Anda di halaman 1dari 8

JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GRAM POSITIF DAN NEGATIF


DARI EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN NIPAH (Nypa fruticans Wurmb.)
ASAL PESISIR SUNGAI KAKAP KALIMANTAN BARAT

Yulianti Lestari1*, Puji Ardiningsih1, Nurlina1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*email: tharielestari21@gmail.com

ABSTRAK
Secara empiris Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) telah digunakan sebagai obat sakit gigi,
sariawan dan diare. Aktivitas farmakologi Nipah tersebut berkaitan dengan kandungan senyawa
metabolit sekunder Nipah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi daun Nipah, serta aktivitas antibakteri
Eschericia coli dan Bacillus cereus. Kandungan metabolit sekunder daun Nipah diketahui dari
uji fitokimia. Ekstrak dan fraksi metanol, etil asetat dan n-heksana menunjukkan aktivitas
antibakteri pada bakteri E. coli dan B. cereus dengan metode difusi sumuran (Well). Hasil uji
fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun Nipah mengandung senyawa golongan
polifenol, flavonoid, triterpenoid/ steroid, saponin dan alkaloid; fraksi metanol mengandung
polifenol, flavonoid, saponin dan alkaloid; fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana mengandung
triterpenoid/ steroid. Aktivitas antibakteri E. coli oleh fraksi etil asetat ditunjukkan dari diameter
zona hambat (dalam satuan mm) berdasarkan variasi konsentrasi etil asetat yang digunakan
adalah sebagai berikut 9,387 (1000 ppm); 8,275 (500 ppm); 8,487 (250 ppm); 6,662 (125 ppm);
7,462 mm (62,5 ppm); dari fraksi n-heksana sebesar 9,012 (1000 ppm); 8,825 (500 ppm); 8,512
(250 ppm). Diameter zona hambat yang menunjukkan aktivitas antibakteri B. cereus oleh variasi
konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 9,512 (1000 ppm); 8,075 (500 ppm); 7,875 (250 ppm); dari
fraksi n-heksana sebesar 11,250 (1000 ppm); 10,650 (500 ppm); 9,487 (250 ppm); 8,625 (125
ppm). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa fraksi etil asetat dan n-heksana daun
Nipah dengan konsentrasi 1000 ppm dapat menghambat bakteri B. cereus.

Kata kunci: aktivitas antibakteri, metabolit sekunder, Nypa fruticans Wurmb, E. coli, B. cereus

PENDAHULUAN

Nipah (N. fruticans Wurmb.) merupakan Tulang anak daun Nipah telah
tumbuhan tropis yang termasuk dalam suku dimanfaatkan secara tradisional dan turun-
Arecaceae. Nipah tumbuh di sepanjang temurun oleh masyarakat pesisir Sungai
sungai yang terpengaruh pasang surut air Kakap sebagai obat sakit gigi dan daun
laut pada daerah dengan suhu minimum mudanya dimanfaatkan sebagai obat
20oC dan maksimum 32-35oC. Tanaman sariawan. Menurut Irmayeni (2010),
Nipah dikelompokkan pula ke dalam tanaman Nipah telah dimanfaatkan sebagai
tanaman hutan mangrove (Subiandono, obat tradisional seperti obat sakit perut,
dkk, 2011). Jenis ini tumbuh rapat diabetes dan obat penurun panas.
berkelompok, seringkali membentuk Penelitian yang dilakukan oleh Bakshi dan
komunitas murni yang luas di daerah rawa- Chaudhuri (2014) menunjukkan bahwa
rawa atau di sepanjang sungai dekat muara fraksi metanol, etil asetat, dan aseton daun
hingga sungai dengan air payau, tetapi di Nipah menunjukkan aktivitas sebagai
beberapa daerah tumbuh bercampur antibakteri terhadap bakteri Escherichia
dengan pohon bakau lain (Kitamura dkk, coli, Agrobacterium tumefaciens,
1997). Di Kalimantan Barat hampir setiap Streptococcus mutans, Staphylococcus
pinggir sungai di wilayah pesisir ditumbuhi aureus.
pohon Nipah yang sangat subur dan rapat.

