Anda di halaman 1dari 25

DRAFT

Per 3 Mei 2020

MEKANISME KOORDINASI DAN KOMUNIKASI


KOORDINATOR WILAYAH-CASE MANAGER-RELAWAN
DALAM KEGIATAN
TELE-KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE)
MELALUI SISTEM RELAWAN COVID-19 NASIONAL (RECON)

DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020
ALUR KERJA TELE-KOMUNIKASI, INFORMASI,
DAN EDUKASI (TELE-KIE)

Penjelasan :

Kategori 1 = masyarakat yang melakukan screening mandiri melalui RECON


dan dikategorikan PDP Sedang/ Berat, karena mengeluhkan gejala demam dan gejala
ringan serta gejala sedang seperti sesak nafas atau tanda-tanda pneumonia
dengan/tanpa faktor resiko bepergian ke area transmisi lokal ataupun kontak dengan
orang terkonfirmasi positif COVID-19. Pada kategori ini tidak dibedakan sedang dengan
berat karena keduanya direkomendasikan mendapatkan pelayanan medis ke RS Darurat
(gejala sedang) dan RS Rujukan (gejala berat).

Kategori 2 = masyarakat yang melakukan screening mandiri melalui RECON


dan dikategorikan PDP Ringan, karena mengeluhkan gejala demam dengan/tanpa gejala
ringan seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokkan, dan dengan/tanpa salah satu dari faktor
resiko berpergian ke area transmisi lokal atau kontak dengan orang terkonfirmasi positif
COVID-19.

Kategori 3 = masyarakat yang melakukan screening mandiri melalui RECON


dan dikategorikan ODP, karena mengeluhkan salah satu atau kedua: gejala demam dan
gejala ringan seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan dengan salah satu dari faktor resiko:
berpergian ke area transmisi lokal atau kontak dengan orang terkonfirmasi positif COVID-
19.

Kategori 4 = masyarakat yang melakukan screening mandiri melalui RECON


dan dikategorikan OTG, karena meski tidak mengeluhkan gejala apapun, namun memiliki
faktor resiko yaitu kontak dengan orang terkonfirmasi positif COVID-19.

2
Kategori 5 = masyarakat yang melakukan screening mandiri melalui RECON
dan tidak mengeluhkan gejala apapun serta tidak memiliki faktor resiko baik ke daerah
transmisi lokal ataupun kontak dengan orang terkonfirmasi positif COVID-19.

Komunikator = relawan yang memberikan pendampingan kepada komunikan.

Komunikan = pelapor/ masyarakat masyarakat yang mengisi screening mandiri


melalui RECON.

Pendampingan = kegiatan yang dilakukan komunikator kepada komunikan, dalam


rangka pemberian Tele-KIE atau asistensi dalam mendapatkan layanan kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)/RS Darurat/RS Rujukan. Kegiatan
pendampingan dilakukan minimal 1 kali/hari kepada setiap komunikan dan dapat diakhiri
sesuai dengan tertera pada alur kerja di atas.

3
1. Koordinator Wilayah (Koorwil) = penanggung jawab pengelolaan di tingkat
wilayah sesuai penugasan dari Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia (AIPKI) yang akan berkoordinasi dengan Tim Ditjen Dikti
melalui RECON

2. Case Manager (CM) = perwakilan dari fakultas kedokteran di tiap wilayah


AIPKI yang berkoordinasi dengan Koordinator Wilayah untuk memberikan
bimbingan dan supervisi terhadap relawan dalam melakukan Tele-KIE dan
pendampingan kepada masyarakat, melalui sistem RECON.

3. Kualifikasi CM:
1. Dokter/dokter layanan primer/dokter spesialis/ahli kesmas
2. Berkomitmen dalam membimbing relawan dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama yang membutuhkan bantuan agar
terhubung dengan Fasyankes atau RS Darurat maupun RS Rujukan
3. Mendapatkan penugasan dari Dekan Fakultas Kedokteran (FK) asalnya

4. Jumlah CM disesuaikan dengan kebutuhan tiap wilayah (1 orang CM


mendampingi/supervisi maksimal 15 relawan). Koorwil mengatur penugasan
tiap CM untuk para relawan dengan proporsional, dengan mengisi template
(excel) pasangan CM dengan relawan-relawannya untuk kemudian
dimasukkan ke dalam sistem RECON oleh tim pengelola pusat.

