TINJAUAN UMUM
serta terbesar diseluruh pelosok tanah air, diantaranya adalah bijih Nikel di
Sulawesi Tenggara yang mulai di eksploitasi dari tahun 1964 oleh PT. Nikel
eksploitasi berikutnya oleh Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tolo
ke Jepang sebanyak 150.000 ton bijih nikel dan hal ini berlangsung sampai tahun
oleh Jepang. Tambang Nikel Pomalaa selanjutnya dikelola oleh Sumitomo Metal
Mining Crop (SMM) yang berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan yang
351 ton matte, dimana 30 ton diantaranya berhasil dikapalkan dan sisanya
Pomalaa terlanjur hancur oleh serangan sekutu hingga instalasi yang ada pada saat
Co., Oost Borneo Maatschappijserta MMC yang bergerak di Malili, namun akibat
keadaan keamanan yang kurang memungkinkan saat itu sehingga usaha tersebut
mengalami kegagalan. Baru pada tahun 1957 usaha penambangan bijih nikel
Mula-mula yang dikerjakan yaitu hanyalah mengekspor stok bijih nikel yang
tertinggal dari zaman Jepang. Pada tahun 1959-1960 perusahaan ini baru
galian strategis”, maka pada tahun 1960 usaha NV Perto diambil alih pemerintah
pemerintah daerah yang berstatus Perseroan Terbatas (PT) yang bernama PT.
dibentuk oleh para pemakai bijih nikel dan beberapa Trading Companies di
nama Unit Pertambangan Nikel Pomalaa. Pada tanggal 30 Desember 1974 status
serta mengingat cadangan bijih nikel laterit yang berkadar rendah (Ni<1,82%)
yang dapat dimanfaatkan cukup besar, sedangkan bijih nikel laterit yang berkadar
tinggi (2,30%) semakin menipis jumlah cadangannya. Agar bijih nikel dengan
kadar rendah tersebut dapat bernilai, kemudian didirikan pabrik peleburan bijih
Desember 1973 dengan pemanjangan tiang pertama dan selesai dikerjakan selama
dua tahun.Tanggal 14 Agustus 1976 dapur listrik Pabrik FeNi Unit I dengan daya
23 Oktober 1976. Sampai saat ini PT Aneka Tambang (Persero) Pomalaa telah
berhasil membangun Tiga Unit Pabrik FeNi. Pabrik FeNi Unit II mulai dibangun
pada tanggal 2 November 1992 dan pada bulan Februari 1995 sudah memulai
dalam pasar internasional, dan mulai bulan Desember 2003 telah dibangun Pabrik
FeNi III dan mulai berproduksi di awal tahun 2006 (PT. ANTAM, 2017).
alat dengan mesin diesel sebagai pembangkit listrik, yang terdiri dari dua
unit,yaitu Unit PTLD I dan Unit PTLD II yang diinterkoneksikan secara paralel
kebutuhan listrik Pabrik FeNi I, FeNi II dan Pabrik FeNi III. Sementara PLTD
pabrik tersebut.Pada tahun 2006 ada perubahan logo perusahaan dan PT. Aneka
Tambang disingkat menjadi PT. ANTAM (Persero) Tbk (PT. ANTAM, 2017).
komoditas feronikel dan bijih nikel, yang dihasilkan dari tambang-tambang nikel
di Maluku Utara yakni di Buli, serta tiga pabrik pengolahan feronikel di Pomalaa,
Sulawesi Tenggara. Bijih nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis
kadar nikel dengan kisaran 1.55% sampai di atas 2,0% (PT. ANTAM, 2017).
Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN SULTRA) memiliki kadar karbon
tinggi atau kadar karbon rendah sesuai permintaan konsumen (PT. ANTAM,
2017).
Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel(UBPN SULTRA) dengan Luas IUP (Izin
(Gambar 2.1)
terletak antara 4º10’00” sampai 4˚27’25” Lintang Selatan dan 121˚31’30” sampai
UBPN Sultra yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP), PT. ANTAM
2017).
1. Tambang Utara
2. Tambang Tengah
Sopura.
