Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat kembali sepintas definisi Al Quran secara etimologi berasal
dari bahasa Arab yang berarti "bacaan". Kata Al Quran adalah bentuk masdar
dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Secara terminologi, Al Quran
dapat disimpulkan lafad berbahasa arab yang diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai mu’jizat yang diwahyukan kepadanya melalui
perantara Malaikat Jibril, diturunkan secara bertahap, kemudian dikumpulkan
dalam satu mushaf, bernilai ibadah bagi yang membacanya yang mana dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nash.1 Dari pengertian
ringkas di atas, bahwa Al Quran memiliki keistimewaan sejarah yang luar
biasa mulai dari penurunannya sampai ke tangan umat islam.
Akan tetapi masih banyak dari umat islam tidak mengetahui secara
paham bagaimana proses penurunan sampai pada ke tangan mereka bahkan
yang berkaitan dengan sejarah pengumpulan Al Quran. Mereka acuh tak acuh
dengan hal tersebut sehingga ini membawa kebuntuan baginya dalam
memahami Al Quran secara komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian pengumpulan Al-Qur’an?
2. Bagaimana Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Nabi?
3. Bagaimana Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaurrasyidin?
4. Bagaimana Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Kontemporer?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Al Quran
Berbagai macam istilah yang digunakan dalam pengumpulan Al
Quran. Mengutip Subhi As-Shalih  bahwa penghimpunan al Quran memiliki
dua pengertian. Keduanya disebutkan dalam nash. Dalam al Qiyamah 17
Allah berfirman: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penghimpunannya
(di dalam dadanya) dan (membuatmu pandai) membacanya. Kata
menghimpunnya (jam’ahu) bermakna penghafalannya. Orang-orang yang
hafal Al Quran disebut Jumma’aul Qur’an atau Huffadzul Qur’an. Makna
yang lain dari kata penghimpunan (jam’ahu) ialah penulisan yakni penulisan
seluuh Al Quran yang memisahkan masing-masing ayat dan surah atau hanya
mengatur susunan semua ayat Al Quran saja dan susunan tiap surah di dalam
suatu shahifah tersendiri atau mengatur susunan semua ayat dan surah di
dalam beberapa shahifah yang kemudian disatukan sehingga menjadi suatu
koleksi yang merangkum semua surah yang sebelumnya telah disusun satu
demi satu.1 Sedangkan menurut Taufiki Adnal Amal ialah unit-unit wahyu
yang diterima Muhammad pada faktanya dpelihara dari kemusnaha dengan
dua cara utama: menyimpannya ke dalam dada manusia atau
menghafalkannya dan merekamnya secara tertulis di atas berbagai jenis bahan
untuk menulis. Jadi ketika para sarjana muslim berbicara tentang jam’ul quran
pada masa Nabi maka yang dimaksudkan dengan ungkapan ini pada dasarnya
ialah pengumpulan wahyu yang diterima Nabi melalui kedua cara tersebut
baik sebagian maupun seluruhnya.2 Mengutip Syekh Muhammad Ali Ash-
Shabuni yang diterjemahkan Muhammad Qodirun Nur dalam Ikhtisar Ulumul
Quran Praktis mengatakan bahwa kata pengumpulan diartikan menghafal dan
mengeluarkan dari dada para sahabat. Diartikan pula penulisan atau

1
Subhi as Shalih, Membahasa Ilmu-Ilmu Al Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), hal.
81
2
Taufik Adnal Amal, Rekonstruksi Sejarah Al Quran, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005),
hal. 150

