Amalia Stefani-Fisip
Amalia Stefani-Fisip
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Amalia Stefani
1113112000014
Penelitian ini menganalisa tentang “Peran dan Upaya KPU DKI Jakarta dalam
meningkatkan partisipasi politik penyandang disabilitas pada pilkada Jakarta 2017”.
Dalam pelaksanaan pilkada Jakarta 2017 tentunya mutlak dibutuhkan partisipasi
politik dari semua kalangan masyarakat Jakarta termasuk dari para penyandang
disabilitas. Meski penyandang disabilitas merupakan kelompok minoritas akan tetapi
para penyandang disabilitas pun memiliki hak politik yang sama seperti masyarakat
non-disabilitas lainnya. Mengacu pada pilkada Jakarta sebelumnya, banyak sekali
persoalan-persoalan yang dapat menghambat partisipasi penuh dari para penyandang
disabilitas, sehingga hal tersebut dapat berdampak pada rendahnya tingkat partisipasi
politik penyandang disabilitas di pilkada Jakarta sebelumnya. Belajar dari pilkada
Jakarta sebelumnya, maka dibutuhkanlah perhatian dan peranan khusus dari pihak
penyelenggara pilkada Jakarta utamanya KPU Provinsi DKI Jakarta untuk terus
meningkatkan partisipasi politik penyandang disabilitas di pilkada Jakarta 2017.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran KPU Provinsi DKI Jakarta
dan relevansinya dengan tingkat partisipasi pemilih disabilitas di pilkada Jakarta
2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, kemudian teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen dan
literatur yang relevan dengan penelitian ini serta dengan melakukan wawancara.
Selanjutnya pada teknik analisis data, peneliti menggunakan model analisis
taksonomi. Teori yang digunakan adalah teori peran dan partisipasi politik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran KPU DKI Jakarta berpengaruh
signifikan terhadap tingkat partisipasi penyandang disabilitas. Menurut para
penyandang disabilitas dan LSM penyandang disabilitas (PPUA Penca) bahwasanya
peran KPU sudah bagus, dan upaya-upaya yang dilakukan oleh KPU untuk
meningkatkan partisipasi politik penyandang disabilitas pun sudah ada. Meski
memang masih harus disempurnakan akan tetapi peran dan upaya KPU Provinsi DKI
Jakarta tersebut sudah jauh lebih baik dibandingkan pilkada sebelumnya. Sehingga
tak heran jika partisipasi politik penyandang disabilitas meningkat cukup tajam di
pilkada Jakarta 2017 ini di bandingkan dengan pilkada-pilkada Jakarta sebelumnya.
Kata Kunci: Partisipasi Politik, Penyandang Disabilitas, Pilkada Jakarta, KPU
DKI Jakarta.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul “Peran dan Upaya KPU Provinsi DKI Jakarta dalam
Meningkatkan Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas Pada Pilkada Jakarta
2017”. Untaian shalawat serta salam penulis curahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa perubahan besar bagi umat manusia.
Adapun dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami banyak sekali
tantangan dan hambatan. Namun dengan adanya bimbingan, bantuan, dorongan serta
do’a yang tiada henti dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya terutama kepada Prof. Dr. Zulkifli selaku Dekan FISIP UIN
Jakarta; Dr. Inding Rosyidin, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP
UIN Jakarta; Suryani, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN
Jakarta; Dra. Gefarina Djohan, M.A. selaku dosen pembimbing penulis yang dengan
sabar telah membimbing penulis sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Tanpa adanya bimbingan, bantuan dan dorongan dari beliau
penulis tentunya tidak akan bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik; dan
untuk seluruh dosen FISIP UIN Jakarta, penulis berterimakasih atas semua ilmu yang
telah diberikan kepada penulis.
Kemudian penulis juga sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
untuk kedua orang tua penulis, yang selalu mendo’akan, memotivasi dan membiayai
penulis, sehingga penulis bisa memperoleh gelar sarjana seperti saat ini. Teruntuk
Komisioner Bawaslu RI, Mochammad Afifuddin, M.Si. yang telah membimbing
penulis dan telah memberikan banyak sekali literatur untuk penulisan skripsi ini,
penulis ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. Selanjutnya untuk Septiyana,
terimakasih sudah dengan sepenuh hati mendo’akan,
vi
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah .......................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8
D. Tinjauan Pustaka .............................................................. 9
E. Metode Penelitian ............................................................. 12
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 14
viii
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
PENYANDANG DISABILITAS SERTA PELAKSANAAN
PILKADA JAKARTA 2017
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................ 37
1. KPU Provinsi DKI Jakarta ........................................ 37
2. PPUA Penca .............................................................. 41
B. Pengertian tentang Penyandang Disabilitas ..................... 45
C. Keikutsertaan Penyandang Disabilitas
di Pilkada Jakarta 2017 ..................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 75
B. Saran ................................................................................. 76
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
Pilkada Pemilihan Kepala Daerah
RI Republik Indonesia
UN United Nation
UU Undang-Undang
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
penuh dalam rangka mencari, memilih, serta menentukan pemimpin kepala daerah
kepala daerah. Sejatinya pelaksanaan pilkada ini menjadi wadah atau sarana untuk
kembali menggelar pilkada serentak pada 15 Februari 2017. Hal ini tentunya
bagian dari salah satu daerah yang menggelar perhelatan akbar (pilkada) untuk
demokratis atau tidak, ada sejumlah kriteria yang bisa digunakan untuk
menilainya.
Kriteria demokrasi menurut Robert Alan Dahl terbagi menjadi lima, yang di
antaranya yaitu: (1) Persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif
yang mengikat; (2) Partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua
1
warga negara dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif; (3) Pembeberan
kekuasaan, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk memberikan
penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan; (4) Kontrol terakhir
menentukan agenda yang harus dan tidak harus diputuskan melalui pemerintahan;
keputusan; (2) Persamaan di depan hukum; (3) distribusi pendapatan secara adil;
(4) Kesempatan pendidikan yang sama; (5) Pengakuan dan penghargaan terhadap
tokoh tersebut memiliki kriteria yang sama mengenai partisipasi masyarakat dan
sistem demokrasi itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam pilkada merupakan hak
asasi yang harus dijunjung tinggi dan negara wajib melindungi hak-hak tersebut.
1
R. Siti Zuhro, dkk., Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-Nilai
Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bali, (Yogyakarta:
Ombak, 2009), 18.
2
Ayi Haryani dan Enung Huripah, “Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas Netra dalam
Pemilihan Umum Tahun 2014 di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung”, Jurnal
Agregasi, Vol.2, No.1, (2014): 89-90.
2
Pada pelaksanaan pilkada DKI Jakarta tentu diakui adanya hak pilih secara
universal, tanpa terkecuali bagi para penyandang disabilitas. Sebab mereka juga
memiliki hak dan kesempatan yang sama di dalam pilkada, tanpa ada pembedaan
menggunakan hak politiknya. Meski hak mereka sepenuhnya telah dilindungi oleh
Rights for Citizens with Disabilities, The UN Guideline Promoting the Electoral
Rights of Person with Disabilities; dalam hukum regional dilindungi oleh The Bali
Asian Electoral Community; dan dalam hukum nasional dilindungi oleh Undang-
Undang. Akan tetapi pada realitanya semua instrumen hukum tersebut tidak cukup
untuk melindungi hak politik para penyandang disabilitas. Oleh sebab itu, maka
masih diperlukan beberapa perbaikan agar dapat memastikan hak politik para
3
M. Afifuddin, “Memastikan Hak Penyandang Disabilitas di Pilkada DKI Jakarta,” Jurnal
Bawaslu DKI Jakarta (November 2016): 86.
3
politik penyandang disabilitas, yang di antaranya yaitu: (1). Memilih dan dipilih
dalam jabatan publik; (2) Menyalurkan aspirasi politik baik tertulis maupun lisan;
(3) Memilih partai politik dan/atau individu yang menjadi peserta dalam
pada tingkat lokal, (6) Nasional dan internasional; (7) Berperan serta secara aktif
pemilihan kepala desa atau nama lain; dan (9) Memperoleh pendidikan politik.4
Dalam sistem demokrasi, diakui adanya konsep “satu orang, satu suara”.
Konsep tersebut menjadi salah satu konsep paling mendasar dalam demokrasi.
Hak memilih dan hak dipilih menyediakan kesempatan bagi semua orang untuk
dalam hal ini. Padahal diskriminasi terhadap suatu kelompok adalah cacat
demokrasi.
tindakan atau sikap yang secara langsung ataupun tidak langsung, telah
pemilihan umum, seperti: hak atas akses ke TPS, hak untuk didaftar sebagai
4
Lihat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
4
pemilih, hak atas pemberian suara yang rahasia, hak untuk dipilih menjadi
anggota legislatif, hak atas informasi mengenai pemilihan umum, hak untuk
Sebagai bagian dari warga negara, pemilih disabilitas juga menjadi bagian
2017. Sebab, pilkada sebagai pesta demokrasi idealnya dapat dinikmati dan diikuti
satu kelompok minoritas yang paling rentan, yang masih belum dapat
diabaikan dan hak untuk mendapatkan aksesibilitas sarana dan prasarana pada saat
pemilihan pun kerap kali tidak terpenuhi. Hal ini menjadi penghambat bagi
pemilihan umum.
tentunya harus menjamin hak pilih seluruh masyarakat Jakarta untuk dapat
memilih calon kepala daerah yang mereka kehendaki secara langsung. Oleh
bagi semua masyarakat Jakarta, terutama untuk kelompok rentan seperti para
pilkada, tidak hanya sebatas pada aksesibilitas TPS saja, akan tetapi pada tahapan-
5
Muladi, Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep dan Implkasinya Dalam Perspektif Hukum
dan Masyarakat (Bandung: Refika Aditama, 2005), 261.
