia
dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam
melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai
dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain,
terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa
tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan
dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain
halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup
sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang
tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut!
Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
teknik tehnik teknik [t e k n i k]
tegel tehel tegel [t e g e l]
energi enerhi, enersi, enerji energi [e n e r g i]
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan
huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah
dibakukan dalam ejaan.
Perhatikan pelafalan berikut!
TulisanLafal yang salah Lafal yang benar
TV [tivi] [t e ve]
MTQ [emtekyu] [em te ki]
[emtekui]
Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan
nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya
disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan
yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan
memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi,
pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada
pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-
obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa
dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan
kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikut!
Tulisan Lafal yang benar
coca cola [ko ka ko la]
HCI [Ha Se El]
CO2 [Se O2]
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/
ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama
harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang
terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran,
seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan
bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut
karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir,
kohesi.
3. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya,
yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf
/f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara
resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan
jangan diganti dengan huruf lain.
Contoh:
fakta tidak boleh diganti dengan pakta
aktif tidak boleh diganti dengan aktip
valuta tidak boleh diganti dengan paluta
pasif tidak boleh diganti dengan pasip
ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita
ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah
khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/
dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan
kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh:
Quran tetap ditulis Quran (nama)
aquarium harus ditulis dengan akuarium
quadrat harus ditulis dengan kuadrat
taxi harus ditulis dengan taksi
complex harus ditulis dengan kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan
bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda
‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
ta’zim harus diganti dengan taksim
ma’ruf harus diganti dengan makruf
da’wah harus diganti dengan dakwah
ma’mur harus diganti dengan makmur
Pilihlah salah satu jawaban soal yang Saudara anggap paling tepat di antara empat pilihan yang
tersedia!
1. Ejaan bahasa Indonesia menganut sistem ejaan fonemis, artinya ….
A. sesuai dengan EyD C. mudah dilafalkan
B. lafal dan tulisannya sama D. Satu bunyi dilambangkan satu tanda
2. Pelafalan huruf/kata yang sesuai dengan EyD ialah di bawah ini.
A. teknik /tehnik/ C. HCl /Ha Ce El/
B. MTQ /em te kui/ D. coca cola /ko ka ko la/
3. Kaidah pemisahan suku kata yang tepat ialah berikut ini.
A. Jika terdapat konsonan di antara dua vokal, pemisahan dilakukan sebelum
konsonan.
B. Jika terdapat dua vokal berurutan di tengah kata, pemisahan dilakukan
sebelum konsonan.
C. Jika terdapat dua konsonan berurutan di antara dua vokal, pemisahan
dilakukan sebelum konsonan.
D. Jika terdapat kata bersuku satu pada akhir baris, pemisahan dilakukan
sebelum vokal.
4. Cara pemisahan suku kata yang tepat ialah berikut ini.
A. trans-krip-si C. tran-spor-ta-si
B. de-skrip-si D. di-sku-si
5. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemisahan
dilakukan ... .
A. sebelum huruf vokal C. di antara kedua huruf konsonan itu
B. sebelum huruf konsonan D. di antara huruf vokal dan konsonan
BAB II
PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN
(PENULISAN HURUF)
Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. menggunakan huruf besar secara tepat;
2. menggunakan huruf miring secara tepat.
5. Pendahuluan
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang Disempurnakan, yaitu
aturan penulisan huruf besar atau huruf kapital dan aturan penulisan huruf miring. Kedua aturan
tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
Kaidah lain yang sering menimbulkan kesulitan menuliskan huruf kapital ialah kaidah
nomor 6, 7, dan 8. Kaidah ejaan mengatakan bahwa yang ditulis dengan huruf kapital pada huruf
awalnya hanyalah yang menyangkut nama dan yang bukan nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Penulisan yang Salah Penulisan yang Benar
Bangsa Indonesia bangsa Indonesia
Bahasa Indonesia bahasa Indonesia
Suku Dayak suku Dayak
Bulan Ramadan bulan Ramadan
Hari Sumpah Pemuda hari SumpahPemuda
Kaidah selanjutnya yang sering juga menimbulkan kesalahan penulisan ialah penulisan
huruf kapital yang menunjukkan hubungan kekerabatan yang digunakan sebagai kata ganti sapaan.
Kata-kata penunuk kekerabatan sebagai sapaan huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Buku Saudara sudah saya kembalikan
Apa kabar, Kak ?
Kapan Bapak berangkat?
1. Berilah tanda (V) di muka bentuk yang betul penulisannya menurut Ejaan yang
Disempurnakan!
1) ( ) Kitab 11) ( ) semua departemen
2) ( ) Alkuran 12) ( ) ke-Belanda-Belandaan
3) ( ) Qiamat 13) ( ) kerajaan Inggris
4) ( ) hamba Allah 14) ( ) pepaya Cibinong
5) ( ) Ke-Tuhanan 15) ( ) tugas Pemerintah
6) ( ) terusan Suez 16) ( ) pak Amin Syam
7) ( ) gunung Kelud 17) ( ) tiga orang Menteri
8) ( ) agama Islam 18) ( ) Tahun Masehi
9) ( ) perang Malvinas 19) ( ) sebelah barat Nias
10) ( ) sang Kancil 20) ( ) Fakultas Non Gelar
2. Lingkarilah butir pilihan (huruf) di depan kalimat yang penulisannya sesuai dengan kaidah
Ejaan yang Disempurnakan!
1) a. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah suku Dayak.
b. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah Suku Dayak.
c. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah suku dayak.
d. Salah satu suku terasing di Kalimantan ialah suku-Dayak.
2) a. Bimbinglah hambaMu kejalan yang benar!
b. Bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang benar!
c. Bimbinglah hamba Mu ke-jalan yang benar!
d. Bimbinglah hambamu ke jalan yang benar!
Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
4) menuliskan secara tepat kata dasar, kata turunan, kata ulang, bentuk kombinasi, dan kata
gabung;
5) menuliskan secara tepat kata depan, kata ganti, kata sandang, partikel, kata bilangan, dan
angka.
1. Pendahuluan
Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan berjumlah 22 kaidah. Kaidah-kaidah tersebut perlu mendapat perhatian kita.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang sering tidak dipatuhi dalam penulisan. Kesalahan
penulisan muncul karena kurangnya pengetahuan pengguna bahasa mengenai kaidah ejaan. Oleh
sebab itu, pengguna bahasa perlu diberikan penjelasan secukupnya mengenai cara penulisan kata.
Contoh:
Bentuk Dasar Bentuk Pengulangan
mata pelajaran mata-mata pelajaran
rumah sakit rumah-rumah sakit
kereta api kereta-kereta api
4. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah bagian-bagiannya. Kalau
salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri dan hanya muncul dalam bentuk kombinasi,
penulisannya harus dirangkaikan.
