Anda di halaman 1dari 12

Masalah Umum dan Masalah Penelitian

A. Pengertian Masalah Umum dan Masalah Penelitian


1. Pengertian Masalah Umum

Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak ada
seorang pun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan
ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah berupa kendala atau persoalan yang
harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara
kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik.Masalah adalah
penyimpangan antara yang diharapkan dengan kejadian atau keadaan yang
sebenarnya terjadi.

Menurut pendapat (Suryabrata, 2012)masalah atau permasalahan dapat


diartikan sebagai kesenjangan atau gap antara das sollen dan das Seein; perbedaan
antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang
diperlukan dengan apa yang tersedia, antara harapan dengan kenyataan, dan yang
sejenisnya dengan itu.
Berdasarkan pendapat McGuigan, 1978 dan Sevilla, 1993 (Wagiran, 2013)
memberikan gambaran bahwa masalah terjadi apabila: (1) ada informasi yang
mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita, (2) ada hasil-
hasil yang bertentangan, dan (3) ada suatu kenyataan dan kita bermaksud
menjelaskan melalui penelitian.
2. Pengertian Masalah Penelitian
Berdasarkan pendapat (Wagiran, 2013) masalah penelitian pada dasarnya
adalah: (1) kesulitan yang dirasakan orang awam maupun peneliti, (2) sesuatu
yang menghalangi tercapainya tujuan, (3) sesuatu yang tidak menyebabkan tidak
tercapainya target yang ditetapkan, (4) jarak (penyimpangan) antara sesuatu yang
diharapkan dengan sesuatu kenyataan yang ada, (5) penyimpangan antara apa
yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, (6) penyimpangan antara
pengalaman dan kenyataan.
Menurut pendapat (Notoatmodjo, 2002) masalah penelitian secara umum
dapat diartikan sebagi Suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan
apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi
dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataa.
Masalah penelitian adalah masalah yang akan menjadi objek penelitian (yang akan
diteliti), untuk mengetahui factor-faktor penyebabnya, kemudia mencari alternatif
penyelesaiannya, dan kemudian membuat kesimpulan sesuai konteks
permasalahan yang sedang diteliti.

B. Ciri-ciri Masalah Umum dan Masalah Penelitian


1. Ciri-ciri Masalah Umum

Berdasarkan pendapat Nazir; 1983 (Suryabrata, 2012) menyebutkan


bahwa ciri-ciri masalah yang baik adalah sebagai berikut :

a. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penilitian

Masalah akan mempunyai nilai penelitian, apabila :

1) Masalah harus mempunyai keaslian, dalam hal ini menyangkut hal-hal


yang up to date baru, mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah, tidak
berisi hal-hal yang sepele.
2) Masalah harus menyatakan suatu hubungan.
3) Masalah harus merupakan hal yang penting, dalam hal ini harus
mempunyai arti dan nilai, baik dalam bidang ilmunya sendiri maupun
dalam bidang aplikai untuk penelitian terapan.
4) Masalah harus dapat diuji dengan perlakuan-perlakuan serta data dan
fasilitas yang ada. Sekurang-kurangnya, memberikan aplikasi untuk
kemungkinan pengujian secara empiris.
5) Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang jelas dan
tidak membingungkan.
b. Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibel

Masalah mempunyai fisibilitas apabila masalah tersebut dapat


dipecahkan. Ini berarti, adalah sebagai berikut :

1) Data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia.


2) Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan.
3) Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar.
4) Biaya dan hasil, minimal harus seimbang.
5) Administrasi dan sponsor harus kuat.
6) Tidak bertentangan dengan hukum dan adat
c. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti

Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti, sekurang-


kurangnya masalah tersebut, adalah sebagai berikut :

1) Menarik bagi peneliti, dalam hal ini menarik keingintahuan peneliti dan
memberi harapan untuk menemukan jawaban atau menemukan
masalah lain yang lebih penting dan lebih menarik.
2) Cocok dengan kualifikasi peneliti, dalam hal ini masalah yang harus
dipecahkan sesuai dengan derajat keilmiahan yang dipunyai peneliti,
atau minimal cocok dengan bidang kemampuannya.

2. Ciri-ciri Masalah Penelitian

Pemilihan masalah penelitian ini merupakan tahap awal dari sebuah


penelitian. Dalam memilih masalah penelitian ini, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

a. Masalah yang dipilih hendaknya sesuai dengan minat dari peneliti.


b. Masalah yang dipilih hendaknya dapat diteliti, artinya penelitiannya dapat
dilaksanakan.
c. Tersedia faktor pendukung dari masalah yang diteliti, dalam hal ini ada data
dan izin.
d. Masalah yang diteliti harus mempunyai atau memberikan manfaat.

