Anda di halaman 1dari 34

DRAFT TANGGAL 23-8-2015

PEDOMAN
PENGELOLAAN GURU NON PNS SLB
DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
Jl. Dr. Radjiman Nomor 6 Bandung

KATA PENGANTAR
Hal | i
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai peran
penting dan strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah. Oleh karena itu ketersediaan guru yang sesuai dengan kebutuhan
perlu dipenuhi oleh pihak penyelenggara pendidikan. Keberadaan guru yang
memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat penting dalam sekolah,
perlu memiliki kompetensi, kreativitas, dan inovasi tinggi saja yang dapat
mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut.
Untuk menyediakan kebutuhan guru di Sekolah Luar Biasa (SLB)
perlu diadakan rekrutmen agar tersedia guru yang memenuhi kebutuhan
dan memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang diharapkan.
Kualifikasi akademik guru adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang
harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan
pendidikan formal di tempat guru bertugas. Kompetensi guru yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional yang diatur
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan
Khusus.
Mengingat peran guru yang sangat strategis dalam pembangunan
pendidikan, maka seorang guru harus dipersiapkan dengan matang.
Persiapan tersebut haruslah berkesinambungan mulai dari pre-service dan
pendidikan profesi guru di LPTK sampai menjadi guru pemula di satuan
pendidikan. Pada saat awal seorang guru pemula mulai mengajar dan
mengenal lingkungan sekolah mereka menghadapi beberapa hambatan
antara lain: pengenalan karakteristik peserta didik, budaya sekolah,
beradaptasi dan berkomunikasi dengan warga sekolah. Padahal pengenalan
guru pemula terhadap situasi sekolah akan menentukan karir dan
profesionalitas seorang guru selanjutnya.  Salah satu program yang dapat
membekali guru pemula dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru

Hal | ii
pada awal mereka bertugas adalah program induksi. Program
Induksi adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat kerja,
pengembangan, dan praktik pemecahan  berbagai permasalahan dalam
proses pembelajaran bagi guru pemula pada  satuan pendidikan di tempat
tugasnya. Induksi guru pemula merupakan proses orientasi kegiatan
mengajar dalam konteks satuan pendidikan tertentu, dan menjadi
pembelajaran profesional di tempat kerja selama tahun pertama mengajar
dan merupakan tahap awal dalam Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) seorang guru. Program Induksi dirancang secara
sistematis dan terencana berdasarkan konsep kerjasama dan kesejawatan
antara guru pemula, guru pembimbing, guru sejawat, kepala sekolah, dan
pengawas dengan pendekatan pembelajaran profesional.
Kemudian untuk menjamin tercapainya kompetensi dan karakter
guru sesuai dengan kebutuhan, maka perlu upaya pembinaan yang
seyogyanya dilakukan sebagai bagian dari upaya penguatan
kemampuannya sesuai dengan peran mereka. Dengan program pembinaan
tersebut diharapkan dapat memotivasi, memberi rasa tanggungjawab, serta
meningkatkan kompetensi guru dalam membantu kualitas pendidikan di
SLB, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan di Provinsi
Jawa Barat dan secara nasional.
Pedoman ini memuat rambu-rambu yang dapat dijadikan acuan bagi
pihak yang berwenang untuk melakukan fasilitasi, rekruitmen, pembinaan
guru di SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pedoman ini dibuat
sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait mulai dari Dinas Pendidikan
Provinsi, Pengawas Sekolah PLB, Gugus SLB, dan SLB dalam melaksanakan
tugas tugas tersebut di atas.
Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini, dengan harapan pembinaan
Guru Non PNS di SLB dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.

Hal | iii
Bandung, Agustus 2015

Kepala Dinas Pendidikan


Provinsi Jawa Barat,

DR. H. ASEP HILMAN, M.PD.


NIP.

Hal | iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Dasar Hukum......................................................................... 5
C. Tujuan.................................................................................... 7
D.Sasaran.................................................................................. 7

BAB II LINGKUP PENGELOLAAN GURU NON PNS ............................... 8


A. Pengertian.............................................................................. 8
B. Kriteria, Standard dan Persyaratan Guru Non PNS................ 10
C. Prosedur Rekrutmen Guru Non PNS di SLB........................... 15
D.Kesejahteraan Guru Non PNS................................................. 16
E. Pelaksanaan Program Induksi................................................ 16
F. Mutasi dan Pemberhentian Guru Non PNS............................. 17
G.Penilaian Kinerja Guru Non PNS............................................ 18
H.Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan............................. 18

BAB III POLA PENGELOLAAN GURU NON PNS DI SLB.......................... 19


A. Perencanaan........................................................................... 19
B. Pelaksanaan........................................................................... 21
C. Monitoring dan Evaluasi......................................................... 26
D.Pelaporan............................................................................... 27