Kata Gabung Bentuk Kombinasi
Duta besar Pancasila
Daya beli tunanetra
Rumah bersalin antarkota
Bentuk kata dasar seperti dayabeli, rumah bersalin, ditulis terpisah bagian-bagiannya,
sedangkan panca-, tuna- yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata lepas ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya. Sejalan dengan penjelasan di atas, mahakuasa, mahamulia ditulis
serangkai karena maha- sebagai unsure terikat diikuti oleh bentuk dasar (kecuali bentuk Maha
Esa). Kalau yang mengikutinya bukan bentuk dasar, melainkan bentuk turunan maka penulisannya
dipisahkan
Contoh:
Mahasatu Mahakasih
Maha Mengetahui Maha Pengasih
Maha Mendengar Maha Melihat
Gabungan kata yang sudah sebagai satu kata dan dianggap sudah padu ditulis
serangkai,seperti manakala, matahari, sekaligus, daripada, hulubalang, dan bumiputra. Gabungan
kata yang dapat menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan menggunakan tanda hubung
diantara bentuk yang menjadi unsurnya. Pemberian tanda hubung pada kata tersebut diletakkan
dibelakang unsur yang menjadi inti kata gabung tersebut.
Contoh :
Buku sejarah baru buku-sejarah bau
Buku sejaah-baru
TL (dikerjakan di kelas)
Berilah tanda (V) di muka bentuk yang betul penulisannya menurut Ejaan yang Disempurnakan!
1. uang 5000 an 11. purna jual
2. ku ambil 12. ekstra kurikuler
3. kau ambil 13. antar kota
4. tuna netra 14. supermodern
5. didalam 15. kehadirat
6. satu persatu 16. sipengirim
7. pertanggungan jawab 17. bagaimana pun
8. pertanggungjawaban 18. kendatipun
9. dianak tirikan 19. barang kali
10. diperjualbelikan 20. audio gram
Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1) menuliskan secara tepat setiap unsur serapan yang digunakan;
2) melafalkan secara tepat setiap unsur serapan yang digunakan;
3) mengidentifikasikan penulisan unsur serapan yang ditemukan dalam tulisan yang disusun
sendiri atau yang dibaca;
4) menggunakan tanda-tanda baca sesuai dengan kaidah ejaan;
5) menempatkan secara tepat tanda-tanda baca pada berbagai jenis tulisan.
1. Pendahuluan
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar juga ditentukan oleh kecermatan
penulisan unsur serapan dan ketepatan pemakaian tanda baca. Ketidakcermatan penulisan unsur
serapan dan ketidaktepatan pemakaian tanda baca dapat mengakibatkan pembaca atau lawan
bicara tidak dapat mengerti maksud (isi) pembicara. Sehubungan dengan itu, pengguna bahasa
juga harus cermat dan tepat menggunakan kedua aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui
kaidah penulisan unsur serapan dan tanda baca, berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang
bertalian dengan kedua aspek ejaan tersebut.
TUGAS/LATIHAN DI KELAS
Bacalah EyD yang berkaitan dengan penulisan unsur serapan, kemudian tulis/seraplah kata-
kata berikut ke dalam bahasa Indonesia!
Sasaran belajar
Setelah mempelajari meteri bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. membentuk kata secara tepat sesuai dengan kaidah pembentukan kata;
2. memilih kata sacara tepat dalam menyusun gagasan;
3. memilih dan menggunakan kata baku dalam berbahasa Indonesia;
4. menghindari penggunaan kata mubazir.
1. Pendahuluan
Dalam tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pembentukan dan pemilihan kata yang tepat
sangat menentukan kualitas tulisan. Kata-kata atau istilah haruslah dipilih dan digunakan secara
tepat agar secara tepat pula dipahami oleh pembaca. Sehubungan dengan itu, penulis selalu harus
menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut dan harus pula mengetahui
kaidah pembentukan kata, kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah karang-
mengarang.
Dalam bab ini dikemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah
pembentukan kata dan kaidah makna yang kiranya dapat membantu pengguna bahasa dalam
membentuk, memilih, dan menggunakan kata secara tepat.
2. Bentuk Kata
Bentuk kata adalah wujud visual kata yang digunakan dalam suatu bahasa berikut proses
pembentukannya. Dalam bahasa Indonesia, proses pembentukan kata dapat dilakukan dengan
pengimbuhan. Yang dimaksud pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan
menambahkan imbuhan pada kata dasar tertentu.
Bentukan kata yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan kata dalam bahasa Indonesia
sering ditemukan dalam penggunaan bahasa. Karena itu, perlu dibahas pembentukan kata dengan
imbuhan meng- (-kan) dan peng- (-an).
Kaidah pembentukan kata dengan imbuhan meng- (-kan) dan peng- (-an) dapat dirangkum
berikut ini.
a. Imbuhan meng- (-kan) dan peng- (-an) berubah menjadi me- dan pe- jika
dirangkaikan dengan kata dasar yang berfonem awal /r, l, w/.
ramal meramal, peramal
rumus merumuskan, perumusan
lafal melafalkan, pelafalan
lamar melamar, pelamar
waris mewarisi, pewaris
Latihan:
merubah merobah
mengresmikan pengresmian
mengrumuskan pengrumusan
pengrusakan pengrajin
penglihatan penglepasan
menglafalkan penglafalan
menglampiaskan penglampiasan
mengwarisi pengwaris
b. Imbuhan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan
dengan kata dasar yang hanya terdiri dari satu suku kata.
cat mengecat, pengecat
bom mengebom, pengebom
las mengelas, pengelas
cek mengecek, pengecek
pel mengepel, pengepel
tes mengetes, pengetes
Latihan:
membom, mentik, membor, merem
mencek, mencat, mentes, mencap
c. Fonem /c/ pada kata dasar tidak luluh jika dirangkaikan dengan imbuhan meng-.
cuci mencuci
campur mencampuri
contoh mencontohi
Latihan:
menyolok, menyontoh, menyubit, menyopet, menyuri
d. Fonem /k, p, t, s/ pada awal kata dasar luluh jika mendapatkan imbuhan meng- dan
peng-
koleksi mengoleksi, pengoleksi
kontrak mengontrak, pengontrak
parkir memarkir, pemarkir
pesona memesonakan, pemesonaan
politisi memolitisi
teror meneror, peneror
taat menaati, penaat
sukses menyukseskan, penyuksesan
survai menyurvai, penyurvai
Latihan:
mengkategorikan pengkategorian
mengkaitkan mengkorupsi
mengkonsolidasi mengkonkretkan
mengkontrol menteror
mengkupas menterjemahkan, penterjemah
mengkomunikasikan mentabulasi
mengkudeta mentafsirkan
mengkondisikan mentargetkan
mengkoordinasi mentelantarkan
mengkoleksi mensurvai
memposisikan mensubsidi
mempopulerkan mensejajarkan
mempublikasikan menseminarkan
memparafrasekan mensukseskan
memperalelkan mensandera
mempabrik mensuplai
mempatroli mensuporter
mempedomani mensosialisasikan
3. Pemilihan Kata
Pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketepatan dan kecermatan pemilihan kata
sebagai lambang objek pengertian atau konsep yang meliputi berbagai aspek.