1
JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

Bakteri E. coli dan B. cereus sering Ekstraksi dan partisi sampel


terdapat pada makanan. Bakteri tersebut Ekstraksi sampel daun Nipah dilakukan
dapat mengkontaminasi makanan sehingga dengan metode maserasi menggunakan
menyebabkan diare atau sakit perut apabila pelarut metanol. Sebanyak 900 g Sampel
makanan tersebut dikonsumsi oleh manusia halus daun Nipah direndam dengan
(Irianto, 2014). metanol hingga terendam seluruhnya dan
Upaya untuk mencegah dan mengobati dibiarkan selama 24 jam. Maserasi
diare saat ini adalah dengan cara dilakukan sebanyak 3 kali atau hingga
pemberian obat. Pemberian obat secara maserat menghasilkan warna yang pucat.
terus-menerus dapat menyebabkan bakteri Ekstrak yang dihasilkan dipekatkan
resisten terhadap obat atau antibakteri menggunakan rotary evaporator hingga
(Utami, 2012). Oleh karena itu, perlu diperoleh ekstrak kasar kental daun Nipah.
dilakukan penelitian mengenai penelusuran Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan
senyawa aktif dari bahan alam dan yang dihitung persen rendemen dengan rumus:
lebih efektif sebagai antibakteri penyebab
diare.

METODE PENELITIAN Ekstrak kasar kental daun Nipah


Alat dan Bahan ditimbang 30 g dan dilarutkan dengan
Alat-alat yang digunakan pada metanol. Kemudian dipartisi menggunakan
penelitian antara lain: autoklaf, blender, pelarut n-heksana dan dilanjutkan partisi
botol vial, botol coklat, corong pisah, dengan menggunakan pelarut etil asetat.
inkubator, jangka sorong, kawat ose, Ekstrak dan fraksi yang dihasilkan
laminary air flow, mikro pipet, neraca selanjutnya dipekatkan dengan
analitik, oven, penangas air, penggaris, menggunakan rotary evaporator hingga
rotary evaporator, seperangkat alat gelas, diperoleh tiga fraksi (n-heksana, etil asetat
dan vortex. dan metanol) (Harborne, 1987).
Bahan-bahan yang digunakan pada
penelitian antara lain: daun Nipah (N. Skrining Fitokimia
fruticans Wurmb.), isolat murni bakteri E.coli Skrining fitokimia terhadap kandungan
dan B.cereus, akuades (H2O), alkohol 70% , kimia dalam ekstrak tanaman dilakukan
aluminium foil, asam klorida (HCl), asam pada senyawa-senyawa berikut: alkaloid,
sulfat (H2SO4), Dimethyl Sulfoxide/DMSO triterpenoid/steroid, polifenol/tanin, flavonoid
((CH3)2SO), etil asetat (CH3COOC2H5), besi dan saponin (Harborne, 1987).
(III) klorida (FeCl3), logam Mg, metanol a. Alkaloid
(CH3OH), n-heksana(C6H14), natrium klorida Sejumlah larutan ekstrak ditambahkan 3
(NaCl), Nutrient Agar (NA), pereaksi tetes H2SO4 2N kemudian dipanaskan.
Wagner, pereaksi Mayer, pereaksi Selanjutnya diuji dengan reagen Mayer
Liebermann-Burchard, kloramfenikol, kapas, dan Wagner. Hasil uji positif diperoleh
kertas label, kertas tissue, dan plastik bila terbentuk endapan putih kekuningan
wrapping. pada penambahan reagen Mayer dan
endapan kecoklatan pada penambahan
Prosedur Penelitian reagen Wagner.
Pengambilan dan Preparasi sampel b. Triterpenoid/ Steroid
Sampel daun Nipah diperoleh dari Larutan ekstrak sebanyak 1 mL
Desa Sungai Kupah Kecamatan Sui. Kakap, ditambahkan pereaksi Lieberman-
Kabupaten Kubu Raya. Daun Nipah Burchard. Hasil uji positif diperoleh bila
dibersihkan dan dipisahkan dari tulang terbentuk endapan hijau (mengandung
daunnya, dipotong kecil-kecil dan steroid) atau terbentuk endapan merah
dikeringanginkan, lalu dihaluskan (mengandung triterpenoid).
menggunakan blender hingga membentuk c. Polifenol/ Tanin
serbuk. Larutan ekstrak sebanyak 2 mL
ditambahkan dua tetes pereaksi FeCl3
1%. Terbentuknya warna hijau atau biru
menunjukkan adanya senyawa fenol.

