Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN Dukuh 03 Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga adalah 26 siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan
dan 11 siswa laki-laki.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Kondisi Pra Siklus
Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal sebelum diterapkan
pendekatan RME dalam pelajaran matematika materi penjumplahan dan
pengurangan pecahan. Penelitian ini dilakukan di kelas 4 SD Negeri Dukuh 03
Salatiga pada Semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Sebelum dilaksanakannya
penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi pada
matapelajaran matematika, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas 4
terkait dengan pembelajaran matematika dan dokumentasi awal untuk
mendapatkan data hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan permasalahan yaitu
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang masih rendah. Hal yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa yaitu model yang digunakan guru
belum tepat sehingga siswa pasif saat pembelajaran. Selain itu, guru juga belum
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran sehingga siswa kurang
memahami materi pelajaran matematika.
Hasil belajar siswa yang masih rendah ditunjukkan pada perolehan hasil
belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika yaitu ≥ 65. Data hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika yang diperoleh dari nilai Ulangan Tengah
Semester (UAS) pada semester I tahun pjaran 2015/2016 dapat dilihat pada Tabel
4.1. Sebagai berikut:

36
37

Tabel 4.1
Rentang Nilai prasiklus Mata Pelajaran matematika
Siswa Kelas 4 SD Negeri Dukuh 03 Salatiga
Siklus I
No Nilai
Jumlah siswa Persentase (%)
1 ≥75 1 4
2 68 - 74 4 15
3 61 - 66 6 23
4 54 - 60 5 19
5 47 - 53 3 12
6 40- 46 7 27
Jumlah 26 100
NilaiTertinggi 75
NilaiTerendah 40
Rata-rata 57
Sumber. Data primer
Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran matematika
pada kondisi awal, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase,
perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam distribusi
frekuensi nilai pada kondisi awal, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam 6 rentang
nilai.
Pada rentang nilai ≥75, diperoleh oleh 1 siswa (4%), pada rentang 68 - 74,
juga diperoleh oleh 4 siswa (15%). Selanjutnya, terdapat 6 siswa (23%) yang
memperoleh nilai pada rentang 61 - 66. Pada rentang nilai 54 – 60 diperoleh oleh
5 siswa (19 %), Pada rentang nilai 47–53 diperoleh oleh 3 siswa (12%),
Sedangkan pada rentang nilai 40- 46 diperoleh oleh 7 siswa (15%).
Pada kondisi awal, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 57 dengan
nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 40.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥65) maka dapat
dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas.
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam
Tabel 4.2. Sebagai berikut:
38

Tabel 4. 2
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri Dukuh 03
Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 Pra Siklus
Skor Kriteria Hasil Frekuensi Prosentase
Belajar
 65 Tidak Tuntas 15 58%
≥ 65 Tuntas 11 42%
Jumlah 26 100%
NilaiTertinggi 75
NilaiTerendah 40
Rata-rata 57
Sumber. Data primer
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang tuntas
sebanyak 11 siswa (42%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 15 siswa (58%).
Jumlah keseluruhan siswa 26 dengan nilai rata-rata 57 nilai tertinggi 75 dan
nilai terendah 40 Berdasarkan tabel 4.2 dapat sajikan secara rinci persentase hasil
belajar siswa prasiklus pada Gambar 4.1. Sebagai berikut:
Gambar 4. 1
Diagram batang Distribusi Frekuensi Hasil Belajar matematika Berdasarkan
Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03 Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016 Prasiklus

Pra Siklus
58%

60%
42%
50% Tuntas
40%
30% Belum Tuntas
20%
10%
0%
Tuntas Belum Tuntas

Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak


lanjuti melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini telah
disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan Pedekatan RME yang
dilaksanakan dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan).
39