Latihan:
(3) Dukungan ini bukan hanya dari keluarganya dan masyarakat, tetapi juga dari seluruh
sistem pelayanan kesehatan.
(4) Sebagian pedagang tidak menaikan harga, melainkan menimbun sebagian barang
dagangannya sampai ada ketentuan beberapa persen kenaikan harga dapat
dilakukan.
(5) Antara kemauan konsumen dengan kemauan pedagang terdapat perpedaan dalam
penentuan kenaikan harga.
(6) Besok akan berlangsung pertandingan final Piala Eropa antara kesebelasan Perancis
melawan kesebelasan Brazil.
(7) Inilah suasana pertempuran antara pasukan laskar rakyat melawan tentara Belanda.
(8) Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak selalu merupakan
hubungan kausal.
Penggunaan Preposisi secara Konsisten
Dalam kenyataan penggunaan bahasa, penulis sering meniadakan unsur preposisi yang
menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu kebanyakan berupa verba intransitif. Berikut
dikemukakan beberapa contoh verba tanpa preposisi.
(9) Mereka pergi luar kota beberapa hari yang lalu.
(10) Mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terdiri 20 pria dan 25 wanita.
(11) Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas tersedia.
(12) Penambahan daya tampung tergantung fasilitas yang tersedia.
(13) Kami tertarik kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon
mahasiswa baru.
Verba pengisi predikat kalimat-kalimat tersebut perlu dilengkapi dengan preposisi sehingga
menjadi lebih jelas pertalian maknanya dan kalimat itu menjadi gramatikal.
(9a) Mereka pergi ke luar kota beberapa hari yang lalu.
(10a) Mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terdiri atas 20 pria dan 25 wanita.
(11a) Jumlah itu sesuai dengan keadaan dan fasilitas tersedia.
(12a) Penambahan daya tampung tergantung kepada fasilitas yang tersedia.
(13a) Kami tertarik pada kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon
mahasiswa baru.
Di samping kelima verba dalam kalimat tersebut, berikut dikemukakan contoh verba
berpreposisi. Ada sejumlah preposisi yang tidak dapat ditiadakan.
terbuat dari terpikat oleh/dengan
berasal dari cocok dengan
terletak di/pada sesuai dengan
bergantung pada/kepada/di terdiri atas
berdasarkan pada berbeda dengan
tertarik pada/oleh/akan bermukim di
berbicara tentang/mengenai
Latihan:
aktip, aktipitas Pebruari
pisik prasa
malaekat praktek
horizontal ijin, isin
materei sekedar
halangan hiba
faham nafas
statosfir biosfir
kwantitas frekwensi
kosekwensi kwandrat
wassalam thema
atheis theologi
bathin bakti
hadits manajement
Perbaikan:
(14a) Sejumlah desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
(14b) Desa-desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
(15a) Para guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
(15b) Guru-guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
(16a) Banyak rumah akan dibangun pemerintah.
(16b) Rumah-rumah akan dibangun pemerintah.
(b) Dua kata yang mempunyai kemiripan makna, seperti adalah merupakan, demi untuk,
agar supaya, sejak dari, disebabkan karena, seperti misalnya, tidak digunakan secara
serempak.
Contoh penggunaan dua kata yang tidak benar
(17) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban
kita semua.
(18) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi
untuk masa depan bangsa Indonesia.
Perbaikan:
(17a) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia merupakan kewajiban kita
semua.
(18a) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi
masa depan bangsa Indonesia.
Latihan:
(19) Kita harus bekerja keras agar supaya dapat mencapai cita-cita.
(20) Sejak dari kecil dia sudah dibiasakan bersikap jujur.
(21) Dia tidak masuk kuliah disebabkan karena kesehatannya terganggu.
(22) Peningkatan mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai
bidang ahli, seperti misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan, ahli komunikasi,
dan lain-lain.
(23) Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali.
(24) Karburator adalah merupakan bagian mesin motor di mana gas bahan bakar
minyak bercampur dengan udara.
(25) Maksud daripada kedatangan saya ke sini adalah untuk bersilaturahmi.
(26) Seluruh Negara-negara sahabat hadir dalam acara itu.
(27) Ia rajin berbuat kebajikan sehingga dengan demikian selamat dunia dan akhirat.
(28) Senjata ini adalah merupakan alat pertahanan yang canggih.
(29) Ekonomi terpuruk disebabkan karena factor nonekonomi.
(30) Berhubung karena data tidak lengkap, analisis tidak dapat dilakukan.
(c) Kata saling tidak diikuti bentuk ulang yang menyatakan tindakan berbalasan.
Sebaliknya, kalau bentuk ulang sudah digunakan, kata saling tidak perlu lagi
disertakan.
Contoh pemakaian yang mubazir.
Saling pengaruh-mempengaruhi
Saling pinjam-meminjam
Saling lirik-melirik
Saling pukul-memukul
Saling tolong-menolong
Perbaikan:
Saling mempengaruhi atau pengaruh-mempengaruhi
Saling meminjam atau pinjam-meminjam
Saling melirik atau lirik-melirik
Saling memukul atau pukul-memukul
Saling menolong atau tolong-menolong
Menghindari Penggunaan Kata maka Sesudah Penghubung Antarkalimat
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antarkalimat, seperti sehubungan
dengan itu maka, oleh karena itu maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian
maka, sebagaimana terlihat pada contoh-contoh berikut.
(31) Sehubungan dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya
simpulannya terandalkan.
(32) Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.
(33) Dengan demikian maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
(34) Jika demikian maka penelitian tidak akan menemukan hambatan.
(35) Setelah itu maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Penggunaan kata maka pada kalimat-kalimat di atas seharusnya ditiadakan dan digunakan
tanda koma karena kata maka tidak mengandung fungsi. Dengan begitu, susunan kalimat menjadi
gramatikal.
(31a) Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya
simpulannya terandalkan.
(32a) Oleh karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi
lapangan.
(33a) Dengan demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
(34a) Jika demikian, penelitian tidak akan menemukan hambatan.
(35a) Setelah itu, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Ungkapan penghubung yang mengawali kalimat-kalimat itu adalah unsur penghubung yang
menyatakan pertalian dua kalimat seperti pada contoh berikut.
(36) Kebanyak hasil penelitian tidak dapat diandalkan karena terlampau luas cakupan
analisisnya. Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas
supaya simpulannya terandalkan.
Latihan:
(44) Masing-masing peserta pelatihan membayar uang pendaftaran sebesar lima
belas ribu rupiah.
(45) Maisng-masing kelompok terdiri atas sepuluh orang.
(46) Masing-masing pelaksana harus menyelesaikan dan bertanggung jawab atas
pekerjaannya.
(47) Tuliskan maksud dan artinya di bawah masing-masing gambar.
(48) Masing-masing calon mendapat suara yang hamper sama.
c. Kata pukul menunjukkan ‘waktu/saat’, sedangkan kata jam menunjukkan ‘jangka
waktu’ atau ‘masa’
(49) Rapat itu akan diselenggarakan pada pukul 10.00.