5
tahapan sebelumnya juga banyak sekali tantangan yang dihadapi. Di antara
kendala yang dihadapi penyandang disabilitas dalam pilkada adalah: tidak terdata
sebagai pemilih, sosialisasi yang kurang akses sehingga mereka tidak bisa
mendapatkan informasi yang cukup tentang pilkada, tidak adanya alat bantu
coblos (braille template) bagi penyandang disabilitas netra, petugas KPPS yang
hak penyandang disabilitas sebagai pemilih, tetapi juga sebagai warga negara.6
dalam setiap tahapan pilkada harus benar-benar diperhatikan oleh KPU Provinsi
DKI Jakarta, agar para pemilih penyandang disabilitas tidak kehilangan hak
pilihnya. Sebab apabila mereka kehilangan hak pilihnya maka hal ini
tentunya KPU Provinsi DKI Jakarta merupakan pihak yang paling bertanggung
Pada saat gelaran pilkada tahun 2012 lalu, KPU Provinsi DKI Jakarta
mendapatkan catatan negatif, baik itu dari pemilih disabilitas ataupun dari
Provinsi DKI Jakarta yang kurang optimal dalam memenuhi hak politik para
6
M. Afifuddin, “Memastikan Hak Penyandang Disabilitas di Pilkada DKI Jakarta,” 83.
6
pemilih disabilitas pada saat pelaksanaan pilkada. Seperti yang ditegaskan oleh
sebagai Komisioner Bawaslu RI. Pada saat pilkada Jakarta 2012 silam, menurut
Mochammad Afifuddin:
Pernyataan ini disampaikan oleh Afifuddin saat berada di dalam forum diskusi, di
Oleh sebab itu, belajar dari pengalaman pilkada Jakarta 2012 lalu, maka
tentunya tidak sedikit. Adapun jumlah pemilih disabilitas pada pilkada Jakarta
2017 di putaran pertama sebanyak 7.740 pemilih disabilitas. Lalu pada putaran
kedua sebanyak 7.568 pemilih disabilitas.8 Meski jumlah mereka hanya beberapa
umum sangatlah penting. Mengingat hak pilih merupakan salah satu hak dasar
bagi setiap warga negara Indonesia yang sudah memenuhi syarat sebagai pemilih.
7
Sabrina Asril, “Hak Politik Penyandang Disabilitas yang Dibungkam”, Kompas.com,
Selasa 30 Juli 2013 [berita on-line]; tersedia di https://www.kompas.com/; Internet; diakses pada
28 Februari 2017.
8
Amir A Gofur dan Nurul Agustina, ed., Data dan Infografik Pilkada DKI Jakarta 2017,
(Jakarta: KPU Provinsi DKI Jakarta, 2017), 23.
7
Berdasarkan pada uraian di atas, penulis terinsipirasi dan berminat untuk
membahas “Peran dan upaya KPU Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan
partisipasi politik penyandang disabilitas pada pilkada Jakarta 2017” sebagai judul
B. Pertanyaan Penelitian
2017?
2. Apa saja upaya yang dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam
3. Apa saja tantangan dan kendala KPU Provinsi DKI Jakarta dalam
Jakarta 2017.
disabilitas; dan
8
3. Untuk menjelaskan apa saja tantangan dan kendala yang dihadapi KPU
pemilu.
D. Tinjauan Pustaka
yang cukup relevan dengan penelitian ini. Peninjauan ini penting dilakukan, agar
disabilitas diteliti oleh Nissa Nurul Fathia yang berjudul “Partisipasi Politik
Tahun 2015” dari Universitas Bandar Lampung. Penelitian yang dilakukan oleh
9
Nissa secara garis besar membahas tentang partisipasi politik penyandang
keberadaannya. Selain itu, para penyandang disabilitas juga kurang aktif dalam
kegiatan kampanye sampai dengan pemberian hak suara. Tujuan dari penelitian
pilkada Kota Bandar Lampung pada tahun 2015. Metode penelitian Nissa
menggunakan metode kualitatif dan teori yang digunakan yaitu teori bentuk
Haerckwik.
disabilitas dalam pilkada Kota Bandar Lampung tahun 2015, tergolog ke dalam
partisipasi “terbatas”, yaitu hanya sebatas memberikan hak pilih pada saat
bergabung ke tim sukses para calon kepala daerah Kota Bandar Lampung.
Walaupun beberapa dari mereka masih ada yang ingin masuk dan
10
b. Minimnya partisipasi politik penyandang disabilitas dalam mengikuti
kegiatan kampanye yang dilaksanakan oleh para calon kepala daerah Kota
dan menggunakan hak pilihnya pada saat pilkada Kota Bandar Lampung
sebanyak 141 orang dan hanya 123 orang dari mereka yang ikut
sedangkan obyek penelitian penulis adalah KPU Provinsi DKI Jakarta. Di mana
penelitian Nissa hanya meneliti tentang tingkat partisipasi politik dari para
saja yang telah dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan
partisipasi politik penyandang disabilitas, serta tantangan dan kendala apa saja
yang dihadapi oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan partisipasi
politik penyandang disabilitas pada pelaksanaan pilkada DKI Jakarta tahun 2017.
11
Komisioner KPU Provinsi DKI Jakarta, ketua umum PPUA Penca serta
E. Metode Penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan salah satu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan
perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, ataupun
organisasi tertentu dalam suatu keadaan tertentu yang dikaji dari sudut pandang
yang utuh, dan menyeluruh. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk
berupa penggambaran yang jelas tentang fenomena atau gejala sosial tersebut
dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah
teori.9
di antaranya yaitu:
data kualitatif. Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
9
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka baru press, 2014), 6.
12
berbentuk dokumentasi dan literatur.10 Penulis melakukan teknik studi dokumen
dan literatur ini dengan mengumpulkan fakta dan data yang berasal dari buku,
jurnal, arsip foto, berita online, internet dan lain sebagainya yang relevan dengan
penelitian ini.
b. Wawancara
mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab, cara ini bisa
dilakukan dengan bertatap muka langsung ataupun tanpa tatap muka yaitu hanya
diwawancarai.11
narasumber utama dalam penelitian ini yaitu: Komisioner KPU Provinsi DKI
ini antara lain yaitu: Ariani Soekanwo (Ketua Umum PPUA Penca), April Syar
berdasarkan fokus atau masalah yang ingin di jawab. Melalui beberapa kegiatan
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian. Dalam
10
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, 33.
11
Ibid, 31.
13
penelitian ini, analisis data berlangsung secara bersamaan dengan proses
pengumpulan data dengan alur tahapan reduksi data, penyajian data, penyimpulan
dan verifikasi, serta kesimpulan akhir. Model analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu model analisis taksonomi, di mana dalam model ini penulis
berupaya memahami ranah-ranah tertentu yang sesuai dengan fokus masalah atau
sasaran penelitian. Masing-masing ranah ini dipahami dan dibagi lagi menjadi
beberapa sub, dan kemudian dari sub-sub ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian
F. Sistematika Penulisan
menyeluruh dalam skripsi ini, penulis menyusun penelitian ini dalam lima bab
yang terdiri dari beberapa sub-sub tersendiri. Bab-bab tesebut secara keseluruhan
akan saling berkaitan dengan satu dan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan
Bab I. Merupakan bab pendahuluan, pada bab ini penulis akan memaparkan
2017, yang dapat dirumuskan dengan beberapa pertanyaan. Penelitian ini pun
memiliki beberapa tujuan dan manfaat, lalu ada juga tinjauan pustaka agar dapat
membedakan masalah yang penulis angkat sama atau tidak dengan masalah yang
sudah diteleti oleh penulis lain sebelumnya, serta dalam penelitian ini penulis
12
Ibid, 34-37.
14
menggunakan metode kualitatif dan menggunakan sistematika penulisan agar
Bab II. Pada bab ini penulis akan memaparkan kerangka teori ataupun
permasalahan penelitian ini, yang meliputi teori peran, partisipasi politik dan
konsep pilkada.
Bab III. Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang gambaran umum
lokasi penelitian yang terdiri dari KPU Provinsi DKI Jakarta dan PPUA Penca,
Bab IV. Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil temuan dan hasil
wawancara mengenai peran KPU Provinsi DKI Jakarta dan relevansinya dalam
Jakarta 2017.
Bab V. Merupakan Bab terakhir atau bab penutup, pada bab ini penulis akan
15
BAB II
penelitian. Landasan teori juga menjadi suatu ciri bahwa suatu penelitian
dilakukan dengan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Menurut Neumen, seperti
yang dikutip dalam buku Sugiyono, disebutkan bahwa teori dapat dipahami
sebagai serangkaian konsep, definisi dan proporsi yang digunakan untuk melihat
suatu kejadian secara terorganisir, melalui proses hubungan antar variabel, yang
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori dan konsep sebagai berikut:
A. Teori Peran
1. Pengertian Peran
peran. Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, di samping
itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada
suatu aspek dinamis yang dapat berbentuk tindakan atau perilaku yang dilakukan
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
CV. Alfa Beta, 2010), 52.
14
Suyanto Bagong & Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2004), 158-159.
16
oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu jabatan dan melaksanakan
itu, pengertian peran menurut The Liang Gie adalah dinamisasi dari status atau
penggunaan hak-hak dan kewajiban, atau bisa juga disebut status subjektif.16
Dalam penelitian ini peran yang dimaksud adalah peran KPU Provinsi DKI
Umum, Peraturan KPU serta surat edaran KPU. Adapun peran KPU Provinsi DKI
dalam PKPU dan surat edaran KPU, yang berhubungan dengan penelitian ini
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat;
2. Jenis-jenis Peran
yaitu:
a. Peranan Normatif
Peranan normatif adalah jenis peran yang dapat dilakukan oleh seseorang
17
b. Peranan Ideal
Peranan Ideal adalah jenis peran yang dilakukan oleh seseorang atau
c. Peranan Faktual
Dalam penelitian ini jenis peran yang dijalankan oleh KPU Provinsi DKI
Jakarta adalah jenis peranan normatif, yang mana KPU DKI Jakarta sebagai
Disabilitas
Undang Nomor 15 tahun 2011 terdapat serangkaian tugas dan wewenang KPU
pemilihan umum yang salah satunya yaitu melakukan sosialisasi kepada para
ini pun diatur pula dalam PKPU Nomor 5 Tahun 2015 tentang Sosialisasi dan
Daerah.
17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 243.
18
Sosialisasi politik yang dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta terhadap
para penyandang disabilitas, dapat dikatakan sebagai suatu proses atau kegiatan
untuk mengenalkan sebuah sistem politik yang dapat berisikan pendidikan, pesan
penyandang disabilitas tersebut nantinya bisa mengenali sistem politik yang telah
politik, berikut ini ada beberapa definisi sosialisasi politik menurut beberapa ahli
terkemuka. Menurut Michael Rush dan Phillip Althof, sosialisasi politik adalah
sebagai suatu proses di mana individu atau kelompok bisa mengenali sistem
terjadi. Sistem politik tersebut bisa saja berbentuk input politik, proses politik,
Sementara itu, menurut Efriza sosialisasi politik adalah suatu bagian dari
oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain yang dapat terjadi secara
dengan nilai-nilai politik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwasanya nilai-
18
Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015), 167-170.