4.2.2. Hasil Penelitian Siklus I


Perencanaan
Sebelum dilakukan tindakan, maka hal-hal yang direncanakan adalah
sebagai berikut:
1. Memilih dan memutuskan pendekatan pembelajaran yang perlu untuk
digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih
pendekatan RME sebagai pendekatan pembelajaran.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun alat
peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk
digunakan dalam pembelajaran matematika.
3. Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai pendekatan yang
dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran, maupun lembar obervasi pembelajaran, termasuk
menyepakati tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing-
masing siklus akan dilakukan dalam 2 pertemuan.
4. Setelah mendapatkan persetujuan dengan guru kelas, dilakukan revisi dan
mengecek kembali kelengkapan-kelengkapan baik RPP, media maupun
alata peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam tindakan
nanti.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Dalam siklus I dibuat 2 pertemuan, implementasi pembelajaran dalam
pertemuan pertama mata pelajaran matematika dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 29 April 2016 selama 2 x 35 menit dengan 6.3. Menjumlahkan pecahan,
yang telah di rancang dan di susun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat langkah pembelajaran, yaitu
prakegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, dalam pertemuan
pertama siklus 1 materi yang akan dibahas adalah mengenai penjumlahan pecahan
biasa berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama.
Pada pra kegiatan, guru mengoordinasi kelas dan menyiapkan alat peraga
atau media seperti buah jeruk yang akan digunakan dalam pembelajaran. Pada
kegiatan awal, siswa mengucapkan salam kepada guru dan guru menyampaikan
40

apersepsi, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa, Guru mengecek


kehadiran siswa dengan mengabsen siswa satu per satu, setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran model RME (Realistic Mathematics
Education) dan, memberi motivasi, menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti
pelajaran.
Pada kegiatan inti Selanjutnya, Guru memnghubungkan isi apersepsi
dengan materi pembelajaran, kemudian menjelaskan materi yang akan dipelajari,
menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan buah jeruk, dan membagi buah
jeruk tersebut menjadi beberapa baigian untuk membuka pengetahuan awal siswa,
setelah itu guru kemudian membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri
dari 3-4 siswa, dan membagikan LKS yang berisi tentang permasalahan yang
harus dipecahkan oleh siswa menggunakan buah jeruk. Buah jeruk yang
digunakan siswa dalam memecahkan masalah tersebut adalah sebagai media yang
menunjukan pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education), dimana
siswa diajarkan menggunakan media yang real atau nyata dengan kehidupan
siswa, setelah itu setiap kelompok di beri kesempatan untuk berdiskusi dan
mencoba menemukan jawaban dari LKS yang telah dibagikan dengan cara
mereka sendiri, dalam diskusi kelompok ini siswa mencari jawaban dari LKS
yang sudah dibagikan dengan membelah buah jeruk tersebut untuk menemukan
jawaban dari LKS yang mereka diskusikan, setelah siswa selesai berdiskusi guru
meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
sementara kelompok lain memberi tanggapan atas hasil presentasi kelopok yang
didepan, setelah siswa diberi kesempatan untuk menggapi hasil kerja kelompok
temannya selanjutnya guru memberi tanggapan terhadap hasil kerja kelompok
siswa maupun tanggapan siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya atas hal-hal yang belum mereka pahami dan menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada kegiatan penutup, siswa dibimbing untuk merefleksikan pelaksanaan
pembelajaran yang sudah dilakukan, terdapat 2 sampai 4 siswa yang sudah berani
menyampaikan pendapatnya, sedangkan siswa yang lain belum berani
menyampaikan pendapatnya. Guru memberi penegasan atas pembelajaran yang
41

sudah dilakukan dengan cara menjelaskan kembali konsep mengenai penjumlahan


pecahan, kemudian siswa diberi post tes untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan pecahan.
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan 1 berlangsung, dilakukan
pengamatan oleh 1 observer. Observer disini adalah mengamati proses
pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi indikator –
indikator untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I, pada pertemuan ke 2 dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 30 April 2016 selama 2 x 35 menit, dengan materi
operasi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama.
Pada pra kegiatan, guru mengoordinasi kelas dan menyiapkan alat peraga atau
media yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu buah melon. Dalam
pertemuan kedua siklus 1 materi yang akan dibahas adalah pengurangan pecahan
biasa berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama.
Pada kegiatan awal, siswa mengucapkan salam kepada guru dan guru
menyampaikan apersepsi, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa, Guru
mengecek kehadiran siswa dengan mengabsen siswa satu per satu, setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) dan,
memberi motivasi, menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran.
Pada kegiatan inti Selanjutnya, guru memnghubungkan isi apersepsi
dengan materi pembelajaran dan memberi pertanyaan pada siswa untuk mengingat
kembali pelajaran pertemuan yang lalu, selanjutnya guru menjelaskan materi yang
akan dipelajari, menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan buah melon,
kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4
siswa, dan membagikan buah melon yang sudah dipotong menjadi beberapa
bagian kepada kelompok yang sudah dibentuk dan LKS yang berisi tentang
permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa menggunakan buah melon
tersebut. Penggunaan buah melon sebagai media dalam pertemuan ke-2 ini adalah
untuk menunjukkan kegiatan pembelajaran RME (Realistic Mathematics
42

