Anda di halaman 1dari 7

ATURAN DAN KEBIJAKAN

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN


KERJA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan
Kerja Yang dibimbing oleh ibu Dr Sri Mugianti, SKp, M.Kep

Oleh:
Uly Hayuni Rifdhana (P17212205074)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
MALANG
2020
ATURAN DAN KEBIJAKAN K3

A. KEBIJAKAN K3
1. Disesuaikan dengan sifat dan skala risiko yang ada di perusahaan
2. Berisikan komitmen untuk perbaikan terus menerus
3. Berisikan komitmen untuk memenuhi per-uu K3 dan peraturan lainnya
4. Didokumentasikan, diimplementasi kan dan dipertahankan pelaksanaan
nya
5. Dikomunikasikan kepada seluruh karyawan untuk meningkatkan
kesadaran dan keterlibatan pekerja
6. Menampung keinginan interest parties
7. Dikaji secara periodik untk menjamin agar selalu relevant dan layak bagi
perusahaan
B. KOMITMEN & KEBIJAKAN
Pimpinan Perusahaan Menjamin Bahwa Komitmen & Kebijakan K3 Termasuk :
1. Pengakuan K3 sebagai bagian yang terintegrasi dengan kinerja
perusahaan
2. Pencapaian kinerja K3 dengan memenuhi persyaratan minimum
peraturan K3 dan terus menerus melakukan perbaikan terhadap
efisiensi biaya
3. Penyediaan sumber daya yang cukup dan memenuhi syarat
4. Penetapan tujuan K3 yang akan dicapai
5. Penempatan K3 sbg tanggung jawab utama setiap tingkatan
manajemen
C. PERENCANAAN KEBIJAKAN K3
1. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
2. Pemenuhan peraturan perundang an dan persyaratan k3 lainnya
3. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan k3 (dapat diukur, menggunakan
indikator/satuan, sasaran dan jangka waktu)
4. Penggunaan indikator penilaian kinerja k3
5. Penetapan sistem pertanggungan jawaban
6. Penyaediaan sarana dan prasarana
7. Penerapan dan pelaksanaan yang efektif.
D. DASAR HUKUM K3
1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 : Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 dan 87
E. TUJUAN
1. Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam
pekerjaannya untuk KESRA HIDUP
2. Orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya
3. Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
F. PERATURAN PELAKSANAAN UU NO.1 TAHUN 1970
UU No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja sering disebut juga sebagai dasar
dari berbagai peraturan yang ada terkait dengan Keselamatan Kerja di Indonesia.
Undang Undang No.1 tahun 1970 berisi 11 Bab dan 18 Pasal.  Undang-undang ini
bersifat preventif dengan tujuan memberikan perlindungan atas keselamatan:
1. Tenaga Kerja
2. Orang lain (tamu dll)
3. Sumber-sumber produksi
4. Dll
Dalam Bab 1 menjelaskan mengenai istilah-istilah yaitu istilah:
1. Tempat Kerja
2. Pengurus
3. Pengusaha
4. Direktur
5. Pegawai Pengawas
6. Ahli Keselamatan Kerja
G. PENGAWASAN
Dalam undang-undang ini, pengurus diminta untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan (Pasal 8).  Adapun pemeriksaan ini menurut PerMenaker
No.02/1980 pemeriksaan kesehatan mencakup:
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
2. Pemeriksaan berkala (1 tahun 1x)
3. Pemeriksaan khusus (tergantung faktor risiko kesehatan ditempat kerja)
Berikut beberapa peraturan yang terkait dengan kesehatan kerja:
1. Kewajiban Hiperkes untuk Dokter PerMenaker No. 01 tahun 1976
2. Kewajiban Hiperkes untuk Tenaga Medis PerMenaker No. 01 tahun 1979
3. Pemeriksaan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 02 tahun 1980
4. Kewajiban Melapor Penyakit PerMenaker No. 01 tahun 1981
5. Pelayanan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 03 tahun 1982
6. Diagnosis & Pelaporan Penyakit Kepmenaker No. 333 tahun1989
H. PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Dalam Bab UU No.1 tahun 1970 ini menjelaskan bahwa kewajiban pengusaha atau
pengurus yaitu membentuk P2K3.
Dalam PerMenaker 04/1987 dijelaskan bahwa keanggotaan mencakup ketua,
sekretaris dan anggota.  Untuk P2K3 ditetapkan oleh menteri atau pejabat yang
ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.  Selain itu,
terkait dengan kelembagaan K3 bisa juga melihat beberapa peraturan berikut ini
1. PerMenaker No.155/1987 tentang P2K3 dan Penunjukan AK3
2. PerMenaker No.04/1995 tentang Perusahaan Jasa K3
3. PerMenaker 04/1987 tentang Tata Cara Penunjukkan AK3
4. PerMenaker No.02 tahun 1992 tentang Penunjukkan, Kewajiban &
Wewenang AK3
I. KECELAKAAN
Dalam Undang Undang No.1 tahun 1970 dikatakan bawah pengurus diwajibkan
melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya. 
Dalam hal ini pengurus wajib melaporkan 2×24 jam semenjak terjadinya kecelakaan.
Terkait dengan Kecelakaan Kerja berikut beberapa peraturan yang terkait
1. PerMenaker No.03/1989 tentang Pelaporan Kecelakaan Kerja
2. Dirjen Binawas No.84/1998 tentang Analisis Statistik Kecelakaan Kerja
J. KEWAJIBAN DAN HAK KERJA
Secara garis besar terkait dengan kewajiban dan hak kerja yaitu
1. Memberikan keterangan kepada petugas pengawas/AK3
2. Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
3. Memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan
4. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua persyaratan K3 yang
diwajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD diragukan olehnya
K. KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk
Keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
L. KEWAJIBAN PENGURUS
Dalam undang-undang dijelaskan pula terkait dengan kewajiban-kewajiban dari
pengurus.  Antara lain :
1. Memeriksa kesehatan tenaga kerja (pasal 8)
2. Menjelaskan kondisi & bahaya di tempat kerja, alat pengaman, APD, cara &
sikap yang aman ( pasal 9)
3. Membentuk panitia pembina K3 (pasal 10)
4. Melaporkan kecelakaan kerja (pasal 11)
5. Secara tertulis menempatkan syarat-syarat K3 dan sehelai UU ini, gambar
keselamatan kerja,
6. menyediakan APD bagi tenaga kerja dan orang lain yang masuk ke tempat
kerja (pasal 14)
M. PENGAWASAN
Dalam undang-undang ini, pengurus diminta untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan (Pasal 8).  Adapun pemeriksaan ini menurut PerMenaker No.02/1980
pemeriksaan kesehatan mencakup:
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
2. Pemeriksaan berkala (1 tahun 1x)
3. Pemeriksaan khusus (tergantung faktor risiko kesehatan ditempat kerja)
Berikut beberapa peraturan yang terkait dengan kesehatan kerja
1. Kewajiban Hiperkes untuk Dokter PerMenaker No. 01 tahun 1976
2. Kewajiban Hiperkes untuk Tenaga Medis PerMenaker No. 01 tahun 1979
3. Pemeriksaan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 02 tahun 1980
4. Kewajiban Melapor Penyakit PerMenaker No. 01 tahun 1981
5. Pelayanan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 03 tahun 1982
6. Diagnosis & Pelaporan Penyakit Kepmenaker No. 333 tahun 1989

