Anda di halaman 1dari 10

Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling) 2 (1), 146 – 154 | 2018

ISSN: 2580-216X (Online)


Available online at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SNBK/index

Konseling kelompok dengan Pendekatan Eksistensial-Humanistik berbasis


nilai Budaya Gayo “Alang Tulung” untuk mengurangi sikap apatis siswa

Anissah Fadila Taharani


Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
anissahfadila.af@gmail.com

Kata Kunci / Abstrak / Abstract


Keyword
Eksistensial Dalam dunia pendidikan, interaksi dalam pembelajaran
Humanistik, Alang sangat diperlukan, Interaksi sosial akan membantu siswa
Tulung, Sikap Apatis menambah pengetahuannya, mengembangkan keterampilan
sosial siswa dengan individu lainnya, serta dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Namun
realitanya saat ini banyak siswa yang bertindak tidak peduli,
acuh tak acuh terhadap lingkungan bahkan terhadap
pendidikannya sendiri. Hal ini akan berdampak buruk bagi
kehidupan sosial siswa serta menghambat proses
pembelajarannya. Untuk mengurangi perilaku tersebut dapat
menggunakan salah satu nilai budaya yang ada di Indonesia
yaitu tradisi alang tulung. Alang tulung adalah nilai budaya
suku gayo yang berarti sikap tolong-menolong didalam
masyarakat, nilai ini juga menegaskan eksistensi manusia
sebagai makhluk sosial yang memungkinan proses memberi
dan menerima sebagai perekat sosial. Alang tulung dapat
dilakukan melalui layanan konseling kelompok dengan
pendekatan eksistensial humanistik yang berfokus pada
manusia sehingga dapat membantu siswa dalam mencari
kebermaknaan hidup, menurunkan perilaku apatis siswa serta
meningkat eksistensi siswa sebagai makhluk sosial. Tulisan
ini mencoba untuk mengantarkan gagasan bagaimana
pendekatan eksistensial-humanistik berbasis nilai alang
tulung dapat mengurangi sikap apatis pada siswa.

In the world of education, interaction in learning is


necessary, Social interaction will help students increase their
knowledge, develop students' social skills with other
individuals, and can increase student motivation in learning.
But the reality today many students who act do not care,
indifferent to the environment even to his own education.
This will adversely affect the students' social life and hinder
their learning process. To reduce the behavior can use one
of the cultural values that exist in Indonesia is the traditions
of alang tulung. Alang tulung is the cultural value of Gayo
tribe, which means the attitude of help in the community, this
value also affirms the existence of human being as a social
creature that allows the process of giving and receiving as
social glue. Alang tulung is implied through group

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 146


counseling service with humanistic existential approach that
focuses on human so as to assist students in finding
meaningfulness of life, decreasing apathy behavior of
students and increasing student existence as social creature.
This paper attempts to deliver the idea of how a value-based
humanist-based existential approach can reduce apathy to
students.