19
nilai politik yang ada pada setiap individu itu berbeda-beda dan hal tersebut dapat
pergaulan; media massa; pemerintah dan partai politik.20 Adapun menurut Efriza,
sekolah; kelompok teman sebaya; media massa; situs jejaring sosial dan kontak-
Dalam penelitian ini agen sosialisasi yang dimaksud adalah pemerintah atau
kontak politik langsung yaitu KPU DKI Jakarta. KPU DKI Jakarta menjadi agen
sosialisasi politik yang penting untuk para penyandang disabilitas, sebab sebagai
Dalam khazanah ilmu sosial dan ilmu politik, terma partisipasi politik
menjadi salah satu terma yang cukup ramai didiskusikan oleh para ahli. Secara
19
Efriza, Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik, (Bandung: Alphabeta, 2012), 17.
20
Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik, 180.
21
Efriza, Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik, 58.
20
umum, terma partisipasi politik sering dipakai untuk melihat aktivitas warga
negara, baik sebagai perseorangan maupun yang tergabung dalam suatu kelompok
dan Sidney Verba, Herbert McClosky dan beberapa nama lainnya. Menurut
keputusan pemerintah.22
22
Muslim Mufti dan Ahmad Syamsir, Pembangunan Politik, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2016), 15.
23
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Sistem Politik Indonesia, (Malang: Intrans Publishing,
2017), 273.
24
Gun Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik: Relasi Kuasa Media di Panggung Politik,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), 127-128.
21
Ramlan Surbakti, berpendapat bahwa partisipasi politik merupakan suatu bentuk
positif dalam suatu pembangunan. Partisipasi politik masayarakat ini dapat terjadi
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, untuk ikut secara
aktif dalam kegiatan politik, yaitu dengan cara memilih pemimpin negara. Dengan
demikian kegiatan ini secara langsung ataupun tidak akan berpengaruh terhadap
kebijakan pemerintah. Kegiatan ini meliputi pemberian hak pilih dalam pemilu,
mengikuti rapat umum, menjadi bagian dari suatu partai politik, menjadi bagian
parlemen.26
dalam kegiatan politik. Hanya segelintir orang yang secara sukarela berpartisipasi
aktif dalam kegiatan politik. Sementara itu, jumlah orang yang tidak mau
berpartisipasi dalam kegiatan politik pun cukup besar. Bahkan adapula orang-
25
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1999), 137.
26
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1998), 3.
22
orang yang menghindari diri dari segala kegiatan partisipasi politik, atau hanya
merupakan suatu tindakan sukarela, penuh kesadaran dan tanpa adanya paksaan
atau tekanan dari siapapun. Partisipasi politik dalam hal ini juga merupakan suatu
bentuk kegiatan, yang tentunya tidak sulit untuk dilakukan oleh setiap orang.
Bahkan partisipasi politik adalah kegiatan yang sangat sederhana dan mudah
untuk dilakukan oleh siapapun. Inti dari partisipasi politik ini adalah memberikan
yang sangat penting seperti masyarakat non disabilitas lainnya, dalam mengukur
sukses atau tidaknya demokratisasi di pilkada DKI Jakarta 2017. Tanpa adanya
partisipasi politik yang aktif dari para penyandang disabilitas maka demokratisiasi
27
Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), 156.
23
2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik
macam bentuk partisipasi politik. Dari berbagai pandangan ahli yang ada,
partisipasi politik.
a. Partisipasi aktif
dan memilih calon pemimpin. Dengan kata lain, partisipasi aktif berarti
b. Partisipasi pasif
dua, yaitu:
28
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 142-143.
24
Yang dimaksud dengan partisipasi politik konvensional yaitu suatu
politik.
29
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Sistem Politik Indonesia, 290.
25
Bentuk partisipasi yang dimobilisasi adalah ketika seorang individu ikut
keinginannya sendiri (tidak suka rela), tetapi karena ada permintaan dari
dimobilisasi.30
kegiatan yang paling sederhana sampai yang kompleks, dari bentuk kegiatan yang
partisipasi politik. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan proses kebijakan, dan
partisipan terlihat untuk mempengaruhi jalannya proses tersebut agar dapat sesuai
politik penyandang disabilitas pada pilkada Jakarta 2017 tentunya ada yang
30
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 213.
26
berbentuk otonom (bersifat mandiri atau secara sukarela) dan ada pula yang
partisipasi politik masyarakat maka hal ini dianggap sangat baik. Dalam hal ini
dan memahami segala persoalan politik yang ada, dan ingin terjun langsung dalam
masyarakat cenderung rendah, maka hal ini dapat dikatakan kurang baik, sebab
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh kadar partisipasi politik yang juga
bervariasi.
Partisipasi politik sebagai bentuk dari suatu kegiatan, tentu didasari oleh
beberapa faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari faktor internal maupun eksternal
dari dalam diri seseorang, bahkan ada pula yang menggabungkan keduanya.
27
a. Modernisasi
Yang dimaksud di sini adalah lahirnya kelas menengah dan pekerja baru
28
Meluasnya ruang gerak pemerintah seringkali menimbulkan tuntutan
a. Kesadaran politik
sedang terjadi.
2. Sumber daya sosial, artinya partisipasi ditentukan oleh kelas sosial dan
31
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Sistem Politik Indonesia, 323.
32
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 144.
29
peluang yang sama berkenaan dengan sumberdaya sosial dan sumberdaya
bervariasi. Motif ini bisa sengaja atau tidak disengaja, rasional atau tidak
Dari beberapa faktor yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, banyak
politik. Akan tetapi dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan teori Sherry
C. Konsep Pilkada
1. Pengertian Pilkada
daerah beserta wakilnya secara langsung dan demokratis. Hal tersebut termaktub
33
Yalvema Miaz, Partisipasi Politik: Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa Orde Baru dan
Reformasi, (Padang:UNP Press, 2012), 24.
34
Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Sistem Politik Indonesia, 317.
30
dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Kepal Daerah, Nomor 8 Tahun 2015,
Pasal 1 ayat 1.35 Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008
Wakil Kepala Daerah dijelaskan bahwa pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
Indonesia untuk memilih pemimpin daerah dan wakilnya secara langsung oleh
Siswanto Sunarno, pilkada merupakan pesta rakyat untuk memilih kepala daerah
beserta wakilnya dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik atau
35
Lihat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota.
36
Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pemilihan, Pengesahan
Pengangakatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
37
Cakra Arbas, Jalan Terjal Calon Independen Pada Pemilukada di Provinsi Aceh,
(Jakarta: Sofmedia, 2012), 31.
38
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), 131.
31
daerah. Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk memilih satu pasangan calon
kepala daerah beserta wakilnya, secara langsung dan demokratis. Adapun kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud di sini adalah gubernur beserta
di daerah kota.
Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk meneliti pilkada DKI Jakarta
tahun 2017. Di mana pilkada yang digelar adalah untuk memilih calon gubernur
dan wakil gubernur yang akan memimpin DKI Jakarta dalam kurun waktu lima
tahun ke depan.
program serta kualitas dan integritas calon kepala daerah. Sebab dengan
32
c. Pemilihan kepala daerah menjadi sebuah sarana pertanggungjawaban yang
seorang kepala daerah, dan juga apakah organisasi politik penopang masih dapat
dipercaya atau tidak. Oleh karena itu, sebagai bagian dari pemilihan umum, maka
betul dapat memenuhi peran dan fungsi tersebut. Pelanggaran dan kelemahan
masyarakat daerah dapat memilih pemimpin kepala daerah secara langsung dan
untuk masyarakat agar ikut serta dalam berbagai aktivitas politik di tingkat
Selain itu tujuan lain dari penyelenggaraan pilkada adalah untuk merotasi
sebagai produk dari pelaksanaan pilkada itu sendiri. Pemimpin yang telah dipilih
39
Janedri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu, (Jakarta: Kontpress, 2012), 85.
40
Janedri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu, 85.
33
masyarakat dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat. Kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah daerah akan dapat diawasi secara langsung dan dapat dipertanggung
3. Pelaksanaan Pilkada
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dasar hukum
diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggung jawab kepada DPRD; lalu pada
pilkada pun terdapat pada pasal 65 ayat 1 yang menyebutkan bahwasanya pilkada
diselenggarakan melalui masa persiapan dan tahap pelaksanaan; lalu pada ayat 2
disebutkan bahwa dalam masa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
41
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
34
masa jabatan kepala daerah; c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan
pelantikan; dan pada ayat 4 dijelaskan pula tentang tata cara pelaksanaan masa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur KPUD dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.42
tersebut sangat jelas bahwasanya praktek pilkada provinsi (gubernur dan wakil
42
Lihat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
35
diselenggarakan oleh KPU Provinsi. Sedangkan pilkada kabupaten/kota
Peraturan KPU dan surat edaran KPU. Jadi dalam proses pelaksanaan pilkada,
oleh KPU.
43
Lihat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
36
BAB III
lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri yang
Dalam penelitian ini, KPU yang dimaksud adalah KPU Provinsi DKI
pasal 3 tentang wilayah kerja KPU, pasal 4 ayat 2 tentang kedudukan KPU
Provinsi serta pasal 6 tentang jumlah anggota KPU Provinsi dan tidak mengubah
mekanisme pemilu DPR, DPD, DPRD, presiden dan wakil presiden, serta kepala
daerah dan wakil kepala daerah. Sebagai penyelenggara pemilu, KPU berpedoman
pada asas mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara pemilu,
44
Lihat Undnag-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
37
kepentingan umum, dan keterbukaan.45 Beranjak dari keputusan No 16 Tahun
meliputi KPU Provinsi DKI Jakarta. Adapun struktur organisasi KPU Provinsi
Gambar III.A.1
Struktur Organisasi KPU Provinsi DKI Jakarta
Ketua
Sumarno
Sekretaris
Martin Nurhusin
45
Lihat Undang-Undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Nomor 15 Tahun 2011.
38
a. Visi dan misi KPU Provinsi DKI Jakarta yakni:
1) Visi
2) Misi
Pemilihan Umum.