2
JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

d. Flavonoid Uji aktivitas antibakteri


Larutan ekstrak sebanyak 2 mL ditambah Pembuatan larutan uji dilakukan
dengan sedikit serbuk Mg dan 2 mL HCl dengan cara melarutkan masing-masing
2N. Senyawa flavonoid akan ekstrak metanol dan fraksi (metanol, etil
menimbulkan warna jingga sampai asetat dan n-heksana) menggunakan
merah. larutan Dimethyl Sulfoxide (DMSO) 10%
e. Saponin sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm.
Larutan ekstrak ditambahkan akuades Uji kadar hambat minimum (KHM) dengan
dan dikocok kuat-kuat. Adanya senyawa variasi konsentrasi 500, 250, 125 dan 62,5
saponin ditandai dengan terbentuknya ppm. Pembuatan larutan pada konsentrasi
busa 1-10 cm yang stabil dan tidak tersebut dilakukan dengan pengenceran
kurang dari 10 menit. bertingkat. Kontrol positif yang digunakan
adalah kloramfenikol dan kontrol negatif
Persiapan bakteri uji digunakan DMSO.
Sterilisasi alat Uji aktivitas antibakteri dilakukan
Sterilisasi alat yang tahan panas dengan menggunakan metode difusi
menggunakan autoclave selama 15 menit sumuran (well). Setelah media NA dalam
pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm. cawan petri memadat, diinokulasikan
Sedangkan alat yang tidak tahan panas suspensi bakteri sebanyak 50 dan
disterilisasi dengan alkohol 70 % (Barrow disebar di permukaan media secara merata
dan Feltham, 1992). dengan menggunakan cotton buds.
Selanjutnya dibuat sumur pada cawan petri
Pembuatan media Nutrient Agar (NA) dengan diameter masing-masing sumur
Media NA ditimbang sebanyak 11,5 g sebesar 7 mm. Masing-masing larutan uji
dan dilarutkan dengan 500 mL akuades, konsentrasi 1000, 500, 250, 125 dan 62,5
dipanaskan sambil diaduk dan disterilkan ppm dimasukkan sebanyak 30 ke dalam
mengunakan autoclave. Kemudian media sumur, kemudian diinkubasi selama 24 jam
sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam pada suhu 37oC dan diamati zona bening
cawan petri dan didinginkan hingga yang terbentuk. Diameter zona hambat
memadat, lalu diletakkan dalam posisi diukur menggunakan jangka sorong (Aziz,
terbalik di dalam laminary flow cabinet 2010). Perlakuan duplo. Hasil penelitian
(Barrow dan Feltham, 1992). berupa zona bening dianalisis pengujian
statistik dengan menggunakan One-way
Pembuatan larutan NaCl fisiologis 0,9% ANOVA. Taraf uji dari diameter zona bening
Sebanyak 0,9 g NaCl dilarutkan dalam yaitu 95 % (α≤0,05).
100 mL akuades ke dalam gelas beaker,
kemudian diaduk hingga homogen. PEMBAHASAN
Selanjutnya, disterilkan dengan
Ekstraksi dan Partisi
menggunakan autoclave.
Serbuk halus daun Nipah diekstraksi
melalui metode maserasi. Maserasi adalah
Peremajaan isolat bakteri uji
metode ekstraksi dengan cara meredam
Isolat murni bakteri E.coli dan B.cereus
sampel (simplisia) dalam pelarut dengan
diambil sebanyak 1 ose, lalu diinokulasikan
atau tanpa pengadukan. Pelarut akan
secara aseptik pada media NA dan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam
diinkubasi selama 18 - 24 jam pada suhu
rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat
37oC (Sareong, 2015).
aktif akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di
Pembuatan suspensi bakteri uji
luar sel, sehingga senyawa metabolit si
Bakteri E.coli dan B.cereus masing-
dalam sitoplasma akan terdesak keluar dan
masing diambil sebanyak 1 ose dan
larut dakam pelarut organik. Sampel daun
dimasukkan secara aseptik ke dalam
Nipah direndam menggunakan metanol
tabung reaksi yang berisi 10 mL NaCl
selama 3x48 jam. Kemudian filtrat atau
fisiologis 0,9 % dan divortex agar homogen
maserat daun Nipah dipekatkan
(Sareong, 2015).
menggunakan rotary evaporator hingga
mengental. Ekstrak kasar yang diperoleh