(50) Para pekerja di Indonesia rata-rata bekerja selama delapan jam sehari.
Latihan:
(51) Paman bekerja selama 7 jam setiap hari, yaitu mulai jam 08.00 sampai dengan
jam 15.00.
(52) Pegawai itu selalu tiba di kantor tepat jam 08.00.
(53) Kami mengharapkan kehadiran Saudara dalam pertemuan yang akan
diselenggarakan pada hari Selasa, 6 September 2005, jam 14.00-16.00
d. Kata dari dipakai untuk menunjukkan ‘asal’ sesuatu, baik ‘asal tempat’ maupun ‘asal
bahan’.
(54) Mereka baru pulang dari Bima.
(55) Meja ini terbuat dari marmer.
Kata daripada dipakai untuk menyatakan perbandingan.
(56) Indonesia lebih luas daripada Malayasia.
Latihan:
(57) Kota Makassar lebih besar dari Kota Semarang.
(58) Disiplin kerja merupakan pangkal daripada produktivitas.
(59) Seluruh biaya daripada pembangunan mesjid itu ditanggung oleh masyarakat.
e. Kata kebijakan digunakan untuk menyatakan hal-hal yang menyangkut masalah
politik atau strategi kepemimpinan, sedangkan kata kebijaksanaan untuk menyatakan
kearifan menggunakan akal budinya.
(60) Kebijakan pemerintah mengenai moneter perlu dibahas sebagai garis bersama.
(61) Berkat kebijaksanaan orang tuanya, akhirnya Yuli diizinkan mengikuti kursus
komputer.
BAB VI
PEMBENTUKAN KALIMAT
Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1) menyebutkan unsur-unsur/bagian-bagian kalimat;
2) memberi contoh kalimat yang benar;
3) menyusun kalimat yang benar dalam bentuk tulisan singkat.
1. Pendahuluan
Dalam berbahasa unsur bahasa yang terkecil yang digunalakan adalah kalimat, bukan kata.
Kata hanya merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat. Sebagai unsur pembentuk kalimat,
kata-kata itu terangkai sesuai dengan kaidah sehingga membentuk rangkaian yang dapat
mengungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran. Rangkaian kata yang demikian disebut kalimat.
Dengan kata lain, kalimat adalah rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang secara
relatif dapat berdiri sendiri dan intonasinya menunjukkan batas antara sesama kalimat. Agar
seseorang dapat membentuk kalimat, hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan kalimat perlu
diperhatikan, yang diuraikan berikut ini.
2. Unsur-unsur/Bagian-bagian Kalimat
Pada bagian 1 telah dijelaskan bahwa kalimat adalah rangkai-an kata yang menyatakan
pikiran tertentu yang secara relatif dapat berdiri sendiri dan intonasinya menunjukkan batas
antara sesama kalimat. Kata atau kelompok kata yang dipakai membentuk kalimat meduduki
fungsi-fungsi tertentu dalam struktur kalimat. Sebagai unsur yang terintegrasi ke dalam suatu
struktur, kata-kata tersebut merupakan unsur kalimat.
Bagian inti yang harus terdapat pada kalimat adalah subjek (S) dan predikat (P). Bagian inti
kalimat adalah bagian yang tak dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat berfungsi
seba-gai inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penje-lasan terhadap subjek,
yang dapat dilengkapi dengan objek (O), keterangan (K), atau pelengkapan (Pel.).
Predikat Subjek
Siapa yang sebaiknya beristirahat sejenak? saya
Apa yang makin berkembang? perusahaannya
Siapa yang telah bekerja keras selama ini? kami
Siapa yang belajar dengan tekun? engkau
Apa yang akan diselesaikan dalam waktu
singkat? persoalannya
Pikiran yang dinyatakan pada setiap kalimat selalu utuh atau lengkap, tetapi bentuk
pernyataannya (pengungkapan-nya) tidak selalu lengkap. Dalam situasi tertentu, pemakai bahasa
kadang-kadang tidak menyebutkan secara lengkap bagian kalimat tanpa mengganggu makna
kalimat.
Unsur kalimat yang tidak disebutkan itu harus dipahami secara tersirat dalam struktur
kalimat. Struktur kalimat yang demikian disebut kalimat elips.
Karya kalimat ilmiah sebaiknya tidak menggunakan kalimat elips seperti pada contoh
kalimat (6) sampai dengan kalimat (10).
Contoh:
Bentuk Pengungkapan Isi Pikiran
(6) Datanglah ke rumah nanti Datanglah engkau ke rumah
siang! nanti siang!
Surat kutulis.
S
(18) Kita akan membantu mereka. Kita akan bantu mereka.
(tidak gramatikal)
(19) Saya ingin menjelaskan hal Saya ingin jelaskan hal itu
lebih lanjut kepadanya. lebih lanjut kepadanya.
(tidak gramatikal)
*)
Keterangan modalitas menyatakan sikap atau sarana pembicara/penulis
terhadap hal yang dibicarakan, yang meliputi keadaan, peristiwa, tindakan, atau
sifatnya (mungkin, boleh, barangkali, dan sebagainya).
TUGAS/LATIHAN
(1) Internet sebagai jaringan global telah menciptakan cyberpace, sebuah ruangan
maya dalam jaringan komputer global. (2) Dalam ruangan ini manusia saling
berhubungan lewat e-mail, bermain game, konferensi jarak jauh, bertukar informasi
mutakhir dalam sains dan teknologi, atau bahkan sekedar mengobrol. (3) Informasi
dalam sekejap dapat diper-oleh dalam jarak yang hamper tidak mungkin. (4) Jauh
berabad-abad yang lalu ketika kertas ditemukan dan buku diciptakan, sebuah dunia
maya juga telah tercipta dengan sendirinya. (5) Dari ruang-ruang perpustakaan, ruang-
ruang kelas, dari abad ke abad, buku telah menciptakan dialog, menghadirkan gagasan,
dan menjembatani sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. (6)
Komunitas yang terjalin pun sangat melampaui ruang dan waktu. (7) Namun, tidak
semua buku dapat ditempatkan pada rak-rak buku, dibahas dalam ruang-ruang diskusi,
dan diulas hangat oleh media massa. (8) Hanya buku-buku bermutu yang berhak
mengisi benak para penggemar buku. (9) Penerbit yang mengutamakan mutu
senantiasa mempersiapkan penulis, desain sampul, desain isi, keakuratan editor, atau
kualitas fisik buku. (10) Lalu, sebuah buku tercipta dan dengan sendirinya tercipta dunia
maya yang memungkinkan Anda on-line dengfan tokoh-tokoh nasional, bahkan ratusan
nama terkemuka dunia.
Sasaran Belajar
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan pentingnya kepaduan bagian kalimat;
2. menunjukkan logis tidaknya hubungan antar bagian kalimat;
3. memilih cara pemusatan perhatian dalam kalimat;
4. menentukan cara penggunaan kata yang hemat dalam menyusun kalimat;
5. memperbaiki kalimat salah menjadi kalimat efektif;
6. menggunakan kalimat efektif dalam menulis karya ilmiah.