4
Mekanisme Koordinasi dan Komunikasi Koorwil-
CM-Relawan
1. Koordinasi berjenjang dilakukan oleh Koorwil kepada CM dan relawan terkait
dengan update informasi:
• perkembangan kebijakan tentang penanganan COVID-19
• teknis pengelolaan kegiatan relawan
• sistem yang digunakan (RECON)
• hal lain yang mendesak

2. Untuk mempermudah koordinasi dan komunikasi, Koorwil dapat membentuk


whatsapp group (atau platform lain), yang berisi CM dan relawan di wilayah
masing-masing.

3. Koorwil mengatur penugasan tiap CM dengan relawan (matching CM dengan


relawan) sesuai kebutuhan dengan mengisi template (excel) pasangan CM
dengan relawan-relawannya untuk kemudian dimasukkan ke dalam sistem
RECON oleh tim pengelola pusat.

4. Dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat, setiap relawan dan CM


mengacu pada dokumen Protokol Tele-KIE yang akan diperbaharui seiring
berkembangnya informasi seputar COVID-19.

5. Input data masyarakat sebagai pelapor yang melakukan screening mandiri


dapat didapat melalui aplikasi screening mandiri melalui RECON (data primer),
dan juga dapat berasal dari aplikasi screening mandiri lainnya yang menjadi
mitra RECON (data sekunder) dimana ekstraksi pemindahan data dilakukan
menggunakan template (excel) agar dapat dimasukkan ke dalam RECON
untuk didistribusikan kepada relawan

6. Jumlah relawan disesuaikan dengan kebutuhan wilayah, dimana 1 relawan


bertanggungjawab mendampingi minimal 10 masyarakat sebagai pelapor.

7. Pendistribusian data masyarakat sebagai pelapor (yang melakukan screening


mandiri) kepada masing-masing relawan dilakukan secara otomatis oleh
sistem dengan:

a. Memasukkan domisili pelapor ke dalam salah satu dari 6 wilayah AIPKI


b. Sistem kemudian otomatis akan mencari relawan dalam lokasi FK asal
/ CM terdekat dengan pelapor (misalkan relawan atas nama A, berasal
dari FK Universitas Y, dengan CM dari FK Universitas X. Kemudian

5
terdapat masyarakat sebagai pelapor yang diketahui domisilinya di area
sekitar FK Universitas X, maka pelapor tersebut dihubungkan dengan
relawan atas nama A tersebut untuk mendapat pendampingan)
c. apabila tidak terdapat FK atau CM di sekitar domisili pelapor, maka akan
dihubungkan dengan FK atau CM terdekat dalam 1 wilayah AIPKI.

8. Koorwil bersama CM memiliki wewenang untuk mengalihtugaskan pelapor dari


1 relawan kepada relawan yang lain, apabila ditemukan kendala dalam proses
pendampingan.

9. Koorwil memiliki wewenang untuk menghubungkan relawan kepada CM yang


lain, apabila ditemukan kendala dalam proses eskalasi atau supervisi terutama
apabila pelapor memerlukan akses ke Fasyankes segera.

6
Mekanisme Penggunaan RECON oleh Relawan
dalam Melaksanakan Pendampingan
1. Dalam melakukan pendampingan kepada komunikan/pelapor, setiap relawan
sebagai komunikator dan CM diwajibkan mengisi logbook sesuai timeline
melalui RECON.

2. Relawan akan mendapatkan data pelapor dengan meng-klik pada RECON


“Pelaporan” -> “Logbook Relawan” dan melihat List Penugasan

3. Relawan kemudian meng-klik “Validasi” untuk kemudian mendapatkan tampilan


data pelapor

7
4. Relawan kemudian menghubungi pelapor dan melakukan verifikasi data dan
status COVID-19 (kategori 1 sampai 5), panduan melakukan verifikasi dapat
dilihat pada dokumen Protokol Tele-KIE. Ingat selalu untuk memperkenalkan
diri dan membangun kepercayaan dari pelapor.

5. Relawan kemudian meng-klik “Valid” atau “Tidak Valid” pada RECON


berdasarkan hasil verifikasi. Sertakan alasan kenapa “Valid” maupun “Tidak
Valid” pada kolom keterangan.