BAGAIMANA PELAKSANAAN KEBIJAKAN K3?


Penetapan kebijakan K3 di perusahaan harus diawasi penerapannya
dilapangan, sesuai atau tidaknya penerapan kebijakan tersebut dengan pelaksanaanya
serta sesuai dengan kebutuhan dari lingkungan pekerjaan tersebut atau tidak. Kepala
Subdirektorat Pengkajian dan Standarisasi K3 Kementerian Ketenagakerjaan M
Idham yang dilansir dalam https://mediaindonesia.com/read/detail/203434-
penerapan-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-perusahaan-masih-rendah menerima
laporan jumlah perusahaan di Indonesia sebanyak 211.532 pada 2018 di masing-
masing provinsi. Tetapi yang telah menerapkan SMK3 kurang dari 10% perusahaan.
Rendahnya kesadaran perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dan
kurangnya kesadaran pegawai terhadap risiko yang dapat saja terjadi terhadap diri
sendiri akibat pekerjaan terhadap penerapan K3 di perusahaan berakibat pada
tingginya dampak risiko kecelakaan kerja di tempat kerja. Pengawasan dan penerapan
sanksi yang kurang maksimal dari Kementrian Tenaga Kerja terhadap perusahaan-
perusahaan diakui menjadi salah satu kendala penerapan K3 di Indonesia kurang
maksimal
Kurangnya pengawasan Kementrian Ketenagakerjaan terhahadap pelaksanaan
K3 oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dan belum adanya sanksi yang
dijelaskan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 sehingga
perusahaan-perusahaan tidak takut jika tidak menerapkan K3 pada Perusahaan.
Untuk itu diperlukannya penambahan aturan mengenai sanksi pada Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 sehingga ada sanksi yang mengikat bagi
perusahaan yang tidak menerapkan K3 serta meningkatkan pengawasan oleh
Kementrian Ketenagakerjaan dan kesadaran dari pegawai untuk melaporkan apabila
perusahaan tersebut tidak menerapkan K3 pada pelaksanaan pekerjaanya. Dengan
awarenya pegawai dan perusahaan tingkat kecelakaan kerja yang mungkin dapat
terjadi dapat diminimalisir, kerugiaan perusahaan akibat kecelakaan kerja juga dapat
terminimalisir. Pegawai juga sebaiknya melaporkan apabila kesehatan keselamatan
kerja dilingkungan perusahaannya kurang memadai. Hal tersebut untuk melindungi
dirinya sendiri dari kemungkinan kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai