Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda rasulullah
Muhammad SAW, selaku manusia pilihan Allah yang paling layak kita jadikan
tauladan untuk kehidupan dunia dan akhirat kelak. Proposal skripsi yang dapat
kemampuan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyelesaian tugas akhir ini
hingga selesai.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
ini, Penulis berharap, semoga skripsi ini bisa berguna untuk para pembaca dan
Kamaruddin
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada
masalah tersebut maka pajak diharapkan bisa menjadi solusi yang efektif. Hal ini
pajak merupakan penerimaan langsung yang bisa diolah guna untuk pembiayaan
masyarakat untuk mau membayar pajak. Pada tahun 2008 pemerintah melalui
sebagai wajib pajak untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Fitriyani
mendapatkan NPWP.
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada setiap wajib pajak
setiap wajib pajak dapat mengamankan penerimaan pajak. Semakin banyak yang
diisi kewajiban perpajakan oleh wajib pajak secara benar dan tepat, penerimaan
Pokok Wajib Pajak (NPWP), ada juga kebijakan yang dilakukan dalam usaha
pajak secara lebih aktif kepada setiap wajib pajak yang menunggak pembayaran
wajib pajak terdaftar yang tidak melunasi hutang pajaknya sehingga diperlukan
tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang bersifat mengikat dan
Surat Paksa.
pajak terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah
Jakarta Selatan. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
ini adalah :
D. Kegunaan Penelitian
A. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliyah metodologi
penelitian.
dan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang berkeinginan melakukan
serupa.
E. Sistematika Penulisan
1. Bab satu adalah bab yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
anggapan dasar dan hipotesis merupakan inti dari tinjauan pustaka yang
pengumpulan data, dan teknik analisa data diuraikan pada bab tiga. Pada
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak
Banyak para ahli memberikan bahasan tentang pajak, tetapi pada intinya
mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Berikut ini adalah beberapa pengertian
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pemerintahan.
pada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
2. Fungsi Pajak
pengeluaran-pengeluarannya.
berikut:
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
a) Stelsel Pajak
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak yakni
ini adalah pajak yang dikenakan realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat
tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah ditetapkan besarnya pajak
yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang
Ciri-cirinya:
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang.
Ciri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
itu sendiri.
b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
3) With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
Menurut Resmi (2009:26), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah suatu
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah sarana dalam administrasi perpajakan
yang diberikan kepada wajib pajak yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek
pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau yang diwajibkan untuk
dan/atau Formulir Permohonan Pengukuhan PKP secara lengkap dan jelas serta
ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan menyerahkannya kepada
petugas pendaftaran wajib pajak. Jika permohonan ditandatangani oleh orang lain,
Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang
asing.
a) Akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukkan dari kantor
c) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang
b) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang
Bagi pemohon yang berstatus cabang, Wajib Pajak Orang Pribadi pengusaha
tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus memiliki NPWP Kantor
Pusat/domisili suami.
b. Fungsi NPWP
2. Tanda pengenal diri atau Identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya
perpajakan.
c. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit yaitu 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak
yang mengindikasikan apakah wajib pajak yang dimaksud adalah orang pribadi
atau badan atau pemungut bendaharawan, dan 6 digit berikutnya merupakan kode
0 : cek digit (sebagai alat pengaman agar tidak terjadi pemalsuan dan
kesalahan NPWP)
Penghapusan nomor pokok wajib pajak dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak
1. Wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/ atau obejektif,
misalnya wajib pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan
warisan.
3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPW dan menikah tanpa membuat
Indonesia.
5. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah
selesai dibagi.
6. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapus NPWP dari
wajib pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau
29
sebenarnya
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data
(11)
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar
menjjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
3. Penagihan Pajak
undang no.19 Tahun 2000 penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan
menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, surat keputusan keberatan yang
menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti
dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat
teguran.
dimana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya
mengirim surat tagihan ata surat ketetapan pajak tetap, akan diikuti dengan
waktu pwlunasan pajak untuk jumlah pajak yang belum dibayar pada saat
banding.
1. Secara langsung.
2. Melalui pos.
penagihan surat
g. Jika jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah
lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal disampaikan surat teguran,
pembayaran pajak.
i. Juru sita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa
4) Badan usaha akan dibubarkan oleh negara atau terjaadi penyitaan atas barang
j) Surat paksa diberitahukan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan
l) Jika penanggung pajak atau pihak yang dimaksud menolak untuk menerima
surat paksa, juru sita pajak meninggalkan surat paksa tersebut dan mencatatnya
dalam berita acara bahwa penanggung pajak tidak mau menerima surat paksa dan
n) Jika tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat kedudukan wajib pajak atau
menempelkan salinan surat paksa pada papan pengumuman kantor pejabat yang
o) Jika pelaksanaan surat paksa harus dilakukan diluar wilayah kerja pejabat,
pejabat yang menerbitkan surat paksa tersebut meminta bantuan kepada pejabat
p) Jika setelah lewat 2x24 jam sejak surat paksa diberitahukan kepada
penanggung pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan utang pajak tidak
penyitaan.
r) Jika penanggung tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan,
setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak pengumuman lelang, pejabat
negara.