1. Pendahuluan
Setiap gagasan/konsep yang dimiliki seseorang harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat
yang jelas. Kalimat yang jelas dan baik akan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang
demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif harus secara tepat dapat mewakili pikiran
dan keinginan penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk
mencapai daya informasi yang diinginkan oleh penulis terhadap pembacanya. Bila hal ini tercapai
diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa
yang disampaikan itu.
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau
penulis. Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu agar kejelasan kalimat dapat
terjamin.
Kalimat yang efektif ditandai oleh adanya kepaduan unsur kalimat, kelogisan hubungan
antarbagian kalimat, kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang dipakai, kehematan penggunaan
kata, dan kefokusan pada bagian-bagian tertentu.
Perbaikan:
(25a) Pikiran yang kacau tercermin pada bahasa yang kacau.
(26a) Kecelakaan itu terjadi karena supir kurang waspada.
(27a) Penentuan informan dan responden dilakukan secara purposif.
Latihan:
(28) Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hubungan antara diklat
dengan peningkatan keterampilan teknis pegawai.
(29) Metode analisis yang digunakan, yaitu metode analisis deskriptif dan
analisis represi lincar berganda.
(30) Pembuatan makalah ini untuk memenuhi syarat mengakhiri mata kuliah
ekonomi moneter.
(31) Penemuan bangunan kuno itu hasil kerja keras para arkeologi
(32) Pengumpulan data melalui metode survai dan penulisan laporan dengan
menggunakan analisis deskriptif.
(33) Pengembangan sistem angkutan massal yang perlu disertai dengan
penelitian untuk menghasilkan angkutan yang efisien.
Kalimat Tidak Bersubjek Ganda
Ketidakefektifan kalimat juga terjadi karena terdapat subjek ganda (dua subjek) dalam
sebuah kalimat.
(34) Penyusunan laporan penelitian ini saya dibantu oleh tenaga-tenaga
penyuluh pertanian lapangan.
(35) Perluasan usaha ini kami menggunakan pinjaman modal dari bank.
Perbaikan:
(34a) Dalam menyusunan laporan penelitian ini, saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh
pertanian lapangan.
(35a) Untuk perluasan usaha ini, kami menggunakan pinjaman modal dari bank.
Latihan:
(36) Peningkatan hasil produksi pertanian kami dibantu oleh para petugas
penyuluh lapangan.
(37) Penempatan pupuk P dalam alur di baris tanaman kedelai, produksi
kedelai akan tinggi.
Perbaikan:
(38a) Pembangunan gedung itu belum dapat dilaksanakan karena dana yang diusulkan belum
turun.
(39a) Pengamatan terhadap objek itu tidak cermat sehingga deskripsi objek tersebut kurang
jelas.
Latihan:
(40) Orangtua selalu meributkan masalah kenakalan remaja. Sedangkan anak
remaja sendiri tidak pernah memasalahkan hal itu.
(41) Banyak orang yang pandai membangun gedung bertingkat. Tetapi soal
memeliharanya tidak demikian.
(42) Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
(43) Mereka tetap bekerja seperti biasa. Walaupun diperlakukan tidak adil oleh
pimpinannya.
(44) Buku bacaan yang banyak diterbitkan adalah buku fiksi. Baik karangan para
sastrawan Indonesia maupun hasil terjemahan sastra dunia.
Subjek Kalimat Harus Ditempatkan Pada Induk Kalimat
Dalam kalimat majemuk bertingkat, subjek kalimat harus ditempatkan pada induk kalimat.
Ketidakpaduan unsur kalimat dapat terjadi karena subjek kalimat ditempatkan pada anak kalimat.
(45) Setelah penjahat itu ditahan beberapa kali, kembali ke jalan yang benar.
(46) Meskipun kita tidak menghadapi musuh harus selalu waspada.
Perbaikan:
(45a) Setelah ditahan beberapa kali, penjahat itu kembali ke jalan yang benar.
(46a) Meskipun tidak menghadapi musuh, kita harus selalu waspada.
Latihan:
(47) Ketika dia diangkat sebagai pimpinan cabang tidak memperlihatkan
kelebihan dari yang lain.
(48) Ketika hakim itu menjawab pertanyaan wartawan mengatakan bahwa
sidang akan dilanjutkan bulan depan.
(49) Agar pelaksanaan pendidikan di TK dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip ini.
(50) Karena kami sudah lelah, ingin pulang.
Subjek yang Tidak Sama dalam Induk Kalimat dan dalam Anak Kalimat Harus Eksplisit
Jika dalam kalimat majemuk bertingkat subjek induk kalimat berbeda dengan subjek anak
kalimat, kedua subjek itu harus dinyatakan secara eksplisit. Ketidakefektifan kalimat majemuk
seperti ini sering terjadi karena menghilangkan salah satu subjeknya.
(51) Karena sering kebanjiran, pemimpin proyek tidak menyetujui lokasi itu.
(52) Sejak didirikan sampai sekarang, paman saya sudah berkali-kali mengubah
bentuk rumahnya.
Perbaikan:
(51a) Karena lokasi itu sering kebanjiran, pemimpin proyek tidak menyetujui lokasi itu.
(52a) Sejak rumahnya didirikan sampai sekarang, paman saya sudah berkali-kali mengubah
bentuk rumahnya.
Latihan:
(53) Karena terbukti bersalah, hakim ketua memberi hukuman empat tahun
penjara untuk terdakwa.
(54) Sambil beristirahat dari pekerjaan yang berat itu, buku cerita silang
dibacanya sampai selesai.
(55) Sebelum berlabuh, barang-barang sudah dibawa orang di pinggir kapal.
(56) Setelah dibahas secara mendalam, peserta seminar itu menyetujui
keputusan rapat.
(57) Setelah memenuhi semua persyaratan, kami akan segera mengirimkan
karya ilmiah itu.
Latihan:
(61) Meskipun kita tidak menghadapi musuh, tetapi kita harus selalu waspada.
(62) Walaupun peluh membasahi tubuhnya, namun petani itu tetap
mengayunkan cangkulnya di bawah terik matahari.
(63) Biarpun matahari telah condong ke Barat, akan tetapi petani desa itu
masih asyik bekerja di sawah.
(64) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas.
Kata Penghubung Penanda Anak Kalimat Harus Dinyatakan Secara Eksplisit
Kata penghubung penanda anak kalimat, seperti ketika, karena, agar, dalam, bagi harus
dinyatakan secara eksplisit. Ketidakefektifan sebuah kalimat dapat terjadi karena peniadaan kata
penghubung penanda anak kalimat tersebut.
(65) Mendengar vonis hakim, terdakwa menjerit-jerit.
(66) Pengembangan sektor wisata, Borobudur mempunyai arti yang sangat
penting.
Perbaikan:
(65a) Setelah mendengar vonis hakim, terdakwa menjerit-jerit.
(66a) Dalam mengembangkan sektor wisata, Borobudur mempunyai arti yang sangat penting.