Education), dimana siswa diajarkan dengan hal-hal yang real atau nyata. dalam
diskusi kelompok ini siswa mencari jawaban dari LKS yang sudah dibagikan
dengan memotong irisan melon yang sudah dibagikan untuk menemukan jawaban
dari LKS yang mereka diskusikan. Setelah berdiskusi guru meminta salah satu
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sementara kelompok
lain memberi tanggapan atas hasil presentasi kelopok yang didepan, setelah siswa
diberi kesempatan untuk menggapi hasil kerja kelompok temannya selanjutnya
guru memberi tanggapan terhadap hasil kerja kelompok siswa maupun tanggapan
siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atas hal-hal
yang belum mereka pahami dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
Pada kegiatan penutup, siswa dibimbing untuk merefleksikan pelaksanaan
pembelajaran yang sudah dilakukan, terdapat 6 sampai 9 siswa yang sudah berani
menyampaikan pendapatnya, sedangkan siswa yang lain belum berani
menyampaikan pendapatnya. Guru memberi penegasan atas pembelajaran yang
sudah dilakukan dengan cara menjelaskan kembali konsep mengenai penjumlahan
dan pengurangan pecahan biasa dengan biasa berpenyebut sama, kemudian siswa
diberi post tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
penjumlahan pecahan.
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan 2 berlangsung, dilakukan pengamatan
oleh 1 observer. Observer disini adalah mengamati proses pembelajaran dari awal
sampai akhir pembelajaran, dengan mengisi lembar observasi yang telah
disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi indikator – indikator untuk
mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 maka tahap
selanjutnya adalah menganalisis hasil belajar matematika siswa siklus I dan hasil
observasi dari lembar observasi guru pada lampiran 3, dan lembar observasi
siswa yang disajikan pada lampiran 4. Skor tes diperoleh dari kegiatan evaluasi
akhir pembelajaran pada pertemuan 1,2 siklus I.
43

Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I


Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor yang
diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Setelah kegiatan
pembelajaran siklus I dilaksanakan, selanjutnya guru melakukan kegiatan evaluasi
hasil belajar yang disajikan dalam Tabel 4.3. Sebagai berikut:
Tabel:4.3
Rentang Nilai Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan
Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03 Salatiga Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I
Siklus I
No Nilai
Jumlah siswa Persentase (%)
1 ≥80 1 4
2 74 - 79 1 4
3 68 - 73 15 57
4 62 - 67 1 4
5 56 - 61 5 19
6 50 - 55 3 12
Jumlah 26 100
NilaiTertinggi 80
NilaiTerendah 50
Rata-rata 67
Sumber. Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.3 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran matematika
pada siklus 1, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase dan
juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam
distribusi frekuensi nilai pada siklus 1, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam 6
rentang nilai.
Terdapat 1 siswa (4 %) yang memperoleh nilai pada rentang ≥80, pada
rentang 74 - 79 juga diperoleh oleh 1 siswa (4 %). Selanjutnya , terdapat 15 siswa
(57%) yang memperoleh nilai pada rentang 68 - 73. Pada rentang nilai 62 - 67
diperoleh oleh 1 siswa (4%) dan 5 siswa (19%) yang memperoleh nilai pada
rentang 56 – 61, sedangkan pada rentang 50 – 55 diperoleh oleh 3 siswa (12 %).
Pada siklus 1, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 67 dengan nilai
tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
≥65) maka dapat dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas
44

dan belum tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat
disajikan dalam Tabel 4.4. Sebagai berikut:
Tabel : 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan
Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03 Salatiga Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I
Siklus I
No Nilai Keterangan
Jumlah siswa Persentase (%)
1 ≤ 65 8 31 Belum Tuntas
2 ≥ 65 18 69 Tuntas
Jumlah 26 100
NilaiTertinggi 80
NilaiTerendah 50
Rata-rata 67
Sumber. Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 analisis ketuntasan belajar siklus 1, maka dapat
dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 18 siswa (69%). Sedangkan
untuk siswa yang belum tuntas adalah 8 siswa (31%). Ketutasan belajar siswa
siklus I disajikan dalam Gambar 4.2. Sebagai berikut:
Gambar 4. 2
Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I

Siklus I
69%
80%
60%
31%
40%
20% Tuntas
0% Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas

Gambar 4.2, menunjukkan bahwa hasil belajar matematika pada siklus I


berdasarkan ketuntasan siswa kelas 4, mencapai 18 siswa (69%) tuntas dari 26
siswa, dan masih terdapat 8 siswa (31% ) tidak tuntas dalam belajar matematika
dengan KKM yang ditentukan adalah ≥ 65.
45

Refleksi Siklus I
Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran siklus 1 dari pertemuan
pertama dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan
pembelajaran di siklus 1. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan dengan
membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator
aktivitas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. pada pertemuan
pertama dan kedua, dapat dianalisis bahwa masih terdapat beberapa langkah
pembelajaran yang belum nampak dilakukan oleh guru dan siswa.
Namun secara umum pembelajaran sudah berjalan baik sesuai dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajara
(RPP). Dari diskusi yang dilakukan, dapat diketahui manfaat dari pelaksanaan
pembelajaran bagi guru dan siswa. Guru dapat memperoleh pengalaman dan
wawasan baru dalam pembelajaran, guru merasa lebih mudah menyampaikan
materi khususnya dengan menggunakan media yang real karena siswa bisa belajar
langsung tentang materi yang dipelajari dan pembelajaran dapat berjalan lebih
efektif.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) pada pelaksanaan tindakan siklus 1
terdapat 18 siswa yang tuntas atau ketuntasan klasikal mencapai 67%. Aritnya
naik 7 siswa dari sebelum tindakan, namun kenaikan tersebut belum memenuhi
indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 80%. Berdasarkan hasil
analisis, masih terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). sehingga perlu adanya tindak lanjut dan
perbaikan siklus I ke Siklus 2.
4.2.3 Hasil Penelitian Siklus 2
Pertemuan pertama dilakukan pada hari rabu tanggal 4 mei 2016, Pada
subbab siklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada Siklus 2 dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama 2 x 35
menit.
46

Perencanaan
Perencanaan tindakan pada Siklus 2 dilakukan sebagai perbaikan dari
tindakan siklus I yang masih belum berhasil. Perbaikan dilakukan setelah melihat
hasil dari refleksi dan analisis hasil belajar matematika siswa pada siklus I. Tujuan
diadakannya perbaikan pada Siklus 2 ini adalah untuk menyempurnakan
pembelajaran pada siklus I agar tercapai hasil belajar yang optimal dan memenuhi
KKM yang telah ditentukan.
Sebelum dilakukan tindakan, maka hal-hal yang direncanakan adalah
sebagai berikut:
5. Memilih dan memutuskan pendekatan pembelajaran yang perlu untuk
digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih
pendekatan RME sebagai pendekatan pembelajaran.
6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun alat
peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk
digunakan dalam pembelajaran matematika.
7. Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai pendekatan yang
dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran, maupun lembar obervasi pembelajaran, termasuk
menyepakati tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing-
masing siklus akan dilakukan dalam 2 pertemuan.
8. Setelah mendapatkan persetujuan dengan guru kelas, dilakukan revisi dan
mengecek kembali kelengkapan-kelengkapan baik RPP, media maupun
alata peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam tindakan
nanti.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Dalam Siklus 2 dibuat 2 pertemuan, implementasi pembelajaran dalam
pertemuan pertama mata pelajaran matematika dilaksanakan pada hari rabu
tanggal 4 mei 2016, selama 2 x 35 menit dengan Kompetensi Dasar 6.5
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan, yang telah di rancang dan di
susun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan pembelajaran
terdiri dari empat langkah pembelajaran, yaitu prakegiatan, kegiatan awal,
47

kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pra kegiatan, guru mengoordinasi kelas dan
menyiapkan alat peraga atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran
yaitu roti yang akan digunakan dalam pertemuan pertama siklus 2, materi yang
akan dibahas di pertemuan pertama adalah penjumlahan pecahan yang melibatkan
masalah sehari-hari.
Pada kegiatan awal, siswa mengucapkan salam kepada guru dan guru
menyampaikan apersepsi (“Siapa yang pernah melihat ibu memotong kue?”),
kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa, Guru mengecek kehadiran siswa
dengan mengabsen siswa satu per satu, setelah itu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan model RME (Realistic Mathematics Education) dan,
memberi motivasi, menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran.
Pada kegiatan inti, Guru memnghubungkan isi apersepsi dengan materi
pembelajaran , kemudian menjelaskan materi yang akan dipelajari, selanjutnya
guru menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan roti, setelah itu siswa
dibentuk kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa, dan guru
membagikan LKS yang berisi tentang permasalahan realistic yang harus
dipecahkan oleh siswa menggunakan roti yang sudah disediakan. Penggunaan roti
sebagai media dalam pertemuan ini adalah untuk menunjukan pembelajaran RME
(Realistic Mathematics Education), dimana siswa diajarkan dengan menggunakan
media yang real atau nyata bagi kehidupan siswa. Kemudian diberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk
menyelesaikan tugas LKS yang sudah dibagikan dengan cara mereka sendiri.
dalam diskusi kelompok ini siswa mencari jawaban dari LKS yang sudah
dibagikan dengan memotong roti tersebut untuk menemukan jawaban dari LKS
yang mereka diskusikan Selanjutnya, guru meminta salah kelompok yang sudah
selesai untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sementara kelompok
lain memberi tanggapan atas hasil presentasi kelopok yang didepan, setelah siswa
diberi kesempatan untuk menggapi hasil kerja kelompok temannya selanjutnya
guru memberi tanggapan terhadap hasil kerja kelompok siswa maupun tanggapan
siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atas hal-hal
48

yang belum mereka pahami dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.

Pada kegiatan penutup, siswa dibimbing untuk merefleksikan pelaksanaan


yang sudah dilakukan, sudah terlihat hampir semua siswa mau dan ikut
berartisipasi dalam melakukan refleksikan mengenai materi yang sudah dipelajari.
walaupun masih terdapat siswa yang hanya diam dan masih malu untuk
menyampaikan pendapatnya.
Selanjutnya guru memberi penegasan atas pembelajaran yang sudah
dilakukan dengan cara menjelaskan kembali konsep mengenai penjumlahan
pecahan yang berkaitan dengan masalah sehari-hari, kemudian siswa diberi post
tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
penjumlahan pecahan.
Pada saat pembelajaran Siklus 2 pertemuan 1 berlangsung, dilakukan
pengamatan oleh 1 observer. Observer disini adalah mengamati proses
pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi indikator –
indikator untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I, pada pertemuan ke 2 dilaksanakan


pada hari rabu tanggal 4 mei 2016, selama 2 x 35 menit, dengan materi
pengurangan pecahan yang berkaitan dengan masalah sehari-hari.
Pada saat pra kegiatan dilakukan, guru mengoordinasi kelas terlebih
dahulu dan menyiapkan alat peraga atau media yang akan digunakan dalam
pembelajaran yaitu kertas karton yang sudah dibentuk gambar bangun datar.
Pada saat kegiatan awal dilakukan, siswa mengucapkan salam kepada guru
dan guru menyampaikan apersepsi (“menanyakan pembelajaran yang lalu
mengenai penjumlahan pecahan yang berkaitan dengan masalah sehari-hari!”),
kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa, Guru mengecek kehadiran siswa
dengan mengabsen siswa satu per satu, setelah itu guru menyampaikan tujuan
49

pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education),dan, memberi motivasi,


menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran.
Pada kegiatan inti Selanjutnya, guru memnghubungkan isi apersepsi dengan
materi pembelajaran dan memberi pertanyaan pada siswa untuk mengingat
kembali pelajaran pertemuan yang lalu, selanjutnya guru menjelaskan materi yang
akan dipelajari dan melibatkan siswa secara aktif untuk setiap pembelajaran, guru
membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa, dan
membagikan gambar bagun datar yang sudah disediakan kepada setiap kelompok
yang sudah dibentuk dan LKS yang berisi tentang permasalahan yang harus
dipecahkan oleh siswa menggunakan gambar bangun datar tersebut. Penggunaan
gambar bangun datar sebagai media dalam pertemua ke-2 pada siklus 2 ini adalah
untuk menunjukan langkah-langkah pembelajaran RME (Realistic Mathematics
Education), dimana siswa diajarkan menggunakan media yang real atau nyata
bagi kehidupan siswa. Selanjutnya siswa diberi kesempatan unduk berdiskusi
dengan kelompoknya, dalam diskusi kelompok ini siswa mencari jawaban dari
LKS yang sudah dibagikan dengan memotong gambar geometri tersebut untuk
menemukan jawaban dari LKS yang mereka diskusikan. Setelah siswa selesai
berdiskusi, selanjutnya guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sementara kelompok lain memberi
tanggapan atas hasil presentasi kelompok yang didepan, setelah siswa diberi
kesempatan untuk menanggapi hasil kerja kelompok temannya selanjutnya guru
memberi tanggapan dan pembenaran konsep atas jawaban siswa maupun hasil
kerja kelompok siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya atas hal-hal yang belum mereka pahami dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada kegiatan penutup, siswa dibimbing untuk merefleksikan pelaksanaan
pembelajaran yang sudah dilakukan, sudah terlihat semua siswa sudah berani
memberi tanggapan dan mau ikut serta dalam melakukan refleksi pelaksanaan
pembelajaran, bahkan suasana dikelas sudah lebih aktif dari pertemuan
sebelumnya. Diakhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi Siklus 2 kepada
siswa, siswa kemudian mengerjakan soal dengan tenang tetap diawasi oleh guru.
50