(Sumarsan, 2010:70):
a) Meminta juru sita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita pajak.
penyitaan, iklan dan biaya pembatalan lelang, serta melaporkan pelunasan tersebut
e) Membatalkan lelang jika penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
disewakan.
4) Penerimaan Pajak
terbesar saat ini yaitu mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal
tanggung jawab untuk menarik pajak dari masyarakat. Belakangan ini masyarakat
lebih kritis dan berani dalam menyuarakan keinginannya akan pelayanan yang
baik, khususnya pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Seiring dengan
penerimaan pajak negara dituntut untuk selalu dapat memenuhi pencapaian target
masyarakat.
Berdasarkan kewenangan dalam pemungutannya, pajak dapat digolongkan
menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Dari kedua jenis pajak tersebut, yang akan
diuraikan berikut ini hanyalah jenis-jenis pajak pusat karena hanya pajak pusat
Jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
pemerintah.
pajak yang dikenakan terhadap setiap pertambahan nilai dari suatu produk atau
jasa yang dihasilkan oleh pengusaha kena pajak. Sedangkan Pajak Penjualan atas
tergolong mewah.
adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan tubuh bumi serta bangunan yang
tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 pajak yang dikenakan atas bumi dan/atau
bangunan. Yang dimaksud bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang
Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2000 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak
yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Supramono dan
nilai ekonomis dari perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam negeri
yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk mendanai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika dilihat dari sisi ekonomi,
karena melalui pajak pemerintah dapat membiayai sarana dan prasarana publik
e. Bea Materai
pajak atas dokumen yang dipakai masyarakat dalam lalu lintas hukum. Yang
dimaksud dengan dokumen disini adalah kertas yang berisikan tulisan yang
mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi
seorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan. Surat perjanjian, surat kuasa,
surat pernyataan dan akte adalah sebagian contoh dari dokumen yang dikenakan
bea materai.
f. Bea Masuk
tersebut, maka bea masuk selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara
juga sebagai pengatur arus impor, baik untuk barang konsumsi maupun barang
yang diperlukan industri dalam negeri. Dengan demikian, penerimaan bea masuk
tidak semata-mata ditujukan sebagai penerimaan untuk mengisi kas negara, tetapi
g. Cukai
tergantung dari jumlah barang yang kena cukai, tarif cukai dan harga dasar barang
kena cukai.
h. Pajak Ekspor
memperhatikan harga patokan ekspor dan jumlah wajib pajak valuta asing.
Kebijakan yang ditempuh dalam pungutan pajak ekspor ini bertujuan untuk
sektor Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), terhitung 1
Pemerintah Daerah.
globalisasi yang menuntut daya saing tinggi dengan negara lain. Dengan
Penerimaan pajak
nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
no.19 Tahun 2000 penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
pajak. Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP.
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
penelitian, yaitu:
Tabel 1
Penelitian Terdahulu
artinya jumlah
surat setoran
pajak memiliki
pengaruh
terhadap
penerimaan pajak
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktr yang telah
penelitian dapat terarah sesuai dengan maksud dan tujuan yang diharapkan.
1. Fungsi NPWP
2. Pendaftaran NPWP
3. Format NPWP
4. Penghapusan NPWP
-Sanksi
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat terlihat dalam Gambar 1 berikut:
X1 X2 Y
Tansuria (2010)
Waluyo (2009)
Setyawan (2007:50)
1. Pajak Pusat
Penagihan Pajak (X2)
1. Pengelompokan
penagihan pajak
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dinyatakan bahwa variabel
independen (X1) dan (X2) mempengaruhi variabel dependen (Y). Dalam hal ini,
Penerimaan Pajak. Pada variabel independen (X1), uji yang dilakukan adalah Uji
Normalitas dan untuk variabel independen (X2) uji yang digunakan adalah Uji
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar menurut Surakhmad dan Arikunto (2006:58), adalah sebuah titik
2. Hipotesis
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik
diperlukan juga metode yang sesuai untuk mendapatkan data yang objektif.
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian menurut Wiley (2006:152), adalah cara yang sistematis
teoritis. Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini
penelitian.
B. Objek Penelitian
Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah Jakarta Selatan, dan yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah petugas pajak (fiskus) yang berada di KPP Pratama di
ini dilakukan pada KPP Pratama Kebayoran Baru Dua, KPP Pratama Kebayoran
seperti hal-hal yang biasanya jatuh ke dalam wilayah subjektif perasaan dan sikap.
Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan
Tabel 2
Pendaftaran
NPWP
1. Menyerahkan
Permohonan permohonan
Wajib Pajak
dan/atau
Formulir
Permohonan
Pengukuhan
PKP secara
lengkap dan
jelas serta
ditanda tangani
oleh wajib pajak
atau kuasanya
dan
menyerahkannya
kepada petugas
pendaftaran
wajib pajak.