2
pencatatan pada shahaif dan daun-daun Dari uraian di atas intinya sama yaitu
memiliki dua arti berupa penghafalan dan penulisan.
Kemudian Al Quran sendiri dikumpulkan pada dua masa yaitu masa
Rasulullah dan masa khalafaur Rasyidin. Masing-masing tahap pengumpulan
memiliki keistimewaan sendiri. Lebih rincinya ada pada pembahasan di bawah
ini.
B. Masa Rasulullah SAW
1. Pengumpulan Al Quran dalam Dada
Al Quran diturunkan kepada Nabi yang ummiy. Maka Nabi hanya
tercurahkan untuk menghafal dan melahirkannya agar ia dapat dihafal
sebagaimana diturunkan kepadanya. Lantas beliau membacakannya
kepada manusia agar mereka dapat hafal dan melahirkannya
(membacakannya).3
Usaha keras Nabi untuk menghafal Al Quran terbukti setiap mala
beliau membaca Al Quran dalam salat sebagai ibadah membaca dan
merenungkan maknanya. Maka tidak heran jika Rasul menjadi sayyid para
huffazh. Hatinya yang mulia itu penuh dengan Al Quran. Beliau menjadi
tempat bertanya bagi setiap muslimin yang kesulitan tentang Al Quran.
Demikian pula para sahabat. Mereka selalu berlomba-lomba membaca dan
mempelajari Al Quran. Mereka mencurahkan segala kemampuan untuk
membaca dan menghafalkannya. Mereka mengajarkan kepada isteri dan
anak-anak di rumah mereka. Rasul telah mengobarkan api semangat
mereka menghafalkan Al Quran. Beliau mengutus orang-orang tertentu
untuk mengajar dan membacakan Al Quran kepada penduduk ke pelosok-
pelosok. Dengan demikian pada masa ini tidak terhitung jumlah huffazh.4
Sedangkan para sahabat yang terkenal pandai mengajarkan bacaan Al
Quran ialah: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubai bin Ka’ab, zaid
bin Tsabit, ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Durba dan Abu Musa al-Asy’ari.5
3
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah. Studi Ulumul Qur’an: Telaah Atas Mushaf
Utsmani. Drs. Taufiqurrahman (penerjemah) (Jakarta: CV Pustaka Setia, 2003), h. 10
4
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Muhammad Qodirun Nur (penerj), Ikhtisar
Ulumul Quran Praktis, (Jakarta; Pustaka Amani, 2001), hal. 73
5
Subhi as Shalih, Membahasa Ilmu-Ilmu…, hal. 85

3
Sungguh merupakan keistimewaan luar biasa bagi umat
Muhammad di mana kitab suci ini dapat dihafal dalam dada mereka karena
Allah telah menjaganya dengan pertolongan-Nya. Dia memudahkannya
untuk dihafal. Dia menjaganya dari kemungkinan perubahan dan
pergantian dengan cara menjaganya dalam dada.6 Firman-Nya:
       
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hirjr: 9)

2. Pengumpulan Al Quran pada Tulisan


Keistimewaan yang kedua dari Al-Qur'anul Karim ialah
pengumpulan dan penulisannya dalam lembaran. Rasulullah SAW
mempunyai beberapa orang sekretaris wahyu. Setiap turun ayat Al-Qur'an
beliau memerintahkan kepada mereka menulisnya, untuk memperkuat
catatan dan dokumentasi dalam kehati-hatian beliau terhadap kitab Allah
'Azza Wa Jalla, sehingga penulisan tersebut dapat melahirkan hafalan dan
memperkuat ingatan.
Penulis-penulis tersebut adalah sahabat pilihan yang dipilih oleh
Rasul dari kalangan orang yang terbaik dan indah tulisannya agar mereka
dapat mengemban tugas yang mulia ini. Diantara mereka adalah Zaid bin
Tsabit, Ubay bin Ka'ab; Muadz bin Jabal, Mu'awiyah bin Abi Sufyan,
Khulafaur Rasyidin dan Sahabat-sahabat lain.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas r.a.
bahwasanya ia berkata: "Al-Qur'an dikumpulkan pada masa Rasul SAW
oleh 4 (empat) orang yang kesemuanya dari kaum Anshar; Ubay bin
Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. Anas ditanya:
"Siapa ayah Zaid?" Ia menjawab: "Salah seorang pamanku".
Mereka menuliskan Al Quran pada pelepah kurma, pohon, daun,
kulit, tulang. Demikian karena alat tulis sulit didapat di negeri Arab.
Memang orang-orang Persia dan Romawi punya tetapi jumlahnya sedikit,

