Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN KUANTITATIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Kuantitatif

Dosen Pembimbing:
Koswoyo,S.Pd. M.Pd

Di Susun Oleh:
Muh. Ivan Maulana 212210014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-HIKMAH 1 BENDA

TAHUN 2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara
umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh
penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat
bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA
harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap, 1992).
Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang
diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Merumuskan Masalah Penelitian Kuantitatif


Pada dasarnya suatu penelitian itu adalah mengkaji masalah yang akan
diteliti. Masalah tersebut tersimpul didalam topik atau judul penelitian yang sudah
dibuat. Untuk memudahkan memecahkan masalah itu perlu lebih dahulu dibuat
rumusannya secara operasional. Sebuah topik atau judul penelitian dapat saja
berisi beberapa masalah yang semuanya harus dirumuskan secara operasional. 1
Sebelum merumuskan masalah, ada beberapa petunjuk berikut ini.2
1. Masalah harus fleksibel, artinya rumusan masalah tersebut harus dapat
dijawab melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,
tenaga, dan waktu.
2. Rumusan masalah harus jelas, artinya semua orang yang membaca
memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
3. Rumusan masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah yang
diberikan harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan
pemecahan masalah kehidupan.
4. Rumusan masalah harus etis, artinya masalah tersebut tidak bertentangan
dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, dan nilainilai keyakinan agama.
Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh seperti berikut:
a. Apakah mengajat dengan metode CBSA lebih berhasil dari pada mengajar
dengan metode ceramah.
b. Bagaiman hubungan antara IQ dengan prestasi belajar.
c. Apakah mahasiswa yang berasal dari SMA jurusan IPA berbeda
prestasibelajarnya dari mahasiswa jurusan IPS.
Kemudian untuk memudahkan kita membuat rumusan masalah, kita juga
perlu lebih dahulu mengetahui dan mengenali (mengidentifikasi) model-model
masalah itu. Identifikasi masalah itu seperti misalnya:
1) Model masalah normatif, terjadi bila ada kesenjangan (gap) antara
kenyataan dengan yang seharusnya menurut norma yang berlaku.
2) Model masalah fungsional, terjadi bila kita dihadapkan pada pilihan mana
yang lebih baik dari dua alternatif, misalnya metode A dan metode B.

1
Moh Kasiram, Loc Cit, hal 244
2
Moh Kasiram, Ibid, dikutip dari Fraenkel dan Wallen 1990, hal 20.

2
3) Model masalah analitik atau kausal, terjadi bila kita dihadapkan pada
menentukan rangkaian hubungan atau sebab akibat dari peristiwa yang
terjadi.
4) Model masalah deskriptif, terjadi bila kita dihadapkan untuk melukiskan
peristiwa seperti apa adanya.
Selain model masalah diatas, ada juga yang mengklasifikasikan bentuk-bentuk
masalah penelitian menurut tingkat-tingkat eksplanasi sebagai berikut:3
a) Masalah deskriptif, yaitu suatu permasalahan yang berkenaan dengan
variabel mandiri,artinya tanpa membuat perbandingan dan
menghubungkan dengan variabel lain.Contoh: Bagaimanakah sikap
masyarakat terhadap KB mandiri.
b) Masalah komparatif, adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan suatu variabel pada dua sampel atau lebih.
Contoh: Adakah perbedaan prestasi belajar antara anak petani dengan anak
pegawai negeri.
c) Masalah asosiatif, adalah suatu permasalahan yang berhubungan antara
dua variabel atau lebih. Dalam permasalahan asosiatif ini terdapat tiga
macam hubungan, yaitu hubungan semitris, kausal, dan interaktif.
d) Hubungan semistris, yaitu hubungan dua variabel atau lebih yang bersifat
kebersamaan.Contoh: Adakah hubungan antara antara banyaknya semut
dipohon dengan tingkat manisnya buah?.
e) Hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat,jadi pada
hubungan kausal ini ada variabel dependen dan independen. Contoh:
Adakah pengaruh motivasi belajar dengan prestasi hasil belajar.
f) Hubungan interaktif, yaitu hubungan yang saling mempengaruhi, disini
tidak diketahui mana variabel dependen dan mana variabel independen.
Contoh: Adakah hubungan antara kepandaian dengan kekayaan.
Dari bentuk-bentuk masalah tersebut, biasanya dijadikan dasar dalam
merumuskan judul penelitian . Misalnya:
i. Jika peneliti ingin mengetahui status sesuatu, maka penelitiannya bersifat
deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan satu peristiwa saja.
Contoh judul misalnya: Pendapat masyarakat terhadap Wajib belajar 12
tahun.
ii. Jika peneliti ingin membandingkan status dua fenomena atau lebih, maka
penelitiannya bersifat komparatif, Contoh judul misalnya: Perbandingan
disiplin kerja antara karyawan dan karyawati.
iii. Jika peneliti ingin mengetahui hubungan antara dua fenomena atau lebih,
maka penelitiannya bersifat asosiatif. Contoh judul misalnya: Pengaruh
perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anak.