BAB IV PENUTUP................................................................................... 28

Hal | v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kapasitas guru sebagai salah satu elemen pengampu


penyelenggaraan pendidikan bermutu terkait dengan bentuk tugas dan
tanggungjawab kerjanya, yang dalam pasal 29 ayat (1) UU Sisdiknas
2003 adalah melaksanakan tugas administrasi, pengelolaan,
pengembangan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Karena itu, tenaga kependidikan
dengan peran profesionalnya menjadi unsur penting di antara unsur
penting lainnya dalam menciptakan dan mengembangkan kegiatan dan
proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Peran tersebut berkembang dan semakin penting dalam era global
ini yang semakin sarat dengan informasi dan teknologi maju dalam
dunia pendidikan. Kebutuhan guru dengan berbagai peran profesional
seperti tersebut di atas, mengalir sepanjang zaman seiring dengan
tumbuh dan bertambahnya generasi baru yang harus dipersiapkan
melalui pendidikan yang memadai sebagai generasi penerus bangsa.
Pada kenyataannya peran guru memiliki nilai penting dalam
mewujudkan pelaksanaan pendidikan yang bermutu sebagaimana
diuraikan di atas. Hal ini mengisyaratkan bahwa guru perlu diposisikan
sebagai tenaga kerja dalam kualifikasi profesi yang sarat dengan:
kompetensi, profesionalitas, komitmen kinerja, dan akuntabilitas dalam
menjalankan tugasnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka guru perlu memperoleh jaminan
atas pemenuhan kebutuhan dasarnya sebagai pekerja profesi berupa
kesempatan pengembangan karier dan mutu profesionalitas,
perlindungan dalam pengabdian profesi, penghargaan atas prestasi
kinerja, dan kelayakan kesejahteraannya.
Mencermati posisi dan peranan penting guru dalam upaya
membangun pendidikan bermutu, kiranya perlu diajukan pertanyaan-

Hal | 1
pertanyaan pokok berkaitan dengan kondisi guru di SLB Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat saat ini sebagai gambaran persoalan
yang layak di ditindaklanjuti melalui kebijakan dan peraturan daerah
tentang guru yang telah ada, antara lain: (1) Sejauh mana guru
diposisikan sebagai tenaga profesi setara profesi guru yang secara
terpadu bertanggungjawab melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan lingkup tugasnya, di satu sisi guru sebagai pengajar guna
merealisasikan pendidikan bermutu?; (2) Sejauh mana guru telah
memenuhi kualifikasi sebagai tenaga profesional yang siap menangani
tugas-tugas sesuai dengan bidang dan latar kompetensinya?; (3)
Sejauhmana guru telah menunjukkan mutu profesionalitas yang
dibutuhkan sebagai tenaga pem-back-up proses pendidikan khusus di
SLB?; (4) Sejauh mana guru telah menunjukkan kinerja sesuai peran
pentingnya secara aktif agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan
dengan sangat baik?; (5) Sejauhmana guru telah diberi kesempatan dan
fasilitasi untuk pengembangan karier, ilmu pengetahuan, dan
ketrampilan pendukung keprofesionalannya; (6) sejauhmana guru telah
diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk memberikan andil
pendapat dalam penentuan kebijakan kependidikan?; (7) Sejauhmana
guru telah diberikan penghargaan atas prestasi kinerjanya?; (8) Sejauh
mana guru telah diberikan perlindungan dalam pengabdian profesinya
di dunia pendidikan?; (9) Sejauhmana guru telah di berikan kelayakan
kesejarteraan dalam pengabdiannya sebagai seorang pegawai Non PNS?;
dan (10) Sejauhmana guru telah memenuhi kebutuhan dan terkelola
secara baik dalam penyelenggaraan pendidikan menyangkut aspek
pemerataan, perluasan akses, mutu, relevansi, daya saing (kemampuan
berkinerja prima), tata kelola tenaga kependidikan, akuntabilitas, dan
pencitraan.
Pendidikan yang baik dan berkualitas merupakan suatu harapan
dan kebutuhan yang didambakan oleh setiap masyarakat di Jawa Barat.
Upaya didalam mencapai keberhasilan peningkatan kualitas/mutu
pendidikan tidak terlepas adanya peran guru sebagai salah satu unsur

Hal | 2
penting dalam suatu lembaga pendidikan. Bagaimana guru dituntut
secara profesional mampu mendukung lembaganya dengan menciptakan
suasana sekolah yang nyaman, menyenangkan dan kondusif sehingga
proses pembelajaran atau transfer pengetahuan dari guru ke siswa
(peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah dapat tercapai dengan
baik, hal ini ditandai dengan keberhasilan SLB menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas, berwawasan pengetahuan iptek dan
berdaya saing.
Pemenuhan guru di SLB sangatlah penting dengan melaksanakan
rekruitmen yang sesuai dengan ketentuan. Karena kurangnya jumlah
Guru PNS yang bertugas di SLB yang diselenggarakan oleh masyarakat
atau SLB Swasta maka perlu adanya rekrutmen Guru Non PNS (Guru
Sukwan). Selanjutnya Guru Non PNS yang telah diangkat oleh lembaga
penyelenggara pendidikan perlu mengikuti program induksi. Program
induksi dilaksanakan  dalam rangka menyiapkan guru pemula
agar menjadi guru profesional dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan demikian program induksi senantiasa dipantau
dan dievaluasi agar dapat diperbaiki di masa depan. Pemantaun dan
evaluasi  sebagai salah satu bagian proses penjaminan mutu pendidikan
terutama dalam pemenuhan standar kompetensi guru sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus. Selain itu, melalui program
induksi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga dapat
menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan
sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh
guru pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, kondisi sekolah, dan
lingkungannya.
Guru pendidikan khusus adalah tenaga pendidik yang memenuhi
kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik bagi peserta

Hal | 3
didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum,
dan/atau satuan pendidikan kejuruan.
Pendidikan Khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa, yang diselenggarakan secara
inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan
prasekolah, dasar dan menengah.
Satuan pendidikan khusus adalah sebutan untuk kelompok
layanan pendidikan pada tingkat pendidikan anak usia dini, dasar dan
menengah yang menyelenggarakan pendidikan jalur formal bagi peserta
didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Bentuk satuan pendidikan khusus pada jalur formal terdiri
atas Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dan/atau bentuk lain yang
sederajat pada Sekolah Luar Biasa (SLB).
Guru Pendidikan Khusus Non PNS atau Guru Sukwan yang
selanjutnya disebut Guru Non PNS wajib memiliki 4 (empat) kompetensi
yaitu kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social,
dan kompetensi professional.
Keberhasilan Guru Non PNS didalam meningkatkan kualitas
pendidikan di lembaganya merupakan suatu prestasi atas profesi yang
diembannya, maka dari itu kepada Guru Non PNS yang secara nyata
telah berhasil meningkatkan pendidikan di institusinya diberikan
pembinaan untuk meningkatkan kenerjanya. Program pembinaan Guru
Non PNS merupakan suatu kebutuhan untuk mendukung peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah, dimana pembinaan merupakan wujud
penjaminan mutu pendidikan. Dengan adanya pembinaan Guru Non

Hal | 4
PNS, diharapkan akan memotivasi guru untuk berbuat yang terbaik bagi
kemajuan pendidikan di Provinsi Jawa Barat, sesuai dengan tuntutan
profesi dan kondisi saat ini. Atas dasar itu perlu disusun pedoman
pengelolaan Guru Non PNS sebagai rambu-rambu bagi penentu
kebijakan untuk melaksanakan pengelolaan bagi Guru Non PNS di SLB
masing-masing.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008
tentang Guru;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan

Hal | 5
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Guru
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007,
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan
Khusus;
12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009
Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan
Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2010 tentang
Program Induksi Guru Pemula;
15. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor: 03/VI/PB/2010 dan Nomor: 14 Tahun
2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Akreditnya;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional guru dan Angka Kreditnya;
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2010 tentang Penyesuaian Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya;
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan;
19. Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

Hal | 6
C. Tujuan
Pedoman Pengelolaan Guru Non PNS SLB di Lingkungan Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat ini disusun dengan tujuan untuk
memberikan arahan atau acuan dalam pengelolaan Guru Non PNS di SLB
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

D. Sasaran
Sasaran Pedoman Pengelolaan Guru Non PNS SLB di Lingkungan
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat meliputi:
1. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
2. Gugus SLB
3. KKG
4. Kepala Sekolah
5. Guru
6. Tenaga kependidikan (Tenaga Administrasi Sekolah, Pustawkan, dan
Laboran)
7. Pengawas Sekolah PLB

BAB II
Hal | 7
LINGKUP PENGELOLAAN GURU NON PNS PENDIDIKAN
KHUSUS DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI
JAWA BARAT

A. Pengertian
1. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menenngah.
2. Guru Pendidikan Khusus adalah tenaga pendidik yang memenuhi
kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik bagi
peserta didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan
pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan.
3. Pendidikan Khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan
khusus pada tingkat pendidikan prasekolah, dasar dan menengah.
4. Satuan pendidikan khusus adalah sebutan untuk kelompok layanan
pendidikan pada tingkat pendidikan anak usia dini, dasar dan
menengah yang menyelenggarakan pendidikan jalur formal bagi
peserta didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa. Bentuk satuan pendidikan khusus pada jalur
formal terdiri atas Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dan/atau
bentuk lain yang sederajat pada Sekolah Luar Biasa (SLB).
5. Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik
Hal | 8
yang harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan
satuan pendidikan formal di tempat penugasan
6. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru
7. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagaipengakuan yang
diberikan kepada Guru sebagai tenaga profesional.
8. Gaji adalah hak yang diterima oleh Guru atas pekerjaannya dari
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk
finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
9. Organisasi Profesi Guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan diurus oleh Guru untuk mengembangkan
profesionalitas Guru.
10. Guru Non PNS yang diangkat oleh yayasan disebut Guru Tetap
Yayasan (GTY)
11. Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama adalah perjanjian
tertulis antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan
kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
12. Guru Non PNS adalah Guru yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan, atau satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian
dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah serta melaksanakan tugas
pokok sebagai Guru.
13. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
14. Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
15. Guru Dalam Jabatan adalah Guru Pegawai Negeri Sipil (Guru PNS)
dan Guru bukan Pegawai Negeri Sipil (Guru Non PNS) yang sudah

Hal | 9
mengajar pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun penyelenggara pendidikan
yang sudah mempunyai Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja
Bersama.
16. Pemutusan Hubungan Kerja atau Pemberhentian Kerja adalah
pengakhiran Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama Guru
karena suatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
17. Pengelolaan Guru Non PNS Pendidikan Khusus adalah segala
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan,
pengawasan, penilaian, pengembangan dan pemberian berbagai
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat atau oleh Yayasan Penyelenggara Pendidikan Khusus,
18. Pembinaan Guru Non PNS Pendidikan Khusus adalah suatu
pengelolaan kegiatan secara sistematis dan terpadu yang mencakup
keberadaan Guru Non PNS dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sesuai standar kompetensi pendidik yang dilakukan oleh
pemangku kepentingan pendidikan.
19. Program Induksi adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat
kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan  berbagai
permasalahan dalam proses pembelajaran bagi guru pemula pada 
satuan pendidikan di tempat tugasnya. Induksi guru pemula
merupakan proses orientasi kegiatan mengajar dalam konteks
satuan pendidikan tertentu, dan menjadi pembelajaran profesional di
tempat kerja selama tahun pertama mengajar dan merupakan tahap
awal dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) seorang
guru.