PENDAHULUAN sebagai perekat kohesi sosial, Alang


Interaksi dalam pembelajaran didunia tulung dimasukan dalam proses layanan
pendidikan sangat diperlukan, Interaksi konseling kelompok dengan pendekatan
sosial akan membantu siswa menambah eksistensial humanistik yang berfokus
pengetahuannya, mengembangkan pada manusia sehingga dapat membantu
keterampilan sosial siswa dengan individu siswa dalam mencari kebermaknaan hidup,
lainnya, serta dapat meningkatkan menurunkan siswa apatis siswa serta
motivasi siswa dalam belajar. Rasa meningkat eksistensi siswa sebagai
kepedulian merupakan salah satu unsur makhluk sosial.
dalam interaksi sosial yang harus dimiliki
individu termasuk siswa, akan tetapi saat PEMBAHASAN
ini banyak siswa yang bertindak tidak Sikap Apatis
peduli, acuh tak acuh terhadap lingkungan, Bruno dalam (Syah, 2013)
sikap ketidakpedulian terhadap menerangkan sikap (attitude) adalah
permasalahan-permasalahan lingkungan kecenderungan yang relatif menetap untuk
disebut juga dengan sikap apatis. Sikap bereaksi dengan cara baik atau buruk
apatis yang dialami peserta didik seperti terhadap orang atau barang tertentu.
ini tidak bisa dibiarkan karena akan Apatis berasal dari kata apatheia,
berdampak buruk bagi kehidupan sosial yaitu dari a yang berarti tanpa dan pathos
siswa serta menghambat siswa dalam atau pathe berarti perasaan, jadi apatis
proses memperoleh ilmu pengetahuan. adalah tanpa perasaan, acuh tak acuh.
Untuk mengatasi sikap apatis pada Secara umum Apati atau sering disebut
siswa ini, dapat menggunakan salah satu apatis merupakan kurangnya emosi,
nilai budaya yang ada di Indonesia yaitu motivasi atau entusiasme. Sejalan dengan
tradisi alang tulung. Alang tulung adalah pemikiran tersebut, Alwisol (2009)
nilai budaya suku gayo yang berarti sikap menyatakan bahwa dalam istilah psikologi,
tolong-menolong didalam masyarakat apatis merupakan keadaan
sebagaimana tercermin dalam ungkapan ketidakpedulian, dimana seseorang
tolong menolong dalam ungkapan alang- individu tidak menanggapi rangsangan
tulung berat-berbantu. Nilai ini kehidupan emosional, sosial atau fisik.
menegaskan eksistensi manusia Alwisol (2009) menyatakan bahwa
sebagaimana makhluk sosial, manusia ciri-ciri seseorang bersikap apatis adalah
memerlukan interaksi sosial yang sebagai berikut: (a) Menifestasi
memungkinkan proses memberi dan kepribadian otoriter, (b) putus asa, (c)
menerima (give and take, bukan take and tidak percaya, dan (d) tidak berdaya
give sebagaimana yang sering disebut) menarik diri dari kegiatan. Heymans

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 147


(dalam Kartono, 2005), seorang yang b. Melestarikan Tradisi. Alang tulung
memiliki sikap apatis memiliki aktivitas menjadi bukti bahwa pelestarian
yang lamban, menyukai cara yang mudah, tradisi leluhur adalah hal penting
suka berfikir panjang, memiliki kebiasaan untuk dilakukan.
malas, dan cenderung tidak suka berbuat c. Menghargai Sesama Manusia. Tradisi
sesuatu, sosiabilitas lemah, sukar alang tulung adalah wujud
berdamai, afeksinya konstan, suka menarik penghargaan sesama manusia dan
diri, acuh tak acuh terhadap pendapat menjadi symbol solidaritas orang
orang lain, kaku, beku, berpegang secara Gayo.
mati-matian pada kesenangannya, bersikap d. Menjaga Adat. Alang Tulung adalah
tertutup, suka menyendiri, dan seorang sebuah etika sosial yang bersumber
individu yang sangat menjemukan. dari ajaran leluhur dan oleh karena itu,
Nilai Budaya Gayo “Alang Tulung” pelaksanaannya merupakan wujud
Dalam Rusdi Sufi dkk (2004) dari upaya orang Gayo dalam menjaga
menjelaskan bahwa alang tulung secara adat.
umum berarti tolong- menolong. Dalam e. Menerapkan Ajaran Agama.
bahasa Gayo, Alang berarti “sakit” atau Mayoritas orang Gayo adalah Muslim
“malang” dan tulung berarti “tolong” atau dan Islam mengajarkan sesama
“bantu”. manusia saling membantu. Oleh
Dengan demikian alang tulung karena itu, pelaksanaan ajaran agama
diartikan sebagai orang yang sedang sakit islam.
atau kesusahan maka harus ditolong atau f. Menjaga Persatuan dan Kesatuan.
dibantu. Sedangkan Syamsudin (1980) Gotong-royong adalah pondasi yang
menerangkan bahwa tradisi alang tulung kuat untuk menjaga persatuan dan
adalah warisan leluhur yang menginginkan kesatuan masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat Melayu Gayo hidup rukun dan pelaksanaan tradisi ini adalah upaya
damai. Tradisi ini berdasarkan pada penguatan pondasi sosial tersebut.
filosofi bahwa manusia tidak dapat hidup Pendekatan Eksistensial Humanistik
sendiri, melainkan harus tolong menolong. Konsep kemanusiaan
Manusia memiliki waktu sakit dan sehat. Menurut Corey (2013) dimensi dasar
Bagi yang sehat harus membantu yang dari kondisi manusia, menurut pendekatan
sakit, begitu juga sebaliknya. eksistensial adalah :
Nilai-Nilai Luhur Yang Terkandung a. Kapasitas untuk kesadaran diri
dalam Alang Tulung Kebebasan, pilihan, dan tanggung
Pengetahuan orang Gayo tentang jawab merupakan landasan kesadaran
Alang Tulung mengandung nilai-nilai diri. Semakin besar kesadaran kita,
luhur, antara lain: semakin besar kemungkinan kita
a. Harmoni masyarakat. Tradisi gotong untuk kebebasan.
royong ini menguatkan harmoni b. Kebebasan dan tanggung jawab
kehidupan masyarakat Gayo. Dengan Schneider dan Krug (dalam corey,
bergotong royong, kekurangan dan 2013) menulis bahwa terapi
kesusahan dapat terselesaikan dengan eksistensial mencakup tiga nilai: (1)
baik dan dipikul bersama. kebebasan untuk menjadi dalam
konteks keterbatasan alam dan diri