1. Penggunaan NPWP
petugas dalam
tidak memenuhi
Penghapusan objektif.
penghentian atau
penggabungan usaha
menghentikan usahanya
di Indonesia
1. Sengaja tidak
menyalahgunakan
Sanksi
Penagihan Pajak (X2) Pengelompokan 1. Penagihan pajak Skala
agar penanggung
pembayaran secara
angsuran
3. Penerbitan surat
memenuhi ketentuan
4. Pemberitahuan surat
memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum
dalam keputusan
persetujuan angsuran
atau penundaan
pembayaran pajak
5. Penagihan seketika
pembayaran terhadap
6. Penyitaan barang
dengan peraturan
penyitaan yang
setempat
7. Penyitaan tambahan
melunasi biaya
utang pajak
8. Pencabutan sita
dilaksanakan apabila
melunasi biaya
utang pajak
3. Peningkatan
penerimaan pajak
memegang peranan
meningkatkan
kemandirian
pembiayaan pemerintah
4. Pajak sebagai
sumber penerimaan
terbesar negara
5. Dengan adanya
kewajiban dan
penagihan pajak,
penerimaan pajak
semakin bertambah
6. Kerjasama fiskus
diperlukan dalam
meningkatkan
penerimaan pajak
dimasa depan.
Sumber : Pengolahan data
1. Populasi
Sugiyono (2009:115) populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
Jakarta Selatan.
2. Sampel
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobabili
Baru Dua, KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga dan KPP Pratama Tebet.
kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang
pemeriksaan dan penagihan yaitu sekitar 230 orang dengan tingkat kesalahan 5%.
Maka jika dilihat dari total keseluruhan petugas pajak tersebut, didapat sampel
yaitu berjumlah 149 sesuai dengan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi
F. Jenis Data
1. Data Kualitatif
kalimat, kata atau gambar. Yang digolongkan sebagai data kualitatif dalam
penelitian ini adalah sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak, dan juga gambaran
umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ada di wilayah Jakarta Selatan.
2. Data Kuantitatif
digolongkan sebagai data kuantitatif dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
G. Sumber Data
1. Data Primer
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian
dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
1. Wawancara (Interview)
secara langsung kepada pegawai pajak divisi pelayanan dan penagihan pada KPP
2. Kuesioner (questionnaires)
data yang dilakukan dengan cara memberi seperagkat pertanyaan atau pernyataan
pada KPP Pratama. Kemudian diolah berdasarkan kriterita yang telah ditentukan.
Skala yang digunakan dalam tingkat pengukuran adalah skala interval atau
sering disebut skala LIKERT yaitu skala yang berisi 5 tingkat preferensi jawaban.
sangat setuju mempunyai tingkat atau prefensi yang “lebih tinggi” dari setuju dan
jawaban yang telah tersedia diberi bobot nilai (skor) sebagai berikut:
Tabel 3
2. Setuju (S) 4
3. Ragu-Ragu (RR) 3
Alat pengumpulan data yang digunakan penulis adalah berupa alat tulis,
jaringan internet, printer, laptop dan perekam suara yang digunakan untuk
telah dibuat. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Uji Normalitas
variabel pengganggu dan residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara
untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah
a) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi secara normal.
b) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi secara normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
c. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
1) Nilai Tolerance/lawannya
multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10
dan tidak ada multikolonieritas dalam model regresi jika nilai tolerance > 0,10
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010:8). Metode yang
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis
ini untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
2013:116).
pemeriksaan pajak (X2), penagihan pajak (X3) dan penerimaan pajak (Y), maka
akan digunakan model analisa regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2 X2 + e
Keterangan :
Y : penerimaan pajak
a : konstanta
b1 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel
e : error
1) Koefisien Korelasi
Menurut suliyanto, 2011:15, analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat
hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut dan nilai r yang mendekati 0
antara dua variabel tersebut. Jika bernilai + (positif) maka kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan
dengan peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai – (negatif) artinya
dengan skala data interval atau rasio. Rumus yang digunakan adalah:
semakin kuat, tetapi jika koefisien tersebut mendekati angka 0 berarti korelasi
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah uji t
(uji parsial) dan uji F (uji simultan). Adapun uji hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut:
hendak diuji, apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:
Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:
Ha : b1 ≠ 2 ≠b……..k≠ 0b
1) Quick look: bila nilai F lebih besar dari pada 4 maka Ho dapat ditolak pada
menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variab
el independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
Bila nilai Fhitung lebih besar dari pada nilai Ftabel, maka Ho ditolak dan menerima
Ha (Ghozali, 2011:98).
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima
nilai statistik thasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai ttable, kita menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
Uji hipotesis dilakukan dengan uji t untuk menguji signifikansi koefisien regresi
Amanah, Desty Fitria. Dan Akie Rusaktiva Rustam. (2015). Pengaruh Sosialisasi
Selatan).
Diana, Anastasia Dan Lilis Setiawati. (2010). Perpajakan Indonesia Edisi Kedua.
;Yogyakarta
Marisa dan Agus Arianto Toli, (2013), Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Hlm 1-20
1-15.
Sari, Yosi Widia. (2015). Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan,
Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Bitung). Jurnal Vol 10, No 4. Hlm
1-9.
Hlm 1-6.
Hlm 1-20.