3. Tambang Selatan
Wilayah IUP Tambang Selatan memiliki dua wilayah IUP dengan luas
wilayah yang berbeda, yaitu: Luas sebesar 584,3 Ha dan 878,2 Ha. Wilayah
Pulau Maniang ini berada dipulau – pulau kecil yaitu Pulau Maniang, Pulau
beroperasi lagi.
asli Sulawesi antara lain Suku Tolaki, Suku Bugis dan Suku Toraja, serta sebagian
adalah penduduk transmigran dari Jawa, Sumatera, Madura, Bali dan Transmigran
lokal.
sebagian kecil sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun yang bekerja sebagai
karyawan di PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra atau mitra yang menjalin
kecil adalah Transmigran beragama Hindu dan Nasrani (PT. ANTAM, 2017).
1.3.3 Iklim
tahunnya terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Wilayah
berada di sekitar garis khatulistiwa dan dekat dengan laut dan memiliki suhu
maksimum 31o dan suhu minimum 12o dengan suhu rata-rata 24o-28o (PT.
ANTAM, 2017).
Flora yang terdapat di daerah sekitar terdiri dari tumbuhan vegetasi primer
dan vegetasi sekunder. Vegetasi primer yaitu tumbuhan yang sudah sejak awal
ada dan belum terganggu aktivitas pertambangan, tumbuhannya antara lain kayu
sekunder yaitu tumbuhan yang ditanam ulang akibat dari kegiatan penambangan,
antara lain mangga-mangga, cemara, gamal, bitti, johar, sengon laut, dan
1.3.5 Topografi
berupa perbukitan dengan ketinggian yang bervariasi antara 50-200 meter di atas
permukaan laut. Perbedaan terjadi pada tambang selatan dan utara, pada tambang
selatan perbukitan cenderung lebih curam dan terjal sedangkan tambang utara
olahraga dan bantuan dalam bentuk lain. Sehingga hubungan antara masyarakat
Indonesia dengan luas wilayah 174.600 km². Bentuknya yang unik menyerupai
di sebelah utara, Flores di sebelah selatan, Timor di sebelah tenggara dan Maluku
karena merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu; lempeng Indo-
Australia yang bergerak ke arah utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah
barat dan lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara serta lempeng
Sulawesi memiliki empat buah lengan dengan proses tektonik yang berbeda-beda
sesar Poso, sesar Matano, sesar Lawanopo, sesar Walanae, sesar Gorontalo, sesar
Batui, sesar Tolo, sesar Makassar dan lain-lain, dimana berbagai jenis batuan
bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat rumit. Pada bagian utara
pulau Sulawesi terdapat palung Sulawesi utara yang terbentuk oleh subduksi
lengan tenggara Pulau Sulawesi dengan bagian utara laut Banda, dimana
memisahkan bagian barat Sulawesi dengan busur Sunda yang merupakan bagian
benua yang berpindah karena strike-slip faults dari New Guinea (Armstrong F.
Sompotan, 2012).
yang kompleks, yang menghasilkan kondisi geologi dan jenis batuan yang
bersusunan gabro. Kompleks batuan ultrabasa ini merupakan suatu lajur yang
Kompleks ini terdiri dari berbagai batuan ultra basa terutama harzburgit
dan lherzolit serta dunit dan piroksenit. Sebagian besar daerah ini terdiri dari
(Sukamto,1975).
1. Zona Bagian Barat ( Sulawesi bagian selat andan Utara ) ,terdiri dari
(Hamilton, 1979).
2. Zona Bagian Timur, yang terdiri dari Sulawesi bagian timur dan
Lengan tenggara Sulawesi dibagi menjadi tiga bagian: ujung utara, bagian
tengah, dan ujung selatan. Lembar Kolaka menempati bagian tengah dan ujung
selatan dari lengan tenggara Sulawesi. Ada lima satuan morfologi pada bagian
a. Morfologi pegunungan
pola yang hampir sejajar berarah barat laut–tenggara.Arah ini sejajar dengan pola
oleh batuan ofiolit.Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan
yang panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang
berupa batuan sediman klastika Mesozoikum dan Tersier (Van bemmelen, 1945).