3
JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

sebanyak 39 g dengan rendemen 4,3% dan


berwarna hijau pekat. Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak
Partisi bertujuan untuk memisahkan Sampel
senyawa yang ada di dalam sampel sesuai Golongan
Ekstrak
Fraksi
Fraksi Fraksi
kasar etil n-
dengan kepolaran (like dissolved like). Pada Senyawa
metanol
metanol
asetat heksana
penelitian ini dilakukan partisi bertingkat Polifenol ++ ++ - -
dengan metode ekstraksi cair-cair dengan Flavonoid + + + -
meggunakan 3 pelarut yang berbeda Triterpenoid
+ - ++ ++
/ Steroid
kepolaran yaitu metanol (polar), etil asetat Saponin + ++ - -
(semi polar), dan n-heksana (non polar).
Alkaloid Mayer + + - -
Masing-masing fraksi yang diperoleh
Wagner ++ + - -
dipekatkan menggunakan rotary evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental fraksi Keterangan : + = intensitas rendah
metanol, etil asetat dan n-heksana. ++ = intensitas sedang
Rendemen ekstrak dan fraksi yang dari - = tidak teridentifikasi
daun Nipah yang diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 1. Hasil skrining fitokimia menunjukkan
bahwa ekstrak dan fraksi daun Nipah positif
Tabel 1. Hasil Partisi dan Rendemen Daun mengandung senyawa golongan polifenol,
Nipah flavonoid, triterpenoid/steroid, saponin dan
Berat Persen alkaloid. Pada ekstrak kasar mengandung
Sampel Ekstrak Randemen Keterangan senyawa golongan polifenol, flavonoid,
(gram) (%) triterpenoid/steroid, saponin dan alkaloid,
Fraksi 1,08 3,59 Gel yang fraksi metanol mengandung senyawa
n-heksana sedikit
berminyak polifenol, flavonoid, saponin dan alkaloid,
berwarna hijau sedangkan fraksi etil asetat dan fraksi n-
kecoklatan heksana mengandung senyawa
Fraksi etil 1,78 5,93 Gel padat triterpenoid/steroid. Hasil yang sama
asetat berwarna hijau
pekat
diperoleh pada penelitian yang dilakukan
Fraksi 26,78 89,26 Gel hijau oleh Osabor et al (2008) yang mengatakan
metanol kecoklatan dan bahwa Nipah mengandung polifenol dan
terdapat alkaloid.
minyak
berwarna
coklat Aktivitas Antibakteri Daun Nipah
*Keterangan: ekstrak kasar yang dipartisi terhadap Bakteri E. coli dan B. cereus
sebanyak 30 g Uji aktivitas antibakteri dari daun Nipah
dilakukan dengan menggunakan metode
Hasil Skrining Fitokimia difusi agar sumuran (Well) terhadap bakteri
Identifikasi senyawa metabolit E. coli dan B. cereus masing-masing
sekunder dari daun Nipah dilakukan dengan dengan konsentrasi 1000, 500, 250, 125
metode skiring fitokimia. Skrining fitokimia dan 62,5 ppm. Pada penelitian ini kontrol
merupakan suatu metode kualitatif untuk positif digunakan kloramfenikol dengan
mengetahui kandungan metabolit sekunder konsentrasi 62,5 ppm sedangkan kontrol
pada suatu tanaman dengan cara negatif digunakan pelarut DMSO 10%.
penambahan suatu reagen tertentu, Dimethyl Sulfoxide merupakan pelarut
sehingga akan dihasilkan perubahan warna ekstrak yang baik tanpa memberikan
pada sampel atau terdapat endapan apabila pengaruh dalam aktivitas penghambatan
sampel tersebut mengandung suatu terhadap bakteri uji, sehingga digunakan
senyawa tertentu. Pada penelitian ini untuk melarutkan ekstrak dan fraksi-fraksi
golongan yang diidentifikasi pada ekstrak daun Nipah. Kloramfenikol adalah antibiotik
kasar dan fraksi (metanol, etil asetat dan n- yang memiliki spektrum luas dan efektif
heksana) daun Nipah yaitu golongan digunakan terhadap bakteri aerob maupun
senyawa alkaloid, polifenol, saponin, anaerob. Mekanisme kerja kloramfenikol
flavonoid, dan steroid/triterpenoid. Hasil adalah menghambat proses transpeptidasi
skrining fitokimia ekstrak dan fraksi daun pada sintetis protein (Nugroho, 2014).
Nipah disajikan pada Tabel 2.