B. Kriteria, Standar dan Persyaratan Guru Non PNS di SLB


1. Syarat Guru Non PNS SLB
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Hal | 10
b. Memiliki kualifikasi akademik paling rendah Sarjana Strata 1 (S1)
atau Diploma Empat (D-IV) kependidikan atau non kependidikan
perguruan tinggi yang terakreditasi
c. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari
dokter pemerintah
d. Berusia setinggi-tingginya …. tahun
e. Tidak pernah dikenakan hukuman

2. Standar Kualifikasi Akademik Guru Non PNS SLB


Penyelenggara pendidikan khusus wajib mempekerjakan guru
yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
pendidikan khusus yang berlaku secara nasional.
a. Kualifikasi Akademik Guru Kelas Taman Kanak-kanak Luar Biasa
(TKLB)
1) berpendidikan minimum D-IV atau S1 Pendidikan Luar
Biasa/Pendidikan Khusus (PLB/PKh) yang diperoleh dari
Program Studi/Jurusan PLB/PKh yang terakreditasi, atau
2) berpendidikan D-IV atau S1 PGTK, PAUD, Psikologi, atau
Kependidikan non PLB/PKh, yang diperoleh dari perguruan
tinggi terakreditasi,
3) memiliki sertifikat pendidik untuk guru pendidikan khusus
yang diperoleh dari perguruan tinggi penyelenggara program
pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi
terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
b. Kualifikasi Akademik Guru Kelas SDLB
1) berpendidikan minimum D-IV atau S1 PLB/PKh yang diperoleh
dari Program Studi/Jurusan PLB/PKh yang terakreditasi, atau
2) berpendidikan D-IV atau S1 PGSD, Psikologi, Kependidikan non
PLB/PKh, yang diperoleh dari perguruan tinggi terakreditasi,
3) memiliki sertifikat pendidik untuk guru pendidikan khusus
yang diperoleh dari perguruan tinggi penyelenggara program

Hal | 11
pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi
terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
c. Kualifikasi akademik Guru Mata Pelajaran SDLB, SMPLB, SMALB
1) berpendidikan minimum D-IV atau S1 dari Program
Studi/Jurusan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan dan diperoleh dari Program Studi/Jurusan yang
terakreditasi, atau
2) berpendidikan minimum D-IV atau S1 PLB/PKh yang diperoleh
dari Program Studi/Jurusan PLB/PKh terakreditasi,
3) memiliki sertifikat pendidik untuk guru pendidikan khusus
yang diperoleh dari perguruan tinggi penyelenggara program
pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi
terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
3. Standar Kompetensi Guru Non PNS SLB
Standar kompetensi guru pendidikan khusus dikembangkan
secara utuh dari empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja
guru pendidikan khusus. Standar kompetensi guru pendidikan
khusus mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan menjadi
kompetensi guru kelas TKLB, guru kelas SDLB, SMPLB, dan SMALB,
serta guru mata pelajaran SDLB, SMPLB, SMALB. Kompetensi inti
guru pendidikan khusus pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru Pendidikan Khusus menyesuaikan kompetensi inti
guru sekolah umum sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

1. Kompetensi Pedagogik

1.1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,


sosial, kultural, emosional dan intelektual
1.2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik
Hal | 12
1.3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu
1.4. Menyelenggarakan pembelajaran/pengembangan yang
mendidik
1.5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran/pengembangan yang mendidik
1.6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
1.7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik
1.8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar
1.9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
1.10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran

2. Kompetensi Kepribadian

2.1 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan


kebudayaan nasional Indonesia
2.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
2.3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang sabar, tekun, mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
2.4 Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri
3.5 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru

3. Kompetensi Sosial

Hal | 13
3.1 Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi

3.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan


sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat
3.3 Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya
3.4 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain

4. Kompetensi Profesional

4.1 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan


yang mendukung mata pelajaran yang diampu
4.2 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu
4.3 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif
4.4 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
4.5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri

Penjabaran standar kompetensi guru pendidikan khusus untuk setiap


satuan pendidikan (TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB) sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 32 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Pendidikan Khusus.

C. Prosedur Rekrutmen Guru Non PNS SLB


1. Penyiapan Calon Guru Non PNS

Hal | 14
Untuk menyediakan kebutuhan guru di Sekolah Luar Biasa (SLB)
perlu diadakan rekrutmen agar tersedia guru yang memenuhi
kebutuhan dan memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi guru
yang diharapkan. Kualifikasi akademik guru adalah ijazah jenjang
pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan
jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat guru bertugas.
Kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
professional yang diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan guru di SLB, penyelenggara
SLB menganalisis kebutuhan Guru Non PNS di SLB dengan
mempertimbangkan jumlah peserta didik berkebutuhan khusus dan
jenis kelainan/ketunaan yang dilayani, tingkatan kelas, satuan
pendidikan, dan jenjang pendidikan, serta keadaan jumlah guru yang
ada dan ruangan kelas yang tersedia. Berdasarkan hal-hal tersebut
penyelenggara SLB dapat menentukan kebutuhan guru untuk setiap
tahun pelajaran. Kebutuhan guru disosialisasikan dengan berbagai
media baik langsung maupun tidak langsung, dan mengumumkan
kebutuhan Guru Non PNS di SLB yang dikelolanya. Calon Guru Non
PNS direkrut dari peserta yang mendaftar dengan terlebih dahulu
mengadakan seleksi baik seleksi administrative maupun seleksi
akademik.