DPRD, presiden dan wakil presiden serta kepala daerah dan wakil kepala
demokratis.46
46
Diakses dari website KPU Jakarta pada 20 Mei 2017, tersedia di http://kpujakarta.go.id/
39
b. Tugas dan Wewenang KPU Provinsi DKI Jakarta
anggaran dan jadwal pemilihan gubernur; menyusun dan menetapkan tata kerja
Bawaslu provinsi atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran pemilihan;
tersebut kepada DPR, Presiden, Gubernur dan DPRD Provinsi; dan melaksanakan
tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan/ atau peraturan
perundang-undangan.47
ayat 1-7. Pada ayat 1 disebutkan jumlah anggota KPU Provinsi sebanyak lima
47
Lihat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
40
terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan anggota; pada ayat 3 disebutkan
bahwa ketua KPU Provinsi dipilih dari dan oleh anggota; pada ayat 4 dijelaskan
bahwasanya setiap anggota KPU Provinsi mempunyai hak suara yang sama; lalu
dijelaskan tentang masa keanggotaan KPU Provinsi yaitu selama lima tahun
terhitung sejak pengucapan janji; dan pada ayat 7 disebutkan bahwa sebelum
calon anggota KPU Provinsi yang baru harus sudah diajukan dengan
2. PPUA Penca
yang telah berlangsung selama ini tidak adil dan diskriminasi khususnya bagi
kelompok pemilih penyandang disabilitas. Hal ini terlihat dalam berbagai kasus
oleh panitia pemilihan umum, bukan orang yang ditentukan oleh penyandang
disabilitas itu sendiri, dan tidak adanya sangsi hukum bagi tidak terlaksananya
48
Lihat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
41
penyandang disabilitas pengguna kursi roda, kelompok ini dalam pemilu 2004
sama sekali tidak dapat secara langsung mempergunakan hak suaranya karena
tidak tersedianya bilik suara yang akses bagi pemilih berkursi roda.
Kondisi tersebut adalah sebagian dari perlakuan diskriminasi dan kondisi ini
disabilitas untuk dipilih. Hal-hal ini mengemuka secara tajam dalam seminar
penyandang cacat tingkat nasional yakni PPCI, HWPCI, Pertuni, FKPCTI, dan
pemilu akses. Selanjutnya dari seminar ini kemudian disepakati dan dibentuklah
organisasi “PPUA penca” pada 22 April 2002. Organisasi ini dibentuk dengan
tujuan untuk mengadvokasi hak-hak politik penyandang cacat dalam pemilu 2004
khususnya bagi penyediaan sarana dan prasarana yang aksesibel bagi pemilih
49
Diakses dari website PPUA Penca pada 20 Mei 2017, tersedia di http://ppuapenca.org/.
42
Gambar III.B.1
Susunan Penasihat dan Dewan Pengurus PPUA Penca
Jabatan Nama Organisasi
H. Siswadi, MBA Persatuan Penyandang Cacat
Indonesia
Otje Soedioto, SH -
Penasihat
Hadar Nafis Centre for Electoral Reform
Gumay
J. Kristiadi CSIS
DR. Saharudin Komisioner HAM
Daming
Dewan
Pengurus:
43
Ketua Maisi A.W Persatuan Tuna Netra Indonesia
Departemen
Komunikasi
Sekertaris Endang Ikatan Sindrom Down
Departemen Purwaningsih
Komunikasi
Ketua Welly Ferdinandus Himpunan Wanita Penyandang
Departemen Cacat Indonesia
Pengembangan
Oragnisasi
Sekertaris Syamsuddin Sar Persatuan Penyandang Cacat
Departemen Indonesia
Pengembalangan
Organisasi
Ketua Mahmud Fasa Federasi Kesejahteraan Penyandang
Departemen Cacat Tubuh Indonesia
Pendidikan
Politik
Sekertaris Drg. Juniati Effendi Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu
Departemen Indonesia.
Pendidikan
Politik
Sumber: PPUA Penca
1) Visi
sehingga menjamin penyandang cacat dapat secara langsung, bebas, rahasia dan
2) Misi
44
b) Tercapainya kesadaran dan pemahaman serta realisasi pengambil
penyandang cacat.
3) Tujuan
lebih terjamin dan terlindungi, atas dasar kesetaraan dan kesamaan hak dalam
menyalurkan hak untuk dipilih dan hak untuk memilih secara mandiri, langsung,
kultural, dan politik di mana mereka dapat berpartisipasi dalam kehidupan dan
pasien yang memiliki kebutuhan medis, atau sebagai penerima amal dan layanan
penyandang disabilitas. Istilah disabilitas saat ini mengacu kepada orang yang
50
Diakses dari website PPUA Penca pada 20 Mei 2017, tersedia di http://ppuapenca.org/.
45
panjang yang menghadapi tantangan terkait lingkungan dan sikap sehingga
2011. Istilah baru “penyandang disabilitas” tidak memiliki makna yang sama
atau sensorik dalam jangka waktu lama di mana interaksi dengan berbagai
51
AGENDA, Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas di Indonesia, (Jakarta: AGENDA,
2015), 25-30.
52
AGENDA, Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas di Indonesia, 30.
53
Lihat Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas.
46
Selanjutnya pengertian penyandang disabilitas berdasarkan Undang-
intelektual dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan
hak.54
Adapun definisi lain tentang disabilitas yang dikemukakan oleh para ahli, di
antaranya yaitu Vans dan Wright, yang juga dikutip oleh Ayi Haryani dan Enung
Huripah. Menurut Vans kata disabilitas mengarah pada adanya kekurangan secara
maupun cacat sejak lahir dan cenderung menetap. Sedangkan menurut Wright
disabilitas merupakan kondisi yang tidak lengkap, baik secara fisik maupun
mental.55
ayat 1 dapat dialami secara tunggal, ganda, atau multi dalam jangka waktu lama
54
Lihat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
55
Ayi Haryani dan Enung Huripah, “Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas Netra dalam
Pemilihan Umum Tahun 2014 di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung”, 94.
47
yang ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”.
a. Disabilitas Fisik
low vision.
48
kemungkinan disebabkan karena ketunarunguan. dan organik yang
bicara.56
b. Disabilitas Intelektual
c. Disabilitas Mental
Yaitu kelainan mental dan atau tingkah laku baik bawaan maupun akibat
dari suatu penyakit. Jenis disabilitas mental ini terbagi dalam empat
d. Disabilitas Sensorik
56
Nur Kholis Raefani, Panduan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Imperium,
2013), 17.
57
Nissa Nurul Fathia, “Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2015”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
(Universitas Bandar Lampung, 2016) 28.
58
Argyo Demartoto, Menyibak Sensitivitas Gender dalam Keluarga Difabel, (Surakarta:
Sebelas Maret University Press.,2005), 11.
49
disabilitas yang mengacu pada gangguan pendengaran, penglihatan dan
disabilitas yang meliputi disabilitas fisik, mental, intelektual dan sensorik, maka
dimaksud oleh penulis adalah penyandang disabilitas dengan jenis disabilitas fisik
seperti tuna daksa, tuna netra, tuna rungu, serta tuna wicara.
Pilkada DKI Jakarta 2017 menjadi bagian dari 101 gelaran pilkada serentak
di berbagai wilayah di Indonesia. Euforia pilkada Jakarta kali ini dapat dirasakan
pada pelaksanaan pilkada kali ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penyandang
disabilitas yang telah menggunakan hak pilihnya pada saat hari pemungutan suara
telah terdaftar dalam dalam pemilih tetap dan yang telah menggunakan hak
pilihnya pada gelaran pilkada DKI Jakarta putaran pertama dan kedua.
59
Nissa Nurul Fathia, “Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2015”, 28.
50
Tabel III.C.1.
Data Pemilih Disabilitas Pada Pilkada Jakarta 2017 Putaran Pertama
No. Kota Jumlah Pemilih Jumlah Pemilih Disabilitas
Disabilitas yang Menggunakan Hak
Pilih
1 Jakarta Pusat 993 924
2 Jakarta Utara 956 905
3 Kabupaten 42 38
Kepulauan Seribu
4 Jakarta Timur 1.568 1.522
5 Jakarta Selatan 1.322 1.092
6 Jakarta Barat 2.859 970
Jumlah 7.740 5.451
Sumber: KPU DKI Jakarta
Tabel III.C.2.
Data Pemilih Disabilitas Pada Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua
No. Kota Jumlah Pemilih Jumlah Pemilih Disabilitas
Disabilitas yang Menggunakan Hak
Pilih
1 Jakarta Pusat 1.008 945
2 Jakarta Utara 1.084 1.041
3 Kabupaten 70 63
Kepulauan Seribu
4 Jakarta Timur 1.484 1.416
5 Jakarta Selatan 1.338 1.288
6 Jakarta Barat 2.584 1.138
Jumlah 7.568 5.891
Sumber: KPU DKI Jakarta
Dari kedua tabel di atas, dapat diketahui bahwasanya pada pilkada DKI
putaran pertama ada 7.740 pemilih disabilitas yang telah terdaftar sebagai pemilih
tetap, namun yang menggunakan hak pilihnya hanya 5.451 pemilih disabilitas.
Masih ada 2.289 pemilih disabilitas yang tidak menggunakan hak pilihnya.
Sedangkan pada pilkada DKI putaran kedua, data pemilih disabilitas mengalami
perubahan dari 7.740 pemilih disabilitas, menjadi 7.568 dan yang menggunakan
hak pilihnya ada 5.891 pemilih disabilitas. Pada putaran kedua masih ada 1.677
51
politik pemilih disabilitas pada pilkada putaran pertama mencapai 70,43%.
77,84%.60
di berbagai kota di daerah Jakarta dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Gambar III.C.1
Tingkat Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas di Pilkada Jakarta 2017
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Jakarta BaratJakarta Pusat Jakarta Jakarta Jakarta Utara Kepulauan
Selatan Timur Seribu
Penyandang disabilitas yang memberikan hak pilihnya pada saat pilkada tentu
didasari oleh tingkat kesadaran politik yang sangat tinggi. Meski mereka
didiskriminasi saat memberikan hak pilihnya, akan tetapi mereka tetap antusias
untuk memberikan hak pilihnya pada saat pilkada 2017 kali ini. Memberikan hak
60
Amir A Gofur dan Nurul Agustina, ed., Data dan Infografik Pilkada DKI Jakarta 2017,
23.
52
pilih pada saat pemilihan umum merupakan hak dan kewajiban seluruh warga
kepada mereka.
53
BAB IV
Pemilihan kepala daerah sejatinya menjadi sebuah sarana atau wadah untuk
pilkada secara langsung, maka hal ini menjadi kesempatan politik yang baik untuk
2017 ini, seluruh elemen masyarakat berkesempatan untuk ikut telibat dalam
disabilitas, sebab mereka pun mempunyai hak politik yang sama seperti masyakat
non disabilitas lainnya. Mengingat hak politik merupakan hak seluruh warga
negara Indonesia, maka tak pantas jika ada pihak lain yang mengesampingkan
hak-hak politik para penyandang disabilitas. Sebab hak politik para penyandang
disabilitas pun telah dilindungi oleh berbagai regulasi baik dari dalam maupun
luar negeri.
masih terabaikan, maka dari itu perlu adanya peran dan upaya dari pihak
54
hak politik para penyandang disabilitas ini, terpenuhi di pilkada Jakarta 2017.
Selain hak politik yang harus dipenuhi, aksesibilitas para penyandang disabilitas
di pilkada pun harus turut diperhatikan, sebab hal ini akan berpengaruh pada
tingkat partisipasi politik para penyandang disabilitas itu sendiri. KPU Provinsi
merupakan salah satu indikator untuk menilai sukses atau tidaknya demokratisasi
di pilkada Jakarta.
suatu aspek dinamis yang dapat berbentuk tindakan atau perilaku yang dilakukan
oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu jabatan dan melaksanakan
Sebagaimana penjelasan Soekanto di atas, maka dalam hal ini peran KPU Provinsi
DKI Jakarta yang meliputi pelaksanaan tugas, wewenang, hak dan kewajibannya
dalam penyelenggaraan pilkada Jakarta 2017 adalah menjalankan apa yang telah
61
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), 242.
62
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
55
Adapun terkait dengan pemarapan Komisioner KPU Jakarta di atas, maka
peran KPU Provinsi DKI Jakarta yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15
disabilitas
Sosialisasi menjadi salah satu bentuk dari peran yang dilakukan oleh KPU
pilkada Jakarta 2017. Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff bahwasanya
sosialisasi politik sebagai suatu proses di mana individu atau kelompok bisa
mengenali sistem politik yang kemudian individu atau kelompok tersebut akan
yang sedang terjadi.63 Melalui proses sosialisasi politik yang dilakukan oleh KPU
menunjukkan reaksi yang sangat positif terhadap keadaan politik yang ada.
Keadaan politik dalam hal ini dimaknai dengan pelaksanaan pilkada Jakarta 2017.
Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan PPUA Penca dan relawan demokrasi
Jakarta 2017. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ketua Umum PPUA
63
Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik, 167.
56
KPU Jakarta itu bekerjasama dengan PPUA Penca dan relawan
demokrasi dalam melakukan sosialisasi ke para penyandang
disabilitas. Setiap mengadakan sosialiasasi, KPU mengundang PPUA
Penca atau relawan demokrasi untuk membantu KPU memberikan
pendidikan politik kepada para pemilih disabilitas. Sosialisasi yang
diadakan KPU tidak hanya melibatkan para penyandang disabilitas
secara perorangan, tetapi juga melibatkan komunitas-komunitas
disabilitas yang sudah ada seperti Pertuni, Gerkatin, FKPCTI, dan
juga SLB-SLB yang ada di Jakarta. Dengan mengundang komunitas-
komunitas ini maka akan lebih memudahkan KPU untuk menjangkau
pemilih disabilitas, dan massa yang datang untuk mengikuti sosialisasi
pun juga lebih banyak. Oleh karena itu langkah KPU ini patut
diapresiasi. Jadi tidak salah, jika penyandang disabilitas akhirnya
sangat antusias untuk bisa menyalurkan hak pilihnya sehingga
partisipasi penyandang disabilitas meningkat di pilkada kali ini.64
Dalam hal ini KPU DKI Jakarta menjadi salah satu agen sosialisasi dari
lembaga pemerintah yang dapat kita lihat juga sebagai komunikator dalam proses
yang ada. Sehingga KPU DKI Jakarta dalam proses sosialisasi turut melakukan
adalah komunikasi politik, maka dalam penelitian ini jelas terlihat bagaimana
komunikasi yang dilakukan oleh KPU DKI Jakarta melalui sosialisasi politik
menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat partisipasi politik
penyandang disabilitas di pilkada Jakarta 2017. Sebab seperti yang kita ketahui
bahwa proses sosialisasi politik dan partisipasi politik itu bergantung pada
64
Wawancara langsung dengan Ariani Soekanwo (Ketua Umum PPUA Penca) Jakarta, 14
September 2017.
57
KPU DKI Jakarta kepada para penyandang disabilitas pada saat melakukan
sosialisasi, maka akan semakin bagus pula tingkat partisipasi politik penyandang
mengadakan sosialisasi secara langsung, KPU DKI Jakarta pun telah melakukan
sosialisasi melalui poster, spanduk, baliho, dan iklan di media elektronik juga
media cetak. Adapun bahan-bahan sosialisasi KPU DKI Jakarta tersebut dapat
Gambar IV.A.1
Bahan Sosialisasi Pilkada Jakarta
Adapun bahan sosialiasi pilkada Jakarta yang lain dapat dilihat pada lampiran 1.
58
Sosialisasi politik yang dilakukan secara intensif kepada para penyandang
bandingkan dengan pilkada Jakarta 2012 lalu. Hal ini diperkuat dengan
reformasi. Jadi tentu saja berimbas kepada pemilih termasuk pemilih disabilitas”.
Lalu lanjut Komisioner KPU DKI Jakarta, faktor signifikan yang mempengaruhi
Sebagaimana diketahui bahwa pada pilkada Jakarta 2012 lalu, tidak ada data
disabilitasnya. Hal ini terbukti dari perkataan Komisioner KPU DKI Jakarta, Betty
Epsilon Idroos, yang mengatakan “Di pilkada tahun 2012 itu tidak ada data
65
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
59
disabilitas, data disabilitas itu ada sejak pileg dan pilpres tahun 2014. Jadi, di
menjadi pembelajaran penting untuk KPU Provinsi DKI Jakarta untuk terus
meningkatkan peranan KPU Provinsi DKI Jakarta. Di pilkada Jakarta kali ini
KPU Provinsi DKI Jakarta lebih memusatkan perhatian mereka kepada para
dengan menyediakan kolom khusus untuk pemilih disabilitas. Hal ini dilakukan
agar pemilih disabilitas dapat terlayani dengan baik oleh petugas KPPS. Hal ini
selaras dengan pernyataan Komisioner KPU DKI Jakarta, Betty Epsilon, yang
mengatakan:
66
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
67
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
60
B. Upaya KPU Provinsi DKI Jakarta dalam Meningkatkan Partisipasi
bahwa hak politik para penyandang disabilitas di pilkada Jakarta 2012 lalu masih
utamanya KPU Provinsi DKI Jakarta terus berupaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan mereka untuk memenuhi hak-hak para penyandang disabilitas. Hal ini
dilakukan agar para penyandang disabilitas dapat berpartisipasi secara penuh pada
pelaksanaan pilkada kali ini. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh KPU DKI
aksesibilitas dalam pilkada merupakan bagian hak politik dari para penyandang
untuk menjamin hak pilih mereka dapat terpenuhi pada setiap tahapan pemilihan.
saat hari pemungutan suara berlangsung. Untuk mewujudkan pilkada Jakarta 2017
yang aksesibel untuk para penyandang disabilitas, maka dibutuhkan peran dan
61
itu, dibutuhkan pula regulasi yang mengatur mengenai pilkada akses yang
Ada beberapa hal yang dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam
2017. Hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pilkada Jakarta 2017 ramah
2017. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta tersebut
b. KPU Provinsi DKI Jakarta membuat regulasi mengenai TPS akses yang
harus dibuat oleh para petugas TPS pada hari pemungutan suara. Jika di
pilkada 2017 ini lokasi TPS untuk penyandang disabilitas sudah jauh
pilkada sebelumnya.
62
c. KPU Provinsi DKI Jakarta mengatur mengenai pendampingan untuk
bahasa isyarat) pada saat debat kampanye cagub dan cawagub DKI
Segala upaya yang dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam
disabilitas menggunakan hak suaranya pada pilkada Jakarta 2017 ini. Menurut
Elih, salah seorang pemilih disabilitas yang turut memberikan hak suaranya pada
Di pilkada kemarin ini sudah jauh lebih baik sih ya, kalau kemarin
kebetulan kan kita di satu tempat, kebetulan saya di panti bina daksa,
dan itu sudah difasilitasi dengan lumayan ramah, kalau di tempat lain
saya kurang tau ya kalau untuk perorangan, karena itu kan sudah di
kolektif ya, semua pengguna kursi roda dan penduduk sekitar di satu
spot itu, jadi sudah lumayan akses untuk pengguna kursi roda.
Sekarang bilik suaranya juga sudah disejajarin sama pengguna kursi
roda, terus kotak suaranya juga sudah pendek ya, jadi memudahkan
pengguna kursi roda untuk memasukkan surat suara ke kotak suara
itu, beda banget sama pilkada yang sebelumnya, jadi pas kita mau
masukin surat suara, kotak suaranya harus di miringin dulu sama
petugas KPPSnya.68
68
Wawancara langsung dengan Elih (pemilih disabilitas), Jakarta, 04 April 2018.
63
Hal senada juga disampaikan oleh April Syar salah seorang penyandang
2017:
Dari pernyataan Elih dan April Syar di atas dapat kita ketahui bahwasanya
ada kemajuan dari peran dan upaya KPU DKI Jakarta, dalam menyelenggarakan
pilkada tahun sebelumnya, maka di pilkada kali ini terlihat sangat jelas bagaimana
lokasi TPS dan alat bantu coblos (braille template) yang dimaksud di atas dapat
69
Wawancara langsung dengan April Syar, (pemilih disabilitas yang sekaligus menjadi
relawan demokrasi), Jakarta, 04 April 2018.
64
Gambar IV.B.1
Aksesibilitas Lokasi TPS
Gambar IV.B.2
Alat Bantu Coblos (Braille Template)
Adapun contoh aksesibilitas lokasi TPS lainnya dapat di lihat pada lampiran 2.
disabilitas
relawan demokrasi ini melibatkan peran serta dari para penyandang disabilitas
65
yang aktif terkait isu-isu disabilitas di mana mereka nantinya akan memberikan
KPU DKI Jakarta dalam melakukan sosialiasasi dan pendidikan pemilih untuk
pemilih disabilitas yang cenderung rendah. Oleh sebab itu dalam upaya
mampu dijangkau secara keseluruhan oleh KPU DKI Jakarta. Seperti yang telah
relawan demokrasi sebagai corong dari KPU DKI Jakarta untuk mudahkan KPU
DKI Jakarta berkomunikasi dengan para penyandang disabilitas agar mereka mau
untuk menggunakan hak pilihnya di pilkada Jakarta.70 April Syar yang juga turut
70
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
71
Wawancara langsung dengan April Syar (pemilih disabilitas yang sekaligus menjadi
relawan demokrasi), Jakarta, 04 April 2018.
66
Merujuk pada pemaparan Komisioner KPU DKI sebelumnya, dan yang
kemudian dipertegas pula oleh pernyataan April Syar di atas, bahwasanya dengan
disabilitas dipertegas pula oleh pemaparan Komisioner KPU DKI Jakarta secara
langsung, mengenai upaya-upaya yang telah dilakukan oleh KPU DKI Jakarta
2017:
67
menggunakan kursi roda dapat memasukkan surat suara mereka secara
mandiri. Itu semua ada SOP nya.72
oleh Komisioner KPU DKI Jakarta di atas, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar IV.B.3
Form C3 untuk Pendampingan Pemilih
Jakarta 2017
Meriahnya pesta rakyat Jakarta pada pelaksanaan pilkada kali ini, tentunya
tidak bisa dilepaskan dari peran KPU DKI Jakarta sebagai lembaga penyelenggara
72
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
68
pilkada Jakarta 2017. Tanpa adanya peran dan upaya yang signifikan dari KPU
dengan sukses dan lancar. KPU Provinsi DKI Jakarta tidak hanya sukses dan
berhasil dalam menyelenggarakan pilkada Jakarta 2017 saja. Akan tetapi, KPU
Jakarta secara keseluruhan yang tentunya berimbas pula pada partisipasi politik
penyandang disabilitas. Hal ini didukung dengan adanya data pembanding antara
di tahun 2012 lalu dengan tingkat partisipasi politik masyarakat Jakarta di pilkada
Jakarta 2017. Tingkat partisipasi politik masyarakat Jakarta tersebut dapat dilihat
Gambar IV.C.1.
Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Jakarta
Pada Pilkada Jakarta tahun 2012 dan 2017
80%
75%
70%
Putaran Pertama
65%
Putaran Kedua
60%
55%
Pilkada Tahun 2012 Pilada Tahun 2017
masyarakat Jakarta di pilkada Jakarta 2012 lalu mencapai angka 65% pada
putaran pertama dan 68% pada putaran kedua. Lalu pada pilkada Jakarta 2017
angka partisipasi meningkat menjadi 75,75% pada putaran pertama dan 77,08%
69
pada putaran kedua.73 Sedangkan untuk tingkat partisipasi politik penyandang
disabilitas di pilkada Jakarta 2017 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar IV.C.2.
Tingkat Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas Di Pilkada Jakarta 2017
80%
75%
70%
65%
Putaran Pertama Putaran Kedua
sebelumnya. Namun amat disayangkan tidak ada data untuk tingkat partisipasi
pemilih disabilitas di pilkada Jakarta 2012 lalu. Hal ini disebabkan karena KPU
Jakarta sebelumnya. Hal ini pun di pertegas dengan pernyataan Komisioner KPU
DKI Jakarta, Betty Epsilon, “Di pilkada tahun 2012 itu tidak ada data disabilitas,
data disabilitas itu ada sejak pileg dan pilpres tahun 2014. Jadi, di pilkada 2012
73
Amir A Gofur dan Nurul Agustina, ed., Data dan Infografik Pilkada DKI Jakarta 2017,
24.
74
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
70
Keberhasilan peran dan upaya KPU Provinsi DKI Jakarta dibuktikan pula
disabilitas, pertama ada pemaparan dari Ketua Umum PPUA Penca, Ariani
Soekanwo, menurutnya:
Peran KPU sudah berhasil sih ya, tapi untuk aksesibilitas TPSnya
belum berhasil sepenuhnya. Sedangkan untuk yang lain-lain seperti
meningkatkan partisipasi penyandang disabilitas itu sudah bagus.
Peraturan dari KPU juga sudah akses untuk penyandang disabilitas
akan tetapi implementasi memang menjadi suatu persoalan tersendiri.
Tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan. Jadi upaya-upaya dari
KPU dalam memenuhi hak-hak politik penyandang disabilitas itu
sudah ada, namun implementasi mengenai TPS akses itu masih belum
sepenuhnya terealisasi.75
Kalau dibilang berhasil itu kan ada tingkatannya, jadi kalau berhasil
itu kan sudah sempurna ya, tapi perannya itu sudah mendekati
berhasil. Jadi kalau dipresentasikan secara nilai itu kan cukup bagus,
bagus, sangat bagus, kalau sangat bagus sih belum, kalau cukup bagus
kayanya masih kebangetan karena memang pilkada DKI 2017 ini
sudah mulai akses. Jadi peran KPUnya itu bagus lah. Walaupun
memang masih banyak lagi yang harus disempurnakan.76
Selanjutnya menurut Elih “Peran KPU belum sepenuhnya berhasil sih ya, tapi
saya rasa di pilkada kemarin ini sudah jauh lebih baik ya dibandingkan yang
sebelumnya”.77
Dari ketiga pernyataan di atas jelas telihat bahwasanya peranan dan upaya
yang telah dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta pada pilkada Jakarta 2017
sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pilkada 2012 lalu.
75
Wawancara langsung dengan Ariani Soekanwo (Ketua Umum PPUA Penca), Jakarta, 14
September 2017.
76
Wawancara langsung dengan April Syar (pemilih disabilitas yang sekaligus menjadi
relawan demokrasi), Jakarta, 04 April 2018.
77
Wawancara langsung dengan Elih (pemilih disabilitas), Jakarta, 04 April 2018.
71
D. Tantangan dan Kendala KPU Provinsi DKI Jakarta dalam Meningkatkan
untuk KPU DKI Jakarta. Ada banyak persoalan yang harus dihadapi dan ditangani
disabilitas. Berikut ini adalah tantangan dan kendala KPU DKI Jakarta dalam
seringkali keberadaannya sulit di jangkau oleh KPU Provinsi DKI Jakarta. Hal ini
masih disembunyikan oleh pihak keluarga mereka. Komisioner KPU DKI Jakarta
mengatakan:
78
Wawancara langsung dengan Betty Epsilon Idroos (Komisioner KPU Provinsi DKI
Jakarta), Jakarta, 22 Maret 2018.
72
2. Faktor cuaca dan lingkungan
politiknya dengan baik. Meski KPU Provinsi DKI Jakarta telah menginstruksikan
untuk membagun TPS yang ramah (aksesibel) untuk para penyandang disabilitas,
namun ternyata masih terdapat beberapa lokasi TPS yang tidak akses bagi para
penyandang disabilitas. Menurut April Syar, lokasi TPS yang tidak akses
disebabkan karena:
79
Wawancara langsung dengan April Syar (pemilih disabilitas yang sekaligus menjadi
relawan demokrasi), Jakarta, 04 April 2018.
73
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwasanya dari
kendala pertama mengenai kesalahan pihak keluarga saat para petugas melakukan
pendataan, maka hal itu akan menimbulkan masalah baru terhadap aksesibilitas
KPU secara serta merta karena tidak aksesnya lokasi TPS untuk para penyandang
disabilitas, sebab memang kendala yang kedua ini dikarenakan beberapa faktor
yang sama sekali tidak bisa dihindari oleh siapapun. Lokasi TPS yang tidak akses
ini akan berdampak pada tingkat partisipasi pemilih disabilitas. Jika lokasi
TPSnya tidak akses, pemilih disbailitas tentunya tidak mau memberikan hak
suaranya pada hari H. Sebab mereka menganggap tidak ada yang mengakomodir
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
tertib seperti yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
Upaya yang dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan
kampanye cagub dan cawagub DKI Jakarta 2017 yang ditayangkan di TV; dan (2)
Adapun tantangan dan kendala yang dihadapi oleh KPU Provinsi DKI
75
salah dan pelayanan yang kurang maksimal untuk para peyandang disabilitas; dan
(2) faktor cuaca dan lingkungan yang menjadi hambatan tidak aksesnya lokasi
Ketua Umum PPUA Penca bahwasanya peran dan upaya yang dilakukan oleh
2017. Dengan demikian, maka peran KPU DKI Jakarta berpengaruh terhadap
B. Saran
Untuk KPU Provinsi DKI Jakarta, agar partisipasi politik para penyandang
Dengan demikian KPU akan mengetahui kekurangan apa saja yang harus di
perbaiki di pilkada selanjutnya. Selain itu KPU pun harus terus melakukan
koordinasi dengan LSM-LSM disabilitas, agar dapat mengetahui apa saja yang
Jakarta 2017 ini. Melalui hal ini KPU akan mengetahui hal apa yang harus
Selain itu, KPU juga harus lebih serius dalam melakukan pendataan
terhadap para penyandang disabilitas, agar data yang diperoleh dapat menujukkan
76
jumlah penyandang disabilitas yang akurat sehingga nantinya para penyandang
disabilitas dapat dilayani dengan baik oleh para petugas di TPS. KPU juga harus
membimtek para petugas KPPS dengan benar agar mereka paham bagaimana cara
Hal yang terpenting untuk KPU adalah bagaimana KPU terus memberikan
sosialisasi politik, sebab jika kesadaran pemilih itu tinggi maka partisipasi mereka
77
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arbas, Cakra. Jalan Terjal Calon Independen Pada Pemilukada di Provinsi Aceh.
Jakarta: Sofmedia, 2012.
Bagong, Suyanto. dan Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana, 2004.
Efriza. Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alphabeta. 2012.
Gofur, Amir A dan Nurul Agustina, ed. Data dan Infografik Pilkada DKI Jakarta
2017. Jakarta: KPU Provinsi DKI Jakarta, 2017.
Maran, Rafael Raga. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2007.
Miaz, Yalvema. Partisipasi Politik: Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa Orde
Baru dan Reformasi. Padang: UNP Press, 2012.
Muladi. Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep dan Implkasinya Dalam Perspektif
Hukum dan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama, 2005.
xv
Prihatmoko, Joko J. Mendemokratiskan Pemilu: Dari Sistem Sampai Elemen
Teknis. Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Wahid Hasyim Semarang, 2008.
Jurnal
Skripsi
xvi
Produk Hukum
Wawancara
Wawancara langsung dengan April Syar (Pemilih Disabilitas yang juga menjadi
Relawan Demokrasi), Jakarta, 04 April 2018.
