Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Sebagaimana dilansir Suara Muhammadiyah, surat al-Baqarah ayat 185 menyatakan "barang siapa di
antara kamu mengetahui (masuknya) bulan itu, maka hendaklah ia mempuasainya, dan barang siapa
sakit atau sedang dalam perjalanan (sehingga tak berpuasa), maka hendaklah ia menghitung (hari-
hari ia tidak berpuasa untuk diganti)." Yang dimaksud dengan "hari-hari yang lain" itu merupakan
penegasan terhadap hari-hari di mana puasa diwajibkan, yakni pada bulan Ramadhan. Oleh sebab
itu, muslim yang meninggalkan puasa Ramadan wajib menggantinya di bulan yang lain atau
membayar fidyah kepada orang miskin. Sedangkan pada ayat 187, meskipun ada larangan untuk
melakukan hubungan suami istri di saat berpuasa pada bulan Ramadan, Allah SWT memberi
kelonggaran dengan berfirman: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa, bercampur
dengan isteri-isteri kamu." Selain itu, pada surat al-Baqarah ayat 187 disebutkan pula mengenai
waktu pelaksanaan puasa, yakni dimulai dari terbitnya fajar hingga datangnya waktu malam atau
terbenamnya matahari.
Dalam buku 'Meraih Berkah dengan Menikah' oleh M. Thobroni & Aliyah A. Munir,
dari ayat 32 surat Al-Isra dijelaskan kalau kita dilarang untuk berzina, mendekati saja
tidak diperbolehkan. Akan tetapi ayat ini tidak melarang untuk bergaul.
Dikutip dalam buku 'Halal Haram Menikahi Wanita Berzina dan Hamil' oleh Aini
Aryani, Lc, disebutkan bahkan diharamkan seorang laki-laki yang beriman untuk
menikahi wanita yang berzina yaitu wanita yang masih aktif dengan kegiatan zina.
Dengan demikian wanita beriman juga tak boleh menikah dengan laki-laki pezina.
Ayat larangan mencuri
ار َق ُة َفا ْق َطعُوا أَ ْي ِد َي ُه َما َج َزا ًء ِب َما َك َس َبا َن َكااًل م َِن هَّللا ِ َوهَّللا ُ َع ِزي ٌز َحكِي ٌم
ِ ار ُق َوال َّس
ِ َوال َّس
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Maidah: 38).
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menetapkan hukuman hadd bagi pencuri adalah
dipotong tangannya. Ini menunjukkan bahwa mencuri adalah dosa besar.
Ayat ini pendek tapi mempunyai maani yang sangat besar dalam memahami erti mulia dan
tingginya Islam. Erti melihat manusia sebagai manusia serta meraikan hak setiap manusia itu
sendiri yang masih lagi gagal dicapai oleh barat pada hari ini.
Maani ayat ini menjelaskan bahawa jelas dan bersinarnya cahaya kebenaran Islam sehinggakan
ia tidak memerlukan paksaan untuk seseorang itu memeluk agama Islam. Sedangkan agama dan
ideologi lain sejak dahulu sentiasa memaksa manusia lain berpegang dengan pengangan mereka
akibat lemahnya ideologi atau agama yang mereka pegang.
Ayat larangan riba