2. Pelaksanaan Seleksi Calon Guru Non PNS SLB


Yayasan penyelenggara SLB sesuai dengan kewenangannya
melakukan seleksi kepada peserta yang mendaftar melalui dua jenis
seleksi, yaitu seleksi administrasi,dan seleksi akademik.

a. Seleksi administratif

Hal | 15
Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan
dokumen sebagai bukti bahwa calon guru Non PNS yang
bersangkutan memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
1) Permohonan dari yang bersangkutan (Calon Guru Non PNS)
2) Foto Copy Ijazah tertinggi
3) Foto Copy sertifikat pendidik
4) Surat keterangan berkelakuan baik
5) Pengalaman penunjang
6) Pas foto

b. Seleksi akademik
Seleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi sebagai
pendidik dan penguasaan awal terhadap kompetensi guru
pendidikan khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan

3. Pengumuman Hasil Seleksi


Peserta yang telah lulus seleksi sebagai Guru Non PNS
diumumkan secara transparan kepada yang bersangkutan dan pihak
yang terkait (Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi).

4. Proses Pengangkatan Guru Non PNS SLB


Peserta seleksi yang telah lulus diangkat oleh penyelenggara
pendidikan khusus sebagai Guru Non PNS di SLB dengan memenuhi
ketentuan atau peraturan yang berlaku. Guru Non PNS tersebut
ditetapkan dengan Surat Keputusan Penyelengara Pendidikan
Khusus.
Setelah memenuhi waktu yang ditetapkan atau sesuai ketentuan
dalam melaksanakan tugas, Guru Non PNS mengajukan NUPTK.
Setelah mengikuti program sertifikasi (PPG/PLPG) dan memenuhi
persyaratan dan ketentuan, Guru Non PNS difasilitasi untuk
memperoleh tunjangan profesi.

Hal | 16
D. Kesejahteraan Guru Non PNS SLB
Guru Non PNS berhak memperoleh kesejahteraan kesejahteraan
berupa gaji berdasarkan kemampuan dan kesepakatan bersama. Guru
Non PNS yang telah memenuhi persyaratan berhak mengajukan
NUPTK dan berhak memperoleh kesejahteraan lainnya, misalnya
tunjangan profesi setelah memenuhi persyaratan dan prosedur
pengajuan seritifkasi guru.

E. Pelaksanaan Program Induksi


Mengingat peran guru yang sangat strategis dalam pembangunan
pendidikan, maka seorang guru harus dipersiapkan dengan matang.
Persiapan tersebut haruslah berkesinambungan mulai dari pre-
service dan pendidikan profesi guru di LPTK sampai menjadi guru
pemula di satuan pendidikan. Pada saat awal seorang guru pemula mulai
mengajar dan mengenal lingkungan sekolah mereka menghadapi
beberapa hambatan antara lain: pengenalan karakteristik peserta
didik, budaya sekolah, beradaptasi dan berkomunikasi dengan warga
sekolah. Padahal pengenalan guru pemula terhadap situasi sekolah akan
menentukan karir dan profesionalitas seorang guru selanjutnya.  Salah
satu program yang dapat membekali guru pemula dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi guru pada awal mereka bertugas adalah program
induksi.
Program Induksi adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat
kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan  berbagai permasalahan
dalam proses pembelajaran bagi guru pemula pada  satuan pendidikan
di tempat tugasnya. Induksi guru pemula merupakan proses orientasi
kegiatan mengajar dalam konteks satuan pendidikan tertentu, dan
menjadi pembelajaran profesional di tempat kerja selama tahun pertama
mengajar dan merupakan tahap awal dalam Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) seorang guru.
Program Induksi dirancang secara sistematis dan terencana
berdasarkan konsep kerjasama dan kesejawatan antara guru pemula,

Hal | 17
guru pembimbing, guru sejawat, kepala sekolah, dan pengawas sekolah
dengan pendekatan pembelajaran profesional.

F. Mutasi dan Pemberhentian Guru Non PNS SLB


1. Mutasi Guru Non PNS
Karena alasan tertentu Guru Non PNS dapat mutasi ke SLB yang
lainnya di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Kepala
SLB tempat bekerja guru tersebut memberikan rekomendasi dengan
diketahui penyelenggara SLB untuk mutasi atau pindah tempat
bekerja ke SLB lainnya di bawah satu naungan penyelenggara atau ke
SLB lain yang diselenggarakan oleh penyelenggara lainnya. Apabila
SLB yang dituju menerima kepindahannya, maka Guru Non PNS
tersebut bekerja di tempat yang baru dengan terlebih dahulu
diberhentikan sebagai Guru Non PNS di SLB asal, dan ditetapkan oleh
penyelenggara SLB sebagai guru SLB di tempat yang baru. Masa kerja
di tempat yang lama sebagai Guru Non PNS ditambahkan masa
kerjanya sebagai Guru Non PNS di tempat yang baru.
2. Pemberhentian Guru Non PNS
Guru Non PNS diberhentikan sebagai guru karena:
a. Permohonan sendiri
b. Masa penugasan sebagai guru berakhir
c. Telah mencapai batas usia pensiun (60 tahun lebih)
d. Diangkat pada jabatan lain
e. Dikenakan hukuman sedang dan/atau berat
f. Berhalangan tetap
g. Tugas belajar sekurang-kurangnya selama 6 (enam) bulan,
dan/atau
h. Meninggal dunia

G. Penilaian Kinerja Guru Non PNS SLB

Hal | 18
Penilaian kinerja Guru Non PNS dilakukan secara berkala setiap
tahun. Penilaian kinerja dilakukan oleh kepala sekolah atau oleh guru
yang ditetapkan sebagai penilai kinerja guru. Penilaian kinerja
dilakukan juga oleh pengawas sekolah. Instrumen penilaian kinerja
menyesuaikan dengan instrument penilaian kinerja guru yang berlaku.

H. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Non PNS SLB


Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) meliputi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada kompetensi
pedagogik, kepribadian, social, dan professional. PKB dilaksanakan
melalui pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
PKB dilaksanakan sesuai dengan kentuan yang ditetapkan
direktorat jenderal terkait.

BAB III

Hal | 19
POLA PENGELOLAAN GURU NON PNS SLB DI LINGKUNGAN DINAS
PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

A. Perencanaan
Perencanaan program merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan
sebelum program tersebut diimplementasikan. Komponen-komponen
yang dipersiapkan terkait dengan pengelolaan program Guru Non PNS
adalah penyiapan program, penyiapan pedoman/juklak/juknis,
penyiapan perangkat, sosialisasi program, penyiapan monitoring dan
evaluasi (Monev), dan penyiapan perbaikan sistem pengelolaan. Rincian
masing-masing kegiatan tersebut sebagai berikut:
1. Penyiapan Program
Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (Bidang
PK dan PLK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Seksi
Ketenagaan Pendidikan Khusus menyusun program pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan yang memuat program sebagai
berikut:
a. Pemetaan kebutuhan kuantitas (jumlah) Guru Non PNS
Pendidikan Khusus di SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
b. Pemetaan kebutuhan kualitas terkait dengan profesionalisme
Guru Non PNS Pendidikan Khusus di SLB Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat
c. Upaya peningkatan profesional Guru Non PNS di satuan
pendidikan khusus di Jawa Barat .
d. Upaya pengembangan karir Guru Non PNS yang bertugas di
satuan pendidikan khusus.
e. Program Kesejahteraan Guru Non PNS yang bertugas di satuan
pendidikan khusus.
f. Program penghargaan dan perlindungan Guru Non PNS yang
bertugas di satuan pendidikan khusus.

Hal | 20
2. Penyiapan Pedoman/Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis
Bidang PK dan PLK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
melalui Seksi Ketenagaan Pendidikan Khusus menyiapkan
pedoman agar program yang direncanakan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Pedoman yang dipersiapkan adalah
pedoman yang terkait dengan:
a. Pemetaan kebutuhan kuantitas Guru Non PNS pendidikan
khusus berupa pedoman tentang pendataan dan penataan
untuk pemenuhan rasio kebutuhan Guru Non PNS pendidikan
khusus, sistem perekrutan kepala sekolah; dan distribusi dan
redistribusi kepala sekolah.
b. Pemetaan Kebutuhan kualitas terkait dengan profesionalisme
Guru Non PNS pendiikan khusus berdasarkan pedoman
penyelenggaraan pemetaan kinerja Guru Pendidikan Khusus.
c. Upaya peningkatan profesional Guru Non PNS Pendidikan
Khusus, pedoman bimbingan teknis penguatan Guru Non PNS
Pendidikan Khusus , pedoman sertifikasi Guru Non PNS
Pendidikan Khusus
d. Upaya pengembangan karir Guru Non PNS Pendidikan Khusus
yang bertugas di satuan pendidikan khusus berupa petunjuk
teknis penilaian kinerja.
e. Program Kesejahteraan Guru Non PNS Pendidikan Khusus
yang bertugas di satuan pendidikan khusus, berupa pedoman
pemberian tunjangan yang sesuai dengan ketentuan
f. Program penghargaan dan perlindungan Guru Non PNS
Pendidikan Khusus yang bertugas di satuan pendidikan
khusus.

3. Penyiapan Perangkat
Bidang PK dan PLK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
melalui Seksi Ketenagaan Pendidikan Khusus menyiapkan
perangkat-perangkat yang terkait dengan program di atas berupa

Hal | 21
pedoman, juklak/juknis, panduan kegiatan, instumen dalam
bentuk hardware dan software.

4. Sosialisasi Program
Bidang PK dan PLK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
melalui Seksi Ketenagaan Pendidikan Khusus melakukan
sosialisasi program dengan melalui tahapan: menyusun materi dan
bahan sosialisasi, menentukan sasaran sosialisasi, bentuk
sosialisasi dan media sosialisasi.

5. Penyiapan Monitoring dan Evaluasi


Bidang PK dan PLK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
melalui Seksi Ketenagaan Pendidikan Khusus Pembinaan PTK
Pendidikan Dasar menyiapkan program monitoring dan evaluasi;
menentukan materi yang akan di monev, menyusun instrumen,
pedoman penyelenggaraan monev, pengolahan hasil dan pelaporan.