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 148


sendiri; (2) kapasitas untuk menegaskan keberadaan seseorang,
merefleksikan makna pilihan kita; dan dan perasaan kecemasan yang
(3) kapasitas untuk bertindak atas dihasilkan merupakan aspek yang tak
pilihan yang kita buat. Russell, dalam terelakkan dari kondisi manusia.
Corey (2013) menganggap bahwa f. Kesadaran Akan Kematian dan
tanggung jawab adalah kondisi dasar Ketidakberadaan
untuk perubahan. Klien yang menolak Eksistensialis tidak memandang
untuk menerima tanggung jawab kematian secara negatif tetapi
dengan terus-menerus menyalahkan menganggap bahwa kesadaran akan
orang lain atas masalah, mereka tidak kematian sebagai kondisi dasar
mungkin mendapat keuntungan dari manusia memberi arti penting bagi
terapi. kehidupan. Karakteristik manusia
c. Menciptakan identitas seseorang dan yang membedakan adalah kemampuan
menjalin hubungan yang bermakna untuk memahami realitas masa depan
dengan orang lain dan keniscayaan kematian.
Masing-masing dari kita ingin Tujuan Konseling
menemukan diri sendiri atau, untuk Menurut Corey (2013) dalam bukunya
membuatnya lebih otentik dalam menyatakan bahwa terapi eksistensial
menciptakan identitas pribadi kita. Ini bertujuan membantu klien menghadapi
bukan proses otomatis, dan kecemasan dan terlibat dalam tindakan
menciptakan identitas membutuhkan yang didasarkan pada tujuan otentik untuk
keberanian. Sebagai makhluk menciptakan eksistensi yang layak.
relasional, kita juga berusaha untuk Seligman dalam (Corey, 2013)
berhubungan dengan orang lain. menjelaskan tujuan dasar terapi
d. Pencarian makna (The Search for eksistensial adalah membantu orang
Meaning) menemukan nilai, makna, dan tujuan
Karakteristik manusia yang jelas dalam hidup mereka. Pengobatan tidak
adalah perjuangan untuk rasa makna secara khusus berusaha untuk
dan tujuan dalam kehidupan. Ada memperbaiki gejala. Dengan kata lain,
bebrapa pertanyaan mendasar yang Tujuan psikoterapi bukan untuk
dapat digunakan dalam pencarian menyembuhkan klien dalam arti yang
makna tersebut yang kemudian konvensional, tetapi untuk membantu
disebut dengan pertanyaan-pertanyaan mereka menyadari apa yang mereka
eksistensial yaitu: "Mengapa saya di lakukan dan untuk membuat mereka keluar
sini?" "Apa yang saya inginkan dari dari peran korban. Untuk mencapai tujuan
kehidupan?" "Apa yang memberikan ini, terapis eksistensial membantu orang
tujuan hidup saya?" "Di mana menghadapi ketakutan terdalam serta
sumbernya? berarti bagi saya dalam kecemasan tentang tantangan hidup yang
hidup? ". tak terelakkan termasuk kematian,
e. Kecemasan Sebagai Kondisi Hidup keterpencilan, dan kehampaan makna.
Corey (2013) menyatakan bahwa Meninjau dan bercermin pada riwayat
Kecemasan muncul dari upaya pribadi klien dapat memfasilitasi proses ini,
seseorang untuk bertahan hidup dan terutama jika itu membantu mereka
untuk mempertahankan dan mengidentifikasi hambatan yang