selatan Lengan Tenggara Sulawesi.Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah
d. Morfologi pedataran
tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar Kolaka dan Sistem
Sesar Konaweha).Kedua sistem ini diduga masih aktif, yang ditunjukkan oleh
sangat mungkin kedua dataran itu terus mengalami penurunan. Akibat dari
pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir yang
sungai-sungai yang pada musim hujan berair melimpah sedang pada musim
kemarau kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir dan konglomerat sebagai
dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam
merupakan tebing terjal yang dibentuk oleh sesar berarah hampir barat-
e. Morfologi karst
merupakan bagian Formasi Eemoiko, Formasi Laonti, Formasi Buara dan bagian
Aluvium, terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal.Satuan ini
merupakan endapan sungai, rawa dan endapan pantai.Umur satuan ini adalah
Holosen.
dangkal.
barat daya – timur laut.Umur formasi ini diperkirakan Pliosen dan terendapkan
dari kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batu pasir malih, sekis dan
dengan sortasi menengah. Formasi ini banyak dibatasi oleh kontak struktur
dengan batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian bawah batuan
amfibolit, sekis klorit, rijang, pualam dan batugamping meta. Sekis berwarna
putih, kuning kecoklatan, kehijauan kelabu; kurang padat sampai sangat padat
tekuk (kink banding) dan augen serta di beberapa tempat perdaunan terlipat.Rijang
berwarna kelabu sampai coklat; agak padat sampai padat, setempat tampak
kelabu gelap, coklat sampai merah coklat, dan hitam bergaris putih; sangat padat
hablur yang tergabung dengan mineral lempung dan mineral kedap (opak).Batuan
terutama tersusun oleh kalsit, dolomit dan piroksen; mineral lempung dan mineral
bijih dalam bentuk garis.Wolastonit dan apatit terdapat dalam jumlah sangat
piroksen.Satuan ini mempunyai kontak struktur geser dengan satuan yang lebih
bawah.
Batugamping berwarna putih kotor sampai kelabu; berupa endapan kalsilutit yang
ketebalan lapisan antara 10-15 cm; di beberapa tempat dolomitan; di tempat lain
kebiruan dan coklat kemerahan; pejal dan padat. Berupa lensa atau sisipan dalam
kemerahan; padat dan setempat gampingan; berupa sisipan dalam serpih dan
basal, dolerit, diorit, mafik meta, amfibolit, magnesit dan setempat rodingit.
memanjang utara barat daya – tenggara.Umur dari formasi ini diperkirakan Trias.
sampai coklat muda; pejal dan keras; berbutir (granular), terdiri atas mineral
Mekongga terdiri atas sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss berwarna kelabu
dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas
gneiss kuarsa biotit dan gneiss muskovit.Bersifat kurang padat sampai padat (Van
bemmelen, 1945).
Air hujan yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindih mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin,serpentin, dan piroksin. Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke
bawah sampai ke batas antara zona limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir
secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan
secara horizontal. Magnesium dan silika termasuk nikel terlindih dan terbawa
1967).
induk. Batuan induk ini akan berubah menjadi serpentin akibat pengaruh larutan
hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses pembentukan magma (proses
serpentinisasi) dan akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau
serpentin dan peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, serta
pergantian panas dan dingin yang kontinyu, akan menyebabkan desintegrasi dan
dekomposisi pada batuan induk. Batuan asal yang mengandung unsur-unsur Ca,
Mg, Si, Cr, Mn, Ni, dan Co akan mengalami dekomposisi (Valeton, 1967).