Latihan:
(67) Memasuki masa pensiun ia merasa mempunyai waktu yang cukup untuk
menolong orang banyak.
(68) Devaluasi rupiah 12 September lalu, harga barang-barang mengalami
kenaikan.
(69) Menderita penyakit jantung ia terpaksa berurusan dengan dokter.
(70) Sejumlah binatang ternak, rumput merupakan makanan yang utama.
3. Kesejajaran
Kesejajaran atau keparalelan adalah kesamaan bentuk dan makna kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Kalimat efektif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran
makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur klausa, sedangkan kesejajaran makna
berkaitan dengan kejelasan informasi yang diungkapkan.
Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Artinya, jika
dalam sebuah kalimat terdapat beberapa unsur yang dirinci, rinciannya itu harus diutamakan
sejajar. Jika unsur pertama menggunakan kata benda, unsur berikutnya juga berupa kata benda;
jika unsur pertama menggunakan bentuk di-kan, meng- (-kan), atau peng-an, unsur berikutnya
juga berbentuk di-kan, meng- (-kan), atau peng-an.
(71) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan mengatur tata ruang.
Kalimat (71) tidak mempunyai kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu pengecatan, memasang, pengujian, dan mengatur. Agar kalimat sejajar
bentuknya, keempat kata itu dijadikan nomina semua atau dijadikan verba semua, seperti berikut.
(71a) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
(71b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan mengecat tembok, memasang
penerangan, menguji sistem pembagian air, dan mengatur tata ruang.
Latihan:
(72) Harga minyak dibekuk atau kenaikan secara luwes.
(73) Kegiatan proyek itu memerlukan tenaga yang terampil, biayanya banyak,
dan harus cukup waktunya.
(74) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.
(75) Program kerja itu dibicarakan dalam rapat panitia khusus, kemudian dalam
rapat anggota membahas program tersebut.
(76) Secara tegas dan konsekuen pemerintah menindak para pelaku
penyelundupan karena mereka menjatuhkan industri dalam negeri, aparatur pemerintah
dirusak, dan mereka rongrong kewibawaan pemerintah.
(77) Pemerintah Orde reformasi telah merencanakan untuk merevisi undang-
undang politik, pemberantasan KKN, mengusut kekayaan Soeharto, dan pelaksanaan Pemilu
yang Jurdil.
(78) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
memahami tugas yang diembannya, dosen saya telah berhasil mengakhiri masa jabatannya
dengan baik.
(79) Langkah-langkah dalam wawancara ialah
(a) pengaturan pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai.
(b) utarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur jadwal wawancara.
(80) Peningkatan mutu dan disiplin pegawai dapat dilakukan dengan
(a) menyediakan sarana kerja yang memadai.
(b) atasan memberi contoh atau teladan, dan
(c) penciptaan suasana kerja yang menyenangkan.
Kesejajaran Makna
Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat.
(81) Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah
itu.
Kalimat tersebut terdiri atas dua pernyataan, yaitu pernyataan negatif (tidak
memperhatikan) digabungkan dengan pernyataan positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya,
makna kalimat tersebut tidak jelas. Seharusnya, pernyataan negatif digabungkan dengan
pernyataan negatif pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalimat di atas dapat diubah sebagai
berikut.
(81a) Saya tidak memperhatikan dan tidak mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(81b) Saya memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Latihan:
(82) Mereka tidak paham dan mengerti masalah politik.
4. Kelogisan
Kalimat yang diucapkan atau dituliskan haruslah kalimat yang benar. Artinya, kalimat
tersebut harus dilandasi pemikiran yang jernih dan harus ditunjang oleh bahan bukti atau data
yang benar. Sebaliknya, jika kalimat yang dituliskan berawal dari pemikiran yang kusut, kalimat
yang lahir adalah kalimat yang tidak logis atau salah nalar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam pembentukan kalimat yang logis, yaitu:
(a) Pemahaman makna kata secara cermat, dan
(b) Penempatan kata secara tepat dalam struktur kalimat.
Kedua hal tersebut saling menunjang untuk menghasilkan kalimat yang logis sebagai salah satu
tanda kalimat efektif.
Contoh-contoh berikut akan menjelaskan kedua hal tersebut.
(83) Acara berikutnya adalah sambutan Gubernur Sulsel, waktu dan tempat
kami persilakan.
(84) Penjahat itu berhasil ditangkap petugas keamanan.
Kalimat (83) tidak logis karena waktu dan tempat bukan subjek yang dapat memberikan
sambutan. Kalimat (84) juga tidak logis karena yang berhasil menangkap (penjahat) adalah petugas
keamanan. Jadi, kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut.
(83a) Acara selanjutnya adalah sambutan Gubernur Sulsel. Bapak Gubernur kami silakan.
(84a) Penjahat itu berhasil melarikan diri.
(84b) petugas keamanan berhasil menangkap penjahat itu.
Latihan:
(85) Untuk mempersingkat waktu, marilah kita lanjutkan pada acara keempat.
(86) Dia lebih terampil merangkai bunga daripada jamur.
(87) Dia lebih suka makan daging ayam daripada kambing.
(88) Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan maka selesailah
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
(89) Karena sering tidak masuk sekolah, kepala SMA itu terpaksa mengeluarkan
siswa tersebut dari sekolahnya.
(90) Setelah diketahui tidak memiliki SIM, polisi segera menangkap pengemudi
taksi gelap itu.
(91) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering terlihat mondar-
mandir di sekitar kompleks tersebut.
(92) Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta harus mampu merumuskan
konsep untuk mengejar ketinggalan dalam bidang ilmu dan teknologi.
5. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunakan kata, frasa atau bentuk lainnya
yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang
dapat menambah kejelasan makna kalimat. Kehematan di sini mempunyai arti penghematan
terhadap kata yang memang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Penghematan penggunaan kata itu dapat dilakukan dengan cara menghindari pengulangan subjek
yang sama, menghindari pemakaian bentuk ganda, menghindari pemakaian superordinat pada
hiponim kata, dan menghindari penjamakan kata-kata yang berbentuk jamak.
Perbaikan:
(93a) Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.
(94a) Walaupun bukan dokter, dia banyak mengetahui resep obat-obatan.
Perbaikan:
(95a) Bantuan untuk orang miskin merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(95b) Bantuan untuk orang miskin adalah wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(96a) Kita perlu bekerja keras agar tugas ini dapat berhasil.
(96b) Kita perlu bekerja keras supaya tugas ini dapat berhasil.
Perbaikan:
(100a) Semua data itu dapat diklasifikasikan dengan baik.
(101a) Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
Latihan:
(102) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling
depan, lalu dia asyik membaca novel.
(103) Sejak saya berhenti dari jabatan itu, saya mempunyai banyak waktu luang.
(104) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki
ruangan.
(105) Meskipun kedua orang itu tidak mempunyai hubungan darah sama sekali,
mereka selalu saling tolong-menolong dalam setiap kesulitan.
