Abstract
The aim of this research is to know wether the positive behavior will influence
aggresivity and well being of the adolescents offending criminal law who stay in
Kutoarjo prison. This study compared young adult sexual delinquents and violent
offenders via relevant psychological variables of two main areas: (I) anti-social
personality factors (aggression,), and (ii) predisposing personality factors (well
being). Participants are 30 violent and sexual offenders between 12 and 18 years of
age. They were incarcerated in a Kutoarjo youth prison and interviewed during their
prison term. The subjects were gathered in special place in prison. The positive
behavior was trained orally and physically and asked them to do physically by some
examples. T test was used to know the psychological factor's different before and
after positive behavior intervention. Result: There was significant different of the
psychological condition before and after intervention. The youth showed significantly
(p = 0,001) lowering impact behavior and improving their well being.
PENDAHULUAN
Menurunnya kualitas kehidupan moral masyarakat merupakan salah satu
ancaman yang dapat menghalangi proses pendidikan manusia seutuhnya. Dari
perspektif ini, maka optimasi dalam perkembangan moral individu merupakan salah
Perilaku Positif
Penelitian Perilaku positif saat ini dianggap sangat perlu dilakukan, karena
kemampuannya untuk menurunkan agresivitas danperilaku negatif yang lain
(Fredrickson et al.,2003). Beberapa perilaku positif yang sudahmunculdalam jumal
ilmiah antara lain maaf, bersyukur, empati, dan asertif. Perilaku aserdf hendaknya
dipandang sebagai mempunyai tempat di suatu kontinum (rangkaian kesatuan).
Dalam mengekspresikan pikiran, pikiran/ perasaan-perasaan dan keyakinan-
keyakinannya dengan cara meminta maaf, berhati-hati/tidak menonjolkan diri.
Perilaku pasif didasarkan pada keyakinan bahwa kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan-keinginannya kurang begitu penting dibandingkan kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan-keingina orang lain. Ciri khusus dari perilaku ini adalah penjelasan-
Metode
Variable dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependent: 1) Kesejahteraan
2) Agresivitas dan variabel independent: Pelatihan Perilaku Positif. Agresivitas,
perilaku yang berasosiasi negatif yaitu mengarah pada perilaku menyakiti orang lain
baik secara fisik maupun mental yang dianggap sebagai mekanisme untuk
melepaskan energi destruktif sebagai cara melindungi stabilitas intrafisik pelakunya.
Kesejahteraan, menurut Diener (2000) kesejahteraan subjektif dapat didefinisikan
sebagai evaluasi kognitif sendiri merasa bahwa pandangan- dan afektif terhadap
kehidupan pandangannya tepat. Evaluasi kognitif orang yang bahagia berupa
kepuasan hidup yang tinggi, evaluasi afektifnya adalah banyaknya afek positif dan
sedikitnya afek negatif yang dirasakan (Diener et al., 1999).
Pelatihan perilaku positif, merupakan program yang disusun dalam bentuk
pelatihan yang diberikan kepada anak binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kutoarjo. Pelatihan dibagi dalam 6 sesi selama 12 jam, dalam waktu 3 hari,dengan
materi yang mengacu pada aspek-aspek perilaku positif berdasarkan yaitu :1)
Rancangan Penelitian
Y1 X1 Y2 KE
Keterangan:
Y1 : pengukuran pretest
Y2 : pengukuran postes
X1: pelatihan perilaku positif
TeknikAnalisis Data:
Secara kuantitatif, menggunakan Uji t Mann Whithney (non parametrik),
karena jumlah subjek yang sedikit (tiga puluh atau kurang). Secara kualitatif,
digunakan metode observasi, wawancara dan Fokus Group Discussion, data dari
basil observasi dan Fokus Group Discussion dianalisis secara deskriptif,
HASIL PENELITIAN
Hasil pre tes sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dan memperoleh rerata
ketahanan dan semua faktor-faktornya lebih rendah daripada pada saat posttest tindak
lanjut. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis diterima, yaitu
ada pengaruh yang signifikan pelatihan perilaku positif terhadap peningkatan
kesejahteraan dan penurunan agresivitas pada anak LPA Kutoarjo Jawa Tengah.
Rangkuman hasil Uji-t. hasil uji statistik dengan menggunakan uji t Mann Whithney
nonparametric.
T Df Sig. (2-tailed)
agresivitas Equal variances assumed 58 .001
Equal
3.530 variances not 34.885 .001
Assumed 3.530
Ranks
Kesejahteraan
Mann-Whitney U 198.000
Wilcoxon W 663.000
Z -2.823
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
PEMBAHASAN
Penelitian ini berkaitan dengan psikologis positif yang sekarang sedang
populer dan naik daun. Tujuan psikologis positif adalah membangun kekuatan
dengan meningkatkan kemampuan individu yang mereka punyai. Yaitu memperbaiki
kondisi psikologis dan fisiologis individu dan menumbuhkan kekuatan yang ada di
dalam diri mereka (Snyder and Lopez, 2007). Psikologis positif yang sering dikaitkan
dengan psikologi transpersonal dan psikologi humanistik dan sekarang sedang gencar
digunakan untuk mengatasi berbagai problematika remaja (Engler, 2008).