Air tanah yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindi mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin, serpentin, dan piroksen. Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke
bawah sampai ke batas antara zona limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir
secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan
secara horizontal. Proses ini menghasilkan Ca dan Mg yang larut disusul dengan
kembali unsur-unsur tersebut. Semua hasil pelarutan ini terbawa turun ke bagian
sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai Dolomit dan Magnesit yang
urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan
asal di zona saprolit, sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih
dalam. Dalam hal ini, zona saprolit akan bertambah ke dalam, demikian juga
dengan ikatan yang mengandung oksida MgO sekitar 30 – 50% berat dan SiO2
zona saprolit ini akan terlindi dan ikut bersama-sama dengan aliran air tanah,
sehingga sedikit demi sedikit zona saprolit atas akan berubah porositasnya dan
akhirnya menjadi zona limonit. Sedangkan bahan-bahan yang sukar atau tidak
mudah larut akan tinggal pada tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama
dan konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona saprolit berwarna
coklat kuning kemerahan. Batuan asal ultramafik pada zona ini selanjutnya
dapat naik hingga 7%berat. Dalam hal ini, Ni dapat mensubstitusi Mg dalam
Serpentin atau juga mengendap pada rekahan bersama dengan larutan yang
Hematit yang dekat dengan permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut
serta unsur Co dalam jumlah kecil. Semakin ke bawah, menuju bedrock maka Fe
yang berupa larutan pada kondisi oksidasi dan berupa padatan pada kondisi silika.
lapuk merupakan proses yang terjadi pada pembentukan endapan laterit, dimana
proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak merata dan menghasilkan
konsentrasi bijih yang sangat bergantung pada migrasi air tanah(Valeton, 1967).
Batuan induk bijih nikel adalah batuan ultramafik terutama yang kaya
olivin dan piroksin, yaitu dunit, dunit piroksin, dan peridotit yang telah
ultramafik tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh sesar, lipatan dan kekar
yang terjadi pada waktu lama dan berulang-ulang sehingga mineral penyusunnya
bersifat fisik dan proses dekomposisi atau pelapukan bersifat kimia, keduanya
dapat terjadi pada lingkungan air dan udara serta pergantian musim panas dan
bersifat lembek, yang apabila mengalami kontak dengan udara bebas dapat
menjadi keras.Endapan nikel laterit ekonomis terutama berasal dari batuan induk
yang kaya akan mineral terutama olivin dan orto-piroksin. Faktor lain yang paling
cukup intensif, dan bentukan bentang alam yang bermorfologi relatif landai
dengan kemiringan lereng sedangkan endapan nikel terbaik selalu terdapat pada
zona dengan intensitas perekahan tinggi terhadap batuan pada bentang alam yang
sifat profil yang beragam antara satu tempat ke tempat lain, dalam komposisi
kimia dan mineral, dan dalam perkembangan relatif tiap zona profil. Faktor yang
1. Iklim
Iklim yang sesuai untuk pembentukan endapan laterit adalah iklim tropis
dan subtropis, di mana curah hujan dan sinar matahari memegang peranan penting
dalam proses pelapukan dan pelarutan unsur-unsur yang terdapat pada batuan asal.
Sinar matahari yang intensif dan curah hujan yang tinggi menimbulkan perubahan
1986).
2.Topografi
sirkulasi air serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk
kemiringan antara 10o sampai 30°.Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh
ke permukaan lebih banyak yang mengalir (run-off) dari pada yang meresap
kedalam tanah, sehingga yang terjadi adalah pelapukan yang kurang intensif.Pada
yang tipis.Sedangkan pada daerah yang landai, air hujan bergerak perlahan-lahan
daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa
nikel laterit. Batuan asalnya adalah jenis batuan ultrabasa dengan kadar Ni 0,2
sampai 0,3%, merupakan batuan dengan elemen Ni yang paling banyak di antara
batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
mudah larut, serta akan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk
nikel. Mineralogi batuan asal akan menentukan tingkat kerapuhan batuan terhadap
pelapukan dan elemen yang tersedia untuk penyusunan ulang mineral baru
(Darijanto, 1986).
4. Struktur
rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan
terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi
diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang
kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut lebih memudahkan masuknya air dan proses pelapukan yang
membantu proses pelarutan beberapa unsur dari batuan induk. Asam-asam humus
ini erat kaitannya dengan kondisi vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan
mengakibatkan penetrasi air lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur
lapisan humus.
Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana kondisi hutan yang lebat
pada lingkungan yang baik akan membentuk endapan nikel yang lebih tebal
dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi juga dapat berfungsi untuk
6. Waktu
endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau jutaan
tahun.Bila waktu pelapukan terlalu muda maka terbentuk endapan yang tipis.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.Banyak dari faktor tersebut yang saling
efek gabungan dari semua faktor terpisah yang terjadi melewati waktu, ketimbang
keseimbangan kadar pelapukan kimia di dasar profil dan pemindahan fisik ujung
profil karena erosi. Tingkat pelapukan kimia bervariasi antara 10 sampai 50 meter
per juta tahun, biasanya sesuai dengan jumlah air yang melalui profil, dan dua
sampai tiga kali lebih cepat dalam batuan ultrabasa daripada batuan asam.