(106) Kalau saya menggelarkan wayang maka saya senantiasa selalu menghitung
waktu yang diperlukan.
(107) Sebelum Anda mengarang terlebih dahulu Anda harus menentukan tema
karangan.
(108) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakan agar supaya tidak
terjadi banjir.
(109) Menurut ahli botani itu mengatakan bahwa protease adalah merupakan
enzim yang dapat diabsorpsi oleh daun.
(110) Dampak positif pembuatan waduk itu cukup banyak sekali seperti misalnya
mencegah banjir dan meningkatkan produksi daripada pertanian.
(111) Sejarah daripada perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi
dasar dan arah dari politik kita yang bebas dan aktif.
(112) Anak daripada tetangga saya hari Senin ini akan dilantik menjadi dokter.
(113) Di sini hujan turun tidak berhenti sejak dari pagi hingga petang.
(114) Pada hari Senin tanggal 18 bulan April, tahun 2005 mereka melangsungkan
pernikahan.
(115) Menurut Gorys Keraf (1996:45) dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia
berpendapat bahwa bahasa adalah merupakan alat komunikasi atau alat penghubung
antarmanusia.
(116) Dalam pertemuan itu para mahasiswa-mahasiswa dapat saling tukar-
menukar informasi.
(117) Jembatan layang itu belum selesai seperti yang sudah direncanakan
disebabkan karena dananya belum dapat dicairkan semua.
6. Pemfokusan
Pemfokusan adalah pemusatan perhatian pada bagin kalimat tertentu. Pemfokusan itu
dilakukan melalui berbagai cara, seperti berikut ini.
1) Meletakan unsur kalimat yang difokuskan pada awal kalimat.
(118) Harapan presiden agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(119) Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat ini.
(120) Secara bringas mereka menyerbu pertokoan itu.
2) Melakukan pengulangan kata (repetisi)
(121) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi
masa depan.
(122) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang merupakan
modal utama seorang pialang.
(123) Saya suka akan kecantikannya, saya suka akan kelembutannya, dan saya
suka akan kehangatannya.
3) Membuat urutan kata yang bertahap
(124) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
(125) Para ahli bertugas mengamati, mengumpulkan data, menganalisis, dan
menyimpulkan.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
(126) Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
BAB VIII
PEMBENTUKAN PARAGRAF
A. Tulislah gagasan pokok dari kalimat topik paragraf contoh (5), (6), (7), (8) dalam bab
pembentukan paragraf modul ini!
B. Susunlah kalimat-kalimat dibawah ini sehingga menjadi paragraf yang baik. Pilihlah salah satu
susunan yang tepat!
1. a. Pemerintah lebih menekankan faktor pemerataan daripada spekulasi
b. Jika membeli saham di pasar modal, maka masyarakat hanya akan memperoleh dividen
yang jatuh lebih rendah.
c. Masyarakat yang memiliki dana akan lebih suka menabung di bank karena suku
bunganya tinggi.
d. Pasar modal kini kurang menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan tabungan.
e. Selain itu, saham yang dibelinya tidak bisa segera dijual dengan harga yang jauh lebih
tinggi walaupun perusahaan terus memperoleh keuntungan.
f. Faktor ini menyebabkan pasar modal kurang menarik
a. c b e a f g
b. d c b e a f
c. a f d c b e
d. d a f c b e
2. a. Maksudnya, selalu tergantung dari pasaran produk-produk agraris tersebut
b. Hal ini kadang-kadang diciptakan oleh negara-negara yang kuat ekonominya
c. Perekonomian agraris memang mempunyai banyak kelemahan
d. Perekonomian agraris antara lain tidak dapat mandiri
e. Kalau pasaran lesu, perekonomian agraris ikut lesu
f. Padahal, kelesuan ini tidak selalu merupakan siklus ekonomi yang alamiah wajar.
a. c d a e f b
b. e f b c d a
c. c e f b d a
d. e b c d a f
3. a. Ini dapat berakibat pemaksaan atas orang lain
b. Agama adalah masalah keyakinan
c. Lupa yang demikian sudah menimbulkan penganiayaan dan peperangan dalam sejarah
dunia
d. Pemeluk suatu agama yakin bahwa agama yang dipeluknyalah yang benar dan yang lain
salah
e. Tetapi usaha meyakinkan orang lain itu menjadi tidak wajar dan tidak baik apabila
diawali dengan lupa, bahwa agama adalah masalah keyakinan
f. Karena kebaikan, pemeluk agamapun sedapat-dapatnya meyakinkan orang lain akan
kebenaran agamanya.
a. d f e a c b
b. b e a c f g
c. d a c b f e
d. b d f e a c
4. a. Dilihat dari tingkat pendidikannya pun, penduduk Jakarta sangat heterogen,
dan di Jakartalah kita dapat melihat perbedaan yang sangat menyolok antara si kaya
dengan si miskin.
b. Tidak hanya terdiri dari warga yang berasal dari satu suku dengan latar belakang
kebudayaan yang sama.
c. Penghuni Jakarta tidak hanya terdiri dari rakyat biasa, tetapi juga terdiri dari pejabat-
pejabat dan orang-orang kuat di berbagai bidang, yang kuat uang, kuat kuasa, dan kuat
pengaruh.
d. Mengelola Jakarta memang tidak mudah.
e. Jakarta sungguh suatu “melting pot”
a. e a d c b
b. d a c b e
c. e c b a d
d. d c b a e
BAB IX
TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF
1. Pendahuluan
Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan. Kalimat-
kalimat tersebut diikat oleh satu pikiran utama dan dijelaskan secara terinci oleh beberapa
pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas masing-masing tertuang dalam kalimat
utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu kalimat utama dan
beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara penempatan kalimat utama dalam sebuah
paragraf yang sesuai dengan jalan pikiran penulisnya.
Urutan Kronoligis
Urutan kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu. Peristiwa yang
digambarkan dalam paragraf diurut menurut tingkat perkembangannya dari waktu ke
waktu. Urutan tersebut dipakai pada tulisan naratif.
Contoh (6) :
(1) Tepat pukul 08.00 upacara peringatan Hari Kemerdekaan dimulai. (2)
Bendera Merah Putih dikibarkan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3)
Peserta upacara kemudian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para
pahlawan yang telah gugur. (4) Dua mahasiswa tampil untuk membacakan teks
Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor
memberikan pidato sambutan tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. (6) Kira-kira pukul 10.00, upacara diakhiri
dengan pembacaan doa.
4. Pengembangan Paragraf
Sebuah paragraf mengandung satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Yang
merupakan pengecualian adalah paragraf naratif dan deskriptif. Dalam pengembangannya
pikiran utama dituangkan kedalam kalimat utama, sedangkan pikiran-pikiran penjelas
dituangkan kedalam kalimat-kalimat penjelas sebagai rincian kalimat utama.