post tes diberikan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi penjumlahan pecahan.
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan 2 berlangsung, dilakukan
pengamatan oleh 1 observer. Observer disini adalah mengamati proses
pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi indikator –
indikator untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Setelah melakukan pelaksanaan dan observasi pembelajaran Siklus 2,
Tahapan selanjutnya adalah menganalisis hasil belajar matematika siswa dan hasil
observasi dari lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa pada lampiran 5
dan 6. Skor tes diperoleh dari kegiatan evaluasi akhir pembelajaran pada
pertemuan 1,2 Siklus 2 yang mengukur kegiatan 1. menentukan pecahan-pecahan
yang senilai dari suatu pecahan dengan benar, 3. menyederhanakan pecahan
dengan tepat, 4. menyatakan pecahan sebagai pembagian dengan tepat.
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Hasil belajar siswa pada Siklus 2 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor yang
diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis hasil
belajar siswa secara rinci disajikan dalam Tabel 4.5. Sebagai berikut:
Tabel : 4.5
Rentang Nilai Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan
Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03 Salatiga Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2
Siklus 2
No Nilai
Jumlah siswa Persentase (%)
1 87 - 93 1 4
2 78 - 84 7 27
3 69 - 75 14 54
4 60 - 66 4 15
Jumlah 26 100
NilaiTertinggi 90
NilaiTerendah 60
Rata-rata 74
Sumber. Data Primer
51

Berdasarkan Tabel 4.5 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran matematika


pada Siklus 2, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase dan
juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Terdapat 1
siswa (4%) yang memperoleh nilai pada rentang 87 - 93, pada rentang 78 – 84
juga diperoleh oleh 3 siswa (27%).
Selanjutnya , terdapat 14 siswa (54%) yang memperoleh nilai pada rentang
69 - 75. Pada rentang nilai 60 – 66 diperoleh oleh 4 (14%) siswa . Pada Siklus 2,
nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 74 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai
terendah 60.
Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥75) maka dapat dialakukan
analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas. Analisis
ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus 2 dapat disajikan dalam Tabel 4.6.
Sebagai berikut:
Tabel: 4.6
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Berdasarkan
Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03 Salatiga
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2
Siklus 2
No Nilai Keterangan
Jumlah siswa Persentase (%)
1 ≤ 65 3 12% Belum Tuntas
2 ≥ 65 23 88% Tuntas
Jumlah 26 100%
NilaiTertinggi 90
NilaiTerendah 60
Rata-rata 74
Sumber. Data Primer
Berdasarkan tabel 4.6 analisis ketuntasan belajar Siklus 2, maka dapat
dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai 88% artinya ketuntasan
siswa telah lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). Ketutasan belajar
disajikan dalam diagram batang pada Gambar 4.3. Sebagai berikut:
52

Gambar : 4.3
Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2

Siklus II
88%
100%

80%
60%
Tuntas
40%
12% Tidak Tuntas
20%
0%
Tuntas
Tidak Tuntas

Refleksi Siklus 2
Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran Siklus 2 dari pertemuan
pertama dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan
pembelajaran di Siklus 2. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan. Pada
pertemuan pertama, masih terdapat beberapa siswa yang bergurau dengan teman
saat diskusi kelompok. Namun pada pertemuan kedua, kekurangan tersebut sudah
tidak nampak lagi dan pembelajaran sudah dapat terlaksana dengan sangat baik.
Berdasarkan hasil refleksi diketahui bahwa peneliti sudah dapat menerapkan
model pembelajaran RME dengan baik. Hal ini nampak pada hasil evaluasi belajar
siswa yang mengami peningkatan yaitu, dari 18 siswa yang mencapai KKM pada
siklus 1 meningkat menjadi 23 siswa yang mencapai KKM pada siklus 2, dengan
presentase 88% .
Berdasarkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar yang telah ditentukan
oleh peneliti yaitu 80%, maka dapat dinyatakan bahwa indikator keberhasilan
telah tercapai karena presentase ketuntasan telah mencapai 88%.
4.3 Analisis Komparatif
Sebelum tindakan hasil belajar siswa SDN Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga pada mata pelajaran matematika masih rendah. Pembelajaran yang
53

cenderung terpusat pada guru yang menyebabkan siswa menjadi pasif dalam
mengikuti pembelajaran. Sebelum dilakukan tindakan masih terdapat 15 anak
yang belum mencapai KKM yang di tentukan guru yaitu 65.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I ada 8 anak yang masih belum
tercapai. Setelah melakukan refleksi dilakukan perbaikan pada pembelajaran
Siklus 2. Pada Siklus 2 ada 3 anak yang masih belum tercapai KKM.
Perbandingan ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Sebagai berikut:

Tabel : 4.7
Distribusi Frekuensi perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03 Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016 Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Pra siklus Siklus I Siklus 2
Ketuntasan f % f % f %
Tidak Tuntas 15 58% 8 31% 3 12%
Tuntas 11 42% 18 69% 23 88%
Jumlah 26 100% 26 100% 26 100%
NilaiTertinggi 75 80 90
NilaiTerendah 40 50 60
Rata-rata 57 67 74
Sumber. Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar
siswa dari pra siklus sampai ke Siklus 2 mengalami peningkatan. Pada pra siklus
siswa yang tuntas belajar adalah 11 siswa (42%), pada siklus I menjadi 18 siswa
(69%) dan pada Siklus 2 menjadi 23 siswa (88%). Sedangkan siswa yang belum
tuntas jumlahnya menurun.
Pada saat pra siklus terdapat 15 siswa (58%) belum tuntas, pada Siklus I
masih 8 siswa (31%) yang belum tuntas dan pada Siklus 2 masih 3 siswa (12%).
Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 75, siklus I meningkat
menjadi 80 dan pada Siklus 2 nilai tertinggi yaitu 90. Nilai terendah pra siklus 40,
siklus I 50 dan Siklus 2 nilai terendah 60.
Nilai rata-rata siswa dari pra siklus ke Siklus 1 dan ke siklus 2 juga
mengalami peningkatan dari pra siklus 57 menjadi 67, atau naik sebesar 10 dan
pada Siklus 2 menjadi 74 atau naik sebesar 7.
54

Perbandingan jumlah ketuntasan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata
rata belajar siswa Pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada Siklus
2. Adapun hasil belajar matematika dengan pendekatan RME telah mencapai
88% siswa tuntas dalam mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah guru.
kondisi tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 4.4. Sebagai berikut:
Gambar 4.4
Diagram Tabung Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 03 Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016 Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus 2.

Pra Siklus Siklus I Siklus II

74
67
57

23
18 15
11 8
3

Tuntas Tidak tuntas Nilai Rata-rata

4.4 Pembahasan
Perbaikan pada penelitian tindakan adalah peningkatan hasil belajar
matematika siswa kelas 4 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota
Salatiga melalui penerapan pendekatan RME. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas tindakan melalui pendekatan RME, baik yang
dilakukan siswa maupun yang dilakukan oleh guru dari siklus I ke Siklus 2.
Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di atas kategori
ketuntasan minimal (KKM 65) atau dikatakan tuntas adalah 11 siswa (42%)
kemudian meningkat pada siklus I menjadi 18 siswa (69%) sehingga meningkat
menjadi 7 siswa (27%).
Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah kategori
ketuntasan minimal (KKM 65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 15 siswa (58%)
kemudian menurun pada Siklus I menjadi 8 siswa (31%). Pada Siklus I siswa
55