6
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Muhammad Qodirun Nur (penerj), Ikhtisar
Ulumul…, hal.77

4
tidak bisa tersebar luas sehingga orang-orang Arab menulis dengan apa
saja yang dapat mereka pergunakan untuk menulis.
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a., ia berkata:
‫كنا عند رسول اللة نؤ القران من الرقاع‬
Artinya: Kami di sisi Rasulullah Saw. mengumpulkan Al Quran dari kulit.
Maksudnya mengumpulkan Al Quran dengan mengurutkan ayat-
ayatnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah dan perintah dari Allah SWT.
Oleh karenanya para ulama bersepakat bahwa pengumpulan Al Quran
adalah bersifat taufiqi.
Telah diceritakan bahwa Jibril turun membawa satu atau beberapa
ayat kepada Nabi Saw. Ia berkata kepada beliau; “Hai Muhammad Allah
Swt. memerintahkan kepadamu, supaya kamu meletakkan ayat ini dari
surat ini.” Demikian pula Rasulullah berkata kepada para sahabat:
“Letakkan ayat itu pada tempat ini.”7
C. Masa Khalafaur Rasyidin
1. Masa Abu Bakar ash-Shiddiq ra
Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah setelah beliau selesai
menyampaikan risalah dan amanah, menasehati umat serta memberi
petunjuk. pada agama yang lurus. Setelah beliau wafat kekuasaan
dipegang oleh Abu Bakar Siddik ra.
Pada masa pemerintahannya Abu Bakar banyak menghadapi
malapetaka, berbagai kesulitan dan problem yang rumit, diantaranya
memerangi orang-orang yang murtad (keluar dari agama Islam) yang ada
di kalangan orang Islam, memerangi pengikut Musailamah al-Kadzdzab.
Peperangan Yamamah adalah suatu peperangan yang amat dahsyat.
Banyak kalangan sahabat yang hafal Al-Qur'an dan ahli bacanya mati
syahid yang jumlahnya lebih dari 70 orang huffazh ternama. Oleh
karenanya kaum muslimin menjadi bingung dan khawatir. Umar sendiri
merasa prihatin lalu beliau menemui Abu Bakar yang sedang dalam
keadaan sedih dan sakit. Umar mengajukan usul (bermusyawarah
7
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Muhammad Qodirun Nur (penerj), Ikhtisar
Ulumul…, hal. 80

5
dengannya) supaya mengumpulkan Al-Qur'an karena khawatir lenyap
dengan banyaknya khufazh yang gugur, Abu Bakar pertama kali merasa
ragu.
Setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positifnya ia
memandang baik untuk menerima usul dari Umar. Dan Allah
melapangkan dada Abu Bakar untuk melaksanakan tugas yang mulia
tersebut, ia mengutus Zaid bin Tsabit dan mengajukan persoalannya, serta
menyuruhnya agar segera menangani dan mengumpulkan Al-Qur'an dalam
satu mushhaf. Mula pertama Zaid pun merasa ragu, kemudian iapun
dilapangkan Allah dadanya sebagaimana halnya Allah melapangkan dada
Abu Bakar dan Umar.
Al-Bukhari telah meriwayatkan dalam shahihnya tentang kisah
pengumpulan ini. Karena pentingnya maka di sini kami menukilnya
sebagai berikut:
"Dari Zaid bin Tsabit r.a. bahwa ia berkata: "Abu Bakar
mengirimkan berita kepadaku tentang korban pertempuran Yamamah,
setelah orang yang hafal Al-Qur'an sejumlah 70 orang gugur. Kala itu
Umar berada di samping Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar mengatakan
"Umar telah datang kepadaku dan ia mengatakan: "Sesungguhnya
pertumpahan darah pada pertempuran Yamamah banyak mengancam
terhadap para penghafal Al-Qur'an. Aku khawatir kalau pembunuhan
terhadap para penghafal Al-Qur'an terus-menerus terjadi di setiap
pertempuran, akan mengakibatkan banyak Al-Qur'an yang hilang. Saya
berpendapat agar anda memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan
Al-Qur'an". Aku (Abu Bakar) menjawab: "Bagaimana aku harus
melakukan suatu perbuatan sedang Rasul SAW tidak pernah
melakukannya?". Umar r.a. menjawab: "Demi Allah perbuatan tersebut
adalah baik". Dan ia berulangkali mengucapkannya sehingga Allah
melapangkan dadaku sebagaimana ia melapangkan dada Umar. Dalam hal
itu aku sependapat dengan pendapat Umar.