Internet
KPU Provinsi DKI Jakarta, “Visi Misi KPU Provinsi DKI Jakarta.” tersedia di
http://www.kpujakarta.go.id/visimisi/; Internet; diakses pada 20 Mei 2017
xvii
Lampiran 1 Bahan Sosialisasi Pilkada Jakarta 2017
xviii
Sumber: KPU Provinsi DKI Jakarta
xix
Lampiran 2 Contoh Lokasi TPS Akses untuk Penyandang Disabilitas
xx
Lampiran 3
Penulis: KPU DKI Jakarta harus memastikan hak politik masyarakat Jakarta
terpenuhi pada saat pelaksanaan pilkada Jakarta 2017, termasuk juga hak-hak para
penyandang disabilitas yang memang membutuhkan perhatian khusus dari KPU
DKI Jakarta, peranan seperti apa yang diemban KPU DKI Jakarta dalam
menjamin hak politik pemilih disabilitas terpenuhi pada pilkada Jakarta 2017?
Narasumber: Jadi hak politik itu kan ditandai dengan 1. Pemilih itu terdaftar
dalam daftar pemilih, 2. Pemilih itu dapat menggunakan hak pilih. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di negara kita. Nah definisi pemilih itu di UU jelas, usia
17 tahun ke atas dan atau sudah menikah, nah tidak ada urusan bahwa dia itu
disabilitas atau tidak, kecuali dalam UU disebutkan lagi sepanjang dia dapat
menggunakan hak pilihnya artinya dia tidak kehilangan hak politiknya karena
dicabut oleh pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, lalu sepanjang yang
bersangkutan tidak terganggu mentalnya atau sepanjang dokter tidak mengatakan
bahwa dia itu tidak bisa menggunakan hak pilihnya, maka dia bisa menggunakan
hak pilihnya. Katakan misalnya di panti sosial di Jakarta itu banyak disabilitas
yang secara mental terganggu atau gila, tapi ternyata sepanjang mereka sadar
21
ketika pencoblosan suara maka mereka dapat menggunakan hak pilihnya. Dan
mereka harus terdaftar dalam DPT. Jika tidak terdaftar maka ada lagi yang disebut
dalam DPTB. Jadi kami selaku peyelenggara tentu tidak membedakan seseorang
itu dapat menggunakan hak pilihnya karena dia itu disabilitas atau tidak,
sepanjang memenuhi persyaratan.
Narasumber: Sejak kami melakukan pendataan pemilih, kami itu punya form di
ujung kolom paling kanan, apakah yang bersangkutan itu disabilitas atau tidak,
disabilitasnya jenis apa? tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna mental atau tuna
apa itu ada jenis-jenisnya. Kalau kita punya data kan enak. Misal yang tuna netra,
berapa orang nih yang tuna netra? nah kenapa harus ada data? karena kan harus
disediakan template surat suaranya atau nanti kami harus membimtek petugas
KPPS kami, untuk bagaimana melayani yang tuna netra, bagaimana melayani
yang tuna rungu, bagaimana melayani yang tuna wicara, bagaimana melayani
yang tuna daksa. Makanya kita butuh datanya untuk bisa melayani mereka semua.
Penulis: Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh KPU DKI Jakarta dalam
meningkatkan partisipasi politik penyandang disabilitas?
22
Narasumber: Pertama dari semua kegiatan sosialisasi yang kami lakukan, kami
selalu mengutamakan kelompok disabilitas se DKI Jakarta, jadi kami kerjasama
dengan panti sosial, kami bekerjasama dengan kelompok-kelompok komunitas
disabilitas, dan itu sosialiasasi untuk mengajak mereka mau menggunakan hak
pilihnya di hari H. lalu yang kedua kami juga melakukan rekrutmen relawan
demokrasi juga untuk kelompok disabilitas itu se kota di DKI Jakarta punya
perwakilan. Dan yang ketiga tentu ketika kami melayani mereka di hari H itu kan
ada standard operasional prosedurnya, bagaimana kami melayani pemilih yang
tuna netra, sekalipun tuna netra tidak semua tuna netra itu bisa membaca huruf
braille, sekalipun dia bisa baca dia kan harus didampingi, katakan ketika dia
butuh pendampingan kami menyiapkan form C3. C3 itu adalah surat
pendampingan termasuk bagi disabilitas yang ingin didampingi ketika
menggunakan hak pilihnya. Lalu yang ke empat kami juga mengukur pintu masuk
ke TPS minimum 1 m, untuk apa? untuk memudahkan mereka yang
menggunakan kursi roda. Atau tinggi meja untuk naro kotak surat suara, itu tidak
boleh di atas 80 cm, untuk apa ? supaya mereka yang menggunakan kursi roda
dapat memasukkan surat suara mereka secara mandiri. Itu semua ada SOP nya.
Penulis: Tantangan dan kendala apa saja yang menghambat upaya KPU dalam
meningkatkan partisipasi politik penyandang disabilitas?
Penulis: Faktor signifikan apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik
penyandang disabilitas itu meningkat di pilkada Jakarta 2017?
Narasumber: Pertama karena kami sosialisasi itu sampai menyeluruh, jadi pasti
akan menjaring disabilitas, itu pasti. Yang kedua ketika kami melakukan kegiatan
23
sosialiasasi tentu kami harus menyiapkan bahan untuk sosialisasinya. Misalnya
kami bawa bahan sosialiasasi tentang visi misi pasangan calon yang template
braille, kami bagikan untuk mereka yang bisa baca braille. Kalau tidak kami
visualisasikan melalui audio, dibicarakan kepada mereka bahwa ada calon ini gitu,
silahkan bapak dan ibu kenali mereka. Atau kalau bapak ibu tidak terdaftar dalam
daftar pemilih, apa yang bapak ibu harus lakukan, kami selalu sosialisasikan
seperti itu. Jadi bentuk-bentuk kerjasama itu juga tadi melibatkan relawan
demokrasi. Relawan demokrasi kami itu ada dari kelompok disabilitas, untuk apa?
Sebagai corongnya kami untuk mudah masuk ke mereka, bicara untuk
menggunakan hak pilihnya di pilkada. Di debat-debat KPU juga kami
menyediakan interpreteur atau penerjemah untuk bahasa isyarat. Untuk apa?
Untuk membantu disabilitas rungu mendapatkan informasi.
Penulis: Pada putaran pertama ada 7.740 pemilih disabilitas yang telah terdaftar
dalam daftar pemilih tetap. Namun pada putaran kedua angka pemilih disabilitas
mengalami perubahan menjadi 7.568 pemilih. Berarti jumlahnya berkurang
sebanyak 172 pemilih, mengapa terjadi penurunan demikian?
Narasumber: Kalaupun menurun kita kan tidak tau ya, karena gini mba
menggunakan hak pilih itu kan hak seseorang, tidak kewajiban di Indonesia ini
kan. Kalau di Australi tidak menggunakan hak pilih anda dapat denda sekitar 250
dolar. Kalau kita kan engga siapapun yang menggunakan hak pilihnya itu kan
tergantung dia, tergatung kesadarannya mau ga datang ke TPS, jadi menurut saya
kenapa angka pemilih itu berubah kami belum punya riset, jadi saya ga mau klaim
karena ini, karena ini, engga.
24
sehingga mereka merasa ada yang
menyuarakan apa yang mereka inginkan
sebagai warga negara disabilitas yang
tinggal di Jakarta.
Lampiran 4
25
Penulis: Bagaimana tanggapan ibu mengenai pilkada DKI Jakarta 2017? Apakah
pilkada DKI Jakarta 2017 ini sudah akses untuk penyandang disabilitas?
Penulis: Apakah regulasi yang dibuat oleh KPU sudah akses untuk penyandang
disabilitas?
Narasumber: Regulasi yang dibuat KPU sudah akses, akan tetapi implementasinya
belum akses, karena TPS masih sering dibuat di lapangan yang banyak tonggak-
tonggaknya.
Penulis: Menurut ibu apakah pada pilkada DKI Jakarta 2017, KPU Jakarta telah
berhasil melakukan peranannya dalam memenuhi hak-hak politik penyandang
disabilitas?
Narasumber: Peran KPU sudah berhasil sih ya, tapi untuk aksesibilitas TPSnya
belum berhasil sepenuhnya. Sedangkan untuk yang lain-lain seperti meningkatkan
partisipasi penyandang disabilitas itu sudah bagus. Peraturan dari KPU juga sudah
akses untuk penyandang disabilitas akan tetapi implementasi memang menjadi
suatu persoalan tersendiri. Tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan. Jadi
upaya-upaya dari KPU dalam memenuhi hak-hak politik penyandang disabilitas
itu sudah ada, namun implementasi mengenai TPS akses itu masih belum
sepenuhnya terealisasi.
Narasumber: KPU Jakarta itu bekerjasama dengan PPUA Penca dan relawan
demokrasi dalam melakukan sosialisasi ke para penyandang disabilitas. Setiap
mengadakan sosialiasasi, KPU mengundang PPUA Penca atau relawan demokrasi
untuk membantu KPU memberikan pendidikan politik kepada para pemilih
disabilitas. Sosialisasi yang diadakan KPU tidak hanya melibatkan para
penyandang disabilitas secara perorangan, tetapi juga melibatkan komunitas-
26
komunitas disabilitas yang sudah ada seperti Pertuni, Gerkatin, FKPCTI, dan juga
SLB-SLB yang ada di Jakarta. Dengan mengundang komunitas-komunitas ini
maka akan lebih memudahkan KPU untuk menjangkau pemilih disabilitas, dan
massa yang datang untuk mengikuti sosialisasi pun juga lebih banyak. Oleh
karena itu langkah KPU ini patut diapresiasi. Jadi tidak salah, jika penyandang
disabilitas akhirnya sangat antusias untuk bisa menyalurkan hak pilihnya sehingga
partisipasi penyandang disabilitas meningkat di pilkada kali ini.
Penulis: Apa saja upaya-upaya yang dilakukan oleh PPUA PENCA untuk terus
mendorong KPU Provinsi DKI Jakarta untuk terus melakuan perbaikan dalam
memberikan aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas?
Narasumber: Kita melakukan advokasi, membuat desain alat bantu coblos untuk
tuna netra, membantu membuat regulasi untuk uji coba pemenuhan hak
disabilitas. jika KPU DKI membutuhkan massa untuk melakukan sosialiasasi atau
simulasi pilkada, kita carikan massa disabilitas, kita juga menjadi narasumber, dan
mengusulkan menggunakan bahasa isyarat atau interpreter dalam kampanye.
Penulis: Hal apa saja yang dilakukan oleh PPUA Penca untuk terus mendorong
para penyandang disabilitas agar mau menggunakan hak pilihnya?
