Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN

Tentang:

WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Dosen Pengampu:

Triyono, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Mutiya Fadhila Alif (18050058)

Rija Tasya Salsabila (18050064)

Synta Wahyuna (18050081)

Hamidah Hamid (18050085)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP PGRI) SUMATERA BARAT

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Wawasan
Bimbingan dan Konseling” ini dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada bapak Triyono, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan tugas dan
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan mengenai wawasan bimbingan dan konseling.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap kritik
maupun saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini. Semoga makalah
ini dapat dipahami dan berguna bagi kami sendiri dan juga para pembaca. Sekian
dan terima kasih.

Padang, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

A.Latar Belakang.....................................................................................................

B.Tujuan…………...……………………………………………………................

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..

1.Pengertian Bimbingan dan Konseling……………………………………………

2.Latar Belakang Bimbingan dan konseling………………………..……..…........

3.Tujuan Bimbingan dan Konseling ………………………………..……..….......

4.Fungsi Bimbingan dan Konseling.….……………………………..……..….....

5.Prinsip Bimbingan dan Konseling……………………………………………...

6.Azas-azas Bimbingan dan Konseling…………………………………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..

A.Kesimpulan……………………………………………………………..............

B.Saran…………….………………………………………………..……..….......
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan proses belajar mengajar secara keseluruhan. Kegiatan
bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan oleh guru
pembimbing bersama siswa untuk mencapai kemandirian dalam keseluruhan
proses kehidupan, baik sebagai individu, anggota kelompok, keluarga atau
masyarakat pada umumnya.

B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini, bertujuan untuk :
1. Mahasiswa mengetahui Pengertian Bimbingan dan Konseling
2. Mahasiswa mengetahui Latar Belakang Bimbingan dan konseling
3. Mahasiswa mengetahui Tujuan Bimbingan dan Konseling
4. Mahasiswa mengetahui Fungsi Bimbingan dan Konseling
5. Mahasiswa mengetahui Prinsip Bimbingan dan Konseling
6. Mahasiswa mengetahui Azas-azas Bimbingan dan Konseling
BAB II

PEMBAHASAN

Wawasan Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan Konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan
konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1996:3) menemukan bahwa
guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or
steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).
Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang
lebih baik.
Menurut Bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, agar
individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada
prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,
menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling
adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau
masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh
konseli/klien.

1. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru merupakan salah satu
pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai
pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk
memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan
konseling di sekolah.
Program bimbingan dan konseling sangat perlu diterapkan di lingkungan
sekolah. Adapun yang melatarbelakangi program bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut:
a. Latar Belakang Sosio-Kultural
Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan
dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri,
informasi dan sebagainya. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh peserta didik misalnya, pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, minum-
minuman keras, penyalahgunaan narkoba, menonton video porno dll.
Tanggung jawab sekolah ialah membantu para siswa baik sebagai pribadi
maupun sebagai calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan
siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan
berbagai masalah yang dihadapinya.
b. Latar Belakang Pendidikan
Sekolah sebagai suatu lembaga yang bersifat formal dan mempunyai peranan
yang amat penting dalam usaha mendewasakan peserta didik sebagai anggota
masyarakat. Untuk itu, sekolah mempunyai beberapa bidang kegiatan yang salah
satunya adalah pendidikan. Sekolah merupakan tempat peserta didik berkumpul
untuk mendapatkan berbagai perlakuan dan ilmu pengetahuan dari tenaga
pendidik yang benar-benar telah memiliki kompetensi.
1) Bidang Pengajaran dan Kurikulum
Bidang ini bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pengajaran yang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sekaligus
membentuk sikap-sikap yang diperlukan sebagai salah satu anggota masyarakat.
Bidang ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru.
2) Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini berhubungan dengan masalah administrasi dan kepemimpinan
yaitu menyangkut bagaimana mengefisienkan pelaksanaan administrasi mencakup
perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas, personalia, perlengkapan
dan pengawasan. Bidang ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
3) Bidang Pembinaan Pribadi Siswa
Bidang ini mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan agar siswa
memperoleh kesejahteraan lahir dan batin dalam proses pendidikan yang sedang
ditempuhnya, sehingga siswa dapat mencapai tujuannya secara baik. Bidang ini
menjadi tanggung jawab guru pembimbing dan guru di sekolah.
c. Latar Belakang Psikologis
Latar belakang psikologis bimbingan dan konseling di sekolah menyangkut
masalah perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu dan
penyesuaian diri serta masalah belajar. Masalah psikologis siswa dapat berupa:
1) Masalah Perkembangan Individu
Individu siswa dalam masa perkembangan, karena itu sekolah merupakan
sarana untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam proses perkembangannya,
oleh karena itu sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan
tersebut, yaitu:
a) Hasil proses belajar tergantung pada tingkat kematangan yang telah
dicapai.
b) Tempo perkembangan berlangsung cepat pada tahun pertama.
c) Setiap individu memiliki tempo dan irama perkembangan masing-masing.
d) Pembawaaan dan lingkungan sama-sama berpengaruh.
e) Perkembangan dapat mengalami kemunduran dan dapat pula dipercepat
f) Perkembangan menuju kearah integrasi.
2) Masalah Perbedaan Individu
Individu yang satu dengan yang lainnya berbeda secara bawaan dan lingkungan.
Perbedaan pembawaan memungkinkan terbentuknya individu yang berbeda
meskipun lingkungannya sama. Namun begitu juga sebaliknya yaitu lingkungan
yang sama akan menghasilkan individu yang berbeda.
Di sekolah individu siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi yang
sama, akan tetapi hasilnya ada siswa yang cepat, lambat dan malas dalam belajar.
Kenyataan ini membutuhkan adanya pelayanan yang sesuai dengan perbedaan
individu yang ada di sekolah. Melalui kegiatan bimbingan perbedaan individu
memungkinkan untuk diperhatikan.
3) Masalah Penyesuaian Diri dan kelainan Tingkah Laku
Penyesuaian diri merupakan kelanjutan dari tercapainya kebutuhan individu,
bila individu dapat memahami kebutuhannya dan ditunjang oleh lingkungan maka
akan tercipta penyesuaian diri individu dan bila tidak tercapai individu akan
mengalami kelainan tingkah laku. Kegiatan bimbingan dan konseling dapat
melihat dan memahami kebutuhan individu sehingga tercipta penyesuaian diri
individu.
4) Masalah Belajar
Individu yang belajar dipengaruhi oleh factor yang ada dalam diri individu.
Factor dalam maupun factor luar individu dapat menimbulkan masalah belajar
bagi siswa. Salah satu tujuan kegiatan bimbingan adalah untuk memahami dan
mengatasi masalah belajar siswa.
Dari uraian terdahulu dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan bimbingan
dan konseling merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari proses
kegaiatan belajar mengajar, karena itu kegiatan bimbingan dan konseling dapat
menunjang proses belajar mengajar.

Dalam proses pendidikan di Sekolah, siswa sebagai subjek didik merupakan


pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu
yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan
dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik,
terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan lainnya. Individu
yang satu dengan yang lainnya mengalami tingkat perkembangan berbeda dalam
hal kecerdasan, serta keunikan masing-masing. Di samping itu, siswa sebagai
pelajar senantiasa terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar.

Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan bertanggung jawab dalam


memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan
konseling merupakan bantuan individu di dalam memperoleh penyesuaian diri
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan komponen pendidikan yg dapat membantu para siswa dalam proses
perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-
prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling

tujuan pelayanan bimbingan dan konseling yaitu berupaya membantu konseli


konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri
dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya;
(4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan


kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-
tugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang
ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya
serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-
kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri
dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala
potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli


agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-
sosial, belajar (akademik), dan karir.

a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial


konseli adalah:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah),
serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang
dianut.
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun
psikis.
5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang
lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
terhadap tugas atau kewajibannya.
9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim
dengan sesama manusia.
10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik


(belajar) adalah :
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan
memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang
dialaminya.
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua
pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian.
5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha
memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan
wawasan yang lebih luas.
6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
c. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang
terkait dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya,
dan sesuai dengan norma agama.
4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai
pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang
menjadi cita-cita karirnya masa depan.
5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan
minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir.
Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa
harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir
keguruan tersebut.
8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang
dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan
minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat
terhadap pekerjaan tersebut.
9) Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

4. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Fungsi Bimbingan dan Konseling Bila kita lihat kembali tujuan bimbingan
dan konseling di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan bimbingan dan
konseling adalah untuk mengoptimalkan setiap siswa sesuai dengan kemampuan
dan nilai-nilai yang dipunyai siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
bimbingan dan konseling menurut Prayitno (1994) juga berfungsi:

a. Fungsi Pemahaman

yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki


pemahaman terhadap dirinya (potensi) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Preventif

yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa


mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang menggunakan dirinya. Teknik yang dapat
digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah kejadian tingkah laku
yang tidak diharapkan, di antaranya: bahayanya minuman keras, merokok,
layanan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

c. Fungsi Pengembangan dan konseling

Sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa


berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar perkembangan konseli
memfasilitasi kondusif. Konselor yang dan personel Sekolah / Madrasah lainnya
secara sinergi sebagai merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli
mencapai tugas-tugas perkembangannya.

d. Fungsi Penyembuhan

Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan
erat dengan upaya pemberian bantuan konseli yang telah mengalami masalah,
baik terkait aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan pengajaran remedial.

e. Fungsi Penyaluran

yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih


kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-
ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja
sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

f. Fungsi Adaptasi

yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah /


Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
g. Fungsi penyesuaian

fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat


menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan lingkungannya secara dinamis.

h. Fungsi Perbaikan

yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga


dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan
yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka pada tindakan atau kehendak
yang produktif dan normatif.

i.Fungsi Fasilitasi

memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan


perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek
memberikan dalam diri konseli.

j.Fungsi Pemeliharaan

yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang
akan menyebabkan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui
program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan
minat klien. kondisi yang akan penurunan

5. Prinsip- Prinsip Bimbingan dan Konseling

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau


landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip- prinsip ini berasal dari konsep-
konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian di
pelayanan bantuan atau bimbingan, baik Sekolah/Madrasah maupun di luar
Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
a. Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi Semua Klien

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua klien maupun
yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat
preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih
diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). baik yang tidak
bermasalah.

b. Bimbingan dan konseling sebagai proses Individu

Setiap klien bersifat unik (berbeda satu sama lain), dan melalui bimbingan
konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan tersebut. Prinsip ini juga
berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli.

c. Bimbingan menekankan hal yang Positif

Dalam pemulihan masih ada klien yang memiliki persepsi yang negatif
terhadap, karena bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang
membawa aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan,
karena bimbingan merupakan cara pandangan yang positif terhadap diri sendiri.

d. Bimbingan dan Konseling merupakan Usaha Bersama

Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga
tugas guru-guru dan kepala Sekolah / Madrasah sesuai dengan tugas dan peran
masing-masing. Mereka bekerja sebagai kerja tim.

e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan


Konseling

Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan


dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai pengaruh untuk memberikan
informasi dan nasihat konseli, yang itu semua sangat penting untuk mengambil
keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuanya, dan bimbingan
memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan
menyempurnakan melalui pengambilan keputusan yang tepat.

f. Bimbingan dan Konseling Berlangsung dalam Berbagai Pengaturan (Adegan)


Kehidupan

Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah /


Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan / industri, lembaga-
lembaga pemerintah / swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan
bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu termasuk aspek pribadi, pendidikan,
dan pekerjaan.

6. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling

a. Azas Kerahasiaan

yaitu azas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap


data dan keterangan tentang klien yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal
ini guru pembimbing berkewajiban penuh pelayanan dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaan benar-benar terjamin.

b. Azas Kesukarelaan

yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien mengikuti / menjalani


pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya.

c. Azas Keterbukaan,

yaitu menghendaki agar klien yang menjadi sasaran pelayanan / kegiatan


yang bersifat terbuka tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi
dari luar bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing azas
bimbingan dan konseling yang dan tidak berguna berkewajiban mengembangkan.
d. Azas Kegiatan,

yaitu menghendaki agar klien yang menjadi sasaran penilaian secara


pelayanan berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan pelayanan /
kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing mendorong klien untuk
aktif dalam setiap pelayanan / kegiatan bimbingan dan konseling yang
diperuntukan

e. Azas Kemandirian

yaitu azas bimbingan dan klien yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan
dan konseling, yakni: klien sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi klien yang mandiri dengan ciri- ciri mengenal dan menerima
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, serta mewujudkan
diri sendiri.

f. Azas Kekinian,

yaitu menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling


ialah permasalahan konseli klien dalam kondisinya sekarang.

g. Azas Kedinamisan,

yaitu menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan klien yang
sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu.

h. Azas Keterpaduan,

yaitu menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan


konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu.

i. Azas Keharmonisan,
yaitu menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling berdasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, dan kebiasaan yang dapat dilakukan.

j. Azas Keahlian,

yaitu menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling


diselenggarakan atas dasar kaidah- kaidah profesional.

k. Azas Alih Tangan Kasus,

yaitu azas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak


yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntasatas suatu permasalahan konseli mengalihtangankan permasalahan
itu kepada pihak yang lebih ahli.

l. Azas Tut Wuri Handayani

yaitu azas yang menunjukkan pada suasana umum yang tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan guru pembimbing dengan siswa, asa ini menuntut agar
kegiatan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan sewaktu pengalaman
masalah saja, namun diluar hubungan hubungan bimbingan dan konseling
hendakya kegiatan ini dirasakan manfaatnya oleh seluruh personel sekolah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bimbingan dan Konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan
konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya
terkandung beberapa makna. bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman
tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun
rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling
adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau
masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh
konseli/klien.

B. SARAN

Melalui makalah ini, penulis memberi saran kepada pembaca agar


menjadikan motivasi setiap pembuatan makalah yang lebih baik lagi. Maka dari
itu saya menghimbau teman-teman untuk terus berlatih dan mengembangkan
penelitian terhadap materi. Pada pembuat tugas makalah, jangan pernah patah
semangat, terus berjuang demi pengembangan pengetahuan anda. Perhatikan hal-
hal yang perlu dimasukkan dalam makalah secara umumnya termasuk syarat
makalah yang sah menurut Bahasa Indonesia.
Pada makalah ini, penulis menyadari ada banyak kesalahan setiap
penulisan dan penyusunan kalimat. Maka dari itu, penulis meminta saran dan
kritik yang bersifat membangun dan dapat dikembangkan dikemudian hari.

DAFTAR ISI

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan


Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).

Mudjiran, M.S dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Dirjen


Pendidikan Tinggi Bekerja sama dengan HEDS-JICA.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke


dua.

Syahril dan Asmidir Ilyas dkk. 2009. Profesi Kependidikan Bahan


Pembelajaran untuk Profesi Pendidikan. Padang: UNP Press.

https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/apa-itu-bimbingan-
konseling#:~:text=Hal%20senada%20juga%20dikemukakan%20oleh,kemampuan
%20dirinya%20sendiri%20dan%20mandiri
http://info-konseling.blogspot.com/2012/06/bimbingan-dan-konseling.html?m=1
https://makalahbklatarbelakang.blogspot.com/2019/?m=1
http://lailansakinah.blogspot.com/2015/03/latar-belakang-perlunya-
bimbingan.html?m=1
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/tujuan-bimbingan-dan-
konseling/

Anda mungkin juga menyukai