6. Penyiapan Perbaikan Sistem Pengelolaan


Bidang PK dan PLK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
melalui Seksi Ketenagaan Pendidikan Khusus melakukan perbaikan
sistem berdasarkan temuan dan rekomendasi yang berhubungan
dengan program, kegiatan dan materi yang berkaitan dengan
pengelolaan Guru Non PNS Pendidikan Khusus di SLB Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

B. Pelaksanaan
1. Koordinasi Pengelolaan Guru Non PNS SLB
Dalam melaksanakan program-program yang telah
direncanakan, Bidang PK dan PLK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat melalui Seksi Ketenagaan Pendidikan Khusus perlu
mengadakan koordinasi dengan pihak lain yang terkait dan
memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan Guru Non PNS

Hal | 22
Pendidikan Khusus. Koordinasi dilakukan dengan pihak yang
relevan yang juga bertanggungjawab dalam pengelolaan Guru Non
PNS Pendidikan Khusus dalam hal ini adalah Bagian kepegawaian
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Yayasan Penyelenggara
Pendidikan Khusus serta Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
Penanggung jawab pengelolaan Guru Non PNS Pendidikan
Khusus bahwa Guru Non PNS Pendidikan Khusus di provinsi
menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Provinsi dan BKD
Provinsi Jawa Barat.
.
2. Rincian Tugas dan Tanggungjawab Pengelolaan
No Unit Kerja Tugas dan Tanggungjawab
1 Dinas 1 Menyusun rencana tahunan pembinaan
Pendidikan Guru Non PNS Pendidikan Khusus se-Jawa
Provinsi Jawa Barat
2 Melaksanakan pembinaan Guru Non PNS
Barat
Pendidikan Khusus se-Jawa Barat
3 Menyusun Laporan pembinaan Guru Non
PNS Pendidikan Khusus se-Jawa Barat
4 Menyusun dan melaksaakan peningkatan
kesejahteraan Guru Non PNS Pendidikan
Khusus se-Jawa Barat
5 Menyusun dan melaksaakan penghagaan
dan perlindungan bagi Guru Non PNS
Pendidikan Khusus se-Jawa Barat
2 Bidang 1 Menyusun formasi kebutuhan Guru Non
Pendidikan PNS Pendidikan Khusus di setiap SLB se-
Khusus dan Jawa Barat
2 Memfasilitasi rekrutmen dan seleksi calon
Pendidikan
Guru Non PNS Pendidikan Khusus di SLB
Layanan
Khusus Dinas
3 Memfasilitasi pelaksanaan Program Induksi
Pendidikan
bagi Guru Pemula
Provinsi Jawa
5 Menyusun rencana tahunan pembinaan
Barat
Guru Non PNS Pendidikan Khusus se-
Hal | 23
No Unit Kerja Tugas dan Tanggungjawab
Provinsi
6 Melaksanakan pembinaan kepada Guru
Non PNS Pendidikan Khusus di tingkat
provinsi
7 Memberikan penghargaan dan
perlindungan kepada Guru Non PNS
Pendidikan Khusus
8 Melakukan supervisi, monitoring dan
evaluasi kegiatan pembinaan Guru Non
PNS Pendidikan Khusus dalam wilayah
kewenangannya.
9 Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi
kepada Guru Non PNS Pendidikan Khusus
10 Menyusun Laporan pembinaan kepala
sekolah satuan pendidikan khusus/ SLB
3 Balai 1 Memfasilitasi pelaksanaan pendidikan dan
Pelatihan pelatihan Guru Non PNS Pendidikan
Pendidik dan Khusus
Tenaga
Kependidikan
Pendidikan
Khusus Dinas
Pendidikan
Provinsi Jawa
Barat
3 Yayasan 1 Menyusun rencana tahunan pembinaan
Penyelenggara Guru Non PNS Pendidikan Khusus di SLB
Pendidikan yang dikelolanya
2 Melaksanakan pembinaan Guru Non PNS
Khusus/
Pendidikan Khusus di SLB
Satuan
3 Menyusun Laporan pembinaan Guru Non
Pendidikan
PNS Pendidikan Khusus di SLB
Penyelenggara 4 Menyusun dan melaksaakan peningkatan
Pendidkan kesejahteraan Guru Non PNS Pendidikan
Khusus (SLB) Khusus di SLB
Hal | 24
No Unit Kerja Tugas dan Tanggungjawab
5 Menyusun dan melaksaakan penghagaan
dan perlindungan bagi Guru Non PNS
Pendidikan Khusus di SLB
6 Memberikan fasilitasi kesejahteraan bagi
Non PNS sesuai kondisi dan kesepakatan
bersama antara yayasan penyelenggara
pendidikan khusus dan Guru Non PNS

3. Indikator Keberhasilan
Pelaksanaan program pengelolaan Guru Non PNS Pendidikan
Khusus dikatakan berhasil dengan indikator:
a. Terwujudnya Guru Non PNS yang profesional dalam
melaksanakan tugas pokoknya.
b. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi pengelolaan satuan
pendidikan khusus
c. Meningkatnya mutu pembelajaran di satuan khusus
d. Meningkatnya mutu lulusan sesuai dengan standard
kompetensi lulusan.
e. Meningkatnya kinerja guru sesuai dengan Permen PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009.
f. Meningkatnya pencitraan dan akuntabilitas publik terhadap
pembelajaran di satuan pendidikan khusus
g. Meningkatnya mutu pendidikan nasional.