6. “Valid” berarti hasil verifikasi menunjukkan kesesuaian data, relawan


disarankan mengecek NIK di RECON dengan menanyakan NIK pelapor.

7. “Tidak Valid” dapat dipilih bila:

i. Pelapor tidak bermaksud mengisi screening mandiri atau tidak ingin


mendapatkan pendampingan.
ii. Pelapor telah ditangani oleh relawan yang lain.
iii. Pelapor (kategori 3-5) tidak membalas lebih dari 1x24 jam setelah relawan
menghubungi. Bila pelapor adalah kategori 1 dan 2, disarankan relawan
dapat menggunakan metode lain seperti telepon, untuk memastikan
kondisi pelapor.

8. Setelah verifikasi dan validasi, kemudian relawan tampilan akan berubah, dan
relawan dapat meng-klik “Isi Logbook” secara berkala (minimal 1 kali/hari)
berisikan laporan pendampingan harian

8
9. Pada logbook, relawan dapat mengisi kolom Aktivitas dengan “Pendampingan
kepada pelapor”

10. Relawan kemudian memilih Status Lokasi dengan pilihan “Remote” karena
pendampingan dilakukan secara remote/ tidak bertemu langsung

11. Relawan kemudian memilih Status Penugasan dengan pilihan “Ongoing”


apabila pada saat dilakukan pendampingan, belum memenuhi kriteria
pendampingan selesai dan tidak memenuhi kriteria perburukan gejala dan
membutuhkan eskalasi.

12. Relawan dapat memilih Status Penugasan dengan pilihan “Eskalasi” apabila
kelompok kategori 2-5 yang didampingi secara mandiri oleh relawan mengalami

9
perburukan gejala, dan ketika diverifikasi ulang berubah menjadi kategori
1 atau ditemukan tanda bahaya maka dilakukan proses eskalasi dari relawan
untuk mendapatkan arahan dari CM.

13. Dalam RECON, relawan mengubah status pelapor yang didampingi menjadi
“Eskalasi”, sehingga CM dapat mengetahui dan kemudian dapat melakukan
follow up dengan memberikan pendampingan dan rekomendasi rujukan untuk
pelayanan kesehatan dari Fasyankes/RS Darurat/RS Rujukan. Selain melalui
RECON, disarankan relawan juga dapat berkomunikasi dengan CM melalui
jaringan pribadi supaya mendapatkan respon lebih cepat.

14. Relawan dapat memilih Status Penugasan dengan pilihan “Selesai” bila telah
memenuhi kriteria pendampingan selesai, yaitu:
i. Kategori 1: CM sudah melakukan follow up ke Fasyankes/RS Darurat/RS,
dan dipastikan pelapor sudah ditangani oleh Fasyankes/RS Darurat/RS ;
Relawan sudah melakukan pendampingan kepada keluarga hingga status
dinyatakan negatif COVID-19.
ii. Kategori 2,3,4: pelapor telah melakukan isolasi/karantina mandiri selama 14
hari dan hasilnya masuk pada kategori (tidak beresiko).
iii. Kategori 5: relawan telah memastikan pelapor benar termasuk kategori 5
dengan verifikasi, kemudian relawan memberikan edukasi terkait poin-poin
PHBS, physical distancing, dan poin edukasi lainnya sesuai Protokol Tele-
KIE. Edukasi cukup dilakukan 1 kali saja, kemudian kategori 5 ini dapat
dinyatakan selesai.
Setelah memilih “Selesai”, data pelapor tersebut akan hilang dari tampilan List
Penugasan relawan. Jangan lupa untuk menutup pendampingan dengan baik,
sopan dan ramah. Terdapat contoh narasi untuk menutup pendampingan pada
dokumen Protokol Tele-KIE.