4
JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

Tabel 3. Diameter Zona Hambat Aktivitas Antibakteri terhadap bakteri E. coli


Konsentrasi (ppm) / Diameter Zona Hambat (mm) ± SD
Sampel
1000 500 250 125 62,5
Ekstrak kasar 0 0 0 0 0
Fraksi metanol 0 0 0 0 0
Fraksi etil asetat b b b b b
9,387±0,406 8,275±0,071 8,487±0,654 6,662±0,194 7,480±0,714
b b b
Fraksi n-heksana 9,012±0,515 8,825±0,071 8,512±0,406 0 0
d
Kontrol positif 26,387±1,220
Keterangan: a) lemah, zona hambat 5 mm atau kurang; b) sedang, zona hambat 5-10 mm; c) kuat zona
hambat 10-20 mm; dan d) sangat kuat, zona hambat 20 mm atau lebih (Davis dan Stout, 1971).

Tabel 4. Diameter Zona Hambat Aktivitas Antibakteri terhadap bakteri B.cereus


Konsentrasi (ppm) / Diameter Zona Hambat (mm) ± SD
Sampel
1000 500 250 125 62,5
Ekstrak kasar 0 0 0 0 0
Fraksi metanol 0 0 0 0 0
Fraksi etil asetat b b b
9,512± 0,265 8,075± 0,495 7,875±0,106 0 0
c c b b
Fraksi n-heksana 11,250±0,071 10,650±0,141 9,487±1,609 8,625±0,495 0
d
Kontrol positif 44,487±3,023
Keterangan: a) lemah, zona hambat 5 mm atau kurang; b) sedang, zona hambat 5-10 mm; c) kuat zona
hambat 10-20 mm; dan d) sangat kuat, zona hambat 20 mm atau lebih (Davis dan Stout, 1971).

Pengujian ini dilakukan untuk Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan hasil