Pola penjelasan paragraf tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh paragraf berikut :
Teknik Contoh
Sebuah generalisasi bertujuan memberikan penjelasan kepada pembaca. Uraian-
uraian itu, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh konkret yang bersumber dari
pengalaman penulis.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
Dalam rangka mengejar ketinggalan desa baik dalam bidang pembangunan
maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh
pemerintah. ABRI Masuk Desa (AMD) sudah lama kita kenal. Hasilnya pun lumayan,
misalnya perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemagaran kampung. Contoh lain
KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati
oleh desa yang bersangkutan, misalnya peningkatan pengetahuan masyarakat,
pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-
lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya
masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan program selanjutnya,
misalnya bahasa nasional (bahasa Indonesia) masuk desa.
Kalimat topik yang mengandung tentang usaha pemerintah dalam mengejar
ketinggalan desa, dijelaskan dengan beberapa contoh, yaitu ABRI Masuk Desa, mahasiswa
ber-KKN, Koran Masuk Desa, dan kemungkinan yang lain. Anda dapat melihat generalisasi
yang terlalu umum pada awal paragraf, dijelaskan dengan contoh-contoh dalam kalimat-
kalimat penunjang.
Teknik Perbandingan
Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha
membandingkan antara dua hal. Dalam hal ini, penulis berusaha menunjukkan persamaan
dan perbedaan antara dua hal tersebut.
Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatnya sama dan kedua hal itu
mempunyai persamaan dan perbedaan. Misalnya tentang dua wanita Inggris yang
memegang kekuasaan tertinggi di negerinya dewasa ini, atau antar kedua pemain bulu
tangkis terkenal, Rudy Hartono dan Liem Swie King.
Contoh :
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha
tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota
paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf.
Lain halnya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai
konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian
sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak
murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman, dan ke upacara
resmi misalnya ke parlemen.
Hal yang diperbandingkan dalam contoh di atas adalah cara berpakaian dua wanita
Inggris yang paling berkuasa di negerinya.
Contoh :
(1) Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2)
Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair,
keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris
ketiga dan keempat. (4) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair
berasal dari sastra Arab.
Teknik Pertentangan
Teknik pertentangan adalah suatu cara pengarang untuk menunjukkan perbedaan
antara dua orang, objek, atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.
Contoh :
(1) Berdagang dapat menjadikan seseorang kaya raya. Berbeda dengan
berdagang, mengajar dianggap pekerjaan yang mulia, tetapi ia tidak dapat
memperkaya seseorang.
Pola paragraf yang menggunakan teknik pertentangan berupa hubungan antara
pikiran yang berbeda dapat dinyatakan dengan perantaraan “kata-kata” yang
menunjukkan pertentangan dan yang memperlihatkan perbedaan pikiran yang jelas bagi
pembaca. Misalnya, tetapi, namun, meskipun, sebaliknya, dan walaupun.
Contoh :
(2) Penyair, dermawan, dan novelis bebas untuk mengembangkan daya
khayal seluas-luasnya menurut kehendak mereka. Akan tetapi, sejarawan tidak
dapat menunaikan tugasnya sebagai seniman hanya dalam batas tertentu, ia tidak
dapat mereka-reka apa yang terjadi dalam pikiran seorang tokoh, dan tidak dapat
menghapus tokoh-tokoh yang tidak menyenangkan dan menciptakan sendiri
tokoh-tokoh lain, seperti yang dilakukan oleh novelis.
Teknik Definisi
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis
menguraikannya dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf. Hal ini, dapat
dipelajari lebih mendalam dalam definisi.
Contoh :
Pompa hidran (hydraulicran) ialah sejenis pompa yang dapat bekerja secara
kontinu tanpa menggunakan bahan bakar atau energi tambahan dari luar. Pompa
ini bekerja dengan memanfaatkan tenaga aliran air yang berasal dari sumber air,
dan mengalirkan sebagian air tersebut ke tempat yang lebih tinggi. Bagian utama
sistem pompa ini ialah pipa pemasukan, katub limbah, katub pengantar, katub
udara, ruang udara, dan pipa pengeluaran. Pada dasarnya air dapat dipompakan
karena adanya perubahan energi kinetis air jatuh, yang menimbulkan tenaga yang
cukup tinggi dalam ruang udara, sehingga sanggup mengangkat dan mengalirkan
air ke tempat yang lebih tinggi permukaannya. Desain katub limbah dan katub
pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi bergantian.
Paragraf di atas berusaha menjelaskan apa yang dimaksud dengan pompa hidran,
bagaimana cara bekerjanya, dan bagian-bagian yang membangun pompa tersebut. Dengan
penjelasan ini, diharapkan pembaca mempunyai pengertian tentang pompa hidran.
Teknik Klasifikasi
Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang dikelompokkan hal-hal yang
mempunyai persamaan. Pengelompokan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Contoh :
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa
kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan
kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan
kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan
kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah
kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan,
subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang
sistematik.
Teknik Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan
untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu kejadian atau
peristiwa. Singkatnya, proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan-pertanyaan :
Bagaimana mengerjakan hal itu? Bagaimana bekerjanya? Bagaimana barang itu disusun?
Bagaimana hal itu terjadi?
Contoh :
(1) Tepat pukul 08.00 upacara peringatan Hari Kemerdekaan dimulai. (2)
Bendera Merah Putih dikibarkan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3)
Peserta upacara kemudian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para
pahlawan yang telah gugur. (4) Dua mahasiswa tampil untuk membacakan teks
Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor
memberikan pidato sambutan tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. (6) Kira-kira pukul 10.00, upacara diakhiri
dengan pembacaan doa.
Teknik Akibat-Sebab
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat. Dalam
hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran penjelas.
Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini
dikemukakan sejumlah penyebab sebagai perinciannya.
Contoh :
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih dari
separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan kaki lima.
Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan
kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan
tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan pagar
ini terpaksa dilakukan mengingat Pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu
sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalulintas.
Teknik Angka
Contoh :
Misalkan 17 orang mahasiswa diminta pendapatnya mengenai “tinju masuk
kampus” ternyata 10 mahasiswa setuju dan 7 mahasiswa lagi tidak setuju. Setelah
diuji dengan menggunakan rumus khi-kuadrat, ternyata nilainya 1,33. Nilai tersebut
dibandingkan dengan nilai khi-kuadrat tabel pada taraf nyata tertentu dan dengan
derajat bebas tertentu. Misalkan taraf nyata 0,05 untuk derajat bebas 2 adalah 3,84.
Ternyata X2 = 1,33 < 3,84. 9Ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
proporsi yang setuju dengan yang tidak setuju terhadap “Tinju Masuk Kampus”.
Contoh :
Pada waktu pemilu 3 tahun yang lalu di suatu daerah pemilihan, partai A
memiliki 20% suara. Seorang politikolog menduga partai A sekarang lebih
populer, kalau diadakan pemilu akan memperoleh 40% suara. Misalkan hipotesis
Ho : P = 0,2 dan hipotesis Ha : p = 0,4 diuji dengan suatu sampel random
sederhana, n = 10. Kalau daerah kritik terdiri dari nilai X yang sama atau lebih
besar daripada 4, berapa besar α dan β.
TUGAS/LATIHAN