6
Zaid berkata: Abu Bakar mengatakan: "Anda adalah seorang
pemuda yang tangkas, aku tidak meragukan kemampuan anda. Anda
adalah penulis wahyu dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu telitilah Al-
Our'an dan kumpulkanlah....!" Zaid menjawab: "Demi Allah andaikata aku
dibebani tugas untuk memindahkan gunung tidaklah akan berat bagiku
jika dibandingkan dengan tugas yang dibebankan kepadaku ini".
Saya mengatakan: "Bagaimana anda berdua akan melakukan
pekerjaan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasululah SAW?". Abu Bakar
menjawab: "Demi Allah hal ini adalah baik", dan ia mengulanginya
berulangkali sampai aku dilapangkan dada oleh Allah SWT sebagaimana
ia telah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.
Selanjutnya aku meneliti dan mengumpulkan Al-Qur'an dari
kepingan batu, pelepah kurma dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-
Qur'an, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat At-Taubah dari Abu
Khuzaimah Al-Anshary yang tidak terdapat pada lainnya (yaitu): 
        
      
          
     

Artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari


kaummu sendiri, berat baginya apa yang kamu rasakan, ia
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka
katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain
Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah
Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung. (At-Taubah: 128-129).

Demikianlah kehati-hatian Zaid dalam menghimpun semua ayat Al


Quran. Cara Zaid menghimpun Al Quran untuk dapat diterima harus
dibuktikan kebenarannya oleh dua kesaksian yaitu melalui hafalan dan
tulisan. Mengutip dari Subhi As-Shalih, Ibnu Hajar menafsirkan kalimat
dua kesaksian yaitu sebagaimana yang dikatakan Abu Bakar Umar dan
Zaid: “Dudukah kalian berdua di pintu masjid (Nabawi). Setiap orang
yang datang kepada kalian membawa dua kesaksian mengenai sesuatu dari

7
kitabullah hendaklah kalian tulis. Akan tetapi Jumhurul Ulama
berpendapat kesaksian tertulis harus dibawa oleh dua orang yang adil
(yakni orang saleh dan jujur). Di samping itu, masih harus ada lagi dua
saksi lain yang adil dari kalangan penghafal Al Quran. As-Sakhawi
mengatakan dalam Jamalul-Qurra yang dimaksud ialah dua orang saksi
itu menyatakan kesaksiannya masing-masing bahwa catatan ayat-ayat itu
ditulis di hadapan Rasulullah.
Selanjutnya, pengumpulan ini selesai dilaksanakan dalam satu
tahun di mana selesai beberapa waktu menjelang wafatnya Abu Bakar ra.
Hasilnya berada di tangan Abu Bakar sampai wafat. Kemudian pindah ke
tangan Umar. Setelah itu disimpan Hafsah binti Umar dan bukan kepada
Utsman bin Affan.8
Mengutip dari bukunya Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni,
kelebihan mushaf pada masa Abu Bakar diantaranya ialah:
a. Penelitian yang sangat berhati-hati, detail, cermat dan sempurna.
b. Yang ditulis pada mushaf hanya ayat yang sudah jelas tidak dinaskh
bacaannya.
c. Telah menjadi ijmak umat secara mutawatir bahwa yang tercatat itu
adalah ayat-ayat Al Quran
d. Mushaf itu memiliki Qiraah Sab’ah yang dinuqil secara sahih.9

2. Masa Umar Bin Khattab


Setelah khalifa Abu Bakar wafat, maka digantikan oleh khalifatul
mukminin yaitu Umar bin Khatab. Demikian juga halnya mushaf, yang
dahulunya disimpan oleh Abu Bakar maka setelah Umar menjadi khalifah
mushaf tersebut berpindah tangan ke Umar bin Khatab Pada masa khalifah
Umar ini tidak membicarakan Al-qur’an melainkan lebih memfokuskan
pada pengembangan ajaran islm dan wilayah kekuasaan Islam, serta

8
Subhi as Shalih, Membahasa Ilmu-Ilmu…, hal. 96
9
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Muhammad Qodirun Nur (penerj), Ikhtisar
Ulumul…, hal. 86

8
mengendepankan ajaran Islam. Al-qur’an juga tidak dipahami secara
tekstual saja, tapi lebih jauh lagi dipahami secara kontekstual. 
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab terjadi penyebaran Al-
Quran ke wilayah yang sudah memeluk agama islam. Penyebaran ini
bukan sekedar mengirimkan lembaran mushaf-mushaf, tetapi disertai pula
dengan pengajarannya. Khalifah Umar mengirimkan sekitar 10 sahabat ke
basrah untuk mengajarkan Al-Quran Umar juga mengirim Mas’ud ke
Kufah dengan tujuan sama. Umar sangat menekankan pentingnya
mengajarkan al-quran dengan suhuf yang dibuat sebelumnya. Suatu ketika
ada sahabat yang mengabarkan salah seorang mendiktekan al-quran
kepada masyarakat melalui hafalan di kufah. Mendengar hal itu umar
marah besar namun setelah mengetahui orang yang mendiktekan al-quran
itu adalah Ibnu Mas’ud, umar menjadi tenang. 
Karena ia teringat akan kemampuan dan kepandaian ibnu mas’ud.
Selain mengirim kedua utusan tersebut, Umar juga mengirimkan 3 utusan
ke Palestina, mereka adalah Mu’adz, Ubadah dan Abu Darda. Setelah
berdakwah dan mengajarkan al-quran di Homs, salah satu dari mereka
diutus melanjutkan perjalanan menuju Damaskus dan tempat lain di
Palestina. Umar juga mengirimkan beberapa utusan ke negara dan
wilayah-wilayah lain untuk mengajarkan al-Quran. Ketika umar wafat,
kekhalifahan dipegang oleh Utsman bin Affan dan untuk sementara waktu
hmpunan al-quran tersebut dirawat Hafshah binti Umar. Hal ini
dikarenakan 2 alasan. Pertama, Hafshah adalah seorang penghafal al-
quran. Dan kedua dia adalah istri Rasul sekaligus putri Umar.

3. Masa Utsman bin Affan r.a


Mengutip dari bukunya Subhi as Shalih, Bukhari mengetengahkan
Hadis dengan isnadnya Ibnu Syihab bahwa Anas bin malik
memberitahukan kepadanya: Ketika pasukan Syam bersama pasukan Irak
berperang membela dakwah agama islam di Armenia dan Adzerbeiszan,
Hudzaifah bin Yaman datang mengutarakan kekhawatirannya tentang