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 149


menghalangi gerakan mereka menuju bagi dirinya sendiri setelah itu klien
kehidupan yang otentik dan bermakna bertugas berkonfrontasi dengan kepedulian
secara pribadi, di samping itu, terapi jauh kedepan dan bukan mengurusi
membantu orang menjadi sadar akan problem-problem yang akan segera datang.
kebebasan yang mereka miliki, mengakui Proses Konseling
pilihan mereka, dan membuat pilihan yang Dalam Corey (2013) Selama fase awal
membantu mereka menjadi lebih konseling, terapis membantu klien dalam
diaktualisasikan dan mampu menjalani mengidentifikasi dan mengklarifikasi
hidup yang mencerminkan nilai-nilai dan asumsi mereka tentang lingkungan. Klien
prioritas mereka. diundang untuk mendefinisikan dan
Fungsi dan Peran Konselor mempertanyakan cara-cara mereka
Corey (2013) menjelaskan bahwa memahami dan memahami keberadaan
Konselor eksistensial memahami dunia mereka. Mereka memeriksa nilai,
subjektif klien agar dapat membantu keyakinan, dan asumsi mereka untuk
mereka untuk menemukan pemahaman menentukan validitasnya. Ini adalah tugas
dan pilihan baru. Konselor eksistensial yang sulit bagi banyak klien karena pada
sangat memperhatikan klien yang awalnya mereka mungkin menyajikan
menghindari tanggung jawab; mereka masalah mereka sebagai akibat hampir
secara konsisten mengundang klien untuk seluruhnya dari penyebab eksternal. Klien
menerima tanggung jawab pribadi. fokus pada orang lain "yang membuat
Fokusnya adalah pada situasi hidup klien merasa" atau bagaimana orang lain
pada saat itu dan bukan pada menolong bertanggung jawab atas suatu tindakan.
klien agar bisa sembuh dari situasi masa Konselor mengajarkan konseli bagaimana
lalu. Konselor yang berorientasi merefleksikan keberadaan mereka sendiri
eksistensial biasanya berurusan dengan dan untuk memeriksa peran mereka dalam
orang-orang yang memiliki apa yang menciptakan masalah mereka dalam hidup.
disebut sebagai eksistensi terbatas. Tugas Selama fase tengah konseling
sentral dari konselor adalah langsung eksistensial, klien dibantu untuk
mengkonfrontasikan klien ini dengan cara sepenuhnya memeriksa sumber dan
hidup mereka dalam keberadaan terbatas otoritas sistem nilai mereka saat ini. Ini
ini dan menolong mereka untuk bisa proses eksplorasi diri biasanya mengarah
menyadari bahwa mereka ikut berperan ke wawasan baru dan beberapa
dalam menciptakan kondisi semacam itu. restrukturisasi nilai dan sikap. Individu
Peran Klien Dalam Hubungan mendapatkan ide yang lebih baik tentang
Konseling jenis kehidupan apa yang mereka anggap
Dalam proses konseling klien harus baik dalam kehidupan dan
aktif, Klien dalam didorong untuk mengembangkan rasa yang lebih jelas dari
mengambil tanggung jawab atas proses penilaian internal mereka.
bagaimana mereka saat ini memilih untuk Fase terakhir konseling eksistensial
berada di dunia mereka. sehingga dalam berfokus pada membantu orang
konseling harus menentukan rasa takut dan mengambil apa yang mereka pelajari
kecemasan yang mereka eksplorasi. tentang diri mereka dan mewujudkannya
Menurut Corey (2013) dalam konseling dalam tindakan. Tujuan konseling adalah
eksistensial, klien bertugas membuka pintu memungkinkan klien untuk menemukan