mengetahui kemampuan ekstrak daun uji yang berbeda, hal ini dapat dipengaruhi
Nipah dalam menghambat bakteri yang oleh daya difusi ekstrak. Ekstrak dan fraksi
ditandai dengan terbentuknya zona bening (metanol, etil asetat dan n-heksana) daun
di sekitar sumuran yang berisi ekstrak uji. Nipah di dalam sumur (Well) akan
Zona bening menandakan bahwa ekstrak menghambat pertumbuhan bakteri dengan
memiliki aktivitas antibakteri. Hasil cara berdifusi ke media yang telah diberi
pegukuran pada pengujian dari ekstrak bakteri uji. Konsentrasi fraksi dan jenis
kasar, fraksi metanol, fraksi etil asetat dan bakteri dapat berpengaruh dalam berdifusi.
fraksi n-heksana daun Nipah sebagai Selain itu, tebal media dan diameter sumur
antibakteri terhadap bakteri Gram negatif (Well) dapat mempengaruhi kecepatan
dan positif diperoleh hasil perhitungan rata- senyawa metabolit untuk berdifusi (Jawetz,
rata diameter zona bening disajikan pada dkk, 1996).
Tabel 3 dan Tabel 4. Aktivitas antibakteri pada bakteri Gram
Berdasarkan hasil pengujian dapat negatif (E. coli) menunjukkan hasil diameter
diketahui bahwa fraksi yang menunjukkan zona hambat pada fraksi etil asetat dengan
adanya aktivitas antibakteri adalah fraksi etil konsentrasi 1000 ppm yaitu 9,387 mm ±
asetat dan fraksi n-heksana, sedangkan 0,041. Hasil uji pada bakteri Gram positif (B.
pada ekstrak kasar dan fraksi metanol tidak cereus) yaitu 9,512 mm ± 0,026.
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Sedangkan pada fraksi n-heksana dengan
Hasil uji aktivitas antibakteri yang diperoleh konsentrasi 1000 ppm Gram negatif (E. coli)
berbeda-beda terhadap masing-masing menunjukkan diameter zona hambat yaitu
bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa 9,012 mm ± 0,051. Hasil uji pada bakteri
spektrum penghambatan tergantung pada Gram positif (B. cereus) yaitu 11,250 mm ±
jenis dan kekuatan senyawa antibakteri dari 0,007. Diameter zona hambat terhadap
masing-masing komponen yang terekstrak bakteri B. cereus lebih besar dibandingkan
serta jumlah komponen aktif yang terekstrak bakteri E. coli. Hasil yang berbeda ini
oleh pelarut yang digunakan. Menurut dikarenakan adanya perbedaan struktur
Jawetz, dkk (1996) menyatakan aktivitas dinding sel kedua bakteri, dimana bakteri
antibakteri dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: Gram negatif lebih kompleks dibandingkan
konsentrasi ekstrak, kandungan senyawa dengan bakteri gram positif.
metabolit, daya difusi ekstrak dan jenis Uji aktivitas penghambatan antibakteri
bakteri yang dihambat. terhadap bakteri Gram positif (B. cereus)
lebih kuat dibandingkan bakteri Gram
negatif (E. coli). Hal ini sesuai dengan sifat

5
JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

dinding sel yang dimiliki bakteri tersebut.


Menurut Pelczar (1986) struktur dinding sel
bakteri Gram negatif lebih kompleks
dibandingkan struktur dinding sel bakteri
Gram positif. Bakteri Gram negatif memiliki
dinding sel yang terdiri dari 3 lapisan yaitu,
lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan
dalam. Sedangkan bakteri Gram positif
hanya mempunyai lapisan tunggal pada
dinding selnya. Siswandono (2000)
menambahkan struktur dinding sel bakteri
Gram negatif yang relatif kompleks akan
menyebabkan senyawa antibakteri lebih
sukar masuk ke dalam sel dan menemukan Gambar 2. Zona hambat yang terbentuk
sasaran untuk bekerja. pada fraksi n-heksana
Zona bening yang terbentuk berkaitan terhadap E. coli.
dengan golongan senyawa metabolit
sekunder pada setiap fraksi daun Nipah.
Fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana
memiliki kandungan metabolit sekunder
berupa steroid. Steroid memiliki
kemampuan aktivitas sebagai antibakteri.
Menurut Putra (2007) dalam Wiyanto (2010)
menyatakan mekanisme kerja steroid dalam
menghambat mikroba, adalah dengan
merusak membran plasma sel mikroba,
sehingga menyebabkan bocornya
sitoplasma keluar sel yang selanjutnya
menyebabkan kematian sel. Hal tersebut
disebabkan karena molekul steroid memiliki Gambar 3. Zona hambat yang terbentuk
gugus nonpolar (hidrofobik) dan polar pada kontrol positif terhadap
(hidrofilik) sehingga memiliki efek surfaktan E. coli
yang dapat melarutkan komponen fosfolipid
membran plasma. Gambar 1, Gambar 2, Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3
dan Gambar 3 menunjukkan zona bening menunjukkan zona bening yang diperoleh
yang diperoleh pada aktivitas antibakteri pada aktivitas antibakteri Gram positif (B.
Gram negatif (E. coli): cereus):