9
perbedaan bacaan Al Quran di kalangan muslimin. Utsman kemudian
mengirim sepucuk surat kepada Hafsah berisi permintaan mengirimkan
mushaf untuk disalin menjadi beberapa naskah. Lalu Hafsah mengirimkan
mushaf tersebut. Kemudian Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdurrahman bin al-Harits bin
Hisyam untuk bekerja sama menyalinnya. Utsman berpesan kalau terjadi
perbedaan antara kalian mengenai sesuatu tentang Al quran maka tulislah
menurut dialek Quraisy karena Al quran diturunkan dengan bahasa
mereka. Setelah itu mushaf asli dikembalikan kepada  Hafsah sedangkan
naskah salinan dikirim ke berbagai kawasan Islam. Bersamaan hal tersebut
Utsman memerintahkan supaya semua catatan lain yang bertebaran di
kalangan muslimin segera dibakar.10
4. Masa Ali bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan Ali, tidak banyak terjadi proses
pemeliharaan Al-Quran, karena pada masa itu banyak terjadi konflik
internal dalam kubu umat islam setelah peristiwa pembunuhan Usman.
Akan tetapi pada masa Ali, Al-Quran yang semula tidak berbaris
kemudian atas perintah Ali kepada Abu Aswad Ad-Duali untuk
membariskan Al-Quran dan pada saat itu juga lahir ilmu I'rab Al-Quran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa Ali hanya terjadi proses
pembarisan Al-Quran dan munculnya ilmu I'rab Al-Quran. karena pada
masa itu pemerintahan sedang menghadapi banyak masalah antara sesama
umat Islam sampai terjadi perang siffin dan juga perang jamal.11
D. Masa Kontemporer
Setelah berakhirnya zaman Khalifah yang empat, timbul zaman Bani
Umayyah. Kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha
mereka yang tertumpu dan penyebaran ilmu-ilmu Al-qur’an melalui jalan
periwayatan dan pengajaran, secara lisan bukan melalui tulisan atau catatan.
Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukaannya.
10
Subhi as Shalih, Membahasa Ilmu-Ilmu…, hal. 99
11
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah. Studi Ulumul Qur’an: Telaah Atas Mushaf
Utsmani. Drs. Taufiqurrahman (penerjemah) (Jakarta: CV Pustaka Setia, 2003), h. 35

10
Orang-orang yang paling berjasa dalam periwayatan ini adalah khalifah yang
empat, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-Asy’an,
Abdullah Ibnu Al-Zubair. Sedangkan dari kalangan sahabat Mujahid, ‘Atha,
Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan Al Bashri, Said Ibn Jubair, Zaid Ibn Aslam di
Madinah.
Dari Aslam, Ilmu ini diterima oleh putranya Abd Al-Rahman, Malik
Ibn Anas dari generasi Tabi’in Al-tabi’in. mereka ini semuanya dianggap
sebagai peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asbab al-
nuzul, ilmu nasikh  dan mansukh, ilmu gharib Al-qur’an dan lainya.
(kemudian, Ulumul Qur’an memasuki masa pembukuan pada abad ke-2 H)
para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada-ilmu tafsir karena
fungsinya sebagai Umm Al-Ulum Al-Qurani’ah (Induk Ilmu-Ilmu Al-Qur’an).
Para penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn Al-Hajjaj, Sufyan Ibn
‘Uyaynah dan Wali Ibn Al-Jarrah. Kitab-Kitab, tafsir mereka
menghimpun  pendapat-pendapat sahabat dan tabi’in.
Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn Jarir Al-Thabari. Al-thabari
adalah mufassir pertama membentangkan bagi berbagai pendapat dan
mentarjih sebagainya atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath
(penggalian hukum dari Al-qur’an). Di abad ke-3 ini juga lahir ilmu asbab Al-
Nuzul, ilmmu masikh dan mansukh , ilmu tentang ayat-ayat makiah dan
madaniah. Guru Imam Al-Bukhari, Ali Ibn Al-Madaniyah. Guru Imam Al-
bukhari, Ali ibn Al-madini mengarang asbab Al-Nuzul; Abu “Ubaid Al-Qasim
Ibn Salam. Mengarang tentang nasikh dan mansukh, qiraat dan keutamaan-
keutamaan Al-Quran; Muhammad ibn Ayyub Al-dari tentang ayat-ayat turun
d mekkah dan madinah ; Muhammad ibn khalaf Ibn Al-Mirzaban (W. 390II)
mengarang kitab Al-Hawi fi-‘ulum Al-quran.
Perintis penerbitan al-qur’an dengan mesin cetak pertama ini dari
kalangan non-muslim dan dalamnya di anggap telah terjadi banyak kesalahan.
Sedangkan penerbitan al-qur’an dengan label islam baru dilakukan pada tahun
1787 yang diterbitkan oleh maulaya utsman. Mushaf ini lahir di saint