10
15. Relawan kemudian mengisi kolom Laporan dengan hasil pendampingan hari
tersebut, isinya dapat mencakup:
i. Keluhan pelapor hari tersebut dan perkembangannya dari hari-hari
sebelumnya
ii. Hasil pengukuran suhu mandiri pelapor hari tersebut
iii. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan pelapor kepada relawan

16. Relawan kemudian mengisi kolom Tindak Lanjut dengan kegiatan selama
pendampingan hari tersebut, isinya dapat mencakup:
i. Kegiatan edukasi, dan sertakan materi/poin-poin edukasinya secara garis
besar
ii. Kegiatan pendekatan keluarga dengan menanyakan kesediaan anggota
keluarga dari pelapor untuk dihubungi oleh relawan
iii. Konsultasi kepada CM apabila terdapat informasi yang harus dipastikan lebih
dahulu
iv. Eskalasi kepada CM apabila ditemukan perburukan gejala ataupun red
flags/tanda bahaya.

17. Klik “Save” setiap kali mengisi logbook, untuk kemudian dapat masuk ke dalam
Timeline

18. Timeline adalah fitur perjalanan pendampingan yang mencakup isian logbook
dari sisi relawan maupun CM (CM juga dapat mengisi logbook, terutama
menanggapi eskalasi)

11
19. Sementara pelapor yang dieskalasikan ditangani oleh relawan dengan supervisi
dari CM terkait akses ke Fasyankes, relawan diarahkan untuk melakukan
pendekatan keluarga (apabila belum dilakukan) untuk memastikan setiap
anggota keluarga yang kontak dekat dengan pelapor kategori 1 tersebut
melakukan screening mandiri untuk kemudian didampingi oleh relawan.

20. Apabila terdapat kendala dalam proses pendampingan, data pelapor tersebut
dapat dialihtugaskan kepada relawan yang lain oleh Koorwil bersama CM.

21. Apabila terdapat kendala dalam proses eskalasi dan supervisi dari CM
(terutama apabila pelapor membutuhkan akses ke Fasyankes segera), relawan
dapat menghubungi Koorwil untuk kemudian diarahkan kepada CM yang
available.

22. Apabila terdapat kendala dalam proses follow up ke Fasyankes/RS Darurat/RS,


CM dapat menghubungi Koorwil untuk selanjutnya dikoordinasikan dengan
Dinkes/ pihak-pihak terkait.

12
Mekanisme Pelayanan Pendekatan Keluarga
1. Pelayanan Pendekatan Keluarga adalah pelayanan kesehatan proaktif yang dilakukan
relawan terhadap pelapor dengan orientasi komunitas dan titik beratnya kepada
keluarga. Keluarga dalam konteks ini bisa diartikan sebagai orang yang tinggal satu
rumah dengan pelapor. Relawan diminta untuk dapat melakukan pendampingan
kepada keluarga/orang yang tinggal satu atap dengan pelapor secara holistik,
komprehensif, terpadu, serta berkesinambungan dengan perkembangan Ilmu
Kedokteran terkini yang dimiliki.

2. Mekanisme Pelayanan Pendekatan Keluarga


i. Relawan Proaktif
• Relawan menanyakan nama dan nomor telfon yang bisa dihubungi dari
keluarga/ orang yang tinggal satu atap dengan pelapor.
• Relawan menghubungi dan melakukan informed consent kepada keluarga/
orang yang tinggal satu atap dengan pelapor untuk dilakukan pendampingan
lebih lanjut secara daring selama 14 hari.
• Bila disetujui, relawan harus memenuhi informasi calon pelapor terdaftar
tersebut pada laporan logbook agar masyarakat tersebut secara automatis
masuk ke dalam sistem dan dilakukan pendampingan oleh Relawan yang
sama.
• Adapun informasi yang harus dipenuhi tersebut meliputi:
a. NIK
b. Nama Panjang
c. Jenis Kelamin
d. Alamat
e. Email
f. Nomor HP
g. Tanggal Lahir
h. Tanggal Persetujuan Pendampingan
i. Provisi
j. Kabupaten/Kota
k. Status COVID-19 berdasarkan pertanyaan-pertanyaan screening mandiri
yang dapat dibaca dalam dokumen Protokol Tele-KIE

ii. Refferal Code (masih dalam tahap pengembangan, gunakan mekanisme Relawan
Proaktif diatas untuk sementara ini)
• Relawan menanyakan pada pelapor terkait bentuk tempat tinggal pelapor,
berapa banyak, serta siapa saja keluarga/orang yang tinggal satu atap dengan
pelapor.
• Selanjutya, Relawan memberikan refferal code kepada keluarga pelapor serta
memintanya untuk mendaftar pada laman resmi RECON dengan
memasukkan refferal code tersebut pada kolom yang sudah ditentukan serta
memilih pilihan hubungan dengan refferal code tersebut, yaitu “Anggota
Keluarga”

13
• Sistem secara automatis akan memberikan penugasan terkait anggota
keluarga / orang yang tinggal satu atap dengan refferal code tersebut kepada
Relawan yang sama.

14
Mekanisme Penggunaan RECON oleh Case
Manager dalam Melaksanakan Eskalasi

1. Eskalasi merupakan sebuah proses konsultasi relawan kepada CM terkait kondisi


klinis pelapor yang didampingi relawan, seperti adanya perburukan gejala
ataupun red flags/tanda bahaya.

2. Red flags atau tanda bahaya merupakan tanda bahaya yang menjadi acuan
dalam perburukan klinis ataupun kegawatdaruratan pada pasien isolasi mandiri
dalam rumah. Hal tersebut meliputi:
a. Sesak nafas berat ketika beristirahat hingga kesulitan bernafas
b. Nyeri dada/dada seperti ditekan
c. Kulit dingin, lembab, pucat, berbintik-bintik
d. Kebingungan/ling-lung
e. Tidak sadarkan diri/sulit untuk bangun
f. Bibir atau wajah membiru
g. Urin hanya sedikit atau tidak sama sekali

3. Relawan dapat memilih Status Penugasan dengan pilihan “Eskalasi” (untuk


dilakukan proses eskalasi pelapor kepada CM) apabila kelompok kategori 2-5
yang didampingi secara mandiri oleh relawan mengalami perburukan gejala, dan
ketika diverifikasi ulang berubah menjadi kategori 1 atau ditemukan tanda
bahaya serta memberikan keterangan alasan eskalasi pada laporan.

4. Secara otomatis sistem akan memberikan notifikasi pada CM untuk dilakukan


pengecekan pada hasil pelaporan relawan terkait kebenaran informasi dan
kelayakan eskalasi pelapor tersebut.

5. CM atau relawan atas perizinan CM dihimbau mengisi laporan logbook terkait


eskalasi yang berisi hasil pengecekan laporan serta tindakan yang akan diberikan
pada pelapor.

15
6. CM atau relawan atas perizinan CM dapat meng-klik “Isi Logbook” untuk merespon
terhadap laporan eskalasi

7. Pada logbook, CM dapat mengisi kolom Aktivitas dengan “Respon terhadap


eskalasi”

8. CM kemudian memilih Status Lokasi dengan pilihan “Remote” karena


pendampingan dilakukan secara remote/ tidak bertemu langsung

9. CM kemudian mengisi kolom Laporan dengan hasil pendampingan hari tersebut,


isinya dapat mencakup:
i. Pengecekan pada hasil pelaporan relawan terkait kebenaran informasi dan
kelayakan eskalasi pelapor tersebut

16
ii. Tanda-tanda perburukan gejala dan red flags atau tanda bahaya

10. CM kemudian mengisi kolom Tindak Lanjut dengan kegiatan merespon eskalasi,
isinya dapat mencakup:
i. Kegiatan edukasi, dan sertakan materi/poin-poin edukasinya secara garis
besar
ii. Kegiatan asistensi kepada Fasyankes/RS Darurat/RS Rujukan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada pelapor yang dieskalasikan

11. Klik “Save” setiap kali mengisi logbook, untuk kemudian dapat masuk ke dalam
Timeline

12. Timeline adalah fitur perjalanan pendampingan yang mencakup isian logbook dari
sisi relawan maupun CM

13. Bila diperlukan adanya eskalasi ke Fasyankes, koordinasi antara CM dengan


Fasyankes dapat dilakukan di luar sistem RECON.

14. CM dapat melakukan koordinasi dengan Fasyankes secara langsung atau


dikoordinasikan lebih lanjut dengan Koorwil pada wilayah tersebut.

15. Untuk mempermudah koordinasi dan komunikasi, CM dapat membentuk


whatsapp group (atau platform lain), yang berisi CM dan relawan di wilayah
masing-masing.

16. Apabila terdapat kendala dalam proses pendampingan, data pelapor tersebut
dapat dialihtugaskan kepada relawan yang lain oleh Koorwil bersama CM.