Gambar 1. Zona hambat yang terbentuk


pada fraksi etil asetat Gambar 4. Zona hambat yang terbentuk
terhadap E. coli. (angka pada pada fraksi etil asetat terhadap
gambar merupakan variasi B. cereus.
konsentrasi yang digunakan
pada penelitian)

6
JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

untuk menghambat pertumbuhan bakteri,


yaitu semakin besar konsentrasi yang
digunakan maka semakin besar pula
kemampuan ekstrak tersebut untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
Berdasarkan kekuatan daya
antimikroba dengan diameter zona hambat
dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian
yaitu: a) lemah, zona hambat 5 mm atau
kurang; b) sedang, zona hambat 5-10 mm;
c) kuat zona hambat 10-20 mm; dan d)
sangat kuat, zona hambat 20 mm atau lebih
(Davis dan Stout, 1971).
Gambar 5. Zona hambat yang terbentuk Pada fraksi n-heksana konsentrasi
pada fraksi n-heksana 1000 ppm memiliki daya aktivitas antibakteri
terhadap B. cereus dalam kategori kuat terhadap bakteri bakteri
B. cereus, serta memiliki daya aktivitas
antibakteri kategori sedang terhadap bakteri
E. coli. Fraksi etil asetat pada konsentrasi
1000 ppm menunjukkan daya aktivitas
antibakteri sedang terhadap bakteri E. coli
dan bakteri B. cereus.
Diameter zona hambat bakteri B.
cereus pada fraksi n-heksana dengan
konsentrasi 1000, 500, 250, dan 125 ppm
menunjukkan perbedaan yang signifikan
terhadap kontrol positif. Bakteri E. coli pada
fraksi etil asetat pada konsentrasi 1000,
Gambar 6. Zona hambat yang terbentuk 500, 250, 125 dan 62,5 ppm juga
pada kontol positif terhadap B. menunjukkan perbedaan yang signifikan
cereus. terhadap kontrol positif.

Diameter zona bening dari fraksi etil KESIMPULAN


asetat dan fraksi n-heksana dianalisis Berdasarkan penelitian yang telah
menggunakan metode one-way ANOVA dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
untuk melihat apakah variasi konsentrasi golongan metabolit sekunder yang terdapat
yang dilakukan memiliki nilai berbeda pada ekstrak kasar daun Nipah yaitu
signifikan atau tidak. Hasil uji one-way polifenol, flavonoid, triterpenoid/ steroid,
ANOVA menunjukkan bahwa semua variasi saponin dan alkaloid. Fraksi metanol
konsentrasi yaitu 1000, 500, 250, 125 dan memiliki senyawa metabolit yg sama dg
62,5 ppm memiliki aktivitas yang berbeda ekstrak kasar, kecuali senyawa triterpenoid/
signifikan dalam menghambat antibakteri. steroid. Triterpenoid/ steroid terdistribusi
Taraf uji dari diameter zona bening yang pada fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana.
dihasilkan ekstrak uji yaitu 95 % (α≤0,05), Fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana
sedangkan kontrol positif terhadap bakteri memiliki aktivitas antibakteri terhadap
dengan nilai signifikasinya 0,000 α. Hasil bakteri Gram negatif dan positif. Fraksi n-
uji tersebut menunjukkan terdapat heksana merupakan fraksi dengan daya
perbedaan yang signifikan pada taraf uji aktivitas paling baik, yaitu memiliki diameter
95 % (α≤0,05) dari diameter zona hambat zona hambat yang termasuk dalam kategori
yang dihasilkan oleh ekstrak uji dan kontrol kuat.
positif terhadap bakteri E. coli, dan B.
cereus dengan nilai signifikasinya 0,000 α.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak dan
fraksi dari daun Nipah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Konsentrasi juga
berpengaruh terhadap kemampuan ekstrak