4. Proses Pengelolaan
Proses pengelolaan Guru Non PNS SLB didasarkan pada program-
program kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan kepala
sekolah yang terdiri dari:
1. Asesmen kebutuhan untuk mengetahui kebutuhan dan
harapan Guru Non PNS SLB dalam proses pembinaan pendidik
dan tenaga kependidikan

Hal | 25
2. Pemetaan kondisi Guru Non PNS SLB peserta program
pembinaan Guru Non PNS Pendidikan Khusus pada tataran
individu, kelompok dan organisasi dengan tujuan untuk
menyusun struktur program pembinaan sesuai dengan kondisi
Guru Non PNS Pendidikan Khusus yang telah dipetakan.
3. Menyusun pola pembinaan karir Guru Non PNS SLB melalui
pengembangan kompetensi dan pendidikan karakter. Materi
pembinaan, antara lain:
a. Pembinaan integritas, kepribadian, keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan YME;
b. Pembinaan pengembangan diri, kepribadian unggul,
wawasan kebangsaan, dan bela negara;
c. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan
politik, lingkungan hidup, keunggulan lokal, kepekaan dan
toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural;
d. Pembinaan supervisi akademik, manajerial, dan evaluasi;
e. Pembinaan kompetensi penelitian;
f. Pembinaan kreativitas, dan kewirausahaan;
g. Pembinaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);
h. Pembinaan komunikasi dalam bahasa asing.
4. Meningkatkan kompetensi Guru Non PNS SLB melalui
bimbingan teknis, program kemitraan, studi banding serta
program peningkatan lainnya.
5. Monitoring dan evaluasi pembinaan Guru Non PNS SLB di
Linglkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

C. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan pengelolaan Guru Non PNS SLB perlu dimonitoring dan
dievaluasi agar pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan
oleh Pengawas Sekolah PLB dan Unsur Pejabat Struktural Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat terkait secara berkala. Pelaksanaan

Hal | 26
monitoring yang dilakukan oleh unsur terkait bertujuan untuk:
1. Mengetahui perkembangan kemajuan pelaksanaan program
pembinaan Guru Non PNS SLB secara keseluruhan di SLB sebagai
acuan untuk program perbaikan dan peningkatan kualitas dan
kuantitas kegiatan selanjutnya;
2. Memastikan bahwa program atau kegiatan pembinaan Guru Non PNS
SLB yang telah dirancang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah
diprogramkan dan untuk mengetahui kendala-kendala selama proses
pelaksanaan;
3. Mengetahui dengan benar kegiatan maupun permasalahan yang
dihadapi oleh satuan pendidikan khusus dalam pelaksanaan
pembinaan Guru Non PNS SLB; dan
4. Memberikan informasi dan data yang diperlukan pada instansi
terkait dalam rangka membuat kebijakan lebih lanjut.
Selain dilakukan monitoring, perlu juga dilakukan evaluasi terhadap
kegiatan pengelolaan Guru Non PNS SLB untuk mengetahui
perkembangannya. Hasil evaluasi harus dilaporkan oleh penanggung
jawab pada unsur terkait pada setiap akhir program. Pelaksanaan
evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.
1. Hasil akhir yang diperoleh dalam kegiatan, apakah telah sesuai
dengan target yang telah direncanakan;
2. Dalam mencapai hasil akhir, apakah sumber daya manusia yang ada,
teknis pelaksanaan, dana, waktu dan sarana telah berfungsi baik dan
efektif;
3. Kendala-kendala apa saja yang ada di daerah sehingga terjadi
kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan yang terjadi;
dan
4. Dari segi performance/kinerja Guru Non PNS SLB adalah perubahan
yang terjadi baik dari kompetensi, karakter, kinerja maupun
hubungan dengan orang lain di lingkungan kerjanya.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh penyelenggara kegiatan
terhadap keterlaksanaan kegiatan dengan perangkat pelaksanaan

Hal | 27
monitoring dan evaluasi yang sesuai, dengan petugas yang kompeten dan
bertanggung jawab.

D. Pelaporan
Dalam rangka tertib administrasi, kegiatan pengelolaan Guru Non
PNS SLB perlu dilaporkan secara tertulis oleh penanggungjawab
pengelolaan tingkat sekolah. Pelaporan meliputi pelaporan kegiatan dan
pelaporan penggunaan dana. Laporan tersebut disampaikan kepada
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dilengkapi dengan
dokumentasi. Laporan kegiatan berisi gambaran secara menyeluruh
mengenai kegiatan mengenai program yang telah terlaksana dan belum
terlaksana pada masing-masing tingkat pengelolaan Guru Non PNS SLB,
sedangkan laporan penggunaan dana berisi pemanfaatan dana
penyelenggaraan kegiatan disertai bukti pengeluaran.

BAB IV
PENUTUP
Visi sistem pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa mengisyaratkan bahwa pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus berlangsung
sinergis. Visi sistem pendidikan nasional dimaksudkan untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
Dalam era globalisasi dan informasi saat ini, keterbukaan telah
menjadi karakteristik kehidupan yang demokratis, dan hal ini membawa

Hal | 28
dampak pada cepat usangnya kebijakan maupun praksis pendidikan.
Parameter kualitas pendidikan, baik dilihat dari segi pasokan, proses, dan
hasil pendidikan selalu berubah. Tanggung jawab pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
orang tua. Oleh sebab itu, pendidikan harus secara terus-menerus perlu
ditingkatkan kualitasnya, melalui sebuah pembaruan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan (stakeholders) agar
mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa sejak dini sehingga
memiliki keunggulan kompetitif dalam tatanan kehidupan nasional dan
global.
Guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan khusus harus dimiliki bukan hanya oleh
Guru PNS, tetapi oleh Guru Non PNS. Untuk itu maka kualifikasi Akademik
atau ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru Non
PNS sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat
penugasan yaitu pada satuan pendidikan khusus atau SLB. Terpenuhinya
kebutuhan guru dari segi kuantitas dan kualitas di setiap SLB diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan di Provinsi Jawa Barat.

Hal | 29

Anda mungkin juga menyukai