Kerlinger; 1986 (Suryabrata, 2012) menguraikan bahwa ciri-ciri masalah


penelitian adalah sebagai berikut :

a. Harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.


b. Harus dinyatakan secara jelas dan tidak amiqu dalam bentuk pernyataan.
c. Masalah dan pernyataan harus dirumuskan dengan cara tertentu yang
menyiratkan adanya kemungkinan pengujian empiris. Suatu masalah yang
tidak memuat implikasi pengujian hubungan atau hubungan-hubungan yang
dinyatakannya, bukan masalah ilmiah. Misalnya, adalah sebagai berikut :
1) Apakah akibat dari berbagai insentif terhadap hasil belajar siswa ?
2) Apakah pokok-pokok ingatan yang berkaitan dengan kejadian yang tidak
menyenangkan lebih cepat dilupakan daripada pokok-pokok ingatan yang
netral ?
3) Apakah sikap terhadap orang kulit hitam mempengaruhi penilaian tentang
hasil guna alternatif bagi kebijaksanaan yang rasial ?

C. Bentuk Masalah Umum dan Masalah Penelitian

Menurut pendapat (Toha & Andriani, 2012)entuk masalah penelitian menjadi


masalah yang bersifat deskriptif, komparatif dan asosiatif.

1. Permasalahan Deskriptif

Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan


pernyataan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel
atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak
membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan
variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya
dinamakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
populer dalam bidang bisnis Emory, 1985 (Toha & Andriani, 2012).

Contoh rumusan masalah deskriptif :

a. Seberapa tinggi produktivitas kerja karyawan di PT. Samudra ?


b. Seberapa baik interaksi kerja karyawan di industri A ?
c. Bagaimana sikap masyarakat terhadap adanya impor gula tanpa dibebani bea
masuk ?
d. Seberapa tinggi efektifitas perdagangan dengan sistem multylevel ?
e. Seberapa tinggi jumlah yang terjal, dan keuntungan PT. Petani (dua variabel) ?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian


berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri (dibandingkan dengan
masalah komparatif asosiatif). Peneliti yang bermaksud mengetahui potensi pasar,
kemampuan daya beli, terhadap barang tertentu adalah contoh penelitian deskriptif.
2. Permasalahan Komparatif

Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang


bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya :

a. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan


Swasta ? (satu variabel pada 3 sampel)
b. Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B ?
c. Adakah perbedaan, kemampuan dan kedisiplinan kerja antara Pegawai Swasta
Nasional dan Perusahaan Asing (dua variabel, pada dua sampel).
d. Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut berbagai
kelompok masyarakat.
e. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota dan
desa, gunung (satu variabel pada 3 sampel).
f. Adakah perbedaan jumlah penjualan antara mobil sedan dan niaga ?
g. Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank
Pemerintah.

3. Permasalahan Asosiatif

Permasalahan asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat


hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :
hubungan simetri, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.

a. Hubungan Simetri

Hubungan simetri adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun
interaktif, contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut ;

1) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu


yang datang ? Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah
buni burung. (Di pedesaan Jawa Tengah ada kepercayaan kalau di depan
rumah ada bunyi burung Prenjak, maka diyakini akan ada tamu, di Jawa
Barat, kupu-kupu dan tamu).
2) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon kemampuan marketing
?
3) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan marketing ?
4) Adakah hubungan antara sering datang ke Gunung Kawi dengan prestasi
bisnis ?
5) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang
dibeli ?
b. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini
ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen
(dipengaruhi), contoh :

1) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?


2) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan manajer terhadap iklim kerja
perusahaan ?
3) Seberapa besar pengaruh tata ruang toko terhadap jumlah pengunjung ?
4) Seberapa besar pengaruh toko yang diberi AC dan keramahtamahan pelayan
terhadap nilai penjualan.
c. Hubungan Interaktif / resiprocal / timbal balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.


Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh :

a) Hubungan antara motivasi pada prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi


mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan
kecerdasan karena gizi terpenuhi.
D. Latar Belakang Masalah Umum dan Masalah penelitian

Menurut James H. MacMillan dan Schumacher dan Hadjar ;1996 (Purwanto,


2010) permasalahan dapat berasal dari berbagai sumber. masalah dapat bersumber
dari :
1. Observasi
Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap
hubungan tertentu yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin
yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi.
2. Dedukasi dari teori

Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsip-prinsip umum


yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap dari teori berguna untuk mendapatkan
penjelasan empiris praktik tentang teori.