11
potersbourg rusia (Uni Sovyet). Kemudian muncul mushaf cetakan di kazan
iran pada tahun 1829 M.
Pada tahun 1923 M, raja fadh dari mesir membentuk panitia khusus
penerbitan al-qur’an. Panitia tersebut adalah para ulama’ al-azhar, yang terdiri
dari: syekh muhammad Ali Khalaf al-Husaini, syekh musthafa inani dan
syekh ahmad al-iskandari. Cetakan pertama mushaf ini mendapatkan
sambutan di dunia islam.Sedangkan penerbitan mushaf di Saudi Arabia di
cetak oleh Syarikah Mushhaf makkah al-Mukrramah. Sedangkan penulisannya
di pilih ahli khat ternama ustadz Muhammad thahir al-kurdy untuk menulis
mushaf yang sesuai dengan kaidah rasm utsmani.
Selanjutnya hasil tulisan al-Kurdy diperiksa oleh sebuah team ulama,
seperti al-Sayyid Ahmad Hamid al-Tiji, guru qiraat di madrasah al-Falah,
Mekkah, syekh Abd al-Zhahir Abu al- Samh; imam dan khatib masjidil haram
dan beberaoa para ulama lainnya. Kemudian selanjutnya diperiksa oleh para
syaikh al-Azhar.Setelah melewati proses penulisan dan koreksi selama kurang
lebih 5 tahun, pada tahun 1947 dimulailah proses percetakan mushaf yang
berakhir pada tahun 1949. Hingga akhirnya pada tahun 1984 M/ 1405 H.
pemerintah kerajaan arab Saudi membuka secara resmi sebuah percetakan Al-
qur’an terbesar di dunia.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah yang ada di atas, dapat di simpulkan
bahwa:
1. Pengumpulan Al Quran terjadi tiga periode, yaitu:
a. Masa Rasulullah di mana pengumpulan melakukan dua metode yang
sering disebut pengumpulan Al Quran dalam dada dan pengumpulan
dalam tulisan.
b. Masa Khulafaur Rasyiddin yaitu pada masa Abu Bakar dikarenakan
banyaknya huffadzhul Quran yang meninggal dunia dalam perang
Yamamah. Kemudian pada masa kekhalifahan Utsman dikarenakan
banyaknya dialek dalam membaca Al Quran.
c. Masa Kontemporer
Karena salinan mushaf Utsman tidak bersyakal dan bertitik,
membuka kemungkinan terjadinya berbagai macam bacaan di berbagai
kota dan daerah yang mempunyai kekhususannya sendiri-sendiri
sesuai adat kebiasaan masing-masing. Kemudian pada masa
kekhalifahan Abdul Malik mulai difikirkan penciptaan tanda-tanda
tertentu yang dapat membantu bacaan dengan baik dan benar.
B. Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi
maupun tata penulisannya. Oleh karenanya, saran dari para pembaca sangat
diperlukan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR RUJUKAN

Adnal Amal,Taufik, Rekonstruksi Sejarah Al Quran, Jakarta: Pustaka Alvabet,


2005

Ali Ash-Shabuni, Syekh Muhammad, Muhammad Qodirun Nur (penerj), Ikhtisar


Ulumul Quran Praktis, Jakarta: Pustaka Amani, 2001

As Shalih, Subhi, Membahasa Ilmu-Ilmu Al Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus,


2004

Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah. 2003. Studi Ulumul Qur’an: Telaah
Atas Mushaf Utsmani. Drs. Taufiqurrahman (penerjemah) (Jakarta: CV
Pustaka Setia,

14

Anda mungkin juga menyukai