7
JKK, Tahun 2016, Volume 5(4), halaman 1-8 ISSN 2303-1077

DAFTAR PUSTAKA Nugroho, A, E., 2014, Farmakologi Obat-


Obat Penting dalam Pembelajaran
Aziz, S., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri
Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan,
Ekstrak Etanol Daun Umbi Bakung
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Putih (Crinum aiaticum L.) terhadap
Osabor, V.N, G.E Egbung dan P.C Okafor.
bakteri penyebab jerawat, UIN,
2008. Chemical Profile of Nypa
Jakarta.
fruiticans From Cross River Estuary,
Bakshi, M dan Chaudhuri, P., 2014,
South Eastern Nigeria, Pakistan
Antimicrobial Potential of Leaf
Journal of Nutrition, 7(1): 146-150.
Extracts of Ten Mangrove Species
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan, 1993, Dasar-
from Indian Sundarban, International
Dasar Mikrobiologi I, (alih bahasa),
Journal of Pharma and Bio
Hadioetomo, Katna, S, Imas, T,
Sciences, 5(1): 294-304.
Tjitrosono S.S dan Angka S.L.,
Barrow, G.I and R.K.A. Feltham, 1993,
Persada, Jakarta.
Cowan and Steel’s Manual for the
Putra, I.N.K., 2007, Study Daya Antimikroba
Identification of Medical Bacteria, 3rd
Ekstrak Beberapa Bahan Tumbuhan
Edn, Cambridge University Press,
Pengawet Nira Terhadap Mikroba
Cambridge, London.
Perusak Nira Serta Kandungan
Davis, W.W dan T.R. Stout, 1971, Disc
Senyawa Aktifnya, Universitas
Plate Method of Microbiological
Brawijaya, Program Pascasarjana,
Antibiotic Assay, J. Applied
Malang, (Disertasi).
Microbiology, 22(4): 659-665.
Sareong, W., 2015, Uji Efektivitas Ekstrak
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia:
Kasar Alga Merah Eucheuma
Penuntun Cara Modern Menganalisa
cottonii Sebagai Antibakteri
Tanaman, K. Padmawinata dan I.
Terhadap Bakteri Patogen,
Soediro. (alih bahasa), ITB,
Universitas Hasanuddin, Jurusan
Bandung.
Biologi Fakultas Matematika dan
Irmayeni, C. 2010. Model Alometrik
Ilmu Pengetahuan Alam, Makassar.
Biomassa dan Pendugaan
Siswandono Soekardjo, B., 2000, Kimia
Simpanan Karbon Rawa Nipah
Medisinal, Ed ke-2, Airlangga
(Nypa fruticans), Universitas
University Press, Surabaya.
Sumatera Utara, Departemen
Subiandono, E., N. M. Heriyanto dan
Kehutanan Fakultas pertanian.
Endang Karlina, 2011, Potensi Nipah
Medan, (Skripsi).
(Nypa fruticans Wurmb.) sebagai
Irianto, K., 2014, Bakteriologi Medis,
Sumber Pangan dari Hutan
Mikologi Medis dan Virologi Medis,
Mangrove, Buletin Plasma Nutfah.
Alfabeta, Bandung.
17(1).
Jawetz, E., J. Melnick dan E. Adelberg,
Utami, R.E., 2012, Antibiotika, Resistensi
1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edi
dan Rasionalitas Terapi, Saintis,
Nugroho dan R.F. Maulan. (alih
Fakultas Sain dan Teknologi UIN
bahasa), Ed ke-20, Buku Kedokteran
Maliki Malang, Malang.
EGC, Jakarta.
Wiyanto, Budi, D., 2010, Uji Aktivitas
Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, dan
Antibakteri Ekstrak Rumput Laut
S. Baba, 1997, Handbook of
Kappaphycus alverazeii dan
mangroves in Indonesia : Bali and
Eucheuma denticullatum terhadap
Lombok, Ministry of Indonesia and
Bakteri Aeromonas hydrophila dan
JICA, Jakarta.
Vibrio harvayii, Jurnal Kelautan,
3(1):12.

Anda mungkin juga menyukai