Intervensi perilaku positif yang dilakukan untuk meningkatkan kondisi
psikologis positif. Intervensi selalu dibungkus dengan kisah nyata yang memang
menjadi sebab-sebab keluarnya (hadis) atau turunnya (asbabunnuzul) peraturan
tersebut, sehingga menimbulkan kekuatan pendorong untuk bertindak adil dan ingin
diberlakukan dengan adil, penuh keberanian, kebenaran, dan transcendental (Hood,
dkk., 2009). Bahkan cinta dan spiritualitas (Rubin, 2008) serta menumbuhkan
moralitas keadilan, dan perilaku positif baik secara penampakan dan praktik adil
(Emmons and Mc Cullough, 2004).
Dampak perilaku positif dapat dilihat dalam kondisi psikologis praktek
kehidupan remaja di lapas sebagai intervensi. Implementasi perilaku positif setelah
penyuluhan adala ketentraman dan ketenangan, rasa tawaddu’ yan teradiasi dalam
ruangan. Ketertiban sholat dan perhatian terhadap mater-materi intervensi pada hari-
Bottom of Form
Perilaku positif dan telah diteliti dalam psikologi positif adalah menceritakan
hal yang positif dalam kehidupan (Gable et al., 2004). Penelitian (Gable et al., 2004)
menunjukkan bahwa menceritakan pengalaman positif seperti Nabi Musa yangsecara
lahir telah melakukan pelanggaran hukum pidana (membunuh orang Mesir) dalam
kerajaan Fir’aun lalu kemudian mohon ampunan dari Allah akan meningkatkan afek
positif individu atau remaja yang mendengarkan. Bersyukur dapat diartikan
mengingat-ingat berbagai hal yang menyenangkan, baik di masa lalu, sekarang dan
masa yang akan datang. Remaja pelanggar hukum pidana yang masuk penjara, masih
sempat bersyukur setelah mereka tahu bahwa pelanggaran mereka dalam islam dapat
menyebabkan mereka menanggung hukuman yang cukup berat, misalnya mereka
yang membunuh dapat mendapat hukuman mati, atau yang memerkosa dapat
dihukum berat. Bila saat ini mereka diberi kesempatan bertobat, hal ini merupakan
sesuatu yang menyenangkan. Mengingat hal-hal yang menyenangkan, menurut
Diener et al., (1999) juga akan meningkatkan afek emosi positif yang selanjutkan
akan memperbaiki kondisi psikologis mereka. Pendekatan perilaku positif yang juga
merupakan penelitian motivatif mendukung keuntungan orientasi tujuan positif,
mereka diminta untuk memfokuskan pada tujuan positif, daripada menghindari suatu
masalah. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa memfokuskan diri pada tujuan
positif menimbulkan optimisme daripada menghindari masalah. Misalnya, saya ingin
memiliki hubungan yang hangat dengan penganiaya saya atau orang yang telah
melanggar hak-hak saya daripada saya tidak mau berkelahi dengan penganiaya saya
atau saya tidak mau berpikir lagi tentang hubungan dengan orang itu/penganiaya.
Disini ada unsur memaafkan yang dapat meningkatkan kondisi psikologis individu
maupun fisiologis (Conoley and Conoley, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Basir, A. S., 2004. Perilaku demonstran ditinjau dari Pola asuh orangtua, penanaman
norma agama dan Media massa. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Pasca Sarjana
UGM.
Berkowitz, L., 2003. Emotional Behavior : Mengenali Perilaku dan Tindakan
kekerasan di lingkungan sekitar kita dan cara penanggulangannya. Jakarta. CV.
Taruna Gravica
Bruno, F. J. 1989. Kamus Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius.
Comstock ,G 2008. A Sociological Perspective on Television Violence and
Aggression
American Behavioral Scientist; Volume 51 Number 8 April 2008 1184-1211
Crocker, J., dkk, 2003. When Grades determine self-worth: Consequences of
contingent welf-worth for male and female engineering and psycholog majors.
Journal ofPersonality and Social Psychology, 85, 507-516.
Csikszentmihalyi, M. 1999. If we are so rich, why aren't we happy? American
Psychologist, 55, 821-827
Diener, E. & Diener, R. B., 2003. Finding on Subjective Well-Being and The
implications for Empowerment this paper was presented at the Workshop on
Measuring Empowerment: Cross-Disciplinary Perspectives held at the World
Bank in Washington, DC on February 4 and 5, 2003.
Diener, E. & Scollon, C. 2003. Subjective well being is desirable, but not the
summun bonum. Paper delivered at the University of Minnesotainter disciplinary
Workshop on Well-Being, October 23-25, 2003, Minneapolis.