3
Moh Kasiram, Ibid, hal 246, dikutip dari Sugiono 1993, hal 35.

3
Kemudian juga masih ada rumusan masalah yang baik untuk
dipertimbangkan dan diikuti seperti berikut ini:4
1. Adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
2. Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, atau
alternatif lain yang mengandung pertanyaan.
3. Rumusan masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang mungkinnya
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang
terkandung dalam rumusan tersebut.
4. Rumusan masalah hendaknya padat.
Selanjutnya kita lihat juga pendapat lain agar masalah penelitian itu dapat
dijawab secara memadai, maka didalam perumusan masalahnya harus
memperhatikan hal-hal berikut:5
a. Masalah harus dirumuskan secara operasional.
b. Masalah harus singkat, jelas, hanya memuat satu masalah saja atau tidak
mendua.
c. Masalah tersebut memungkinkan untuk diteliti.
d. Masalah harus memiliki data pendukung.
e. Masalah harus memiliki makna untuk diteliti.
f. Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang dapat membangkitkan
perhatian untuk meneliti.
Sebagaimana biasanya dalam praktik, rumusan masalah itu dibuat dalam
bentuk kalimat bertanya. Inilah kata kunci dalam membuat rumusan masalah
penelitian, selanjutnya rumusan masalah penelitian itu memegang peran kunci
dalam proses penelitian, sederhana atau rumitnya penelitian itu ditentukan oleh
sederhana atau rumitnya rumusan masalahnya. Oleh karena itu rumusan masalah
itu disamping harus benar juga harus memenuhi standar sebuah pertanyaan
keilmuan sehingga penting untuk dijawab melalui penelitian, pada hakikatnya
tidak ada standar baku untuk merumuskan masalah penelitian yang baik, namun
beberapa pedoman berikut dapat dijadikan acuan.6
1) Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat tanya, dan sama
sekali tidak menggunakan kalimat pernyataan. Kalimat tanya dimaksud
bisa dimulai dengan kata-kata: apakah, bagaimana, sejauhmana, dan
seterusnya. Misalnya:
(i) Sejauh mana pengaruh motivasi dan kemampuan karyawan terhadap
kinerja karyawan?
(ii) Bagaimana pengaruh ekspor non migas dan investasi sektor publik
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?

4
Moh Kasiram, Ibid, hal 44, dikutip dari Tuctman 1988.
5
Muhammad, Loc Cit. hal 60.
6
Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 26.

4
(iii) Apakah ada perbedaan kinerja karyawan yang bertugas dibagian
produksi dengan dibagian administrasi?
2) Masalah harus dinyatakan secara jelas, sehingga seorang peneliti dapat
memberikan jawaban secara tepat terhadap pertanyaan yang diajukan dan
secara jelas pula memberikan arah terhadap fakta-fakta yang harus dipilih
untuk menjawab pertanyaaan tersebut.
3) Masalah harus dirumuskan secara spesifik, sehingga jawabannya pun
spesifik pula.Maksudnya peneliti tidak diperkenankan membuat rumusan
masalah yang memungkinkan berbagai macam jawaban yang semuanya
memenuhi syarat.
4) Masalah penelitian harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga
jawabannya dapat diuji oleh orang lain.
5) Rumusan masalah penelitian harus mengandung definsi variabel dan unsur
pengukuran. Jika syarat ini tidak dipenuhi akan mengandung dua
kelemahan yang menonjol:
(i) Tanpa ada definisi dan ukuran orang lain tidak dapat menguji hasilnya.
(ii) Ilmu tidak mengizinkan definisi dan pengukuran secara subyektif.
Definisi dan ukuran variabel haruslah obyektif, sehingga setiap ilmuan yang
menggunakannya dalam hubungannya dengan masalah yang sama akan mendapat
jawaban yang sama pula. Contoh rumusan masalah tersebut misalnya:
“Sejauhmana pengaruh jumlah penduduk dan pendapatan perkapita terhadap
perubahan struktur ekonomi di Indonesia”. Dalam rumusan masalah ini variabel
penduduk, pendapatan perkapita, dan perubahan struktur ekonomi secara
operasional masing-masing dapat didefinisikan dan diukur. Yang dimaksud
dengan pendapatan perkapita disini adalah jumlah produksi barang dan jasa
penduduk suatu Negara dalam satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk negara
yang bersangkutan, hasilnya dinyatakan dalam satuan rupiah.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Merumuskan Masalah Penelitian Kuantitatif Pada dasarnya suatu penelitian
itu adalah mengkaji masalah yang akan diteliti. Masalah harus fleksibel, artinya
rumusan masalah tersebut harus dapat dijawab melalui sumber yang jelas, tidak
banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu. Rumusan masalah harus jelas,
artinya semua orang yang membaca memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut. Rumusan masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah
yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan
pemecahan masalah kehidupan. Rumusan masalah harus etis, artinya masalah
tersebut tidak bertentangan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, dan
nilainilai keyakinan agama. Kemudian untuk memudahkan kita membuat rumusan
masalah, kita juga perlu lebih dahulu mengetahui dan mengenali
(mengidentifikasi) model-model masalah itu.

6
DAFTAR PUSTAKA

Kasiram Moh. H, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, UIN


MALIKI Malang.
Muhammad, 2008, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Raja Grafindo Jakarta.
Sanusi Anwar, 2011, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta.
Abdullah Ma`ruf. Prof, 2015, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Sleman
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai