Anda di halaman 1dari 1

Hubungan Jam Tidur dengan Kelebihan Berat Badan dan Obesitas

Beberapa penelitian menujukkan hubungan antara jam tidur dengan obesitas, seperti
penelitian Spaeth et al (2019) menyatakan waktu tidur yang lebih sedikit dengan zBMI yang
lebih tinggi. Anak dengan durasi BMI zscore yang lebih rendah secara signifikan menujukkan
lingkar pinggangnya lebih rendah (Wang et al.,2017). Faktor lama tidur dipengaruhi oleh
kebiasaan dan aktivitas seseorang. Rata-rata waktu tidur anak-anak di Indonesia adalah 6 sampai
7 jam dari kebutuhan 10 jam tidurnya. Karena anak-anak memiliki tugas yang banyak dari
sekolah serta mereka juga memiliki kegaiatan ekstrakurikuler tambahan (Susanto, 2018).
Peningkatan satu jam dalam durasi tidur anak usia 8 tahun mengurangi 50% resiko obesitas
(Breitenstein et al.,2019). Durasi tidur yang singkat sangat berpengaruh pada resiko obesitas, hal
ini sesuai dengan penelitian Cao (2015) yang menyatakan bahwa durasi tidur anak, jenis kelamin
dan aktivitas fisik mempengaruhi resiko obesitas pada anak. Selain itu juga, masalah tidur
mempengaruhi hormon dan metabolisme dalam keadaan tidak normal akan menyebabkan
peningkatan asupan konsumsi makanan yang tidak sehat dan mendorong kenaikan berat
badan/obesitas (Muscogiuri et al.,2019).
Penelitian yang banyak dilakukan menemukan bahwa adanya hubungan antara durasi
tidur dengan terjadinya obesitas. Hal ini disebabkan oleh sejumlah hormon yang mempengaruhi
interaksi antara durasi tidur pendek, metabolisme dan tingginya IMT. Hormon tersebut adalah
Leptin dan Ghrelin. Dimana hormon Leptin adalah adipocyte-derived yang menekan nafsu
makan. Sementara Hormon Ghrelin sebagian besar berasal dari abdomen yang menstimulasi
nafsu makan. Mediator lain yang memberi kontribusi terhadap metabolism adalah adiponektin
dan insulin. Adiponektin adalah hormone yang baru diketahui disekresi oleh adiposity dan
berhubungan dengan sensifitas insulin (Wulandari et al.,2016).

Anda mungkin juga menyukai