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 150


cara menerapkan nilai mereka yang telah perubahan dalam dirinya sendiri, lebih
diinternalisasi dengan cara konkret setiap lanjut Kottman dalam (Erford, 2017)
sesi dan setelah terapi dihentikan. Klien menerangkan bahwa dengan teknik Role
biasanya menemukan kekuatan mereka Play siswa dapat belajar tentang keyakinan
dan menemukan cara untuk menempatkan dan nilai-nilai yang mereka anut dat dapat
mereka ke layanan tujuan kehidupan mencapai pemahaman lebih jauh tentang
eksistensi. keyakinan dan nilai-nilai yang dianut
Teknik Konseling orang lain. Teknik ini juga sesuai
Pendekatan eksistensial adalah tidak diterapkan dalam layanan konseling
seperti kebanyakan terapi lain dalam hal kelompok dalam rangka meningkatkan
itu tidak fokus pada orientasi teknik. interaksi sosial siswa dan eksistensi siswa
Meskipun terapis berorientasi eksistensial sebagai makhluk sosial,
dapat menggabungkan banyak teknik dari Ketiga, Teknik Acting As If adalah
model lain, intervensi ini dibuat dalam teknik yang didasarkan pada pendekatan
konteks berjuang untuk memahami dunia Adlerian. Tujuan Adlerian adalah untuk
subjektif dari klien. Tugas konselor disini meningkatkan minat sosial dan perasaan
adalah menyadarkan konseli bahwa ia kemasyarakatan klien yang diukur
masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat menurut empat kriteria : (1) berkurangnya
bermakna apabila ia memaknainya. Serta gejala, (2) meningkatkan fungsi, (3)
membantu individu menyadari diri meningkatnya selera humor klien, dan (4)
sesungguhnya dapat memecahkan menghasilkan perubahan pada perspektif
masalah mereka dengan intervensi ahli klien, Carlson, dkk dalam (Erford, 2017).
terapi yang minimal. 1. Konseling Kelompok
Dalam hal ini Ada empat teknik Bentuk intervensi dalam penanganan
eklektik yang dapat membantu siswa untuk sikap apatis siswa adalah melalui
mengurangi perilaku apatis siswa yaitu konseling kelompok. Konseling kelompok
yang pertama Teknik Mutual Storytelling, merupakan suatu bentuk konseling dengan
Erford (2017) menjelaskan bahwa teknik memanfaatkan kelompok untuk
ini dilakukan dengan menceritakan tradisi membantu, memberi umpan balik
yang kental dikalangan manusia yang (feedback) dan pengalaman belajar
mempengaruhi perilaku manusia. Cerita (Latipun, 2006). Menurut Prayitno (2004)
yang mencerminkan hukum kultural, etika layanan konseling kelompok pada
dan aturan sehari-hari yang mengatur dasarnya adalah layanan konseling
perilaku dan memedomani pengambilan perorangan yang dilaksanakan didalam
keputusan. Teknik ini dapat diterapkan suasana kelompok.
dalam konseling kelompok dimana para Tujuan Konseling Kelompok
anggota kelompok bergiliran bercerita. Tujuan konseling kelompok menurut
Kedua Teknik Role Play, James dan Prayitno (2004) mempunyai dua tujuan
Gilliand dalam (Erford, 2017) menyatakan sekaligus yaitu: pertama, terkembangnya
teknik role play adalah sebuah teknik yang perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan
digunakan dalam oleh konselor dari sikap terarah kepada tingkahlaku khusunya
beragam orientasi teoritis untuk klien yang bersosialisasi dan berkomunikasi. Kedua,
perlu mengembangkan pemahaman yang terpecahnya masalah individu yang
lebih mendalam tentang atau melakukan bersangkutan dan diperolehnya imbas

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 151


pemecahan masalah tersebut bagi b. Tahap Awal Orientasi dan Eksplorasi
individu-individu lain yang menjadi Tahap awal konseling kelompok adalah
peserta layanan. Sedangkan menurut masa orientasi dan eksplorasi. Pada
Nursalim dan Hariastuti (2007) tujuan tahap ini adalah menentukan struktur
konseling kelompok dalam setting sekolah kelompok, berkenalan, dan menjelajahi
adalah untuk membantu siswa dalam harapan anggota kelompok. Selama
penyesuaian sosial di lingkungan yang tahap ini anggota kelompok belajar
baru, sebab pada masa ini dorongan dari bagaimana fungsi kelompok,
teman sebaya merupakan suatu yang amat menentukan tujuannya sendiri,
penting yang dapat memotivasi mereka mengklarifikasi harapannya dan
melakukan kegiatan-kegiatan yang mencari tempat mereka di kelompok.
bermanfaat. c. Tahap Transisi
Berdasarkan penjelasan diatas, maka Selama tahap ini, anggota mengatasi
tujuan konseling kelompok sesuai dengan kecemasan mereka, pembelaan diri,
tujuan dari penelitian ini, yaitu membantu konflik, dan keraguan tentang
siswa memecahkan masalah pribadi yang berpartisipasi dalam kelompok.
dialami agar tercapai perkembangan yang Pemimpin membantu para anggota
optimal (perkembangan sosial). Dalam hal belajar bagaimana untuk mulai bekerja
ini siswa diberikan layanan konseling pada kekhawatiran yang membawa
kelompok untuk menurunkan sikap apatis mereka ke kelompok. Tahap transisi
siswa. Konseling kelompok digunakan umumnya ditandai dengan peningkatan
karena untuk melatih siswa berinteraksi kecemasan dan defensif. Perasaan ini
dan berkomunikasi dengan lingkungan biasanya memberikan cara untuk
sekitarnya. keterbukaan dan kepercayaan penuh
Tahap-Tahap Konseling Kelompok dalam tahap yang diikuti.
Dalam melaksanakan konseling d. Tahap Tahap Kerja
kelompok ada beberapa tahap-tahap yang Pada tahap kerja ini ditandai dengan
harus dilalui. Menurut Corey (2012) ada eksplorasi lebih mendalam dari masalah
beberapa tahap dalam konseling kelompok yang signifikan dan dengan tindakan
yang akan diuraikan sebagai berikut. efektif untuk membawa perubahan
a. Tahap Pembentukan perilaku yang diinginkan. Tahap kerja
Dalam tahap pembentukan perlu suatu ditandai dengan komitmen anggota
perencanaan yang dimulai dengan kelompok untuk mengeksplorasi
penyusunan tujuan, populasi anggota masalah signifikan yang mereka bawa
kelompok, alasan yang jelas, kebutuhan ke kelompok dan dengan perhatian
dan justifikasi bahwa cara kelompok anggota terhadap dinamika kelompok.
untuk merekrut anggota kelompok, Pada tahap ini anggota telah belajar
penyaringan dan seleksi untuk anggota, bagaimana untuk melibatkan diri dalam
ukuran dan durasi konseling kelompok, interaksi kelompok dengan cara yang
frekuensi dan waktu pertemuan, lebih spontan.
struktur dan format kelompok, metode e. Tahap Akhir
dari persiapan anggota kelompok. Pada tahap akhir ini pemimpin
kelompok membantu anggota dalam
mentransfer apa yang telah mereka

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 152


pelajari dalam kelompok untuk ketidakpedulian terhadap permasalahan-
lingkungan luar mereka. Pada setiap permasalahan lingkungan disebut juga
tahap, peserta menerapkan pelajaran dengan sikap apatis. Sikap apatis yang
dalam kelompok untuk kehidupan dialami peserta didik seperti ini tidak bisa
sehari-hari mereka. Sebagai kelompok dibiarkan karena akan berdampak buruk
yang berkembang menuju tahap akhir, bagi kehidupan sosial siswa serta
kerja kognitif adalah hal yang penting, menghambat siswa dalam proses
serta perasaan menjelajahi terkait memperoleh ilmu pengetahuan.
dengan akhiran. Untuk memaksimalkan Untuk mengatasi sikap apatis pada
dampak dari pengalaman kelompok, siswa ini, menggunakan pendekatan
peserta perlu konsep apa yang mereka konseling eksistensial humanistic yang
pelajari, bagaimana mereka belajar, dan bertujuan untuk membantu orang
apa yang akan mereka lakukan tentang menemukan nilai, makna, dan tujuan
menerapkan wawasan mereka ke situasi dalam hidup mereka. Dengan tiga teknik
setelah kelompok berakhir. eklektik yaitu teknik mutual storytelling,
f. Tahap Evaluasi dan Tidak Lanjut teknik role play dan teknik acting as if
Tahap terakhir dari konseling kelompok yang dimana masing-masing dari teknik
bukanlah sinyal bahwa tugas pemimpin tersebut berguna untuk membantu klien
selesai, karena ada pertimbangan mengembangkan pemahaman mengenai
penting setelah penghentian. Bagian nilai-nilai dirinya dan nilai yang dianut
dari praktek yang efektif memerlukan oleh orang lain serta meningkatkan
mengembangkan strategi untuk interaksi dan minat sosial serta
memastikan melanjutkan penilaian dan kemasyarakatan klien yang diterapkan
merancang prosedur tindak lanjut untuk dalam konseling kelompok yang berguna
kelompok. Selanjutnya evaluasi untuk melatih siswa berinteraksi dan
merupakan aspek dasar dari setiap berkomunikasi dengan lingkungan
pengalaman kelompok, dan dapat sekitarnya. Dan berbasis budaya alang
menguntungkan kedua anggota dan tulung suku Gayo yang dimana nilai
pemimpin. Tahap tindak lanjut juga budaya ini menegaskan eksistensi manusia
memberikan kesempatan untuk sebagaimana makhluk sosial, manusia
mengekspresikan dan bekerja melalui memerlukan interaksi sosial yang
pikiran susulan atau perasaan terhubung memungkinkan proses memberi dan
dengan pengalaman kelompok. menerima (give and take, bukan take and
Implementasi Konseling Kelompok give sebagaimana yang sering disebut)
dengan Pendekatan Eksistensial sebagai perekat kohesi sosial.
Humanistik Berbasis Nilai Budaya Jadi dengan pemberian konseling
Gayo “Alang Tulung” untuk kelompok dengan pendekatan konseling
Mengurangi Sikap Apatis Siswa eksistensial humanistik dengan tiga teknik
Telah dijelaskan bahwa Rasa eklektik berbasis nilai budaya suku Gayo
kepedulian merupakan salah satu hal yang Alang Tulung siswa dapat membantu
harus dimiliki individu termasuk siswa, siswa memecahkan masalah pribadi yang
akan tetapi saat ini banyak siswa yang dialami agar tercapai perkembangan yang
bertindak tidak peduli, acuh tak acuh optimal, meningkatkan pemahaman akan
terhadap lingkungan, sikap nilai-nilai dirinya dan nilai-nilai yang

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 153


dianut orang lain serta dapat meningkatkan Rusdi Sufi, dkk. 2004. Keanekaragaman
kan interaksi sosial diantara siswa hingga Suku dan Budaya di Aceh. Banda
mengurangi sikap apatis siswa dan siswa Aceh: Balai Kajian Sejarah dan
Nilai Tradisional Banda Aceh.
dapat mencapai eksistensi dirinya sebagai
manusia yang memiliki makna. Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
SIMPULAN
T. Syamsudin, dkk.1980. Sistem Gotong-
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat Royong dalam Masyarakat
disimpulkan konseling kelompok dengan Pedesaan Provinsi Daerah
pendekatan eksistensial humanistik Istimewa Aceh. Aceh: Departemen
berbasis nilai budaya Gayo “alang tulung” Pendidikan dan Kebudayaan.
dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan mengenai sikap apatis siswa
terhadap interaksi sosial dalam proses
pembelajaran disekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian
Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice
of Group Counseling, Eighth
Edition. Belmont,
USA.Brooks/Cole.
Corey, Gerald. 2013. Theory and Practice
of Counseling and Psychotherapy
(9thedition). California:
Brooks/Cole.
Erford, Bradley T. 2017. 40 Teknik yang
Harus Diketahui Setiap Konselor
Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kartono, Kartini. 2005. Teori Kepribadian.
Bandung: Mandar Maja.
Latipun. 2006. Psikologi Konseling.
Malang: UMM Press.
Nursalim, Mochammad & Hariastuti,
Retno Tri. 2007. Konseling
Kelompok. Surabaya: Unesa
University Press.
Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan
dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.

Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 154


Copyright © 2018 Universitas PGRI Madiun 155

Anda mungkin juga menyukai

  • Amriana
    Amriana
    Dokumen14 halaman
    Amriana
    Suci Insyirah Rahman Siduppah
    Belum ada peringkat
  • Rundown Kegiatan Kec. Baroko
    Rundown Kegiatan Kec. Baroko
    Dokumen1 halaman
    Rundown Kegiatan Kec. Baroko
    Suci Insyirah Rahman Siduppah
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Monitoring LPJK
    Jadwal Monitoring LPJK
    Dokumen2 halaman
    Jadwal Monitoring LPJK
    Suci Insyirah Rahman Siduppah
    Belum ada peringkat
  • KELOMPOK 6 PKN
    KELOMPOK 6 PKN
    Dokumen13 halaman
    KELOMPOK 6 PKN
    Suci Insyirah Rahman Siduppah
    Belum ada peringkat
  • Materi 1
    Materi 1
    Dokumen70 halaman
    Materi 1
    Suci Insyirah Rahman Siduppah
    Belum ada peringkat
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen19 halaman
    Materi 2
    Suci Insyirah Rahman Siduppah
    Belum ada peringkat
  • Infografis Bimbingan Dan Konseling
    Infografis Bimbingan Dan Konseling
    Dokumen4 halaman
    Infografis Bimbingan Dan Konseling
    Suci Insyirah Rahman Siduppah
    Belum ada peringkat