Disamping jenis batuan asal, intensitas pelapukan, dan struktur batuan yang
pelapukan kimiawi yang terjadi pada iklim lembab secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang lama dalam kondisi stabilitas tektonik relatif, memungkinkan
residu komponen tidak bergerak atau tidak larut, dan pembentukan mineral baru
yang stabil di lingkungan pelapukan. Efek dari transformasi mineral dan mobilitas
bahan pelapis yang mendahului batuan induk dari mana ia terbentuk, yang
dasarnya retensi tanah residual terbatas pada bentang alam topografinya. Pada
1. Zona Bedrock
Bagian paling bawah dari zona profil laterit, zona batuan dasar yang
ditandai dengan batuan ultramafik yang belum terpengaruh oleh proses pelapukan
perubahan.Kekar dan patahan masih dalam kondisi yang baru terbentuk dan
Air tanah yang meresap telah kehilangan hampir semua kadar asamnya pada saat
2. Zona Saprolit
zona saprolit. Tekstur batuan asli masih dikenali dan profil pelapukannya belum
tidak terbatas hanya untuk patahan dan kekar tapi secara aktif diseluruh massa
batuan karena sifat lunak pada batuan yang memungkinkan akses air tanah. Dalam
Nikel pada zona saprolit adalah sebagian residual tapi kebanyakan dari
pengayaan sekunder. Air tanah bersifat asam melarutkan nikel di bagian atas
membuat nikel tidak dapat larut. Zona saprolit juga menjadi sekumpulan urat
2005).
3. Zona Limonit
efek oksidasi dari udara dan membawa beberapa hematit, terutama di daerah yang
besi sebagai iron cap.Warna merah atau merah marun umumnya disebut sebagai
iron cap yang berwujud keras. Iron cap sangat bagus untuk bahan bangunan jalan
karena kadar air lebih rendah serta lebih rendah kristalisasi air. Di bawah zona
hematit, besi sebagian besar dalam bentuk geothit dan limonitkedua hidroksida
limonit, mangan, dan kobalt diurai dan diendapkan kembali ke bagian bawah pada
4. Zona TopSoil
dan pengolahan. Tetapi disimpan ditempat yang aman, untuk nantinya akan
Gambar 2.5 Profil umum pada zona bijih nikel (Waheed, 2005).
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian
berkadar tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada
pengayaan nikel tergantung pada kandungan olivin dalam batuan karena olivin
adalah mineral pembawa nikel yang utama. Dunit dan harzburgit yang membawa
olivin dengan persentase lebih tinggi menghasilkan endapan dengan kadar yang
(Waheed, 2005).
bahan galian. Pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis
galian yang berharga dan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kegiatan – kegiatan
tersebut merupakan langkah awal dari proses pertambangan dan diharapkan dari
kegiatan ini dapat mengetahui potensi suatu bahan galian. Jika pada tahap
propeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan galian yang berprospek
Jika pada tahap propeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan
eksplorasi.
2.9.2 Eksplorasi
pada tahap eksplorasi kita tidak memiliki keyakinan geologi terhadap bahan
galian yang kita temui selain itu tahap eksplorasi juga memakan biaya yang sangat
tambang terbuka memerlukan model komputer dari sumber daya yang akan
ditambang. Model tersebut dapat berupa block model untuk tambang mineral dan
kuari, atau gridded seam untuk endapan tabular seperti batu bara.
Tiga aspek dalam perencanaan tambang adalah perencanaan pit limit atau
produksi. Hasil yang diperoleh adalah jumlah cadangan yang harus direncanakan
dibutuhkan.
1. Nilai (Value) dari pada endapan mineral per unit berat dan biasanya
yang dikeluarkan atau tidak untung dan tidak rugi. Dalam industri
rumus :
Diman :