tuntas belajar adalah 18 siswa (69%) lebih rendah dari indikator keberhasilan
yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar.
Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai siklus I dan Siklus 2.
Pada siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat
disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik
terutama pada kegiatan penyelesaian soal penjumplahan dan pengurangan
pecahan secara kelompok juga kurangnya partisipasi siswa dalam berdiskusi.
Pada siklus I saat diskusi kelompok, kerjasama dalam kelompok kurang
terjalin dengan baik karena masih terdapat anggota kelompok yang pasif dan ada
pula anak yang cenderung bekerja sendiri. Pada Siklus 2 meningkat sebesar 5
siswa (19%) dari siklus I, sehingga menjadi 23 siswa (88%). Pada siklus I
diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah kategori ketuntasan minimal (KKM
65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 8 siswa (31%) kemudian menurun pada
Siklus 2 sebesar 5 siswa sehingga menjadi 3 siswa (12%).
Pada Siklus 2 siswa tuntas belajar adalah 23 siswa (88%) lebih tinggi dari
indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Pada
Siklus 2 hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan
yaitu 80%. Dengan demikian melalui penerapan pendekatan RME dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi hasil pada Siklus 2 menunjukkan masih
terdapat 3 siswa yang belum tuntas.
Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika
pembelajaran maka dapat diketahui bahwa tiga siswa tersebut dalam pembelajaran
sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam menyerap materi
pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya.
Selain meningkatkan ketuntasan belajar, pendekatan RME dalam
pembelajaran matematika khususnya materi pecahan, juga meningkatkan kinerja
guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I, kinerja guru masuk dalam kategori cukup
baik. Setelah dilaksanakan perbaikan pada Siklus 2, kinerja guru meningkat
menjadi baik sekali.
56

Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada Siklus 2, aktivitas siswa


dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan RME, masuk dalam kategori
baik sekali. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
Laila, Alfi. 2015. Pembelajaran Realistics Mathematics Education (RME) untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII-B SMP Al Huda
Kota Kediri.
Persentase hasil tes observasi aktivitas guru meningkat sebesar 87,94% pada
siklus I menjadi 98,28% pada Siklus 2. Nugraheni, Ari (2011) Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan
Realistic Mathematic Education ( RME ) Pada Siswa Kelas V Sd N I Pucung
Tahun Ajaran 2010/2011.
Prosentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan dari 54,54% pada
siklus I menjadi 72,73% pada Siklus 2. Riyadi, Agung (2011) Meningkatkan
Hasil belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics
Education pada Siswa Kelas IV SD Negri I Gunungggajah Kec.Bayat Kab. Klaten
Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil belajar siswa meningkat dari 22% pada siklus I
menjadi 87% pada Siklus 2 Baiq Apriani. (2010) Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika melalui Penerapan Realistic Matematic education (RME) Di
Kelas IIv SDN 3 Rarang Tahun Pelajaran 2009/2010.
Dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar Matematika siswa, hasil
observasi penelitian pada siklus I meningkat dari 40% menjadi 85% pada Siklus
2. Disimpulkan bahwa penelitian melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran matematika tentang materi
pecahan. Terbukti bahwa dengan menerapkan pendekatan RME dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara individu.
Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga
mendukung pernyataan teoritis tentang pendekatan RME oleh Suyitno, (2006:36)
mengatakan Realistic Mathematics Education (RME) merupakan model
pembelajaran matematika di sekolah yang bertitik tolak dari hal-hal yang real
bagi kehidupan siswa sedangkan Zainuri, (2007) juga mengatakan matematika
Realistik yang dimaksud dalam hal ini adalah matematika sekolah yang
57

dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik


awal pembelajaran.
Dengan menerapkan sintaks pendekatan RME dengan tepat, dan dengan
memperhatikan karakateristik siswa, kemudian dibagi tugas dan peran siswa
sebagai tim asal dan tim ahli sekaligus penyelesai atas masalah yang ditemukan
dalam gagasan itu, ternyata pendekatan RME ini mampu meningkatkan
ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajararn matematika, materi pecahan
pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 03 Kecamatan sidomukti Kota Salatiga, Semester
II Tahun Pelajaran 2015/2016.
4.4.1 Implikasi Teoritis
1. Setelah membandingkan pada teori-teori penerapan pendekatan RME
penelitian ini didapatkan hasil yang sepaham. Kegiatan pembelajaran yang
dirancang sesuai dengan standar proses maka didapatkan hasil bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Langkah-
langkah pendekatan RME dapat melibatkan secara aktif, membangun
pemahaman siswa, rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika
kelas 4 dengan pokok bahasan penjumplahan dan pengurangan pecahan.
2. Pendekatan RME terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas
4 SDN Dukuh 03 pada pokok bahasan penjumplahan dan pengurangan
pecahan.
4.4.2 Implikasi Praktis
Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan RME dapat digunakan untuk
meningkatkan semangat belajar siswa dengan belajar kelompok sehingga kegiatan
pembelajaran menjadi menyenagkan. Semua ini tidak terlepas dari guru sebagai
fasilitator yang memberikan motivasi, bimbingan dalam kegiatan diskusi
kelompok. Pendekatan RME dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang
dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika.

Anda mungkin juga menyukai