17. Apabila terdapat kendala dalam proses eskalasi dan supervisi dari CM (terutama
apabila pelapor membutuhkan akses ke Fasyankes segera), relawan dapat
menghubungi Koorwil untuk kemudian diarahkan kepada CM yang available.

18. Apabila terdapat kendala dalam proses follow up ke Fasyankes/RS Darurat/RS,


CM dapat menghubungi Koorwil untuk selanjutnya dikoordinasikan dengan
Dinkes/pihak-pihak terkait.

17
Mekanisme Penggunaan RECON oleh
Koordinator Wilayah

Berikut adalah tampilan dashboard Koorwil setelah login, jumlah laporan di sebelah kiri
berarti jumlah laporan yang berdasarkan domisili pelapor termasuk dalam wilayah AIPKI
koorwil tersebut. Jumlah relawan di sebelah kanan berarti jumlah relawan yang saat ini
sudah melakukan aktivasi di wilayah AIPKI koorwil tersebut.

Cara Mengarahkan Relawan kepada CM yang Lain


Koorwil memiliki wewenang untuk mengalihtugaskan CM karena alasan tertentu.

1. Tampilan data relawan dalam wilayah AIPKI Koorwil tersebut dapat diakses dengan
meng-klik Data -> Data Relawan

18
2. Apabila ditemukan kendala dan Koorwil hendak mengarahkan relawan kepada CM yang
lain, Koorwil dapat meng-klik lambang pensil yang bertuliskan “update” di sisi kanan tabel
data relawan

3. Koorwil kemudian akan masuk ke dalam data relawan, dan dapat menemukan kolom
untuk memilih CM.

19
Kolom search email CM

4. Klik untuk dapat memilih CM, Koorwil juga dapat mengetik untuk search pada list pilihan
CM tersebut.

5. Apabila sudah selesai, Koorwil dapat meng-scroll hingga akhir halaman untuk meng-klik
tombol Update

20
Cara Mengalihtugaskan Pelapor/Masyarakat dari 1 Relawan kepada Relawan yang Lain

1. Terkait mekanisme pengalihan tugas dari 1 relawan kepada relawan lainnya, Koorwil
dapat meng-klik Penugasan pada halaman utama dashboard

2. Berikut adalah tampilan data pelapor yang ada di wilayah AIPKI Koorwil masing-masing.
Koorwil dapat mengetik keyword / kata kunci dan memilih kategori pencarian kata kunci
tersebut. Pilih nama relawan apabila Koorwil ingin mencari data pelapor yang ditangani
oleh relawan tertentu, pilih nama Case Manager apabila Koorwil ingin mencari data
pelapor yang ditangani oleh relawan dibimbing Case Manager tertentu, pilih nama tugas
apabila Koorwil ingin mencari berdasarkan nama pelapornya.

21
3. Berikut adalah tampilan setelah Koorwil melakukan pencarian dengan kata kunci nama
relawan

4. Cara pertama adalah dengan meng-klik “Delete” (tombol berwarna merah) pada sisi
kanan. Ketika meng-klik “Delete” maka data pelapor tersebut akan dikeluarkan dari list
penugasan relawan tersebut dan sistem akan mencari relawan lainnya secara otomatis.

22
5. Cara kedua adalah dengan meng-klik “Edit” (tombol berwarna biru) pada sisi kanan.
Ketika meng-klik “Edit” maka Koorwil dapat menugaskan pelapor tersebut kepada relawan
lain secara manual.

6. Setelah meng-klik “Edit” berikut adalah tampilannya, pada bagian bawah Koorwil dapat
melihat relawan yang ditugaskan. Koorwil kemudian meng-klik “Tambah Relawan”
(tombol berwarna hijau di bawah).

23
7. Berikut tampilan pada halaman Tambah Relawan. Koorwil kemudian dapat mengetik
nama relawan dan (opsional) memilih perguruan tingginya.

8. Koorwil kemudian menyentang relawan yang mau ditambahkan dan klik “Save & Next”

24
9. Koorwil kemudian dapat menyentang nama relawan yang ingin digantikan diawal pada
kolom “Hapus”, kemudian meng-klik “Save”
10. Sehingga relawan yang semula ditugaskan pelapor tersebut digantikan oleh relawan yang
ditambahkan secara manual

25

Anda mungkin juga menyukai