3. Kepustakaan

Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan


penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat
meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan
lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada
peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber
untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk
diteliti.

4. Masalah sosial

Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita
terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya :

a. Adanya perkelahian antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi sekolah


dan warga sekitar.
b. Penggalakan program 3 M (menguras, mengubur, menimbun) sebagai upaya
pencegahan penyakit demam berdarah

E. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan pendapat(Toha & Andriani, 2012) ada tiga karakteristik yang


perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi masalah penelitian. Pertama adalah
masalah tersebut ‘layak teliti’. Arti layak teliti di sini adalah pengkajian terhadap
masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara yang terukur secara empiris melalui
pengumpulan dan pengolahan data. Masalah yang berkaitan dengan isu filosofis dan
etika atau moral tidak dapat dikategorikan masalah yang layak teliti dalam konteks
pembahasan kita di sini. Masalah yang menyangkut nilai ideal atau luhur sering kali
sangat sulit untuk diukur dibanding dengan masalah di seputar sikap dan kinerja para
pelaku pendidikan.

Karakteristik kedua adalah sifat dari masalah tersebut, yakni mempunyai nilai
teoretis dan praktis. Suatu masalah penelitian yang baik pada hakikatnya diangkat dari
teori yang kuat atau mempunyai dampak praktis yang dapat memperbaiki praktik atau
penyelenggaraan pendidikan. Tergantung dari kepekaan, sebenarnya ketika
mengidentifikasi masalah kita dapat menguji masalah tersebut dengan pertanyaan
apakah dampaknya apabila masalah tersebut terpecahkan. Apabila jawabannya adalah:
‘orang tak akan peduli’, maka itu suatu indikasi bahwa kita perlu mencari masalah
yang lebih bermakna untuk diteliti.

Karakteristik ketiga adalah realistis. Pengertian realistis di sini sangat luas,


antara lain meliputi keterjangkauan dalam hal kedalaman bekal konsep serta
ketersediaan waktu, tenaga, dan biaya. Bekal berupa penguasaan konsep atau teori dan
seluruh pengalaman selama berkecimpung dalam dunia pendidikan akan menentukan
mutu penelitian. Jika kita meneliti masalah di bidang yang kita kuasai yang kita tahu
betul medannya maka peluang terjadinya penyimpangan baik dari segi metode
maupun analisis akan kecil sekali. Artinya, penelitian kita di tingkat tersebut akan
cukup handal. Sebaliknya, bila kita memaksakan tingkat bekal teori untuk meneliti
masalah yang jauh di luar jangkauan bekal teori tersebut maka kita akan mengalami
banyak kesulitan dan hasil penelitian kita dapat dipertanyakan orang.

Aspek lain yang tak kalah penting dalam konteks realistis ini adalah
ketersediaan waktu, tenaga, dan biaya. Ketiga aspek ini saling berkaitan. Biaya
merupakan faktor cukup penting dalam menunjang keberhasilan suatu penelitian.
Sering kali waktu dan tenaga dipengaruhi oleh keterbatasan biaya atau dana. Jika dana
yang tersedia cukup besar, maka ruang lingkup aspek yang dikaji dapat ditingkatkan
lebih luas atau lebih mendalam, durasi penelitian dapat diperpanjang, dan jumlah
tenaga dapat ditingkatkan.

Selain tiga aspek utama tersebut, beberapa pertimbangan lain yang perlu
dipertimbangkan ketika Anda mengidentifikasi masalah penelitian adalah keaktualan
dan kebaruan atau orisinilitas. Jika masalah yang kita teliti merupakan masalah yang
aktual atau yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan masyarakat maka nilai
penelitian kita akan lebih tinggi. Demikian pula apabila masalah yang ingin kita teliti
itu betul-betul baru atau orisinil. Namun, hal ini tidak berarti bahwa melakukan
penelitian tentang masalah yang muncul di masa lalu atau mengulang suatu penelitian
yang pernah dilakukan orang lain merupakan penelitian yang kurang bernilai.
Penelitian semacam ini masih mempunyai nilai yang cukup tinggi apabila ditempatkan
pada perspektif untuk kepentingan historis atau kepentingan verifikasi teori yang
sudah ada.

F. Ruang Lingkup Masalah Penelitian

Berdasarkan pendapat (Wagiran, 2013)salah satu ruang lingkup masalah


penelitian adalah mengenai pendidikan. Pendidikan dapat dilihat sebagai objek kajian
interdisiplin yang menurut McMillan dan Schumacher (1984) banyak meminjam
konsep dan teori bidang ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik, dan
ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian pendidikan juga mengacu pada
metodologi yang lazim digunakan di berbagai bidang ilmu tersebut, yakni pendekatan
behavioral science. Berbagai konsep seperti intelegensi, peran, status, norma, konsep
diri, keefektifan biaya juga dikaji dalam penelitian pendidikan dengan menggunakan
pendekatan tersebut.

Penelitian pendidikan adalah upaya ilmiah untuk memahami beragam masalah


pendidikan dan fenomena yang ada di dunia pendidikan. Fenomena merujuk pada
masalah yang muncul dalam sistem pendidikan formal, nonformal, maupun informal.
Masalah ini dapat muncul dalam berbagai bentuk. Hampir setiap aspek dari ketiga
sistem pendidikan tersebut mempunyai peluang untuk muncul menjadi masalah yang
layak teliti. Beberapa contoh yang mencerminkan hal tersebut adalah penelitian
tentang tingkat putus sekolah, kecepatan belajar, motivasi belajar, dan sebagainya.

Ruang lingkup penelitian pendidikan luas sekali karena pendidikan sendiri


merupakan bidang kajian yang terkait erat dengan beberapa disiplin ilmu lain seperti
psikologi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Banyak sekali konsep atau
teori pendidikan yang dikembangkan dengan mendapatkan inspirasi atau berlandaskan
berbagai bidang ilmu tersebut. Contoh dalam hal ini adalah pengkajian konsep
intelegensia, pengembangan sumber daya manusia, difusi, otoritas, efektivitas biaya,
konsep diri, dan budaya dalam praktik pendidikan di lapangan.

Penelitian pendidikan semula berorientasi pada pendekatan behavioristik. Hal


ini tampak jelas dari pengaruh disiplin ilmu psikologi yang digunakan untuk uji
pengukuran berbagai aspek belajar-mengajar. Meskipun demikian, akhir-akhir ini
tampak ada kecenderungan bahwa penelitian pendidikan menoleh pada pendekatan
lain yang digunakan dalam ilmu sosial. Pendekatan seperti observasi-partisipatif
dalam antropologi serta analisis ekonomi pendidikan merupakan beberapa contoh
yang menunjukkan adanya kecenderungan tersebut. Penggunaan berbagai konsep dan
pendekatan dari berbagai disiplin ilmu memperkaya khasanah penelitian pendidikan.

Hal tersebut membuka kemungkinan satu aspek pendidikan dikaji dari


berbagai pendekatan yang berbeda sehingga peluang untuk mendapatkan gambaran
yang lebih utuh semakin terbuka lebar. Salah satu contoh mengenai hal ini adalah
kajian dalam pendidikan matematika. Kajian dalam bidang tersebut dapat dilakukan
dengan pendekatan survei kebutuhan atau kelayakan kurikulum yang akan digunakan,
pendekatan observasi langsung terhadap interaksi antara guru dan siswa di kelas, atau
pendekatan eksperimental mengenai efek berbagai jenis bahan ajar dan terhadap
prestasi siswa.

G. Rumusan Masalah Penelitian


Menurut pendapat (Toha & Andriani, 2012) pemilihan dan perumusan
masalah merupakan aspek yang paling penting dalam penelitian dibidang apa saja.
Penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah di identifikasi, dipikirkan
secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik. Namun demikian, hal ini sering
mengakibatkan kebingungan peneliti pemula karena, ternyata merumuskan
permaslahan butuh waktu yang cukup panjang. Banyak mahasiswa yang merasa
kebingungan dalam memilih masalah untuk skripsi, tesis, maupun disertasi.
Gay 1981 (Wagiran, 2013) menyatakan “some graduete students spends
many anxyyenty-ridden days and sleepless nights worrying about where they are
going to find the problem they need for their thesis or dessertation”.
Menurut Tucman, 1972 ; Best, 1977 ; Gay, 1981 ; dan Ary, 1982 (Wagiran,
2013)sepakat bahwa “selecting a research problem is one of the most difficult steps
for a student or beginning researchers in the research process”. Dapat dikatakan
bahwa merumuskan masalah merupakan masalah yang paling bermasalah dalam
penelitian. Namun demikian, kesulitan ini dapat direduksi dengan pemahaman
tentang hakikat permasalahan penelitian itu sendiri.
Daftar Rujukan

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. (2010). Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.


yogyakarta: Pustaka pelajar.

Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Toha, M., & Andriani, D. (2012). Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian Pendidikan. Metode
Penelitian, 1–49.

Wagiran. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori dan Implementasi). Yogyakarta:


CV Budi Utama.

Anda mungkin juga menyukai