Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

ERWIN NUROCHMAN ANDRYANSYAH


214120031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

RumahSakit : Tgl : Nilai : Tgl : Nilai : Rata-rata :

Paraf CI + Paraf
stempel dosen

A. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

World Health Organization (WHO) dan The International Society

of Hypertension (ISH) menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi

ketika tekanan darah (TD) sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini merupakan hasil rerata

minimal dua kali pengukuran setelah melakukan dua kali atau lebih kontak

dengan petugas (Yasmara, 2016).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

lebih dari satu periode, hal ini terjadi bila arteriole-arteriole

kontriksi.Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah

beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut akan menimbulkan

kerusakan janntung dan pembuluh darah (Udjianti, 2013).


2. Etiologi

Pada dasarnya hipertensi tidak mememiliki penyebab yang pasti.

Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau

peningkatan tekanan perifer. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi menurut Aspiani (2014) :

a. Genetik.

b. Obesistas:

c. Stress yang diakibatkan oleh lingkungan

d. Usia

e. Pola makan yang tidak sehat

f. Kurangnya aktivitas fisik

g. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada lansia serta

penyempitan pembuluh darah.

3. Klasifikasi

Menurut WHO (World Health Organization-International), dan

European Society of Hypertension-European Society of Cardiology (ESH-

ESC), 2014 dalam Sumiati (2017), klasifikasi tekanan darah sebagai

berikut:

Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Klasifikasi (mmHg) (mmHg)
Tekanan Darah
WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC

Optimal <120 <120 <80 <80

Normal <130 120-129 <85 80-84

Tinggi - Normal 130-139 130-139 85-89 85-89


Hipertensi kelas
4. Tanda dan Gejala
1 (ringan)
140-159 140-159 90-99 90-99

Gejala
Cabangumum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
140-149 90-94
perbatasan
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Menurut
Hipertensi kelas
160-179 160-179 100-109 100-109
2 (sedang)
Udjianti (2013) tanda dan gejala hipertensi yang sering terjadi adalah:
Hipertensi kelas
(rasa berat ≥180
di tengkuk) ≥180 ≥110 ≥110
a. Sakit kepala
3 (berat)

(Setiati, 2015; Bope & Kellerman, 2017)


b. Kelelahan

c. Penglihatan kabur

d. Tremor otot

e. Mual, muntah

f. Hidung berdarah

g. Nyeri Dada

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia

simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing

ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat

ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti


kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem

saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada

akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler.

Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga

disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus

simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis

menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat,

gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan

angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti


hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari

penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta

dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh

darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai

umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan

resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan,

yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan

jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat

zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,

yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan

tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan

kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah

berperan dalam menaikan tekanan darah.

Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya

adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya

bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin

(Ruhyanudin, 2007).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat


vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,

yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks


adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor

ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).


PATHWAY
Rangsangan Pengeluaran norepinefrin Norepinefrin berkaitan Sel otot polos
saraf simpatis & epinefrin dengan reseptor α berkontraksi
ETIOLOGI :

Usia Pelepasan renin oleh Angiotensin I Pelepasan renin Aliran darah ke Pembuluh darah
korteks ginjal menjadi Angiotensin oleh korteks ginjal ginjal menurun vasokontriksi
Jenis Kelamin II oleh ACE

Gaya Hidup Angiotensin II meragsang sekresi Retensi Natrium dan air oleh tubulus ginjal, Volume plasma
aldosteron oleh korteks adrenal reabsorpsi natrium meningkat (intravaskuler) meningkat
Obesitas
Otak
Resistensi Tahanan total
Vol. sekuncup dan curah jantung meningkat HIPERTENSI
pembuluh darah perifer meningkat
otak meningkat Sistemik

Pembuluh Darah Ginjal Merangsang aldosteron Retina


Nyeri Vasokontriksi
kepala
Vasokontriksi pembuluh Retensi Na Spasme arteriole
Afterload Fatigue
Nyeri darah ginjal
meningkat
Edema Diplopia
Blood flow menurun
Penurunan Intoleransi
Curah Jantung Aktivitas Kelebihan Volume Resiko Tinggi
Respon RAA Injuri
Cairan
6. Komplikasi