Narasumber: Kita mengajak mereka untuk ikut simulasi pilkada, ikut kampanye,
lalu kita juga memobilisisasi massa disabilitas melalui berbagai organisasi.
27
Lampiran 5
Penulis: Apa yang mendasari bapak menggunakan hak suara di pilkada Jakarta
2017?
Narasumber: Yang pertama saya warga Jakarta, terus yang kedua saya sebagai
manusia yang mempunyai hak asasi, yang ketiga saya termasuk pemilih aktif dan
termasuk yang memperjuangkan kelompok disabilitas khususnya di Kota Jakarta.
Penulis: Apakah bapak ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik yang lain pada
saat menjelang pilkada? Seperti ikut pendidikan politik, ikut mensosialisasikan
pilkada kepada penyandang disabilitas yang lain atau kepada masyarakat non-
disabilitas, lalu ikut bergabung dengan kelompok kepentingan seperti partai
politik atau hanya memberikan hak suara saja pada saat pilkada?
Narasumber: Saya pribadi ikut terlibat di pemerhati pemilu itu dari tahun 2004,
terus 2007 (pilgub), terus 2009 saya juga sudah aktif, kalau memilih saya sudah
28
memilih dari tahun 1992 sejak usia saya 20 tahun, tapi saya terlibat sebagai
pemerhati pemilu yang ikut memperjuangkan hak disabilitas dalam memilih itu
sejak 2009. 2009 saya ikut dalam memperjuangkan hak pemilih disabilitas,
bagaimana pemilih disabilitas bisa ikut memilih bukan hanya tuna netra tapi juga
tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, supaya mereka bisa ikut memilih dan
mendapatkan haknya sebagai pemilih. Kemudian 2013 saya direkrut dan dilantik
secara nasional sebagai relawan demokrasi, waktu itu memang peruntukkannya
untuk DKI Jakarta tapi waktu itu yang melatih KPU RI, lalu pada tahun 2017
kemarin saya juga terlibat di relawan demokrasi untuk DKI Jakarta yang melantik
KPU DKI Jakarta dan sampai sekarang saya terlibat di PPUA Penca, sebenarnya
secara tidak langsung saya sudah lama terlibat di PPUA Penca tapi secara
langsungnya saya baru terlibat di PPUA Penca baru bulan September kemarin
sampai sekarang. Jadi saya disamping sebagai pemilih juga sebagai relawan
demokrasi yang ikut mensosialisasikan hak-hak disabilitas dalam memilih juga
kalau sekarang kita sedang berproses bagaimana disabilitas itu bukan hanya yang
dipenuhi itu hak memilih tetapi juga hak dipilih termasuk juga hak terlibat sebagai
penyelenggara pemilu, seprti PPK, KPPS.
Penulis: Menurut bapak, apakah pilkada DKI Jakarta tahun 2017 ini sudah akses
untuk penyandang disabilitas? Dan adakah perubahan yang cukup signifikan dari
pilkada sebelumnya?
Narasumber: Masih berproses kalau sempurna sih belum, tapi kalau mendekati
aksesibel yang semakin sempurna iyah, karena kalau dibandingkan dengan tahun-
tahun atau periode-periode sebelumnya itu memang aksesibilitas untuk
penyandang disabilitas itu memang belum seberapa signifikan, tapi mulai 2017
kemarin pilkada akses (TPS akses) itu sudah mulai disuarakan baik di KPU RI,
KPU Provinsi DKI Jakarta, ataupun di KPU Kota itu sudah sampai ke PPK,
termasuk ke tingkat TPS-TPS itu sudah memperhatikan aksesibilitas untuk
penyandang disabilitas dalam memilih. Walaupun ada beberapa yang belum,
karena disebabkan oleh beberapa situasi dan kondisi yang memang terkadang
berubah, seperti cuaca, lingkungan, termasuk juga kualitas atau keberadaan
SDMnya juga yang mempengaruhi aksesibilitas di TPS-TPS itu. Di lokasi saya
milih juga sudah akses, sudah lumayan ya. Pengalaman tahun kemaren memang
beragam informasi tentang situasi TPS itu memang tidak sama, ada yang memang
bagus banget ada yang tidak bagus dan tidak akses sama sekali.
Penulis: Kenapa pak ko bisa terjadi seperti demikian? Apa karena petugas KPPS
nya yang memang kurang memahami mengenai TPS akses?
29
Narasumber: Sebetulnya lokasi TPS yang tidak akses bukan karena sepenuhnya
kesalahan KPU. Bukan juga karena petugas TPS kurang memahami mengenai
TPS akses, tapi ada faktor-faktor alam yang mempengaruhi seperti cuaca.
Contohnya TPS itu kan harus di bangun di tempat atau di lapangan, yang pertama
pintu masuknya tidak berundak-berundak, yang kedua tidak berbatu-batu, yang
ketiga ukuran pintu TPS minimal 1 m kecilnya, dengan ketinggian kotak suara 80
cm. Bukan hanya dari sekedar si pembuat TPS, tapi memang dari kondisi cuaca,
lingkungan, itu mempengaruhi. Sehingga dari situ timbullah ragam permasalahan
keberadaaan TPS. Ada yang memang seharusnya TPS dibangun di lapangan tapi
karena kondisinya sedang hujan deras dan lapangannya jadi becek jadi lokasi TPS
nya dipindahkan ke gedung-gedung sekolahan yang bertangg-tangga, atau yang
memang seharusnya di bangun di lapangan karena di tempat itu tidak ada
lapangan jadi TPSnya di bangun di jalan raya sempit, atau bisa juga karena
memang lingkungannya padat penduduk, sehingga lokasi TPSnya kanan kirinya
got. Jadi hal-hal seperti itu seringkali terjadi karena memang ada faktor yang tidak
bisa di hindari, dan seandainya pun terpaksa di hindari yang akan berbicara
nantinya anggaran, dan kita tidak menyalahkan itu. Oke kita bangun secara
profesional di tempat yang sangat signifikan tapi nanti yang bicaranya dana, uang
tendanya mana, uang ini nya mana, uang itunya mana, gitu kan nanti pastinya.
Oke kita akan meratakan tanah buat lokasi TPS yang akses, lalu nanti biaya nya
mana? Apalagi ini kan hari pemungutan suara itu cuman sehari.
Penulis: Kalau boleh tau bapak waktu itu milih di mana ya?
Narasumber: Saya waktu itu memilih di TPS 6 Muara Kasih, Tanjung Priok.
Narasumber: Sudah akses, sudah lumayan ya, dan kebetulan saya juga di tahun
2017 terlibat sebagai panitia pemantau pemilu juga secara independent gitu bukan
di KPU, kalau di KPU kan saya sebagai relawan demokrasi. Jadi ya ada semacam
komplikasi jadi sebagai pemantau pemilu tapi sebagai relawan juga, kan kalau
relawan sebagai penyelenggara, tapi saya kemarin untuk meyakinkan akomodasi
terhadap penyandang disabilitas dalam memilih terutama untuk akses TPS, saya
terlibat di pemantauaan.
Penulis: Menurut Bapak, apakah KPU DKI Jakarta telah berhasil melakukan
peranannya sebagai lembaga penyelenggara pilkada dalam memenuhi hak politik
para penyandang disabilitas?
Narasumber: Kalau dibilang berhasil itu kan ada tingkatannya, jadi kalau berhasil
itu kan sudah sempurna ya, tapi perannya itu sudah mendekati berhasil. Jadi kalau
30
dipresentasikan secara nilai itu kan cukup bagus, bagus, sangat bagus, kalau
sangat bagus sih belum, kalau cukup bagus kayanya masih kebangetan karena
memang pilkada DKI 2017 ini sudah mulai akses. Jadi peran KPUnya itu bagus
lah. Walaupun memang masih banyak lagi yang harus disempurnakan.
Penulis: Kalau bapak sendiri waktu nyoblos pakai braille template ya pak ?
Narasumber: Pakai braille template saya, saya tidak didampingi, saya mandiri.
Saya memberikan suara secara mandiri, tanpa pendampingan, ya didampingi
paling-paling menuju pintu area TPS.
Narasumber: Iya termasuk itu, terus terang saya tidak melakukannya sendiri
banget sih, tapi saya di fasilitasi oleh KPU, karena saya waktu itu kan terlibat jadi
relawan demokrasi.
31
Lampiran 6
Penulis: Apa yang mendasari ibu menggunakan hak suara di pilkada DKI Jakarta?
Apakah karena keinginan sendiri (sukarela) atau karena didorong oleh orang lain
(dimobilisasi)?
Penulis: Apakah ibu ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik yang lain pada saat
menjelang pilkada? Seperti ikut pendidikan politik, ikut mensosialisasikan pilkada
kepada penyandang disabilitas yang lain atau kepada masyarakat non-disabilitas,
lalu ikut bergabung dengan kelompok kepentingan seperti partai politik atau
hanya memberikan hak suara saja pada saat pilkada?
Penulis: Menurut ibu, apakah pilkada DKI Jakarta tahun 2017 ini sudah akses
untuk penyandang disabilitas? Dan adakah perubahan yang cukup signifikan dari
pilkada sebelumnya?
32
Narasumber: Kalau kemarin kebetulan kan kita di satu tempat, kebetulan saya di
panti bina daksa, dan itu sudah difasilitasi dengan lumayan ramah, kalau di tempat
lain saya kurang tau ya kalau untuk perorangan, karena itu kan sudah di kolektif
ya, semua pengguna kursi roda dan penduduk sekitar di satu spot itu, jadi sudah
lumayan akses untuk pengguna kursi roda.
Penulis: Menurut ibu, apakah KPU DKI Jakarta telah berhasil melakukan
peranannya sebagai lembaga penyelenggara pilkada dalam memenuhi hak politik
para penyandang disabilitas?
Narasumber: Belum sepenuhnya berhasil sih ya, tapi saya rasa di pilkada
kemarin ini sudah jauh lebih baik ya dibandingkan yang sebelumnya.
Penulis: Apakah lokasi TPS saat ibu memberikan suara sudah akses?
Narasumber: Sekarang bilik suaranya juga sudah disejajarin sama pengguna kursi
roda, terus kotak suaranya juga sudah pendek ya, jadi memudahkan pengguna
kursi roda untuk memasukkan surat suara ke kotak suara itu, beda banget sama
pilkada yang sebelumnya, jadi pas kita mau masukin surat suara, kotak suaranya
harus di miringin dulu sama petugas KPPSnya.
33