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa di kontrol dan tidak

bisa diobati. Jika hipertensi tidak ditanganin dengan benar atau tidak

menjalani prosedur perawatan dan pengobatan sesuai program maka akan

berdampak pada komplikasi seperti penyakit jantung stroke dan

gangguan keseimbangan dan gerak, kerusakan ginjal serta kematian

(Maryam, 2010)

Tekanan darah akan meningkat dengan adanya penyakit kronis.

Beberapa penyakit yang dapat meningkatkan derajat hipertensi atau

komplikasi hipertensi akan mengakibatkan hipertensi semakin sulit

dikontrol. Berikut beberapa komplikasi penyebab hipertensi antara lain:

a. Stroke

Stroke terjadi akibat perdarahan di otak. Stroke dapat

terjadi pada hipertensi menahun apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan penebal, sehingga

aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.

Arteri-arteri otak yang mengalami kemungkinan terbentuknya

anurisma.

b. Infrak miokard

Infark miokard timbul apabila arteri koroner yang

arteriosklerosis tidak cukup mendapatkan oksigen ke miokardium


atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah

melalui pembuluh darah.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat

tingginya tekanan pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus.

Rusaknya glomerulus mengakibatkan darah akan mengalir ke

unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan menjadi

hipoksia serta kematian. Rusaknya membran glomerulus, protein

dikeluar lewat urine sehingga menurunkan tekanan osmotik

koloid plasma, menyebabkan edema yang sering ditemukan pada

hipertensi kronik.

d. Apnea pada saat tidur

Apnea merupakan kesulitan bernafas yang terjadi

berulang kali pada saat tidur. Beberapa penelitian menunjukan

terdapat pengaruh antara pernafasan yang terhenti dan

berukurangnya pasokan oksigen untuk sementara waktu yang

menyertai apnea saat terjadinya hipertensi, apnea pada saat tidur

tidak terlihat jelas. Namun, jika sorang sering tidak dapat tidur

nyenyak pada malam hari dan selalu mengantuk pada siang hari

sebaiknya periksakan diri ke dokter. Pengobatan dilakukan

dengan cara memberikan cukup oksigen pada saat tidur. Cara ini

dapat menurunkan tekanan darah.


7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Aspiani, 2014) Pemeriksaan penunjang berikut ini dapat

membantu untuk menegakkan diagnosa hipertensi :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal.

2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena

parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut

3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)

b. EKG

1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miokard

3) Gangguan konduksi

4) Peninggian konduksi

c. Foto Rontgen

Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan kardiomegali

8. Penatalaksanaan

a. Terapi Farmakologi

Terdapat banyak jenis obat antihipertensi saat ini. Untuk pemilihan obat

yang tepat diharapkan menghubungi dokter diantaranya:

1) Deuretik
Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)

sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan

daya pompa jantung lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid

2) Penghambat simpatetik

Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh: Metildopa, Klonidin

dan resepin.

3) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan

daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada penderita yang

mengidap gangguan pernapasan eperti asma bronchial. Pada orang

tua terdapat gejala bronkospame ( penyempitan saluran

pernapasan), sehingga pemberian obat harus berhati-hati. Contoh:

Metoprolol, propanplol dan atenolol.

4) Antagonis kalsium

Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitis). Contoh: Nifedipin, Diltiasem dan

Verapamil

b. Terapi Non Farmakologi

Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:

1) Diit rendah garam/ kolesterol/ lemak jenuh


2) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh

3) Ciptakan keadaan rileks

4) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama

30-45 sebanyak 3-4 kali seminggu.

5) Berhenti merokok dan Alkohol

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, diagnosa

medis

b. Keluhan utama

Sering menjadi keluhan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

yakni merasa pusing pada kepala bagian belakang.

c. Riwayat penyakit sekarang

Hipertensi sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien

sedang melakukan aktivias, biasanya terjadi nyeri kepala atau pusing,

pandangan kabur, sampai terjadi epistaksis.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit hipertensi (keturunan), anemia, obat-obatan

adiktif dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering

digunakan klien, seperti pemakaian obat anti hipertensi, antipidemia,

penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan


alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini

dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan

merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan

tindakan selanjutnya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat penyakit keluarga yang menderita hipertensi,

diabetes mellitus, atau adanya riwayat hipertensi dan stroke dari

generasi sebelumnya

2. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas / istirahat

Gejala :

1) Kelemahan

2) Letih

3) Napas pendek

4) Gaya hidup monoton

Tanda :

5) Frekuensi jantung meningkat

6) Perubahan irama jantung

7) Takipnea

b. Sirkulasi

Gejala : 
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup,

penyakit serebrovaskuler

Tanda :

1) Kenaikan TD

2) Nadi : denyutan jelas

3) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

4) Bunyi jantung : murmur

5) Distensi vena jugularis

6) Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), 

pengisian kapiler mungkin lambat

c. Integritas Ego

Gejala:

Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,

faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :

1) Letupan suasana hati

2) Gelisah

3) Penyempitan kontinue perhatian

4) Tangisan yang meledak

5) otot muka tegang (khususnya sekitar mata)

6) Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala : 

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,  riwayat

penyakit ginjal)

e. Makanan / Cairan

Gejala :

1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan kolesterol

2) Mual

3) Muntah

4) Riwayat penggunaan diuretik

 Tanda :

1) BB normal atau obesitas

2) Edema

3) Kongesti vena

4) Peningkatan JVP

5) Glikosuria

f. Neurosensori

  Gejala :

1) Keluhan pusing / pening, sakit kepala

2) Episode kebas
3) Kelemahan pada satu sisi tubuh

4) Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia)

5) Episode epistaksis

Tanda :

1) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau

memori (ingatan)

2) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

3) Perubahan retinal optik

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :

1) nyeri hilang timbul pada tungkai

2) sakit kepala oksipital berat

3) nyeri abdomen

h. Pernapasan

Gejala :

1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

2) Takipnea

3) Ortopnea

4) Dispnea nocturnal proksimal

5) Batuk dengan atau tanpa sputum

6) Riwayat merokok

Tanda :

1) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan


2) Bunyi napas tambahan (krekles, mengi)

3) Sianosis

i. Keamanan

Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda       : Episode parestesia unilateral transien

j. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala       :

1) Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal

2) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

3) Penggunaan obat / alkohol.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan

dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas

ventrikuler, iskemia miokard

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya

hipertensi yang diderita klien

e.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit


4. Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

N DIANGOSA
O KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah  Cardiac Pump 1. Cardiac Care
jantungberhubungan effectiveness 2. Evaluasi adanya nyeri dada
denganpeningkatan  Circulation Status (intensitas,lokasi, durasi)
afterload, vasokonstriksi,  Vital Sign Status 3. Catat adanya disritmia jantung
hipertrofi/rigiditas 4. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
ventrikuler, iskemia Kriteria Hasil: cardiac putput
miokard  Tanda Vital dalam 5. Monitor status kardiovaskuler
rentang normal 6. Monitor status pernafasan yang
(Tekanan darah, menandakan gagal jantung
Nadi, respirasi) 7. Monitor abdomen sebagai indicator
 Dapat mentoleransi penurunan perfusi
aktivitas, tidak ada 8. Monitor balance cairan
kelelahan 9. Monitor adanya perubahan tekanan darah
 Tidak ada edema 10. Monitor respon pasien terhadap efek
paru, perifer, dan pengobatan antiaritmia
tidak ada asites 11. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
 Tidak ada
12. Monitor toleransi aktivitas pasien
penurunan
13. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
kesadaran
tekipneu dan ortopneu
14. Anjurkan untuk menurunkan stress
2 Intoleransi NOC : NIC :
aktivitasberhubungan  Energy conservation Energy Management
dengankelemahan,  Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien
ketidakseimbangan suplai dalam melakukan aktivitas
dan kebutuhan oksigen. Kriteria Hasil : 2. Dorong anal untuk mengungkapkan
 Berpartisipasi dalam perasaan terhadap keterbatasan
aktivitas fisik tanpa 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan
disertai peningkatan kelelahan
tekanan darah, nadi 4. Monitor nutrisi  dan sumber energi
dan RR tangadekuat
 Mampu melakukan 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan
aktivitas sehari hari fisik dan emosi secara berlebihan
(ADLs) secara 6. Monitor respon kardivaskuler  terhadap
mandiri aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan peningkatan  Pain Level, Pain Management
tekanan vaskuler serebral  Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
 Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Mampu mengontrol dan faktor presipitasi
nyeri (tahu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri, ketidaknyamanan
mampu 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
menggunakan tehnik untuk mengetahui pengalaman nyeri
nonfarmakologi pasien
untuk mengurangi 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri, mencari nyeri
bantuan) 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Melaporkan bahwa 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri berkurang kesehatan lain tentang ketidakefektifan
dengan kontrol nyeri masa lampau
menggunakan 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
manajemen nyeri dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
 Mampu mengenali
mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri (skala,
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
intensitas, frekuensi
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
dan tanda nyeri)
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Menyatakan rasa
(farmakologi, non farmakologi dan inter
nyaman setelah
personal)
nyeri berkurang
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Tanda vital dalam
menentukan intervensi
rentang normal
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction
dengan krisis situasional tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang
sekunder adanya hipertensi selama 3 x 24 menenangkan
yang diderita klien jam,   cemas pasien 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
berkurang dengan pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
kriteria hasil: dirasakan selama prosedur
v Anxiety Control 4. Temani pasien untuk memberikan
v Coping keamanan dan mengurangi takut
v Vital Sign Status 5. Berikan informasi faktual mengenai
 Menunjukan teknik diagnosis, tindakan prognosis
untuk mengontrol 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
cemas dengan tekni 7. Lakukan back / neck rub
k nafas dalam 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
 Postur tubuh pasien 9. Identifikasi tingkat kecemasan
rileks dan ekspresi 10. Bantu pasien mengenal situasi yang
wajah tidak tegang menimbulkan kecemasan
 Mengungkapkan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
cemas berkurang perasaan, ketakutan, persepsi
 TTV 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik
TD = 110-130/ 70-80 relaksasi
mmHg 13. Barikan obat untuk mengurangi
RR = 14 – 24 x/ menit kecemasan
N   = 60 -100 x/ menit
S    = 365 – 375 0C
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan  Kowlwdge : disease 1. Teaching : disease Process
kurangnya informasi process 2. Berikan penilaian tentang tingkat
tentang proses penyakit  Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
Behavior penyakit yang spesifik
3. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kriteria Hasil : bagaimana hal ini berhubungan dengan
 Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
menyatakan tepat.
 pemahaman tentang 4. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
penyakit, kondisi, muncul pada penyakit, dengan cara yang
prognosis dan tepat
program pengobatan 5. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
 Pasien dan keluarga yang tepat
mampu 6. Identifikasi kemungkinan penyebab,
melaksanakan dengna cara yang tepat
prosedur yang 7. Sediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan secara kondisi, dengan cara yang tepat
benar 8. Hindari harapan yang kosong
 Pasien dan keluarga 9. Sediakan bagi keluarga atau SO
mampu menjelaskan informasi tentang kemajuan pasien
kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan 10. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
perawat/tim mungkin diperlukan untuk mencegah
kesehatan lainnya. komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit
11. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
12. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan
13. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
14. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
15. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). 2014. In Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Maryam, Siti dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Trans Info

Medika.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:

Penerbit Salemba Medika.

Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood

pressure or contain the according to national circumstances

Yasmara, Deni dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


; Diagnosis NANDA-(2015-2017) ; Intervensi NIC dan Hasil NOC.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai